Sejauh
ini Indonesia telah memantapkan diri sebagai pelanggan senjata buatan Prancis. Hal
ini dibuktikan dengan pembelian besar-besaran Indonesia terhadap produk senjata
buatan Prancis. Menurut Le Point, kontrak pertama pada 10 Februari di Jakarta,
untuk pembelian 42 unit Rafale di lakukan. Namun di balik itu, menandakan
hubungan yang semakin dekat antara Indonesia dan Prancis.
Menteri
Angkatan Bersenjata, Florence Parly, meresmikan keberhasilan ekspor baru untuk
Rafale dan produksi senjata Perancis. Untuk menguduskan hubungan strategis
antara kedua negara, Presiden Indonesia Joko Widodo mengumumkan bahwa tiga
perjanjian lainnya telah ditandatangani, namun kemajuannya belum sama.
Hal
ini menyangkut penjualan dua kapal selam Scorpene dari Naval Group. Menurut
situs Le Monde, bahkan menyebut Indonesia sebagai penakluk senjata buatan
Prancis. Selain pembelian Rafale, Indonesia juga menandatangani pengiriman dua
pesawat A400M. Setahun kemudian, pada tahun 2023, Thales menjual 13 radar
pengawasan udara GM 400 yang canggih, sekali lagi, dengan transfer dan beberapa
manufaktur lokal.
Hal
ini menjadi sinyal positif bagi Prancis setelah penghentian kontrak dua belas
kapal selam oleh Australia pada tahun 2021. Prancis tidak punya pilihan lain
untuk menegaskan diri di Indo-Pasifik. Dengan Filipina yang menjadi target
penjualan kapal selam, ada negara lain yang khawatir dengan kebangkitan
Tiongkok.
Rusia
telah lama menjadi nomor satu dalam daftar negara pesaing Amerika Serikat. Namun,
invasi ke Ukraina Rusia kini tak menadapatkan tempat bagi Indonesia, kini
Tiongkoklah yang menduduki tempat tersebut. Sayangnya Tiongkok merupakan salah
satu negara adidaya yang dianggap ancaman oleh AS, sehingga Indonesia tak bisa
berpihak sepenuhnya pada Tiongkok.
Sehingga
menjadikan Prancis sebagai alternatif netral bagi Indonesia. Prancis bisa
menjadi alternatif yang baik untuk mengatasi dilema negara-negara Asia
Tenggara. Terutama karena masa lalu kita erat menghubungkan kita dengan Asia
Tenggara.
Singkatnya,
Indonesia, di luar dugaan, bisa menjadi aset baru dalam strategi Indo-Pasifik
Perancis. Poros Paris-New Delhi-Jakarta yang baru akan mulai terlihat jelas dan
akan memberikan hasil yang sama baik bagi Prancis maupun kawasan.
Jakarta
adalah aset politik, ekonomi dan militer yang harus mendapat perhatian khusus
dari Paris untuk mempertahankan posisi kekuasaannya di wilayah tersebut.
Selain
itu, ibu kota Indonesia akan menjadi pemimpin ASEAN pada tahun 2023, yang
memungkinkan Prancis untuk menyebarkan pengaruhnya di Asia Tenggara. Prancis
pada akhirnya dapat menjadi jalan ketiga bagi Tiongkok dan Amerika Serikat
untuk mendapatkan kembali tempat pilihan di zona tersebut.
zonajakarta