Aulia Akbar
Selasa, 10 Januari 2012 13:04 wib
ilustrasi : arabianbusiness
RIYADH - Amerika Serikat (AS) mendesak negara Teluk agar memperbaharui misil-misilnya, di samping itu, AS juga melanjutkan pembangunan sistem pertahanan misil dengan negara-negara Teluk lainnya. Misil-misil itu ditujukan untuk melindung negara penghasil minyak dari ancaman misil Iran.
Pada 2 Januari lalu, perusahaan militer asal Massachusetts, Raytheon Co mengumumkan penandatanganan kontraknya dengan Uni Emirat Arab untuk membangun sistem anti-misil Terminal High Altitude Area Defence (THAAD). Uni Emirat Arab juga mendapatkan 96 misil untuk pertahanannya pada Desember 2011.
Pada 2010 lalu, AS juga menempatkan radar AN/TPY-2 di Gurun Negev, yang terletak di bagian selatan Tel Aviv. Radar itu ditujukan untuk memperkuat kapabilitas pertahanan misil Israel dan juga mendeteksi misil Iran. Demikian seperti diberitakan UPI, Selasa (10/1/2012).
Selain membicarakan masalah penempatan sistem pertahanan misil Teluk, AS juga mendesak Arab Saudi agar memperbaharui misil patriotnya. Perusahaan Raytheon juga sudah memperbaharui misil patriot milik Kuwait.
Keenam negara Dewan Kerja Sama Teluk, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, dan Bahrain, sebelumnya sudah sepakat untuk menjalankan konsep integrasi pertahanan pada dua dekade yang lalu. Meski demikian, proses kerja sama itu tampak tersendat karena beberapa negara Teluk menolak untuk berada di bawah kendali Arab Saudi, yang menjadi figur terkuat bagi negara Teluk.
Bila memang proyek pertahanan itu selesai dibangun, sistem pertahanan misil AS tampaknya semakin bertambah kuat, pasalnya North Atlantic Treaty Organization juga memiliki misil di Turki. Menurut Turki, misil-misil NATO tidak diarahkan ke Iran, namun AS sebelumnya mengatakan bahwa misil-misil ditujukan untuk mewaspadai ancaman di Timur Tengah.(AUL)
Pada 2 Januari lalu, perusahaan militer asal Massachusetts, Raytheon Co mengumumkan penandatanganan kontraknya dengan Uni Emirat Arab untuk membangun sistem anti-misil Terminal High Altitude Area Defence (THAAD). Uni Emirat Arab juga mendapatkan 96 misil untuk pertahanannya pada Desember 2011.
Pada 2010 lalu, AS juga menempatkan radar AN/TPY-2 di Gurun Negev, yang terletak di bagian selatan Tel Aviv. Radar itu ditujukan untuk memperkuat kapabilitas pertahanan misil Israel dan juga mendeteksi misil Iran. Demikian seperti diberitakan UPI, Selasa (10/1/2012).
Selain membicarakan masalah penempatan sistem pertahanan misil Teluk, AS juga mendesak Arab Saudi agar memperbaharui misil patriotnya. Perusahaan Raytheon juga sudah memperbaharui misil patriot milik Kuwait.
Keenam negara Dewan Kerja Sama Teluk, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, dan Bahrain, sebelumnya sudah sepakat untuk menjalankan konsep integrasi pertahanan pada dua dekade yang lalu. Meski demikian, proses kerja sama itu tampak tersendat karena beberapa negara Teluk menolak untuk berada di bawah kendali Arab Saudi, yang menjadi figur terkuat bagi negara Teluk.
Bila memang proyek pertahanan itu selesai dibangun, sistem pertahanan misil AS tampaknya semakin bertambah kuat, pasalnya North Atlantic Treaty Organization juga memiliki misil di Turki. Menurut Turki, misil-misil NATO tidak diarahkan ke Iran, namun AS sebelumnya mengatakan bahwa misil-misil ditujukan untuk mewaspadai ancaman di Timur Tengah.(AUL)
sumber OKE ZONE
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK