Pages

Showing posts with label NUKLIR INDONESIA. Show all posts
Showing posts with label NUKLIR INDONESIA. Show all posts

Tuesday, September 11, 2012

Pemerintah berwacana bangun pusat nuklir di Kalbar



Nuclear Reactor. (istimewa)
...uranium di Kalbar."
Berita Terkait
Banjarmasin (ANTARA News) - Pemerintah pusat mewacanakan untuk membangun pusat nuklir di Provinsi Kalimantan Barat karena di daerah tersebut ditemukan sumber daya alam uranium yang cukup besar.

Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin yang juga ketua Forum Percepatan Pembangunan dan Revitalisasi Kalimantan di Banjarmasin, Senin mengatakan, beberapa waktu lalu dia bersama dengan perwakilan Gubernur wilayah Kalimantan melakukan pertemuan dengan beberapa kementerian antara lain, Kementerian Ekonomi, ESDM dan terkait lainnya.

Salah satu hasil pembahasan dalam pertemuan tersebut adalah rencana pembangunan pusat pengembangan nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi listrik dan sumber energi lainnya.

"Kalimantan adalah wilayah cukup kaya, bukan hanya tambang batu bara, emas dan lainnya tetapi juga uranium di Kalbar," katanya.

Karena bahan baku utama energi nuklir tersebut banyak di temukan di Kalbar, sehingga diwacanakan untuk mengembangkan energi tersebut untuk pembangunan pemenuhan energi masa depan Kalimantan.

Rencana tersebut, kata dia, juga menjadi salah satu upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan energi nasional yang kini masih kurang, sehingga pelaksanaan MP3EI serta Permen ESDM tentang larangan bahan baku energi keluar dari Indonesia bisa segera diwujudkan.

"Kami sangat berharap berbagai infrastruktur, jalan, jembatan dan bandara udara, pelabuhan laut dan energi di wilayah Kalimantan bisa diselesaikan pada 2014," katanya.

Tanpa dukungan infrastruktur dan energi yang memadai, tambah dia, pelaksanaan MP3EI dan Permen ESDM tersebut akan sulit untuk direalisasikan.

Apalagi, kata dia, beberapa negara importir tambang seperti Jepang, China, dan beberapa negara lainnya, kini sudah mulai mengurangi permintaan karena ditemukannya gas yang cukup besar di Amerika dan Australia.

Kondisi tersebut, kata dia, dikhawatirkan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di daerah, walaupun kini tambang bukan lagi satu-satunya tumpuan perekonomian Kalsel.

"Kedepan kita akan mengembangkan sektor perekonomian dalam arti luas, selain juga mendorong tumbuhnya investasi terutama industri skala besar," katanya.

Kini, tambah Gubernur, yang sudah siap untuk beroperasi adalah tiga perusahaan bijih besi di Kabupatan Tanah Laut dan Tanah Bumbu, sebagai salah satu wujud dari pelaksanaan MP3EI. (ANT)
sumber : Antara

Tuesday, December 6, 2011

Obama Puji Indonesia Soal Larangan Uji Coba Nuklir


 
MANDEL NGAN / AFP
Jurnas.com | PRESIDEN Barack Obama memuji tindakan Indonesia yang meratifikasi Kesepakatan Larangan Uji Coba Nuklir (CTBT) yang disahkan oleh DPR dalam sidang paripurna, Selasa (6/12).

Dalam sebuah pernyataannya seperti dilansir situs resmi Gedung Putih, Rabu, Presiden Obama menyambut baik ratifikasi Indonesia atas CTBT dan menjadi contoh yang kuat dari peran kepemimpinan positif Indonesia dalam upaya global untuk mencegah penyebaran senjata nuklir.

“Perjanjian CTBT merupakan elemen penting dari upaya internasional untuk mencegah proliferasi senjata nuklir dan saya mendorong semua negara untuk menandatangani dan meratifikasi perjanjian,” kata Presiden Obama.

AS, kata Presiden Obama, akan terus mengawal ratifikasi CTBT ini termasuk memimpin upaya global untuk mencegah proliferasi.

Sementara itu, Sekretaris Eksekutif Organisasi CTBT, Tibor Toth dalam pernyataannya di Wina, Austria, menyatakan, ratifikasi adala langkah penting untuk menjadikannya sebagai hukum secara global.

Sedangkan Daryl Kimball, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengendalian Senjata (ACA) yang berbasis di Wasington menyebut tindakan Indonesia itu sebagai momentum baru terhadap pelarangan uji coba nuklir.

Posisi Indonesia dianggap penting dalam ratifikasi ini karena bersama sembilan negara lainnya termasuk yang telah memiliki reaktor nuklir seperti AS, China, India, Iran, Pakistan, Israel, Korea Utara dan Mesir diperlukan agar CTBT segera diberlakukan dalam 180 hari ke depan.

"Ratifikasi oleh AS dan China adalah hal terpenting dan akan mendorong negara-negara lain yang belum sepakat dengan CTBT,” kata Kimball. Ia menambahkan, ratifikasi oleh Israel, Mesir dan Iran akan membantu mengurangi senjata nuklir dan menciptakan keamanan di wilayah itu.

Saat ini India, Pakistan, Korea Utara, dan Israel masih kukuh untuk tidak meratifikasinya, termasuk Perjanjian Proliferasi Nuklir (NPT) bagi penyebaran senjata nuklir. Reuters/Whitehouse.go

JURNAS

Sunday, March 13, 2011

Indonesia Siap Bangun PLTN



Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata mengatakan Indonesia telah siap membangun reaktor nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik. "Kita harus pahami sudah siap, secara teknologi kita sudah mampu," ujarnya saat memberi kuliah umum di Aula Barat Institut Teknologi Bandung, Sabtu 12 Maret 2011. Sebagaimana dikutip laman Tempointeraktif, menurut Suharna, Indonesia telah memiliki kemampuan teknologi nuklir sejak tahun 1950-an. Beberapa reaktor nuklir yang telah dibangun Badan Tenaga Atom Nasional, seperti di Bandung, Yogyakarta, dan Serpong digunakan untuk riset obat dan pangan.
Ia mengakui reaktor nuklir memang berbahaya. Adapun terkait bahayanya jika dilanda gempa, keamanan reaktor tergantung teknologi yang akan dipakai nantinya. "Seperti di Jepang, begitu gempa langsung berhenti (operasi)," katanya.
Menurut Suharna, saat ini lebih penting mengetahui kapan Indonesia akan memulai membangun PLTN daripada berbicara teknologi reaktor nuklir yang akan dipakai. "Sebab Malaysia, Vietnam, Singapura, sudah mengarah ke sana," ujarnya. Indonesia juga harusnya mengambil pilihan membuat PLTN.
Saat ini, selain kajian tapak lokasi di Jepara, Jawa Tengah, pemerintah juga mempelajari calon lokasi PLTN di Bangka Belitung dan Kalimantan Timur. Usulan lokasi tersebut telah diajukan kepala daerah masing-masing. "Lokasi di Pulau Jawa sebagai alternatif," katanya.
Kebijakan dibangun tidaknya PLTN kini masih menunggu keputusan Dewan Energi Nasional. Rumusan Dewan itu selanjutnya akan dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat. "Mungkin dalam tahun ini selesai," ujarnya.
Urgensi PLTN bagi Indonesia
Sampai saat ini Indonesia belum berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sehingga belum ada sebuah PLTN yang dapat dioperasikan untuk mengurangi beban kebutuhan energi listrik yang saat ini semakin meningkat di Indonesia. Padahal energi nuklir saat ini di dunia sudah cukup berkembang dengan menguasai pangsa sekitar 16 persen listrik dunia. Hal ini menunjukkan bahwa energi nuklir adalah sumber energi potensial, berteknologi tinggi, berkeselamatan handal, ekonomis, dan berwawasan lingkungan, serta merupakan sumber energi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dalam Perencanaan Energi Jangka Panjang bagi Indonesia guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Di Indonesia, ide pertama untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN sudah dimulai pada tahun 1956 dalam bentuk pernyataan dalam seminar-seminar yang diselenggarakan di beberapa universitas di Bandung dan Yogyakarta. Meskipun demikian ide yang sudah mengkristal baru muncul pada tahun 1972 bersamaan dengan dibentuknya Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2PLTN) oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (Departemen PUTL). Kemudian berlanjut dengan diselenggarakannya sebuah seminar di Karangkates, Jawa Timur pada tahun 1975 oleh BATAN dan Departemen PUTL, dimana salah satu hasilnya suatu keputusan bahwa PLTN akan dikembangkan di Indonesia. Pada saat itu juga sudah diusulkan 14 tempat yang memungkinkan di Pulau Jawa untuk digunakan sebagai lokasi PLTN, dan kemudian hanya 5 tempat yang dinyatakan sebagai lokasi yang potensial untuk pembangunan PLTN.
Hasil studi yang dilakukan pada tahun 2002 oleh sebuah Tim Nasional di bawah koordinasi BATAN dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dengan dukungan IAEA menunjukkan bahwa kebutuhan energi di Indonesia diproyeksikan meningkat di masa yang akan datang. Kebutuhan energi final (akhir) akan meningkat dengan pertumbuhan 3,4 persen per tahun dan mencapai jumlah sekitar 8146 Peta Joules (PJ) pada tahun 2025. Jumlah ini adalah sekitar 2 kali lipat dibandingkan dengan kebutuhan energi final di awal studi tahun 2000.
Pertumbuhan jenis energi yang paling besar adalah pertumbuhan kapasitas pembangkitan energi listrik yang mencapai lebih dari 3 kali lipat dari kondisi semula, yaitu dari 29 GWe di tahun 2000 menjadi sekitar 100 GWe di tahun 2025. Jumlah kapasitas pembangkitan ini, sekitar 75 persen akan dibutuhkan di jaringan listrik Jawa-Madura-Bali (Jamali). Dari berbagai jenis energi yang tersedia untuk pembangkitan listrik dan dilihat dari sisi ketersediaan dan keekonomiannya, maka energi gas akan mendominasi penyediaan energi guna pembangkitan energi listrik, sekitar 40 persen untuk wilayah Jamali. Energi batubara akan muncul sebagai pensuplai kedua setelah gas, yaitu sekitar 30 persen untuk wilayah Jamali. Sisanya sekitar 30 persen akan disuplai oleh jenis energi yang lain, yaitu hidro, mikrohidro, geothermal dan energi baru dan terbarukan lainnya. Diharapkan energi nuklir dapat menyumbang sekitar 5-6 persen pada tahun 2025.
Mengingat situasi penyediaan energi konvensional termasuk listrik nasional di masa mendatang semakin tidak seimbang dengan kebutuhannya, maka opsi nuklir dalam perencanaan sistem energi nasional jangka panjang merupakan suatu solusi yang diharapkan dapat mengurangi tekanan dalam masalah penyediaan energi khususnya listrik di Indonesia.
Amankah Nuklir?
Nuklir merupakan salah satu jawaban energi yang cukup realistis saat ini. Hanya butuh 21 ton Uranium, nuklir dapat menghasilkan energi listrik sebesar 1GWe. Bandingkan dengan gas alam (970 ton), minyak (1310 ton), dan batu bara (2360 ton)! Itulah sebabnya nuklir dapat menghasilkan listrik dengan harga yang lebih murah dari yang lainnya.
Pada pembangkit listrik, nuklir dipasang di boiler yang akan memanaskan air menjadi uap untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik. Siklusnya berlangsung tertutup dan pecahan nuklir akan tetap tertahan di matriksnya. Nuklir sendiri terdapat dalam pelet yang dilindungi dengan fuel cladding, pressure vessel, steel containment, dan shield building. Keamanannya bahkan melebihi tabung elpiji yang sering kita gunakan atau mancis yang sering ditaruh di saku celana. Dapat dikatakan, nuklir benar-benar sangat aman. Selain itu, PLTN juga membuat lingkungan sekitar tetap bersih (tidak seperti PLTU).
Sampai saat ini pun, jumlah kecelakaan akibat nuklir jauh sedikit dibanding dengan pembangkit listrik lainnya-Pembangkit listrik tenaga air dan batu bara penyumbang korban terbanyak. Bila ada kejadian Chernobyl-pada 1986 yang sampai melibatkan ribuan penduduk dan sering dibuat contoh betapa tidak amannya nuklir-perlu dilirik konteksnya.
Chernobyl dikembangkan bukan dengan maksud damai. Di sana, nuklir dikembangkan untuk senjata perang. Keselamatan dalam pembangunan nuklir tersebut benar-benar diabaikan. Lalu, ada kesalahan desain yang amat parah, yaitu: tidak ada pengungkung dan koefisien reaktus positif sehingga mudah terjadi pelelehan. Desain modern sekarang sudah aman. Kenaikan temperatur yang tinggi telah diantisipasi.
Limbah radioaktif sendiri tetap tersimpan di PLTN. Bila tidak ada kesengajaan untuk membocorkan, limbah tersebut tidak akan berbahaya. Pengaruh radiasi PLTN terhadap manusia juga sangat rendah. Di banding dengan kontaminasi alami yang mencapai 3 persen, X-ray 0,4 persen, sementara nuklir hanyalah 0.0002 persen. Hal ini membuat radiasi nuklir hampir tidak memiliki pengaruh terhadap manusia.
Jadi apa yang ditakutkan dan apa lagi yang perlu ditunggu? Pemerintah yang bertindak lambat mengembangkan nuklir di Indonesia akan terlambat berkembang secara teknologi juga. Sekitar 30 persen rakyat Indonesia tidak merasakan listrik dalam rumahnya. Selebihnya pun menikmati listrik secara subsidi. Kenapa lagi harus ditunda lama bila nuklir dapat menghasilkan listrik secara lebih besar, aman, murah, dan terjamin? 

IRIB

Tuesday, January 11, 2011

Dubes: India-Indonesia Belum Punya Kesepakatan Nuklir

Jakarta (ANTARA News) - India saat ini belum memiliki kesepakatan mengenai pengalihan teknologi nuklir dengan Indonesia, kata Duta Besar India untuk Indonesia Biren Nanda di Jakarta, Selasa.

"Kerja sama energi kedua negara lebih banyak pada ekspor batu bara ke India, meski tidak menutup pada minyak fosil dan minyak kelapa sawit," kata Biren dalam wawancara dengan ANTARA mengenai hubungan bilateral India-Indonesia dan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke India pada 24-26 Januari nanti.

Bahkan, jelas Biren, ada beberapa perusahaan swasta India yang melakukan pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia.

India sedang mengembangkan energi bersih dan menargetkan produksi pembangkit energi nuklir sebesar 16.000 megawat pada 2015.

"Sekarang kami hanya bisa menciptakan 4.000 megawatt energi nuklir, diharapkan pada 2015 kami bisa mencapai 16.000 megawatt," kata Dubes Biren.

Ia menjelaskan India masih terbatas dalam pembangunan instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) secara mandiri.

Menurut dia, India masih bergantung dengan energi batu bara, dan terfokus dengan energi bersih yang tidak mengontribusikan pemanasan global, seperti energi matahari, angin, nuklir dan air.

India baru memiliki lebih 20 pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang dibangun sendiri.

Dalam hal pembangkit listrik tenaga angin, katanya, India menghasilkan 12.000 megawatt listrik, yang merupakan penghasil terbesar ketiga dunia.

Pada bagian lain Biren menyinggung perdagangan kedua negara yang terus meningkat.

"Terjadi peningkatan 10-20 persen pertumbuhan perdagangan keduanya," tambahnya.

Data-data yang ada pada ANTARA, nilai total perdagangan Indonesia dengan India diperkirakan mencapai 12 miliar dolar AS selama 2010, lebih besar dari 2009 maupun 2008 sebelum terjadi krisis global.

Perkiraan itu dinilai realistis mengingat nilai total perdagangan antara kedua negara sempat menurun sedikit menjadi 9,6 miliar dolar AS pada 2009 akibat krisis global, dan menunjukkan peningkatan bermakna selama 2010.

Menurut data Kementerian Perdagangan, nilai total perdagangan antara Indonesia dan India sepanjang Januari-September 2010 sudah mencapai 9,3 miliar dolar AS.

Selain itu, pelaksanaan perjanjian perdagangan bebas antara ASEAN dan India (ASEAN India Free Trade Agreement/AIFTA) juga sedikit banyak ikut mendorong peningkatan perdagangan antara kedua negara.

Indonesia mulai memberlakukan AIFTA pada 1 Oktober, tapi penggunaan fasilitas preferensi AIFTA sudah cukup banyak.

Menurut data Kementerian Perdagangan nilai Surat Keterangan Asal (SKA) preferensi AIFTA sudah mencapai 120 juta dolar AS.

Ekspor Indonesia ke India, yang jumlah penduduknya mencapai 1,17 miliar dan ekonominya pada 2010 tumbuh 8 persen, cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

"Indonesia mengalami surplus dalam perdagangan dengan India," kata Dubes Biren.

Nilai ekspor Indonesia ke India yang pada 2005 mencapai 2,9 miliar dolar AS naik menjadi 3,4 miliar dolar AS pada 2006, dan bertambah menjadi 4,9 miliar dolar AS pada 2007. Tahun 2008, nilai ekspor Indonesia kembali naik menjadi 7,1 miliar dolar AS dan naik lagi menjadi 7,4 miliar dolar AS pada 2009.

Selama Januari-Agustus 2010, ekspor Indonesia ke India mencapai enam miliar dolar AS atau meningkat 34,7 persen jika dibandingkan periode yang sama 2009.

Surplus perdagangan Indonesia ke India selama kurun waktu itu mencapai 4,6 miliar dolar AS.

Dalam hal ini komoditas ekspor terbesar Indonesia ke India antara lain minyak sayur, minyak sawit mentah, batu bara, biji tembaga, kacang mete, kertas koran, mesin dan elektronik, produk kimia, karet alam, balata, barang dari kaca dan bubur kertas.

Sementara komoditas ekspor terbesar India ke Indonesia antara lain benang nilon, bahan kimia organik, produk besi dan baja, tembaga dimurnikan, serat sintetis, kapas.(*)
(T.KR-IFB/R009)
ANTARA

Wednesday, December 29, 2010

IAEA Siap Bantu Indonesia Bangun PLTN

IAEA Siap Bantu Indonesia Bangun PLTN
(ANTARA News/Lukisatrio)
Jakarta (ANTARA News) - Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) siap membantu negara-negara yang ingin membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), termasuk Indonesia.

"Tentang rencana pembangunan PLTN pertama di Indonesia sesungguhnya kita tidak perlu ragu lagi untuk melangkah karena dunia bahu-membahu dalam membantu negara-negara yang berkeinginan membangun PLTN," kata konsultan pada Seksi Pengembangan Teknologi Nuklir IAEA, Jupiter S. Pane di Austria, dalam wawancara dengan surat elektronik, Kamis.

IAEA telah membentuk suatu tim khusus bernama Integrated Nuclear infrastructure Group (INIG) untuk membantu negara-negara berkembang secara sistematis dalam merencanakan pembangunan PLTN-nya, ujar Jupiter Pane.

INIG, lanjut Jupiter, telah membantu membahas status kesiapan infrastruktur negara-negara yang akan membangun PLTN seperti Jordania, Vietnam, Indonesia, dan Thailand melalui Misi INIR (Integrated Nuclear Infrastructure Review).

"Akan ada beberapa negara lagi yang akan di-review status kesiapan infrastrukturnya dalam waktu beberapa tahun ke depan ini," ujarnya.

Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa 60 negara berkembang telah menunjukkan keinginan membangun PLTN dan diperkirakan 15-30 PLTN dibangun sebelum 2030, seperti disampaikan Direktur jenderal IAEA pada Konferensi Umum ke-54.

Review status kesiapan infrastruktur Indonesia fase 1 telah dilakukan pada pertengahan Oktober 2009, dan hasilnya menunjukkan Indonesia siap melanjutkan ke fase 2.

Fase 2 itu yaitu melakukan persiapan untuk menyusun spesifikasi lelang sambil memperkuat ke -19 isu infrastruktur nuklir.

Namun sebelum melangkah pada pekerjaan tersebut harus ada keputusan "Go Nuclear" dari pemerintah terlebih dahulu serta tingkat penerimaan masyarakat yang cukup, sambungnya.

"Kekhawatiran tentang keselamatan PLTN hendaknya tidak lagi menjadi momok yang berlebihan, karena melalui Badan IAEA ini dunia bekerja untuk tidak pernah lalai mencegah terjadinya kecelakaan nuklir," kata Jupiter.

Kegagalan di suatu negara dalam mempertahankan keselamatan PLTN akan berdampak pada kumunitas nuklir dunia. Karena itu IAEA membantu negara-negara berkembang membangun PLTN agar aman dan memenuhi faktor keselamatan serta digunakan untuk tujuan damai.

Jupiter S Pane adalah profesional yang ditugaskan Badan Tenaga Atom dan Nuklir Nasional di IAEA yang aktif mempersiapkan berbagai dokumen teknis untuk kegiatan INIG, Internasional Project on Innovative Nuclear Reactor and Fuel Cycle (INPRO) dan Nuclear Power Technology Development Section (NPTDS) serta Nuclear Power Engineering Section (NPES). (*)

Antara

Wednesday, October 20, 2010

IAEA Akui Kesiapan Indonesia Bangun PLTN


0diggsdigg

Ilustrasi PLTN

TANGERANG, KOMPAS.com - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Suharna Surapranata mengatakan bahwa Indonesia sudah siap membangun reaktor nuklir. Hal itu diungkapkan Menristek saat menghadiri International Science International Conference On Materials Science and Technology, di Kompleks Puspiptek, Serpong, Tangerang, Rabu (20/10/10).

Menristek juga mengungkapkan bahwa Badan Atom Internasional atau IAEA sudah mengakui kesiapan Indonesia. Hal senada juga diungkapkan oleh Anhar Riza Antariksawan, Deputi Penelitian Dasar dan Terapan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Kesiapan yang dinilai adalah kesiapan pre project dan project. Sejauh ini, Indonesia baru siap dalam tataran pre project.

"Sejauh ini, Indonesia baru mendapatkan pengakuan kesiapan pre project dalam membangun reaktor nuklir. Belum mendapatkan kesiapan project sebab proyeknya sendiri belum berjalan," Tambah Arhan Antariksawan, staf Badan Tenaga Atom Nasional.

Penilaian kesiapan pre project itu meliputi beberapa bidang, terdiri dari kesiapan sumber daya, kemampuan ekonomi dan kesiapan tempat. Soal kesiapan tempat misalnya, harus melihat beberapa parameter seperti bencana alam, potensi gempa dan banjir. Beberapa tempat sudah dijadikan alternatif pilihan, seperti Banten, Belitung dan Kalimantan.

Sementara terkait waktu pembangunan reaktor nuklir sendiri masih belum bisa ditentukan, sebab masih akan dibahas dengan beberapa pihak. Yang jelas, Indonesia berkompetisi dengan beberapa negara untuk pembangunan reaktor ini. Negara-negara lain yang dinyatakan IAEA siap untuk membangun reaktor nuklir adalah Yordania dan Vietnam.

Sumber: KOMPAS

Tuesday, October 19, 2010

Rusia Tawarkan PLTN Terapung


0diggsdigg

Konsep PLTN Apung Buatan Rusia

JAKARTA--MICOM: Menanggapi kemungkinan kerja sama pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang diajukan Wakil Ketua Parlemen Rusia Yasev Valery, Menlui RI Marty Natalegawa dan Menlu Rusia Sergey V Lavrov sudah membahas kemungkinan tersebut dalam pertemuan diplomatik kedua negara di Moskow Jumat (15/10).

Menurut keterangan Marty di Jakarta, Selasa (19/10), Rusia mengajukan prototipe PLTN mengapung.

"Rusia memiliki kapasitas dalam bidang energi nuklir. Yang menarik, sifatnya floating. Jadi di laut ada semacam konstruksi yang bisa pindah-pindah," ujar Marty.

Dalam kunjugannya ke DPR pekan lalu, Valery memang secara eksplisit menyampaikan keinginannya untuk mendanai reaktor nuklir di Indonesia. Rusia, yang memang tergolong negara terdepan dalam teknologi nuklir, ingin menyosialisasikan konsep energi ini di Indonesia.

Selain membicarakan masalah nuklir, kunjungan diplomatik Marty ke Moskow juga mendiskusikan berbagai hal.

"Potensi kerja sama Indonesia dengan Rusia sangat luas, tidak hanya bidang energi, tapi penanggulangan ancaman terorisme di kawasan Asia sendiri," kata Marty. Ia menambahkan, karena potensi kerja sama inilah Rusia tertarik untuk bergabung dengan East Asia Summit.

Di bidang perhubungan, Indonesia dan Rusia telah menyepakati pembukaan jalur penerbangan langsung, termasuk jalur langsung ke Bali. Hal ini diharapkan dapat mendorong banjir wisatawan Rusia ke Bali. Rencananya, penerbangan langsung ini akan beroperasi awal tahun depan.

Sumber: MEDIA INDONESIA

Wednesday, October 13, 2010

Rusia Siap Bantu Indonesia Kembangkan Nuklir

0diggsdigg

Beberapa perusahaan di Rusia siap mengadakan perundingan dengan Indonesia.

VIVAnews - Pemerintah Rusia menginginkan peningkatan kerjasama dengan Indonesia di bidang energi, khususnya pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) maupun pembangkitnya.

Wakil Ketua Parlemen Rusia, Yasev Valery, mengutarakan soal itu dalam pertemuan bilateral dengan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Marzuki Alie.

Yasev mengatakan, pemerintah Rusia berkomitmen mendanai reaktor nuklir apabila pemerintah Indonesia ingin mengembangkan teknologi nuklir. "Beberapa perusahaan di Rusia siap mengadakan perundingan dengan Indonesia. Saat ini, Rusia telah memenangi tender di China sebanyak empat reaktor nuklir, di Vietnam dua reaktor nuklir," kata Yasev dalam pertemuan di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 13 Oktober 2010.

Dia menambahkan, Rusia juga siap mensosialisasikan soal energi nuklir kepada masyarakat Indonesia. "Kami siap diundang untuk mensosialisasikan energi nuklir kepada masyarakat dalam menyongsong abad ke 21. Kami akan mensosialisasikan bahwa nuklir tersebut aman," ujar Yasev.

Menyinggung proyek tender pembangkit listrik di Indramayu, dia mengatakan investor Rusia telah mengikuti tender namun sampai sejauh ini masih belum ada kejelasan siapa pemenang tender pembangkit tersebut.

Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, hubungan kedua negara baik dari sisi parlemen, pemerintah akan semakin meningkat seiring era globalisasi saat ini, karena tidak ada negara yang ingin menutup diri dalam berhubungan dengan negara lain. "Kita mengucapkan terimakasih atas dukungan Parlemen Rusia atas partisipasinya selama ini sehingga seluruh rapat berjalan baik dan lancar," katanya.

Terkait proyek pembangkit tenaga listrik di Indramayu, Marzuki meminta pertanyaan diberikan tertulis, yang nantinya Menteri ESDM akan memberikan jawaban tertulis juga agar jawaban tersebut dapat lebih tepat dan akurat. "Karena tidak semua persoalan dapat di update setiap saat oleh Parlemen."

Parlemen, ujar dia, harus dapat memprioritaskan tugas-tugas kedewanan. Pada prinsipnya, Indonesia memberikan kesempatan sebesar-besarnya masuknya investor asing termasuk di bidang energi karena tidak mungkin negara mengandalkan dari pendanaan dalam negeri saja.

Untuk itu, kata Marzuki, pihak Rusia harus mencari mitra lokal dalam menunjang bisnis supaya dapat mengupdate perkembangan setiap saat dan mendapatkan informasi dengan cepat terkait kondisi pasar. "Kerjasama di berbagai bidang harus melibatkan partner lokal sehingga dapat memperoleh informasi lebih update," katanya.

Menurut Marzuki, persoalan nuklir di Indonesia masih harus disosialisasikan lebih maksimal karena sebagian masyarakat menganggap nuklir berbahaya sehingga mereka menolak energi nuklir di daerahnya.

Pemahaman masyarakat Indonesia masih rendah, karena itu masih banyak yang menolak. Indonesia masih perlu waktu untuk mensosialisasikan energi nuklir tersebut. Namun, keinginan Rusia kerjasama nuklir dengan Indonesia akan menjadi catatan. "Nanti pemerintah yang akan meninjau sejauh mana kerjasama yang telah ditandatangani sebelumnya."

Sumber: VIVA NEWS

Friday, October 1, 2010

Indonesia Dukung Nuklir Iran


0diggsdigg

INILAH.COM, Jakarta- Pemerintah Indonesia mendukung program pengembangan nuklir Iran, sepanjang untuk tujuan damai. Indonesia dan Iran juga sepakat agar soal pelucutan senjata nuklir.

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa usai sebuah pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Komisi Luar Negeri dan Keamanaan Nasional Parlemen Iran, Alaeddin Boroujerdi serta utusan khusus Presiden Iran di Istana Negara, Jumat (1/10).

"Khusus mengenai situasi nuklir Iran, Presiden menegaskan Indonesia senantiasa mendukung hak setiap negara, termasuk Iran, atas teknologi nuklir untuk maksud damai," ujar Marty.

Marty menjelaskan bahwa ada tiga prinsip posisi dasar dan kesamaan pendapat yang disuarakan selama ini baik oleh Iran maupun Indonesia. Pertama, adalah hak segala bangsa untuk menggunakan teknologi nuklir untuk maksud damai. Kedua, baik Iran maupun Indonesia sama-sama setuju dalam menentang proliferasi persenjataan nuklir.

Ketiga, kedua negara juga memiliki pandangan sama yang menegaskan perlunya pelucutan senjata nuklir bagi negara-negara yang sudah memiliki persenjataan nuklir. "Itu tiga prinsip posisi dasar yang disuarakan selama ini baik oleh Iran maupun Indonesia," tegas Marty.

Namun, kata Marty, Presiden menggarisbawahi jika ada permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan hak menggunakan nuklir itu, sebaiknya diselesaikan melalui perundingan dan dialog, bukan menggunakan kekerasan bahkan dalam menggunakan sanksi terhadap negara manapun juga.

"Mereka sangat mengharapkan Indonesia bisa terus memainkan peranan yang konstruktif yang membantu penyelesaian masalah (nuklir) ini," tandasnya.

Sumber: INILAH

Iran Siap Kerja Sama Nuklir dengan Indonesia


0diggsdigg

Jakarta (ANTARA News) - Iran menyatakan kesediaannya untuk memperluas kerja sama bilateral dengan Indonesia, terutama dalam sektor teknologi nuklir, kata Utusan Khusus Presiden Iran, Alaeddin Boroujerdi, di Jakarta, Jumat.

"Kami siap bekerja sama dengan Indonesia dalam hal teknologi nuklir berdasarkan ketentuan internasional dan di bawah NPT (Non Proliferation Treaty)," kata Boroujerdi dalam jumpa pers di kediaman Dubes Iran.

Ketua Komisi I Parlemen Iran itu menjelaskan bahwa Iran menentang keras upaya-upaya monopoli dalam energi nuklir di dunia, mengingat cadangan minyak bumi dunia yang merupakan sumber energi di dunia saat ini semakin menipis.

Boroujerdi berpendapat bahwa penguasaan teknologi nuklir merupakan hal yang tidak bisa ditawar, bila suatu negara ingin mandiri.

"Negara mana pun yang tidak memiliki teknologi nuklir, tidak akan bisa menjadi negara mandiri di masa datang," katanya.

Namun, ia mengatakan bahwa Iran tetap berpegang teguh pada prinsip untuk tidak mengembangkan senjata nuklir karena satu bom atom saja dapat membahayakan, seperti bencana yang pernah terjadi di Hiroshima dan Nagasaki.

"Kami adalah pihak pertama yang mengusulkan Timur Tengah bebas dari senjata nuklir," katanya.

Boroujerdi menyampaikan bahwa Iran sangat khawatir bahwa Israel yang memiliki lebih dari 200 hulu ledak nuklir dapat mengancam keamanan di Timur Tengah.

Melalui kunjungan satu harinya di Jakarta, Boroujerdi telah bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Jumat siang guna menyerahkan pesan tertulis khusus Presiden Mahmoud Ahmadinejad.

Boroujerdi mengatakan surat tersebut berisikan tentang harapan Republik Islam Iran agar Indonesia dapat memainkan peran konstruktif untuk membantu penyelesaian masalah nuklirnya.

"Dalam pertemuan tadi siang dengan Presiden Indonesia yang didampingi Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, kami berbicara dan bertukar pandangan terkait berbagai hal di dunia, khususnya masalah nuklir Iran, dan hal-hal lain menyangkut situasi politik di Timur Tengah," tambahnya.

Sumber: ANTARA

BERITA POLULER