Pages

Showing posts with label TIMUR TENGAH. Show all posts
Showing posts with label TIMUR TENGAH. Show all posts

Thursday, January 12, 2012

AS Kerahkan Armada Perang ke Timteng



Amerika Serikat telah mengirimkan kapal induk USS Carl Vinson ke Teluk Persia di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan strategis itu, Press TV melaporkan pada Kamis (12/1).

Pentagon menyatakan bahwa kedatangan kapal yang membawa 80 pesawat tempur dan helikopter itu adalah agenda "rutin" dan ditujukan untuk meringankan beban kapal induk USS John Stennis.

Pentagon menambahkan bahwa USS Carl Vinson telah tiba di daerah yang menjadi tanggung jawab Armada Kelima Angkatan Laut AS, yang meliputi Teluk Persia, Laut Merah, Teluk Oman dan bagian dari Samudera Hindia.

Angkatan Laut AS bagaimanapun mengatakan, kapal induk tersebut belum sampai di Teluk Persia dan tidak akan melintasi Selat Hormuz.

Juru bicara Pentagon, John Kirby mengatakan, USS Abraham Lincoln di Samudera Hindia juga dalam perjalanan untuk bergabung dengan USS Carl Vinson.

"Penyebaran kapal-kapal itu di kawasan adalah hal yang rutin, telah lama direncanakan dan tidak ada yang aneh," jelas Kirby.
SUMBER :(IRIB Indonesia/RM)

Wednesday, January 11, 2012

Waspadai Iran, AS Akan Perbaharui Persenjataan Negara Teluk


Aulia Akbar
Selasa, 10 Januari 2012 13:04 wib
ilustrasi : arabianbusiness
ilustrasi : arabianbusiness
RIYADH - Amerika Serikat (AS) mendesak negara Teluk agar memperbaharui misil-misilnya, di samping itu, AS juga melanjutkan pembangunan sistem pertahanan misil dengan negara-negara Teluk lainnya. Misil-misil itu ditujukan untuk melindung negara penghasil minyak dari ancaman misil Iran.

Pada 2 Januari lalu, perusahaan militer asal Massachusetts, Raytheon Co mengumumkan penandatanganan kontraknya dengan Uni Emirat Arab untuk membangun sistem anti-misil Terminal High Altitude Area Defence (THAAD). Uni Emirat Arab juga mendapatkan 96 misil untuk pertahanannya pada Desember 2011.

Pada 2010 lalu, AS juga menempatkan radar AN/TPY-2 di Gurun Negev, yang terletak di bagian selatan Tel Aviv. Radar itu ditujukan untuk memperkuat kapabilitas pertahanan misil Israel dan juga mendeteksi misil Iran. Demikian seperti diberitakan UPI, Selasa (10/1/2012).

Selain membicarakan masalah penempatan sistem pertahanan misil Teluk, AS juga mendesak Arab Saudi agar memperbaharui misil patriotnya. Perusahaan Raytheon juga sudah memperbaharui misil patriot milik Kuwait.

Keenam negara Dewan Kerja Sama Teluk, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, dan Bahrain, sebelumnya sudah sepakat untuk menjalankan konsep integrasi pertahanan pada dua dekade yang lalu. Meski demikian, proses kerja sama itu tampak tersendat karena beberapa negara Teluk menolak untuk berada di bawah kendali Arab Saudi, yang menjadi figur terkuat bagi negara Teluk.

Bila memang proyek pertahanan itu selesai dibangun, sistem pertahanan misil AS tampaknya semakin bertambah kuat, pasalnya North Atlantic Treaty Organization juga memiliki misil di Turki. Menurut Turki, misil-misil NATO tidak diarahkan ke Iran, namun AS sebelumnya mengatakan bahwa misil-misil ditujukan untuk mewaspadai ancaman di Timur Tengah.(AUL)
 
sumber OKE ZONE 

Monday, January 2, 2012

F-15 Sale to Saudi Arabia Part of Broader Effort

F-15 Sale to Saudi Arabia Part of Broader Effort

The recently announced $29.4 billion sale of F-15SA fighter aircraft to Saudi Arabia is just one part of a broader U.S.-Saudi military sales and defense cooperation effort that’s central to regional security, Pentagon Press Secretary George Little said.
U.S. officials announced an agreement Dec. 29 to sell 84 new F-15 fighter jets and upgrades for 70 existing aircraft to Saudi Arabia. Little said the same represents less than half of the $60.5 billion in U.S. sales of aviation capabilities agreed by the Kingdom of Saudi Arabia.
In addition to the Royal Saudi Air Force, this broader program includes aviation capabilities for the Saudi Arabian National Guard, Royal Saudi Land Forces and Saudi Royal Guard, he said.
“More broadly, the U.S.-Saudi military-to-military alliance is a central feature of regional security,” he said.
Little noted the U.S. Military Training Mission in Saudi Arabia, which was established in 1953 and remains a cornerstone of the U.S.-Saudi military-to-military relationship. U.S. and Saudi defense departments cooperate regularly at the highest levels, through established bilateral planning forums like the Strategic Joint Planning Commission and the Military Joint Planning Commission, he said.
In addition, the Royal Saudi Air Force trains with the U.S. Air Force in rigorous exercises that improve military cooperation and interoperability, and that facilitate the exchange of ideas, Little said. Among them is Red Flag, the U.S. Air Force's premier air-to-air combat training exercise, conducted in Nevada. Red Flag gives pilots the experience of multiple, intensive air combat sorties from within the safety of a training environment.
In announcing the F-15 sales agreement Dec. 29, James N. Miller, principal deputy under secretary of defense for policy, and Andrew Shapiro, assistant secretary of state for political-military affairs, emphasized the close military-to-military ties between the United States and Saudi Arabia.
“The United States is firmly committed to the security of the Kingdom of Saudi Arabia, as we have been for nearly seven decades, and … more broadly, the United States and Saudi Arabia have a strong mutual interest in the security and stability of the Gulf,” Miller said.
The F-15s Saudi Arabia will receive under the agreement “will have the latest generation of computing power, radar technology, infrared sensors and electronic warfare systems,” he added.
“This agreement reinforces the strong and enduring relationship between the United States and Saudi Arabia,” Shapiro said. “It demonstrates the U.S. commitment to a strong Saudi defense capability as a key component to regional security.”
State and DOD have worked to conclude the agreement since June 2010, Shapiro added.
The White House released a statement Dec. 29 detailing the full Foreign Military Sales program agreement, which also will provide munitions, spare parts, training, maintenance and logistics support for the F-15s to the Royal Saudi Air Force.
 

Wednesday, October 12, 2011

Saudi Arabia plans to buy more American weaponry



23:21 10/10/2011
MOSCOW, October 10 (RIA Novosti)
Tags: arms salesBarack ObamaSaudi Arabia
Saudi Arabia is planning to reach an agreement  with the United States on the purchase of artillery systems worth $186 million, Arabian website Elaf said citing a high-ranking source in the Saudi government. 
Last month the parties agreed on the details of the upcoming deal, according to which Washington would supply 36 155-mm guns and 54 105-mm guns, the source said.
In October 2010, U.S. President Barack Obama announced the largest arms exports contract in the history of the country. The United States will supply various types of weapons to Saudi Arabia worth $60 billion. The orders include 84 new F-15 fighter jets and a contract to upgrade 70 F-15s already in service with the Saudi air force. Washington will also deliver 70 Apache helicopters, 72 Black Hawk helicopters, 36 Little Birds and 12 MD-530F helicopters, and a wide range of rockets, bombs and other equipment.

RIA NOVOSTI

Wednesday, August 3, 2011

Irak Borong Pesawat dari AS untuk Bangkitkan Armada AU-nya

 Jubir Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (Pentagon), David Lapan mengkonfirmasi rencana kedatangan delegasi Irak ke Amerika pada bulan ini guna berunding soal pembelian 18 unit jet tempur AS.
AFP melaporkan, Lapan dalam jumpa persnya mengumumkan, "Irak mengajukan permohonan pembelian 36 unit jet tempur F-16 dan pada bulan ini delegasi Baghdad akan datang ke Washinton guna membicarakan pembelian 18 jet tempur dari total pesanan."
Ia menambahkan, kedua pihak masih pada tahap awal kesepakatan dan jika kesepakatan resmi tercapai, maka diperlukan waktu untuk menyiapkan jet-jet tersebut serta para pilot yang akan memberikan latihan. Ini adalah proses jangka panjang dan mungkin akan menelan waktu bertahun-tahun.
Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki Sabtu (30/7) dalam jumpa persnya menyatakan, "Pemerintah akan membeli 36 unit jet tempur F-16 Amerika dan jumlah ini dua kali lipat lebih banyak dari jumlah yang sebelumnya direncanakan Baghdad."
Pembelian jet F-16 tertunda setelah para pejabat Irak mengambil keputusan untuk menggunakan dana sebesar 900 juta dolar dalam program tersebut untuk membeli bahan pangan dan menjatahnya.
Kesepakatan ini akan membantu Irak untuk merekonstruksi armada angkatan udara negara ini yang sebelum invansi AS ke Irak merupakan yang terkuat di kawasan.
Al-Maliki kepada para wartawan mengatakan, "Dengan pembelian jet-jet tempur tersebut kita harus menjaga kedaulatan nasional Irak."
(IRIB/RA/MZ)


IRIB

Monday, August 1, 2011

Pasukan Libanon dan Israel Saling Lepaskan Tembak di Perbatasan


(AP/Lutfallalh Daher) Pasukan pemelihara perdamaian PBB asal Spanyol yang duduk di atas kendaraan lapis baja berpatroli di perbatasan di daerah Wazzani River, Libanon, Senin (1/8) pasca bentrokan pasukan Libanon dengan Israel.
Jerusalem, (Analisa). Pasukan Israel dan Libanon terlibat bentrokan, Senin (1/8), di perbatasan, daerah bergolak tempat ketegangan dengan mudah bisa menyulut kembali permusuhan antara kedua negara.
Para pejabat kedua belah pihak belum melaporkan korban jiwa dan masing-masing pihak saling menyalahkan atas bentrokan tadi.

Menurut militer Israel, pasukan AD Libanon menembaki pasukan Israel yang secara rutin berpatroli di perbatasan di wilayah Israel, sehingga mendorong pasukan Israel membalas tembakan.

Penembakan tadi terjadi setelah pasukan Israel memasuki wilayah Libanon, kata seorang petugas militer Libanon. Aksi penembakan tersebut terjadi di sepanjang Wazzani River di ujung tenggara Libanon di seberang dari posisi-posisi Israel.

Neeraj Singh, seorang jurubicara pasukan pemelihara perdamaian PBB di Libanon, mengatakan, tembakan tadi berhenti dan daerah itu tenang. UNIFIL melakukan penyelidikan untuk memutuskan bagaimana insiden bisa terjadi, tambahnya.

Para pejabat militer Israel mengatakan, Israel ingin mengatasi situasi dan memelihara ketenangan di perbatasan.

Tindak kekerasan tadi memicu ketegangan baru pada tapal batas bergolak tempat Israel dan militan Hizbullah Libanon berperang lima tahun silam selama sebulan.

Pada Mei, pasukan Israel bentrok dengan massa demonstran Libanon pro-Palestina yang mendekati perbatasan. Pihak militer mengaku melepaskan tembakan setelah demonstran mencoba merusak pagar perbatasan. Tapi menurutnya, enam demonstran yang tewas mungkin ditembak oleh pasukan AD Libanon, klaim yang dibantah Libanon. (AP/es)

ANALISA

Iraq PM pushes US training mission, F-16 deal


Iraq PM pushes US training mission, F-16 deal


By Agence France-Presse on Monday, August 1st, 2011

Iraq will ask for future defence contracts to include provision for trainers, bypassing MPs to allow some US soldiers to stay past a year-end pullout deadline, Prime Minister Nuri al-Maliki said Saturday.
Maliki also told reporters he had revived talks to purchase 36 American F-16 fighter jets, rather than the originally mooted 18, in a multi-billion-dollar deal that has been on the cards for several months.
"Training missions do not need the approval of parliament," the premier told a news conference.
"The government will include in agreements to purchase weapons that there should be trainers to train Iraqi forces to use these weapons."
Maliki said he submitted a report to parliament which concluded Iraq's security forces still required training on purchased weapons. He did not give details on the report.
Foreign Minister Hoshyar Zebari said this month that plans for a contingent of US military trainers were gaining traction among Iraqi leaders, but no agreement has yet been reached on the future of the American presence here.
Iraqi leaders have already missed a self-imposed July 23 deadline to reach agreement and, in the past, political deals have rarely been reached during the holy Muslim fasting month of Ramadan, which is set to start Monday.
Politicians have previously noted the difficulty of reaching an agreement in parliament on a prolonged American troop presence, as many Iraqis still view US forces, who led a 2003 invasion to oust Saddam Hussein, as occupiers.
Maliki said he had signed documents restarting talks to purchase F-16s from the United States, a deal that had been close to agreement earlier this year but was put off due to widespread protests railing against poor basic services.
The original deal had involved the acquisition of 18 jets, but Maliki said the new contract would lead to the purchase of 36 F-16s.
"The new contract will be larger than what we agreed earlier, to provide security for Iraq," he said.
Any potential deal would be worth billions of dollars and take years to implement, as it would require the manufacture of the planes and the training of Iraqi pilots.
US commanders say that while Iraq's forces are able to maintain internal security in the country, improvement is required in protecting Baghdad's airspace, territorial waters and borders.

DEFENCE TALK

Tuesday, July 12, 2011

Irak Beli 36 Pesawat Tempur F-16 dari Amerika

Selasa, 12 Juli 2011 13:21 WIB | 366 Views
Ilustrasi (Ist)
Washington (ANTARA News/AFP) - Irak memulai kembali perundingan untuk membeli 36 jet tempur Amerika Serikat dalam satu kontrak bernilai miliaran dolar yang Washington harapkan akan membantu menahan pengaruh Iran, kata surat kabar the Wall Street Journal, Senin.

Irak membekukan perjanjian 4,2 miliar dolar untuk membeli 18 jet tempur awal tahun karena ketidakstabilan berkaitan dengan situasi di negara Arab itu tetapi kini sedang mempertimbangkan satu pembelian yang bahkan lebih banyak, kata surat kabar itu mengutip para pejabat AS dan Irak.

Koran itu memberitakan keinginan itu sehubungan dengan pendapatan minyak yang diperkirakan lebih banyak ketimbang yang diperkirakan dan kekhawatiran kedua pihak menjelang penarikan 46.000 tentara AS yang tersisa dari negara itu akhir tahun ini.

Perjanjian yang mungkin dicapai itu bernilai miliaran dolar dan pelaksanaannya memerlukan beberapa tahun bagi pabrik pesawat itu untuk memproduksinya dan pelatihan para pilot Irak.

Surat kabar itu memberitakan Irak juga meminta sistem pertahanan udara yang ditempatkan di darat, termasuk rudal-rudal darat ke udara dan meriam-meriam besar.

Koran itu juga memberitakan Oman juga akan membeli 18 pesawat tempur F-16 dengan harga 3,5 miliar dolar.

Menteri Pertahanan AS Leon Panetta dalam kunjungan mendadak ke Baghdad, Senin mengatakan pasukan AS akan terus memburu pemberontak yang didukung Iran, dan mengatakan mereka telah membunuh banyak tentara AS.

Washington telah mendesak Irak membuat satu keputusan apakah negara itu menginginkan pasukan AS untuk tetap berada di negara itu setelah akhir tahun ini, saat seluruh pasukan AS akan ditarik sesuai dengan perjanjian keamanan tahun 2008.


Antara

Monday, July 4, 2011

NATO dan Rusia Berunding Atasi Krisis Libya



Para petinggi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Rusia hari ini (Senin 4/7) menggelar pertemuan di kota Sochi, Rusia. Dijadwalkan pertemuan ini akan membicarakan krisis di Libya. Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma yang gigih mengupayakan jalur diplomatik untuk menyelesaikan krisis di Libya juga hadir dalam pertemuan ini. Rusia di kasus Libya menentang keras serangan militer NATO yang diklaim demi melindungi nyawa warga sipil dari brutalitas Muammar Gaddafi. Menurut Rusia, NATO telah menyeleweng dari wewenang yang diberikan PBB serta berusaha menjatuhkan Gaddafi. Alexander Grushko, deputi Menteri Luar Negeri Rusia kemarin mengatakan, langkah NATO menyerang Libya sejatinya melanggar komitmen mereka sendiri terkait penghormatan terhadap hak-hak internasional yang mereka sepakati di KTT NATO di Lisbon Desember 2010.
Menurut Grushko, langkah NATO di Libya keluar dari koridor resolusi Dewan Keamanan PBB no. 1970 dan 1973. Dewan Keamanan pada 26 Februari meratifikasi resolusi nomor 1970 terkait larangan zona terbang di Libya dengan 10 suara mendukung dan lima suara menolak. Rusia dan Cina termasuk negara yang menentang resolusi ini.
Dewan Keamanan juga merilis resolusi nomor 1973 pada 17 Maret yang menekankan pentingnya menjaga keselamatan warga sipil di Libya. Kali ini Rusia pun menentang resolusi tersebut. Menurut Grushko, Rusia berusaha menciptakan iklim yang tepat guna memulai dialog di Libya dengan harapan Tripoli mampu menentukan nasibnya sendiri tanpa intervensi asing.
Saat ini, pemerintah Rusia tidak mendukung rezim Gaddafi, namun juga menentang operasi militer NATO. Sejatinya para petinggi Rusia melihat langkah NATO tersebut mengancam kepentingan Moskow. Perusahaan minyak Rusia menanam saham cukup besar di bidang minyak dan energi di Libya. Tripoli dan Moskow juga menandatangani sejumlah kontrak pembelian senjata. Oleh karena itu, penghentian serangan NATO ke Libya sangat penting bagi Rusia.
Selain itu, lengsernya diktator Gaddafi serta berkuasanya pemerintahan baru yang sehaluan dengan kebijakan Barat bukan masalah yang mudah diterima Rusia. Apalagi jika sampai Barat menguasai cadangan besar minyak Libya. Dari sinilah mudah dipahami mengapa Rusia bersikeras menyelesaikan krisis di Libya melalui jalur damai.
Pengiriman Mikhail Margelov ke Benghazi oleh Presiden Dmitry Medvedev dilakukan dalam koridor ini. Margelov juga telah melakukan perundingan dengan dua kubu di Libya meski perundingan tersebut belum memberikan hasil yang jelas dan dapat diterima kedua pihak. (IRIB/MF)

IRIB

Sunday, July 3, 2011

Arab Saudi Membeli 200 Armada Tank Leopard

 Pemerintah Jerman yang dituding menjual senjata dan logistik militer kepada rezim diktator dan mendukung pemerintahan anti-demokrasi di berbagai kawasan termasuk Afrika Utara dan Timur Tengah, kini berniat menjual 200 unit tank moderennya, Leopard, kepada Arab Saudi.
IRNA mengutip laporan Speigel menyebutkan, Berlin dengan keputusannya menjual persenjataan beratnya kepada negara-negara despotik termasuk Arab Saudi, pada hakikatnya telah menyatakan dukungan terhadap rezim-rezim tersebut.
Dewan Keamanan Federal Jerman yang dianggotai oleh kanselir, menteri pertahanan, dan menteri luar negeri itu, pekan lalu menyetujui penjualan senjata berat ke Arab Saudi.
Arab Saudi menyatakan ingin membeli lebih dari 200 armada tank Leopard 2A7+ namun, Berlin hanya menyetujui penjualan 200 unit saja.
Speigel menambahkan, industri persenjataan Jerman berharap dapat kembali sigenjot dengan transaksi senjata senilai milyaran melalui penjualan tank baru, model lama, atau bekas.
Pemerintah Riyadh telah terlebih dahulu melakukan negosiasi langsung dengan perusahaan senjata milik Amerika Serikat yang berada di Spanyol yang memegang hak produksi tank tersebut. Kini Arab Saudi langsung berhubungan dengan perusahaan utama produsen tank Leopard di Jerman.
Menurut Speigel, pemerintahan Berlin sebelumnya, berulangkali menangguhkan pembelian tank-tank tersebut kepada Arab Saudi karena pertimbangan keamanan rezim Zionis Israel. Namun kini tampaknya, Israel tidak menganggap tank tersebut sebagai ancaman.
Speigel menambahkan, penjualan senjata-senjata berat itu disepakati di saat Raja Arab Saudi dalam beberapa bulan terakhir tidak menunjukkan peran damainya di kawasan dan bahkan membantu menumpas protes damai rakyat Bahrain.
Dalam iklan videonya, disebutkan bahwa tank Leopard dapat menakut-nakuti demonstran dan dapat membersihkan rintangan yang menghadang jalannya. Tank tersebut merupakan salah satu unggulan ekspor senjata Jerman dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah.
Di Jerman, tercatat 80 ribu orang bekerja di bidang industri persenjataan dan industri terkait. Perusahaan-perusahaan senjata dan militer Jerman memiliki peran besar dalam transaksi senjata di tingkat global, dengan banyak menjual tank bekas dan model-model lama.
Berdasarkan data Pusat Perdamaian Stockholm, Swedia, antara tahun 2006 hingga 2010, negara pengimpor terbesar senjata dari Jerman adalah, Yunani dengan 15 persen, Afrika Selatan dengan 11 persen, Turki dengan 10 persen, Korea Selatan sembilan persen, dan Malaysia dengan tujuh persen.
Sejak tahun 1998, Jerman berhasil mendongkrak tingkat ekspor persenjataannya, dan jika sebelumnya berada di urutan kelima, pada tahun 2009 Jerman menduduki posisi ketiga. Adapun Amerika Serikat dan Rusia tetap menduduki posisi pertama dan kedua.
(IEIB/MZ/AR)


IRIB

Monday, June 20, 2011

Israel Mengaku Lemah dalam Memboikot Iran

 Sejumlah anggota parlemen dan analis politik Tel Aviv mengakui kelemahan ketentuan yang ada dan ketidakmampuan Israel dalam memberlakukan boikot dan embargo terhadap Republik Islam Iran.
Fars mengutip laporan Los Angeles Times (19/6) menyebutkan, sejumlah anggota parlemen dan pengamat politik di Israel berpendapat, "Di saat Israel berupaya keras untuk menyatukan negara-negara dunia agar memboikot Iran, boikot ekonomi rezim Zionis terhadap Iran sendiri, sudah memudar, tidak jelas, dan memiliki banyak kelemahan dalam tahap implementasi."
Masalah ini semakin menonjol ke permukaan setelah bulan lalu, pemerintah Amerika Serikat menyatakan bahwa perusahaan Ofer Brothers Group, yang merupakan salah satu perusahaan dagang Tel Aviv, melanggar boikot anti-Iran, melalui anak perusahaan itu di Singapura, Tanker Pacific of Singapore.
Ofer Brothers kemudian mengkonfirmasikan bahwa dalam satu dekade terakhir, anak perusahaan ini telah menurunkan muatan produk minyak di berbagai pelabuhan Iran dan merelokasi muatan dari pelabuhan setempat ke luar negeri.
Para analis dan anggota parlemen Tel Aviv mengaku terdapat banyak kelemahan serius dalam upaya Israel memboikot Republik Islam Iran.
Seorang anggota parlemen Israel (Knesset), Arieh Eldad, dalam hal ini menuntut pemerintah Tel Aviv menangani secara serius kelemahan implementasi boikot anti-Iran. Ditambahkannya, "Kita tidak bisa menunggu negara-negara lain ikut memboikot Iran, di saat perusahaan terbesar kita sendiri selalu berlalu-lalang di pelabuhan Iran. Ini sangat menggelikan."
(IRIB/MZ)


IRIB

Sunday, June 19, 2011

Delapan Mesin F-15 Israel Dicuri



Pesawat tempur F-15 Israel
Pejabat militer rezim Zionis Israel mengumumkan bahwa delapan mesin pesawat tempur Israel telah dicuri dari Pangkalan Udara Tel Nof, dekat Tel Aviv. Seorang juru bicara militer rezim Tel Aviv menyatakan pada hari Senin (13/6) bahwa sebuah investigasi atas pencurian mesin pesawat telah diluncurkan, AFP melaporkan. "Polisi militer telah memulai penyelidikan atas kasus itu," kata juru bicara tersebut tanpa merinci lebih lanjut.
Menurut laporan ini, para pejabat angkatan udara menegaskan bahwa bagian-bagian mesin yang dicuri adalah milik pesawat F-15 dan F-16. Bagian yang dicuri dilaporkan tidak lagi digunakan dan sudah menjadi besi tua, meski demikian pejabat militer Israel menggambarkan pencurian itu sebagai kasus yang sangat serius.
Tel Aviv dilaporkan telah memberitahu pejabat AS atas insiden, yang menurut beberapa laporan, terjadi ketika kelompok preman memasuki pangkalan. Namun, belum jelas bagaimana item yang relatif besar itu dipindahkan tanpa alat berat.
Israel telah memesan 20 jet tempur F-35, yang diproduksi oleh Lockheed Martin Corporation AS. Perusahaan ini juga menyediakan Israel dengan berbagai jenis pesawat tempur, termasuk F-16, F-22 dan F-35. (IRIB/RM/PH)

IRIB

Tuesday, May 24, 2011

Kelompok Sadr Gelar Parade Militer, Pesan untuk Militer AS

 Televisi al-Arabiya mengkonfirmasikan rencana kelompok Sadr Irak menggelar parade militer besok (Rabu, 25/5).
Televisi al-Arabiya hari ini (24/5) menyebutkan, rencana parade militer itu digelar di saat sebelumnya, para anggota kelompok Sadr telah memulai program latihan secara meluas beberapa waktu lalu.
Brigade Pasukan Mahdi dalam beberapa hari terakhir bersiap-siap di sekitar ibukota Baghdad dan kota-kota besar negara ini dalam rangka menggelar parade militer.
Seorang pejabat Sadr mengatakan, "Parade militer itu akan menunjukkan kepada pasukan pendudukan Amerika Serikat bahwa jika mereka tidak segera keluar dari Irak, maka kelompok Sadr siap untuk menghadapi mereka baik dengan cara damai maupun militer."
Menurutnya, konfrontasi kelompok Sadr dengan militer Amerika Serikat itu termasuk aksi mogok dan demonstrasi, adapun konfrontasi militer akan mencakup operasi militer.
Reporter al-Arabiya dalam laporannya menyebutkan, "Ratusan orang anggota kelompok Sadr secara tertib mulai pukul lima pagi hingga 11 malam berlatih setiap hari."
Sebelumnya, Kelompok Sadr, menyatakan akan mengaktifkan kembali perlawanan bersenjata jika militer Amerika Serikat tidak keluar dari Irak pada 2012 sesuai kesepakatan. Kelompok Sadr akan mengerahkan seluruh kemampuan dan daya untuk melawan, jika Amerika Serikat menolak melaksanakan komitmennya menarik mundur pasukan dari Irak sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Riyadh Ghali, seorang anggota Sadr, menuding pasukan pendudukan berencana untuk tetap bertahan di Irak.
Ditambahkannya, bahwa perlawanan kelompok Sadr mendatang akan dapat dibandingkan dengan perlawanan anti-militer AS pada tahun 2003. Karena menurutnya, kelompok Sadr saat ini telah melakukan koordinasi menyeluruh.
(IRIB/MZ)


IRIB

Jet Tempur Prancis Jatuh di Afghanistan

Selasa, 24 Mei 2011 23:17 WIB | 889 Views
Pesawat Mirage 2000 milik Angkatan Udara Prancis mendarat di Pangkalan Udara Militer Solenzara, Prancis. (ANTARA/Reuters)
Berita Terkait
 
Paris (ANTARA News/Reuters) - Jet tempur Prancis jatuh di Afghanistan barat pada Selasa akibat kerusakan mesin, tapi kedua pilotnya selamat sesudah melontarkan diri dari pesawat itu, kata juru bicara tentara Prancis.

Mirage itu jatuh sesudah mesin rusak, kata juru bicara tersebut, dengan menambahkan bahwa itu pesawat tentara pertama Prancis jatuh di Afghanistan sejak gerakan dilancarkan pada 2001.

"Kejadian itu bukan akibat tembakan musuh ... tapi mungkin kerusakan mesin," kata Thierry Burkhard.

Sekitar 4.000 tentara Prancis ditempatkan sebagai bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Iternasional (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO di Afghanistan, yang jumlahnya sekitar 150.000 orang.

Sejumlah 57 tentara Prancis tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat padfa 2001.

Angka tertinggi 711 tentara asing tewas di negara itu tercatat pada 2010, menjadikannya tahun paling mematikan bagi mereka sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat menggulingkan pemerintah garis keras Taliban pada ahir 2001.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

Presiden Prancis Nicolas Sarkozy pada tengah Juli 2010 menjanjikan tentaranya terus berjuang untuk memastikan perdamaian di Afghanistan, tempat sejumlah tentara itu tewas dalam memerangi Taliban.

"Tentara Prancis akan melakukan tugasnya dalam mengabdi perdamaian bersama sekutu dan teman kami, di mana pun kami berada," katanya pada televisi France 2, setelah menemui pasukan pada parade tahunan tentara pada hari libur kebangsaan Prancis.

Jajak pendapat diterbitkan di surat kabar sayap kiri "L`Humanite" pada September 2010 menyatakan kurang dari tiga dari 10 orang Prancis mendukung keterlibatan berkelanjutan Prancis dalam perang Afghanistan.

Sarkozy pada Januari 2011 menjelaskan bahwa negaranya tidak akan mengirimkan pasukan tempur tambahan ke Afghanistan, namun menambah petugas bukan tempur guna melatih pasukan keamanan Afghanistan.

Prancis adalah penyumbang keempat terbesar tentara dari negara Barat dalam membantu pemerintah Afghanistan memerangi perlawanan pimpinan Taliban, setelah Amerika Serikat, Inggris dan Jerman.

Prancis tidak berniat mengirim pasukan tambahan ke Afghanistan pada 2011, tapi akan memindahkan beberapa tentaranya dari wilayah yang akan diserahkan kepada pasukan keamanan Afghanistan, kata Menteri Pertahanan Prancis Alain Juppe pada Februari.

Juppe mengatakan pasukan Prancis, yang ditarik dari daerah sekitar Sarobi, akan ditempatkan di Kapisa, sebagai bagian dari rencana pada tahun ini untuk mulai menyerahkan keamanan ke pasukan Afghanistan bersama dengan penarikan tentara Amerika Serikat, yang sekarang berjumlah 97.000 orang.

"Yang kami katakan untuk Prancis adalah bahwa kami siap memulai peralihan pada 2011," kata Juppe.

"Kami akan menarik diri bila kami merasa Sarobi aman, jika pihak berwenang Afghanistan memutuskan, dan kami akan pindah ke wilayah di dekatnya, tempat masih pekerjaan dalam mengamankan Kapisa," katanya.

Kekerasan meningkat di seluruh Afghanistan pada bulan ini sejak Taliban mengumumkan pemulaian serangan musim semi, yang lama mereka nantikan.

Taliban, yang memerintah sejak 1996, melancarkan perlawanan sesudah digulingkan dari kekuasaan oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001.(*)
(B002/B012) 


Antara

Monday, May 23, 2011

Iraq says ready to buy Czech-made combat jets




L-159 ALCA

Iraq is ready to buy light attack aircraft, offered for sale by the Czech republic earlier this month, Iraqi Prime Minister Nuri al-Maliki said after talks with his Czech counterpart in Baghdad.
The visit to Baghdad by Czech Prime Minister Petr Necas, which began on Monday, focused on bilateral economic and political cooperation.
In mid-April, the Czech Republic announced its plans to offer Iraq 24 L-159 combat aircraft and help in modernizing the Iraqi helicopter fleet.
The single-seat L-159 ALCA is a light multi-role combat aircraft designed for a variety of air-to-air, air-to-ground and reconnaissance missions.
The jet was developed in the late 1990s by Aero Vodochody on the basis of the proven airframe design and aerodynamic configuration of the L39 Albatros and L59 family of combat trainers.
The aircraft is equipped with an advanced multi-mode radar for all-weather, day-and-night missions and can carry a wide range of NATO-standard payloads including air-to-air and air-to-ground missiles and laser guided bombs.
WARSAW, May 24 (RIA Novosti)

RIA NOVOSTI

Thursday, May 19, 2011

Amerika-Saudi Bentuk Pasukan Elit

 Amerika Serikat diam-diam memperluas hubungan pertahanan dalam skala besar dengan Arab Saudi, meskipun kemarahan jelas dinyatakan oleh pihak Arab atas peran Amerika dalam transformasi di Timur Tengah.
Amerika dan Saudi akan menciptakan sistem pertahanan rudal untuk melindungi ladang minyak kerajaan dan situs nuklir masa depan, Associated Press melaporkan pada hari Kamis (19/5).
Rencana tersebut didasarkan pada kesepakatan Mei 2008, yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice dan Menteri Dalam Negeri Saudi Pangeran Nayef. Kesepakatan itu juga akan membentuk pasukan elit yang mencakup setidaknya 35.000 prajurit Saudi.
Kolaborasi itu diawasi oleh Komando Sentral AS dan dikelola oleh Jenderal Robert G. Catalanotti.
Skuad tersebut dilatih dan dilengkapi oleh personel Amerika, termasuk staf dari departemen energi dan pertahanan. Pasukan keamanan ini juga terpisah dari militer Saudi dan garda nasional, yang bertugas melindungi keluarga kerajaan.
Washington juga menawarkan Riyadh paket senjata senilai 60 miliar dolar, yang memungkinkan Saudi memiliki puluhan pesawat tempur canggih. (IRIB/RM)

IRIB

Tuesday, May 17, 2011

“Perang Dengan Israel Tidak Dapat Dihindari”

 Seorang pengamat terkemuka Mesir, Mahyuddin Halami al-Ghandur menyatakan bahwa generasi revolusioner Mesir tidak menilai penting kesepakatan Kamp David, dan generasi tersebut meyakini bahwa perang dengan Israel merupakan hal yang tidak dapat dihindari.
Al-Ghandur dalam wawancaranya dengan kantor berita Fars hari ini (17/5) menyinggung hubungan Mesir dan rezim Zionis Israel seraya menekankan bahwa kesepakatan perdamaian kedua pihak tidak berarti.
Pengamat Mesir itu menjelaskan bahwa saat ini Duta Besar Israel telah meninggalkan Mesir dan rakyat revolusioner terus mendesak pemerintah untuk segera mengakhiri kerjasamanya dengan Israel dan menghentikan ekspor gas ke Tel Aviv.
Ditambahkannya, masalah ini sangat jelas bahwa generasi revolusioner Mesir menentang Israel dan perang dengan rezim Zionis merupakan hal yang tidak dapat dihindari.
Menurutnya, dalam 30 tahun terakhir Mesir di bawah pemerintahan rezim yang sepenuhnya menjadi antek-antek Israel, namun kini, Mesir telah meraih kembali posisinya sebagai pemimpin dunia Arab.
Kedalaman Strategis Iran-Mesir
Terkait masalah hubungan Iran dan Mesir, al-Ghandur mengatakan, kedua negara memiliki peran penting dan Amerika Serikat tidak ingin keduanya menjalin kerjasama konstruktif.
Dikatakannya, "Jika Anda mengikuti perkembangan terbaru, maka Anda akan mengetahui bahwa negara-negara Teluk (Persia) sangat mendesak Mesir agar tidak memulihkan hubungannya dengan Iran. Hubungan Iran dengan negara-negara Teluk Persia sangat baik lalu mengapa mereka menginterferensi hubungan Tehran-Kairo? Karena ini semua adalah program Amerika Serikat."
"Negara-negara Teluk Persia tidak berarti. Mereka sama dengan angka nol. Seberapa banyak penambahan angka nol, tetap hasilnya nol. Namun jika negara-negara tersebut ditambah dengan Iran, maka tidak akan terjadi apa-apa. Iran berangka benar, dan jika ditambah nol, hasilnya adalah angka Iran," ungkap al-Ghandur.
"Poinnya adalah bahwa Mesir juga merupakan angka benar dan jika ditambah dengan Iran, maka hasilnya akan semakin besar. Dan ini yang tidak diinginkan Amerika Serikat" jelas al-Ghandur.
Jika hubungan Iran dan Mesir pulih, al-Ghandur menegaskan bahwa seluruh masalah akan berubah. Kedua negara memiliki peran sangat strategis dan Amerika Serikat menyadari fakta tersebut. Berbeda dengan negara-negara Arab lain di Teluk Persia, mereka semua tidak bernilai karena angka mereka tetap nol.
(IRIB/MZ/SL)


IRIB

Wednesday, May 11, 2011

Malaysia Protes Campur Tangan AS

 Sekelompok warga Malaysia berkumpul di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kuala Lumpur untuk memprotes intervensi Washington di dunia Muslim dan dukungan penuh negara itu kepada rezim Zionis Israel.
Para demonstran, termasuk aktivis politik mengeluarkan pernyataan yang ditujukan kepada Presiden Barack Obama di mana mereka mengecam konspirasi Washington di negara-negara Islam, IRNA melaporkan pada hari Selasa (10/5).
Dalam pernyataan itu, warga Malaysia juga menyatakan protes mereka atas intervensi militer AS di Libya.
Campur tangan militer AS di Libya telah membahayakan kehidupan banyak warga sipil, dan ini bukan pertama kalinya Washington ikut campur di negara-negara dengan sumber daya minyak, tegas mereka.
Para pengunjuk rasa juga mengutuk dukungan AS kepada Israel, yang mereka gambarkan sebagai teroris terbesar di dunia. Israel sangat mudah membantai rakyat Palestina dengan dukungan AS, ujar demonstran.
Menurut mereka, terorisme tidak akan berakhir di dunia, kecuali AS mengakhiri kebijakan yang tidak adil.
Pada bagian lain pernyataan itu, demonstran Malaysia mempertanyakan Obama atas klaim AS soal pembunuhan pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden dan penenggelaman di laut. (IRIB/RM/PH)

IRIB

Wednesday, May 4, 2011

Israel Siapkan Diri Menghadapi Perang Multi-Fron

t Jane's Defense Weekly (JDW), sebuah majalah militer terbitan Israel melaporkan bahwa rezim Zionis beberapa waktu lalu menggelar manuver militer yang dilakukan sangat rahasia. Sumber Zionis itu menjelaskan bahwa latihan itu dimaksudkan meningkatkan kesiapan militer Israel dalam menghadapi perang multi-front.
Fars (2/5) melaporkan, JDW menambahkan manuver militer itu berlangsung selama sepekan dimulai tanggal 31 Maret dan hasilnya selesai dianalisa dalam beberapa waktu lalu.
Menurut sumber tersebut, Israel saat ini tengah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan perang multi-front di kawasan. Menuver itu tidak menggunakan peluru tajam dan tidak ada operasi luas di darat. Namun poin pentingnya adalah bahwa manuver itu diikuti oleh seluruh panglima dari berbagai jajaran militer Israel.
Para pengamat berpendapat bahwa Israel terpaksa mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk perang dari berbagai sisi menyusul transformasi terbaru di Timur Tengah. (IRIB/MZ)

IRIB

Wednesday, April 27, 2011

Putin: Masyarakat “Beradab” Keroyok Libya



Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin seraya mengkritik intervensi militer NATO di Libya, mengatakan, Barat telah melanggar mandat PBB dengan mencoba untuk membunuh pemimpin Libya Muammar Gaddafi. "Barat mengatakan bahwa mereka tidak ingin membunuh Gaddafi. Sekarang beberapa pejabat menuturkan, Ya, kami mencoba untuk membunuh Gaddafi. Siapa yang mengizinkan ini, apa sudah ada sidang yang digelar? Siapa yang mengambil hak untuk mengeksekusi Gaddafi?" tanya Putin seperti dilansir Reuters pada hari Selasa (26/4).
Putin mengeluarkan pernyataannya sehari setelah pesawat tempur NATO menghancurkan sebuah bangunan di kompleks Gaddafi di ibu kota Tripoli, Libya.
Setelah pembicaraan dengan sejawatnya dari Denmark Lars Lokke Rasmussen di Kopenhagen, PM Rusia mengatakan, masyarakat yang disebut beradab telah mengeroyok Libya. Putin tampaknya diam-diam menyimpulkan bahwa Barat tengah berupaya menguasai cadangan minyak negara Afrika Utara itu.
Sejak awal serangan udara terhadap Libya, Rusia telah berulang kali mengkritik Barat dan memprotes resolusi 1973 Dewan Keamanan PBB. Menurut Moskow, resolusi yang bertujuan menegakkan zona larangan terbang di Libya untuk melindungi warga sipil, adalah "seruan untuk Perang Salib" dan telah menjadi bumerang dengan jatuhnya korban sipil.
Rusia sendiri abstain dalam pemungutan suara Dewan Keamanan PBB untuk merilis resolusi atas Libya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Robert Gates dan timpalannya dari Inggris Liam Fox pada hari Selasa mengatakan, kompleks Muammar Gaddafi adalah sasaran yang "sah".
"Kami menganggap seluruh pusat komando dan kendali adalah sasaran sah dan kami telah mendapat (sasaran) di tempat lainnya," kata Gates dalam konferensi pers setelah pembicaraan dengan Fox.
Gates dan Fox bertemu di Washington hari Selasa untuk membahas cara-cara untuk meningkatkan tekanan militer terhadap rezim Gaddafi, Departemen Pertahanan AS mengatakan.
Setelah pertemuan, Fox mengatakan bahwa pasukan oposisi telah mendapatkan momentum dalam kampanyenya terhadap loyalis Gaddafi dan berhasil memaksa mereka mundur.
"Kami telah melihat beberapa kemajuan di Misrata. Dan itu sangat jelas bahwa rezim semakin terdesak," kata Fox. (IRIB/RM/PH)

IRIB

BERITA POLULER