Korea
Selatan tengah mempertimbangkan masak-masak untuk mengeluarkan Indonesia dari
program KF-21 Boramae. Alasan Korsel
mengeluarkan Indonesia karena adanya tudingan pencurian data KF-21 Boramae. Tudingan
pencurian data KF-21 Boramae yang diduga dilakukan insinyur Indonesia cukup
membuat Korsel resah.
Akan
tetapi sampai saat ini tak ada titik terang apakah insinyur Indonesia benar
mencuri data KF-21 Boramae atau tidak. Tudingan
Korsel kepada Indonesia sangat serius. Bila tak terbukti bisa saja pemerintah
Indonesia mengambil tindakan drastis yang akan mempengaruhi hubungan diplomatik
antar kedua negara.
Sejatinya
Korsel ingin mencari rekanan lain di KF-21 Boramae. Agar tidak tergantung dari
iuran modal Indonesia. Uni Emirat Arab (UEA) disebut tertarik masuk ke program
KF-21 Boramae. Ada pula Arab Saudi yang menyatakan ingin bergabung dalam proyek
KF-21 Boramae.
"Korea
Selatan disebut-sebut tengah mengintensifkan upaya untuk menarik perhatian dua
negara Teluk Arab yang kaya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk menjadi
mitra dalam program pengembangan pesawat tempur generasi 4,5 yang tengah
dikembangkannya, KF-21 Boramae," lapor Defence Security Asia.
Manajer
Regional KAI untuk Asia, Park Sangshin sudah mengetahui kabar di atas. Ia hanya
mengatakan jika pengembangan KF-21 Boramae bakal sampai ke tahap jet tempur
generasi keenam.
Maka
jangan ragu akan roadmap keberlangsungan hidup KF-21 Boramae.
"KF-21
(Boramae) adalah pesawat tempur generasi 4,5 tetapi akan memiliki platform
generasi ke-5, yang berarti tidak hanya generasi ke-5 tetapi dapat ditingkatkan
menjadi pesawat tempur generasi ke-6 di masa mendatang," jelasnya.
Presiden
UEA Mohamed bin Zayed Al-Nahyan sudah mengunjugi Korsel. Ia bertemu dengan
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol untuk membahas investasi UEA ke Seoul.
Salah
satu senjata yang dibeli UEA dari Korsel ialah sistem hanud jarak menengah
KM-SAM II.
"Kunjungan
Presiden Korea Selatan ke UEA tahun lalu juga terjadi setelah pemerintah Abu
Dhabi dilaporkan menandatangani perjanjian dengan perusahaan pertahanan Korea
Selatan untuk mengakuisisi sistem pertahanan udara jarak menengah KM-SAM Blok
II senilai US$3,6 miliar," jelasnya.
Arab Saudi pun juga membeli KM-SAM II.
Akan
tetapi berbeda dengan KF-21 Boramae. Raja Salman dari Arab Saudi akan
memutuskan membeli KF-21 Boramae jika Indonesia tak didepak dari program.
Hal ini supaya Arab Saudi bisa
melihat sejauh mana performa KF-21 Boramae dari negara pelanggan pertama yakni
Indonesia.
"Jika
Indonesia mengkonfirmasi kinerja KF-21, kita dapat berada dalam posisi yang
menguntungkan dalam negosiasi dengan negara-negara ekspor potensial seperti
Polandia dan Arab Saudi," jelas seorang pejabat DAPA Korsel dikutip dari
Biz New Daily pada 10 Mei 2024. Laku tidaknya KF-21 Boramae tergantung kesan
pertama Indonesia memakainya.*
sumber zona jakarta
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK