GlobalFirepower.com: Strength in Numbers
MILITER INDONESIA URUTAN KE 14 DI DUNIA
History and Warfare If history has shown the observer one thing, it is that war follows man like a shadow. According to one source, documented history has recorded an estimated 300 years of known peace on our planet - leaving thousands of years open to conflicts of varying degrees. Interestingly enough, this mostly unknown fact forces us to recognize that there has been some source of conflict - be it religious, ethnic, territorial or otherwise - between two or more groups on our planet on a consistent basis for thousands of years. GlobalFirepower.com (GFP) GFP provides a unique analytical display of information covering nations from around the world with statistics based on various public sources. Countries covered include the major global players prominent in today's international landscape along with other smaller nations making the news - this spectrum helping to produce a broad comparison of military strengths from across the globe. This is a personal and experimental site meant for entertainment and to stir up dialogue. Things You Should Know The user should note that nuclear capability is not taken into account. This listing is purely a "numbers game" meant to spark debate and including such game-changers as nuclear weapons would clearly defeat the purpose of such an experiment. In any case, most any nation going to war would more than likely refrain from using such destructive warfare being that since the atomic bombs dropped in 1945, no nation has utilized this form of warfare for at least 60+ years despite there being a good amount of conflicts since then and more nuclear powers at play in the world. If there is a World War 3, it will most likely still be of the conventional sort. The comparisons here are for consideration in a "straight-up" war based solely on a nation's capabilities from land, sea and through the air with other statistics covering the logistical and financial aspects of waging such a campaign. Statistic sources and years are stated whenever possible. Some statistics may be estimated if concrete numbers are not available. Final Thoughts It goes without saying that lists such can be completely subjective, though the GFP intention is to be wholly unbiased. No list could ever offer a proper display of accurate military firepower unless one had a full-time staff researching these numbers daily with many connections to these world governments. This listing is updating approximately once every 12 months based on new (if any) information garnered from various print and online sources. The GFP final ranking is based on an in-house formula used to generate an average of all applicable statistics found on this website when compared against each country with applicable modifiers (bonuses and penalties) added to each nations score to present a more accurate list. The last major statistics review was in February of 2009. The GFP ranking list was updated in May of 2009. Changes to the list now include factors for current/recent military experiences, training levels and equipment quality. Denmark, South Africa and Georgia are new-adds bringing the country total to 42 nations. Enjoy the numbers! It is hardly a super-accurate scientific measurement of military strengths but still entertaining to consider at the very least. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Rank 1-10 Observations: The United States (GFP formula value of 0.184) remains the undisputed leader of our list thanks to their staying "active" in global hotspots, showcasing the world's largest navy and continuing to poor in gobs of money into defense. Our formula sees China edge out Russia but only by the slimmest of margins (0.238 versus 0.241 respectively) with an edge in available manpower and financial capital. France (0.636) and Germany (0.672) are relative equals for the most part but the GFP formula gives a slight edge to France thanks to an aircraft carrier and capable navy as well as a bump in defense spending. Brazil (0.756) is the most powerful South American country on the list thanks to available manpower and a capable navy. Japan (0.920) is a "sleeper" power that sneaks into the top ten with a good navy, strong logistical infrastructure and capital. Rank 11-20 Observations: Our formula provides for a good disparity between North and South Korea, placing South well-ahead of the North thanks to better infrastructure and capital. Mexico's placement this high on the list is interesting to note - it scored a good balance across the board in all major categories. Israel finally gets a proper placement on this year's list - just out of the top ten - sporting a strong land army with equally strong training, modern equipment and recent combat experience. Rank 21-30 Observations: No surprises here. A basic collection of modern armies of generally equal strengths.
Rank 31-42 Observations: The bottom of the list features two rebuilding nations (Iraq and Afghanistan) as well as two "recovering" nations (Georgia and Lebanon) along with powers that generally stay relatively quiet. Old Rank Order (from #1 - #39): USA, Russia, China, India, Germany, France, Japan, Turkey, Brazil, UK, Italy, South Korea, Indonesia, Mexico, Canada, Iran, Egypt, North Korea, Spain, Pakistan, Australia, Saudi Arabia, Thailand, Argentina, Sweden, Israel, Greece, Taiwan, Syria, Philippines, Poland, Ukraine, Norway, Iraq, Libya, Venezuela, Lebanon, Nepal and Afghanistan. http://www.globalfirepower.com/ Armada Tempur Indonesia TerbaruRencana kedatangan alutsista TNI 2010-2014 dengan anggaran pembelian US$ 15 Milyar : Renstra TNI 2010-2014 memberikan nuansa pelangi terhadap komparasi alutsista yang akan diperbaharui yaitu adanya diversifikasi terhadap jenis alutsista produksi dalam negeri , dari Rusia, China dan Amerika Serikat. Setidaknya itu yang mengemuka dalam statement yang dikemukakan Panglima TNI Jendral Djoko Santoso dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Jakarta kemarin. Dalam rencana strategis itu diungkapkan bahwa TNI akan memenuhi kebutuhan armada kapal perang dengan memesan 35 Kapal Cepat Rudal Trimaran ukuran 60 meter, 40 Kapal Patroli Cepat Rudal ukuran 40 meter dan 15 Korvet semuanya produksi dalam negeri. Sementara 2 kapal selam kelas Kilo dari Rusia dipastikan hadir tahun 2013. Untuk Kapal Cepat Rudal Trimaran dan Patroli Cepat adalah produksi swasta nasional, masing-masing akan dilengkapi sepasang rudal buatan China dan Rusia, sementara Korvet adalah produksi PT PAL Indonesia, demikian diungkapkan Jendral Djoko Santoso. Angkatan Udara Indonesia akan diperkuat dengan pembelian 22 F16 CD dari Amerika Serikat dan 12 pesawat angkut Hercules. Order ini akan disign pada saat kedatangan Presiden Barrack Obama ke Jakarta pertengahan Maret mendatang bersamaan dengan penandatanganan 5 perjanjian kerjasama lainnya. Saat ini TNI AU memiliki 10 F16 AB dan 38 Hercules berbagai seri. Bulan April mendatang 3 pesawat tempur SU27 dari Rusia tiba di PangkalanAU Makassar. Dengan kedatangan 3 penempur Sukhoi itu, TNI AU memiliki 10 Sukhoi dan merencanakan akan terus menambah pesawat empur jenis ini sampai mencapai 48 buah ( 4 skuadron). Yang menarik dari renstra TNI ini adalah adanya pergelaran rudal produksi dalam negeri yang mampu menjangkau jarak tembak sampai 300 km dan sekaligus mengubah konsep hankam TNI dari defensif murni menjadi pre emptive strike. Menurut pengamat militer Jales Primowardhani perubahan konsep ini dipicu oleh keangkuhan Malaysia yang mengganggu teritori Indonesia terutama perairan Ambalat. Ini yang membuat petinggi TNI dan bahkan Presiden SBY merasa gerah dan kemudian mempersiapkan arsenal berbagai jenis untuk mengantisipasi kondisi terburuk, katanya. TNI memang sedang mempersiapkan diri, memperbaharui alutsistanya. Lihat saja di kalimantan, Kodam dimekarkan menjadi 2 dengan menambah kekuatan pasukan secara besar-besaran sampai mencapai 30 ribu, pembentukan 8 batalyon infantri, 6 batalyon kavaleri, 4 batalyon artileri dan 4 batalyon rudal. Tarakan juga menjadi home base bagi 16 pesawat tempur Super Tucano disamping Pontianak yang sudah eksis sengan 16 pesawat tempur Hawk. Seorang petinggi di Kementerian Pertahanan Indonesia yang enggan disebut namanya membenarkan bahwa TNI sedang mempersiapkan kekuatannya dengan memperbesar satuan-satuannya. Marinir akan ditambah menjadi 60ribu pasukan, Kostrad sedang membangun divisi 3, Kodam-kodam menambah batalyon infanri dan mekanis. Rudal berbagai jenis sudah dan sedang dalam pesanan seperti Qw3, C-802, Yakhont, AGM Maverick. Nantinya kekuatan TNI AL bertumpu pada kekuatan 3 armada tempur dengan kekuatan 276 KRI, 12 Kapal Selam , 60 ribu marinr. TNI AU dengan 4 Skuadron Sukhoi, 3 Skuadron F16, 2 Skuadron Hawk, 1 skuadron Stucano, 1 skuadron Yak 130. TNI AD dengan 3 divisi Kostrad, 21 Kodam dengan kekuatan pasukan mencapai 450 ribu tentara. sumber :reuters rencana pembelian a. 3 Sukhoi SU27 April 2010 (rali sasi 5 sep 2010 dan 15 sep 2010) b. 16 Super Tucano September 2010 (DICARI ALTERNATIF LAIN) c. 8 Heli tempur MI35 Nopember 2010 d. 12 Heli tempur MI17 Oktober 2010 e. 6 Sukhoi SU30 Mei 2011 f. 6 Hercules Desember 2010 g. 8 Kapal Cepat Rudal Ctmaran Nopember 2010 h. 6 Hercules Nopember 2011 i. 22 F16 CD Oktober 2011 - Juni 2012 j. 12 Kapal Cepat Rudal Ctmaran Desember 2011 k. 4 Korvet PAL Juni - Okt 2011 l. 16 Yak 130 April 2013 m. 10 Sukhoi SU27/30 Nopember 2013 n. 2 Kapal Selam Kilo Desember 2013 o. 20 Kapal Patroli Cepat Rudal Jan - Des 2011 p. 80 Rudal Lapan Juni - Okt 2010 q. 12 Korvet PAL Jan 2012- Des 2013 r. 5 Batteray S300 Mei 2013 s. 2 Kapal Selam U214 Okt 2014 t. 10 Sukhoi SU35 Agustus 2014 u. 200 Rudal Lapan Feb - Sep 2011 Sumber : Jane's Defence Feb 2010 Bangkitnya TNI AU Peringatan HUT TNI AU ke 64 di Halim Perdana Kusuma Jakarta yang dihadiri Panglima TNI Jendral Djoko Santoso hari ini tanggal 09 April 2010 dirasakan cukup meriah. 16 pesawat tempur melakukan formasi big diamond yang menggambarkan kesiapan TNI AU mengawal dirgantara Indonesia. Ke 16 pesawat tempur itu terdiri dari masing-masing empat unit Sukhoi, F16, F5E dan Hawk200 melakukan manuver tempur yang membanggakan. Panglima TNI dalam amanatnya menyatakan TNI AU akan terus dikembangkan dan diperkuat untuk mengawal udara Nusantara yang luas ini. Program Renstra TNI 2010-2014 memberikan arahan yang jelas untuk menambah skuadron tempur baru. Tambahan pesawat tempur F16 CD sebanyak 16 unit akan ditempatkan di Medan. 10 Sukhoi ditempatkan di Pangkal Pinang, 16 Super Tucano ditempatkan di Tarakan dan Malang, 16 Yak 130 ditempatkan di Madiun. Saat ini kekuatan TNI AU memiliki 10 Sukhoi di Makassar, 10 F16 di Madiun, 12 F5E di Madiun, 40 Hawk100/200 di Pekan Baru dan Pontianak, 8 Hawk MK di Madiun dan 6 OV10 Bronco di Malang. Disamping TNI AU Penerbad juga sudah membentuk skuadron heli tempur baru di Berau Kaltim dengan kekuatan 8 Mi35 dan 8 Mi17. Sementara 10 F16 yag ada di Madiun mulai ditambah menjadi 16 pesawat dengan kedatangan 6 pesawat tempur F16 dari Guam AS awal Maret 2010 ini. (OBAMA TIDAK DATANG, ALTERNATIF JF-17) Sumber: Trans TV 16 Super Tucano September 2010 (TERSENDAT OLEH RAPAT DPR SEDANG DICARI ALTERNATIF LAIN) 22 F16 CD Oktober 2011 - Juni 2012 20 kendaraan tempur infanteri BMP-3F (SUDAH ADA MOU des 2010 akan datang) 10 Helikopter Mi-17 5 heli serang Mi-35M 2 Kapal Selam Amur-1650 4 Kapal Selam 636 Kelas-Kilo SUKHOI SU-27SKM Selain itu demi mendukung kinerja Sukhoi yang mumpuni industri pertahanan Indonesia sudah siap membuat bom untuk pesawat Sukhoi dan pesawat standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Bom kaliber 100 kilogram bernama P100 itu telah dibuat Dinas Penelitian dan Pengembangan Markas Besar TNI Angkatan Udara. “Kualitasnya bagus. Hanya, kapasitas produksinya masih kecil karena permintaan TNI terbatas,“ ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departeman Pertahanan Lilik Hendrajaya. Termasuk dalam daftar beli indonesia pada Rusia selain 20 Su-30MK2 adalah: Sejumlah pesawat latih Yak-130 lain, serta sistem pertahanan udara yang total bernilai miliar dollar AS. Dalam implementasinya, seperti disampaikan ketika Presiden Vladimir Putin berkunjung ke Indonesia September silam, kredit yang ditawarkan sebesar 1 miliar dollar AS kemudian dicairkan dalam dua tahap, masing- masing 500 juta dollar AS. TNI AU berencana membentuk dua skadron Sukhoi —total 24 pesawat—pada tahun 2010 nanti. sumber link: http://all-mistery.blogspot.com/2010...a-terbaru.html http://forum.detik.com/showthread.php?p=10811363 ADMIN INDONESIA DEFENCE : MOHON KOREKSI DAN KASIH REFERENSI YANG VALID..THANKS semoga terealisasi....yoo duitnya jangan dikorupsi aja...... :) referensi lain Korps Marinir Segera Miliki 17 Unit Tank BMP-3F Buatan Rusia Sidoarjo - TNI Angkatan Laut merevitalisasi alat utama sistem persenjataan, terutama menggantikan persenjataan yang sudah udzur. Markas Besar TNI Angkatan Laut membeli 17 tank jenis BMP-3F dari Rusia. Proses administrasi pengadaan tank telah selesai, menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009. “Diperkirakan Desember mendatang sudah tiba di Tanah Air,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Madya Agus Suhartono, Kamis (12/11). BMP-3FTank produksi Rusia ini memiliki keunggulan di antaranya jarak tembak 20 kilometer, tank amfibi ini mampu berjalan di air dengan kecepatan 13 kilometer per jam atau sekitar 7 knot per jam. Sedangkan, kecepatan jalan darat hingga 70 kilometer per jam. Mampu berjalan di medan pegunungan mencapai 45 kilometer per jam, sambil mengeluarkan tembakan. Harga setiap unit diperkirakan mencapai Rp 23 miliar. Tank ini juga dilengkapi dengan senjata kaliber 100 milimeter canon, serta 38 butir amunisi yang mampu menembak ke udara dengan sasaran pesawat maupun helikopter. Selain itu juga dilengkapi dengan senjata 7,62 milimeter yang merupakan senjata mesin ringan. Tank tercanggih saat ini, akan langsung bergabung dengan Resimen Kaveleri Marinir. Selain itu, TNI Angkatan Laut juga mendapat hibah 10 unit tank amfibi dari Korea Selatan. Tak jenis Landing Vehicle Tank tipe 7A1 ini, akan memperkuat dukungan alat persenjata TNI Angkatan Laut. BMP-3FKepala Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Madya Iskandar Sitompul mengatakan selama ini jumlah tank di TNI Angkatan Laut mencapai 430 unit. Rata-rata berusia sekitar 20 tahun, 30 persen diantaranya berusia 30 tahun. Karena tergolong peralatan berumur, maka persenjataan tersebut mulai diperbarui. Tank hibah tersebut, kata Iskandar, menjalani perawatan sehingga memiliki tingkat efisiensi 90 persen. Jika diperhitungkan dengan luasan wilayah, idealnya jumlah persenjataan jauh dari kebutuhan ideal. “Tapi disesuaikan dengan keuangan negara, serta prioritas pembelajaannya,” jelasnya.(Sumber : Tempo Interaktif) referensi lainya: Inilah Armada Tempur Indonesia TerbaruSUKHOI SU-27SKMSelain itu demi mendukung kinerja Sukhoi yang mumpuni industri pertahanan Indonesia sudah siap membuat bom untuk pesawat Sukhoi dan pesawat standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Bom kaliber 100 kilogram bernama P100 itu telah dibuat Dinas Penelitian dan Pengembangan Markas Besar TNI Angkatan Udara. “Kualitasnya bagus. Hanya, kapasitas produksinya masih kecil karena permintaan TNI terbatas,“ ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departeman Pertahanan Lilik Hendrajaya. Termasuk dalam daftar beli indonesia pada Rusia selain 20 Su-30MK2 adalah: Sejumlah pesawat latih Yak-130 4 Kapal Selam 636 Kelas-Kilo 2 Kapal Selam Amur-1650 10 Helikopter Mi-17 5 heli swrang Mi-35M 20 kendaraan tempur infanteri BMP-3F dan sejumlah korvet dan kapal lain, serta sistem pertahanan udara yang total bernilai miliar dollar AS. Dalam implementasinya, seperti disampaikan ketika Presiden Vladimir Putin berkunjung ke Indonesia September silam, kredit yang ditawarkan sebesar 1 miliar dollar AS kemudian dicairkan dalam dua tahap, masing- masing 500 juta dollar AS. TNI AU berencana membentuk dua skadron Sukhoi —total 24 pesawat—pada tahun 2010 nanti. http://all-mistery.blogspot.com/2010/03/inilah-armada-tempur-indonesia-terbaru.html referensi lainnya yang mendukung info diatas TNI Anggarkan Beli Kapal Cepat Trimaran dan 16 Super Tucano22 Februari 2010Kapal Cepat Trimaran X3K (image : Lundin) Panglima TNI: Pesawat Super Tucano Gantikan OV-10 JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menjelaskan, rencana TNI berencana membeli pesawat jenis Super Tucano merupakan pengganti pesawat OV-10 yang telah di-"grounded". Hal itu dijelaskan Panglima saat rapat kerja dengan Komisi I di gedung DPR Jakarta, Senin (22/2/2010). Panglima TNI menjelaskan proses pembelian alutsista itu dilaksanakan pada renstra II tahun 2010-2014. Sementara, penjelasan Panglima ini terkait dengan pertanyaan kalangan anggota Komisi I DPR seputar rencana TNI AU membeli pesawat Super Tucano untuk ditempatkan di skadron 14 Madiun dan rencana TNI AL membeli kapal patroli cepat. "TNI AU telah mengajukan anggaran pembelian beserta dukungannya sebanyak 16 unit untuk satu skadron," ujarnya. Terkait upaya pemberdayaan industri strategis pertahanan nasional, menurut Panglima TNI, pihaknya juga berencana melibatkan atau menjalin kerjasama PT Dirgantara Indonesia dalam berbagai hal yang menyangkut pelatihan, jaminan ketersediaan suku cadang, prosentase kandungan lokal dan alih teknologi. Tentang pembelian kapal patroli cepat, Panglima TNI mengatakan bahwa sesuai dengan renstra II tahun 2010-2014, TNI AL telah menganggarkan pembelian Kapal Cepat Rudal Trimaran dengan panjang 60 meter dan Kapal Cepat Rudal sepanjang 40 meter. "Keduanya merupakan produk industri swasta nasional," kata Panglima TNI. Dalam raker yang dipimpin Ketua Komisi I Aziz Stamboel (FPKS), hadir pula Menhan Purnomo Yusgiantoro, para kepala staf TNI dan Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin. (Kompas) http://defense-studies.blogspot.com/2010/02/tni-anggarkan-beli-kapal-cepat-trimaran.html TNI AU mantapkan perampingan pesawatTuesday, January 12, 2010F-16A/B yang dimiliki TNI AU dalam suatu misi. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates menawarkan RI enam F-16 C/D, satu unitnya US$30. Saat bertemu timbalannya Menhan Indonesia Juwono Sudarsono di Jakarta, 25 Februari 2008. (Foto: TNI AU) 12 Januari 2009, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Madya TNI Imam Sufaat mengatakan, pihaknya sedang memantapkan perampingan tipe pesawat terkait kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF). "Sudah kita jalankan secara bertahap, dan akan kita mantapkan," katanya. Perampingan tipe pesawat itu, tambahnya, dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi kesiapan dari masing-masing alutisista (alat utama sistem senjata). "Perampingan tidak serta merta dilakukan begitu saja. Contohnya, kita punya rencana meniadakan OV-10 Bronco, helikopter Twinpack, dan Hawk MK53. Itu tidak bisa dihilangkan begitu saja, ada beberapa pertimbangan yang diperlukan," ujarnya. Selain OV-10F Bronco yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun, ada C-212 Aviocar, F-27 Troopship, S-58T Twinpack dan Hawk MK53 serta C-130B yang akan di-round down sejalan umur pesawat itu sendiri. Di sektor pesawat angkut kelas berat, TNI AU akan mengurangi jenis varian Hercules yang digunakan selama ini menjadi varian tipe B, untuk heli Super Puma L1 dan Puma akan dihilangkan dan digantikan perannya oleh Super Puma L2. Sedangkan untuk pesawat tempur, katanya, dengan perampingan dari 25 tipe menjadi 18 tipe pesawat serta penambahan F-16 dan Sukhoi Su-27/30 diharapkan biaya pemeliharaan dan perawatan bisa dihemat. Ia menegaskan, selain merampingkan tipe pesawat untuk menghemat biaya pemeliharaan dan perawatan pihaknya juga akan memfokuskan pengadaan pesawat dan suku cadang yang sudah dapat diproduksi olehindustri pertahanan dalam negeri. "Seperti pesawat intai CN-235 dan helikopter Super Puma...kan sudah dapat dibuat PT Dirgantara Indonesia," pungkasnya. WASPADA http://beritahankam.blogspot.com/2010/01/tni-au-mantapkan-perampingan-pesawat.html /modules.php?name=News&file=article&sid=8207 berita lain yang mendukung info diatas RI ingin membeli pesawat tempur dan jet kargo USAPesawat tempur F-16 C/D (foto: Airliners.net) Amerika Serikat mengatakan indonesia ingin membeli pesawat militer sampai miliaran dolar buatan Amerika, dengan harapan bahwa embargo-AS untuk penjualan militer ke indonesia akan segera dihapus, dari kutipan juru bicara Departemen Pertahanan. "Selama pertemuan bilateral, pemerintah Indonesia menyatakan minatnya untuk membeli F-16 dan C-130H Hercules untuk melengkapi skuadron pesawat tersebut," juru bicara Departemen Pertahanan I Wayan Midhio mengatakan pada hari Rabu. Pesawat Hercules C-130 H(foto: aerostories) Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates membahas potensi penjualan selama dialog pertahanan Shangri-La di Singapura bulan lalu, kata Wayan. Amerika Serikat menyambut baik usulan Indonesia untuk membeli lebih banyak buatan Amerika untuk peralatan militer, ia menambahkan. AS juga menjanjikan US $ 15,7 juta untuk Indonesia pada tahun 2010 dan $ 20 juta pada 2011 di bawah naungan program peningkatan kapasitas untuk membantu "modernisasi" di Militer Indonesia (TNI), kata Wayan. bantuan militer akan dalam bentuk pelatihan dan pendidikan yang akan dilaksanakan baik di Indonesia dan Amerika Serikat, ia menambahkan. AS menawarkan untuk menjual pesawat tempur dan akan diberi potongan harga bila membeli banyak bila Indonesia jadi untuk membeli pesawat tersebut, kata Wayan. Indonesia saat ini hanya empat pesawat tempur yang dapat dioperasionalkan atau kurang dari satu skuadron - Universitas pakar militer Andi Widjajanto mengatakan di Indonesia. Setiap skuadron harus memiliki delapan sampai 12 pesawat tergantung pada operasional, pemeliharaan dan rencana pelatihan. Angkatan Udara memiliki dua perintah operasional di negara timur dan barat. Setiap perintah memiliki dua basis, yang pada gilirannya memerlukan skuadron tempur delapan per pangkalan, katanya. Sebuah F-generasi kelima biaya tempur-16 jet antara $ 120,000,000 dan $ 140 juta tanpa amunisi. Sebuah F-generasi keempat biaya tempur-16 Falcon antara $ 88.000.000 dan $ 90 juta tanpa amunisi, kata Andi. Ada kelebihan dari F-16 di pasar senjata global karena kelebihan produksi oleh produsen kontraktor pertahanan AS Lockheed Martin. Karena dari sisa produksi pada perang dingin, Andi menambahkan. Amerika Serikat juga menggantikan skuadron yang dari F-16 dengan baru Raptors F-22 dan-35 F lighting, katanya. Kedua kelebihan pasokan dan perubahan preferensi telah menurunkan harga untuk F-16 di pasar global, katanya. Hal ini tidak mungkin indonesia dapat membeli F-16 dari Amerika Serikat karena embargo penjualan senjata ke Indonesia yang masih berlaku, kata Andi. "Hampir 90 persen dari embargo telah dicabut sejak tahun 2006, namun penjualan senjata mematikan belum dicabut dan saya pikir tidak ada niat bahwa AS akan mencabut embargo" katanya. "Oleh karena itu, membeli pesawat kargo Hercules mungkin tidak ada masalah embargo, tapi membeli pesawat F-16 masih kena embargo dari AS." Kongres Amerika Serikat memberlakukan embargo militer lebih dari satu dekade lalu karena pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Pasukan Khusus Angkatan Darat Indonesia (Kopassus) di Papua Barat dan Timor Leste (waktu itu Timor Timur). Namun baru-baru ini-menandatangani pengaturan kerangka pertahanan bilateral memungkinkan Indonesia untuk pengadaan peralatan militer dari AS, seperti dilaporkan sebelumnya, meskipun AS menyatakan masih berharap Kopassus untuk menghormati hak asasi manusia. Sumber: The Jakarta Post / MIK http://www.maju-indonesia-ku.co.cc/2010/07/ri-ingin-membeli-pesawat-tempur-dan-jet.html Russia shortlisted for submarine contract with IndonesiaRussia shortlisted for submarine contract with Indonesia 15:49 11/08/2009 © RIA Novosti. Vitaliy Ankov Related News
Multimedia"Of the four bidders for the submarines, Russia and South Korea have reached the final round, passing France and Germany," Admiral Tedjo Edhy Purdijatno said. Russia's bid is the Project 636 diesel-electric submarine (export agent Rosoboronexport) while South Korea's is the U-209 sub manufactured by Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering under German license. "One of the principal conditions [of the contract] is, among other things, the transfer of technology," Purdijatno said. The successful bidder is expected to be named by the end of August. The Indonesian defense minister has said the submarines are to be delivered in 2011. http://en.rian.ru/world/20090811/155782847.html Indonesian Navy eyes Russian, Chinese missiles |
Sampaikan kepada rekan | Cetak berita ini |
AS Lirik Daftar Belanja TNI dari Rusia
Saat ini proses pengadaan suku cadang alutsista TNI buatan AS masih cukup lambat karena hambatan birokrasi AS.
JAKARTA -- Pemerintah telah menyetujui tawaran kredit alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang ditawarkan Rusia senilai 1 miliar dolar AS. Rupanya, Amerika Serikat (AS) yang setahun ini telah menormalisasi hubungan militernya dengan Indonesia dengan pencabutan embargo, ingin tahu alutsista yang akan dibeli TNI dari Rusia.
''Amerika bertanya-tanya apa saja yang kita beli. Tapi, saya bilang itu urusan kita bukan urusan Amerika,'' kata Menteri Pertahanan, Juwono Sudarsono, tanpa menyebut nama pejabat AS yang bertanya kepadanya itu, saat acara halal bi halal dengan tim pakar hukum Departemen Pertahanan, Jumat (10/11). Namun, Juwono membantah adanya upaya pihak AS mendekati pejabat Indonesia yang terkait kredit alutsista Rusia dan keinginan untuk mencegah atau membatalkannya.
Juwono menganjurkan kepada AS, bila ingin membantu Indonesia cukup dengan menyediakan suku cadang pesawat tempur F-16 dan pesawat angkut C-130 Hercules yang saat ini sangat dibutuhkan TNI. Saat ini, katanya, proses pengadaan suku cadang alutsista TNI buatan AS masih cukup lambat karena hambatan birokrasi AS.
Selasa (7/11) lalu Juwono baru saja menerima kunjungan Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Bidang Hubungan Politik dan Militer, John Hillen, didampingi oleh Duta Besar AS, B Lynn Pascoe. Mereka membicarakan hubungan kerja sama militer dengan Indonesia dan rencana kunjungan Presiden AS, George W Bush. Tidak ada rencana peningkatan status kerja sama militer kedua negara.
Juwono menjelaskan, Indonesia hanya ingin menjadi mitra strategis bagi AS. Misalnya, kerja sama dalam Defense Resource Management System atau pelatihan manajemen pertahanan bagi para perwira menengah TNI di AS. Indonesia juga menjalankan politik pertahanan yang berimbang. Misalnya Indonesia juga menjalin kerja sama militer dengan Cina, Australia, Rusia, dan Korea Selatan.
Saat ini pemerintah Rusia masih menunggu adanya konfirmasi dari Menteri Keuangan dan Menteri Pertahanan Indonesia. Program pembelian alutsista dengan kredit negara (state credit) Rusia itu sebenarnya sudah disetujui oleh Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas bulan Oktober lalu. Namun, masih harus menunggu pengesahan dari presiden karena akan mempengaruhi besarnya cicilan utang negara kepada luar negeri. ''Ini harus dengan keputusan politik tertinggi. Jangan sampai utang kita melebihi 1,4 persen dari PDB,'' kata Juwono.
Anggota Komisi Pertahanan DPR, Soeripto, memuji langkah Juwono yang meminta AS tak mencampuri urusan dalam negeri dan hubungan bilateral dengan negara lain. Dia memastikan AS tidak suka bila Indonesia membeli alutsista dari negara lain. ''Kecuali, kalau senjata itu dari Israel atau Singapura,'' ujarnya.
Dia menambahkan, yang lebih penting bagi Indonesia dalam menerima tawaran kredit alutsista adalah soal transfer teknologi agar TNI bisa melakukan perbaikan dan perawatan alutsista secara mandiri. Ketika dihubungi, Soeripto mengaku bersama anggota Komisi I lainnya baru saja meninjau empat Sukhoi di Skadron Udara 11 Lanud Hasanuddin, Makassar. Ternyata masih ada enam orang teknisi Rusia yang bekerja merawat Sukhoi TNI AU.
Dalam daftar belanja alutsista dari Rusia, yang paling mahal adalah dua kapal selam kelas Kilo versi yang telah dikembangkan (improved Kilo) atau dikenal dengan Project 636. Dirjen Perencanaan Pertahanan Dephan, Laksamana Muda Yuwendi, sebelumnya pernah memperkirakan harga dua Kapal Selam Kilo yang berbobot 2.300 ton itu sekira 500 juta dolar AS. Saat ini, lautan Indonesia hanya dijaga oleh dua kapal selam Tipe-209 buatan Jerman tahun 1979-1980 yaitu KRI Cakra dan KRI Nenggala berbobot 1.300 ton.
Daftar Belanja TNI dari Rusia
TNI AD
1. 10 helikopter angkut MI-17 V5
2. Satu paket perlengkapan tambahan untuk MI-17
3. Lima helikopter serang MI-35 P
4. Satu paket suku cadang MI-35
5. Satu paket senjata dan amunisi untuk MI-35
TNI AL
1. Dua Kapal Selam Kelas Kilo versi Project 636
2. 20 tank amfibi BMP-2 untuk Korps Marinir
3. Peluru kendali antikapal Yakhont berserta sistem pengendalian tembakan untuk dua kapal
TNI AU
1. Tiga jet tempur Sukhoi SU-27 SKM
2. Tiga jet tempur Sukhoi SU-30 MKM
3. Empat paket amunisi dan senjata untuk Sukhoi
4. Empat paket suku cadang Sukhoi
sumber : http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=V1dSAFYGVlZX
Indonesia-Korsel Menandatangani Proyek Jet KF-X
SEOUL, KOMPAS.com — Indonesia, Kamis (15/7/2010), sepakat bergabung dalam proyek pengembangan jet tempur KF-X, Korea Selatan, yang tertunda selama beberapa tahun akibat masalah teknis dan pendanaan.
"Indonesia akan memperoleh sekitar 50 jet tempur KF-X dengan menanggung 20 persen biaya pengembangan proyek bernilai miliaran dollar AS itu," kata Kementerian Pertahanan Korsel dalam sebuah pernyataan.
Kedua negara juga sepakat untuk bekerja sama dalam produksi dan pemasaran jet tempur tersebut.
Kesepakatan ini ditandatangani di Seoul oleh Komisioner Kementerian Pertahanan Korsel dan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Indonesia, Eris Herryanto.
Korsel telah meluncurkan proyek tersebut pada tahun 2000 untuk memproduksi jet tempur buatan dalam negeri.
Setelah lama ditangguhkan karena masalah teknis dan ekonomi, Presiden Lee Myung-Bak pada Januari lalu setuju untuk mendorong proyek tersebut di tengah meningkatnya ketegangan antara Korsel dan Korut.
Korsel berencana menonaktifkan semua jet tempur F-4 dan F-5 pada 2020. Kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan, sekitar 170 jet tempur F-5 beroperasi di Korsel.
Pesawat-pesawat tersebut kali pertama terbang pada 1975 dan telah mengalami sejumlah kecelakaan udara.
"Pengaktifan kembali proyek itu akan dimulai awal tahun depan, dan kami berencana memproduksi jet-jet tempur baru setelah studi kelayakan rampung pada akhir 2012," kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel.
"Kami memerlukan mitra asing yang akan mentransfer teknologi dan suku cadang utama jet tempur tersebut," ujarnya, tanpa menyebutkan total dana yang diperlukan.
Menurut juru bicara tersebut, di samping pengembangan proyek kunci KF-X itu, Korsel juga akan terus membeli jet-jet tempur canggih dari perusahaan asing.
Sumber: KOMPAS
Kasau: T-50 Lebih Potensial Gantikan MK-53
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI Imam Sufaat, mengatakan bahwa pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan, lebih potensial menggantikan pesawat Hawk MK-53 yang akan habis masa pakainya pada 2011."Saat ini memang ada tiga jenis pesawat yang lolos seleksi untuk menggantikan MK-53 yakni T-50 Golden Eagle (Korea Selatan), Yakovlev Yak 130 (Rusia) dan Aero L159 Alca (Ceko)," katanya, ketika dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.
Namun, lanjut Imam, ada beberapa pertimbangan untuk memastikan T-50 sebagai pengganti MK-53.
"T-50 adalah pesawat generasi keempat Korea Selatan dengan berbagai keunggulan muktahir, yang tidak lagi dimiliki L-159," ungkapnya.
Sedangkan, Yak 130 juga potensial menggantikan MK-53 namun prosedur dan mekanisme pembelian dari Rusia terkadang sangat ketat.
Tak hanya itu, lanjut Kasau, sudah ada kesepakatan antara RI dan Korea Selatan untuk bekerja sama dalam industri pertahanan seperti produksi bersama pesawat T-50.
"Jadi ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan T-50. Selain, merupakan pesawat generasi keempat dengan teknologi muktahir juga ada kesimbungan, melalui produksi bersama tersebut," tutur Imam.
Namun, lanjut dia, semua kemungkinan masih dibahas mendalam. "Kami tetap ajukan tiga jenis pesawat pengganti MK-53, agar dibahas mendalam untuk segera diputuskan Kementerian Pertahanan," katanya menambahkan.
(T.R018/P003)
Kemandirian Alutsista TNI AL
Offshore Patrol Vessel/ FPB-60
Keprihatinan akan kondisi alutsista pertahanan laut negara ini, sedikit demi sedikit coba diperbaiki dan dioptimalkan. Salah satunya dengan mengeluarkan kebijakan kemandirian pembuatan alat-alat pertahanan dari dalam negeri, dan blue-print penyusunan kekuatan Angkatan Laut yang diinginkan guna mewujudkan Green Water Navy.
Berikut kutipan yang ADMIN ambil dari tulisan KSAL, Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H. di harian SEPUTAR-INDONESIA yang memberikan gambaran bagaimana rencana, prospek dan progres dari pengadaan ALUTSISTA TNI AL kedepan :
***KHUSUS pada kekhawatiran adanya embargo dan ketergantungan terhadap produk asing, maka TNI AL telah melaksanakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, khususnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan alutsista dengan melibatkan industri strategis nasional maupun swasta nasional.
Hal tersebut ditempuh bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan industri tersebut, akan tetapi untuk mewujudkan langkah strategis sehingga TNI/TNI Angkatan Laut tidak lagi bergantung pada negara lain yang pada dasarnya berujung pada efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.
Pengadaan luar negeri hanya diarahkan pada jenis alutsista yang belum bisa diproduksi di dalam negeri dengan tetap menerapkan program alih teknologi (Transfer of Technology/ ToT) yang menyertakan industri strategis nasional dan lembaga litbang di lingkungan pemerintah maupun akademisi yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian nasional di sektor pertahanan.
Transformasi teknologi kapal TNI AL buatan PAL
Untuk jenis alutsista TNI Angkatan Laut yang bisa diproduksi di dalam negeri secara prioritas dilaksanakan dengan melibatkan industri. TNI AL akan melaksanakan kerja sama dengan PT PAL dalam pengadaan kapal hasil transfer of technology dengan pihak luar negeri yang meliputi pengadaan kapal PKR, LPD yang diarahkan menjadi helicopter carrier (kapal induk helikopter) serta offshore patrol vessel (OPV) 60 meter yang merupakan pengembangan FPB 57 yang telah memperkuat jajaran TNI Angkatan Laut.
TNI Angkatan Laut juga akan bekerja sama dengan PT DI untuk membangun pesawat udara jenis CN 235 maritime patrol aircraft (MPA) dan heli antikapal selam (AKS).Untuk mendukung persenjataan perorangan Marinir,TNI Angkatan Laut bekerja sama dengan PT Pindad untuk memproduksi senjata SS-1 Marinize.
Kerja sama dalam bentuk lain tentu akan terus dilakukan TNI AL, terutama dengan industri strategis nasional dan swasta nasional dengan melibatkan lembaga penelitian dan pengembangan serta akademisi.Kreativitas anak bangsa untuk menyumbangkan ide-ide cemerlangnya untuk kepentingan pertahanan sangat diperlukan, sebagai contoh kapal patroli produksi PT PAL jenis FPB 57 yang telah bergabung dengan TNI AL telah mampu ditingkatkan performance menjadi kapal yang dilengkapi dengan rudal C-802 buatan China dan telah diujicobakan pada latihan gabungan TNI pada 2008 dengan hasil maksimal.
Dalam waktu yang sama juga dilaksanakan uji coba torpedo SUT produksi PT DI dengan hasil maksimal pula. Hal tersebut memberikan penegasan bahwa sebenarnya negara ini mampu untuk memproduksi peralatan militer secara mandiri untuk mendukung pertahanan negara. Demikian langkah-langkah konkret TNI AL yang telah ditempuh dalam rangka membangun kekuatan angkatan laut yang besar, kuat, dan profesional dihadapkan dengan keterbatasan anggaran pertahanan.
Pembangunan angkatan laut yang besar dan kuat bukanlah kemewahan,namun merupakan sebuah kebutuhan.Indonesia adalah Negara maritime yang besar maka harus memiliki angkatan laut yang besar dan kuat pula serta dilengkapi dengan para pengawak organisasi yang profesional untuk menegakkan kedaulatan negara dan hukum di laut, serta melindungi segenap kepentingan nasional di dan atau lewat laut. Dirgahayu Ke-63 TNI Angkatan Laut, Jalesveva Jayamahe–Justru di Laut Kita Jaya.(*)
INDONESIA Buat Kapal PERUSAK KAWAL RUDAL Seharga 220 Juat Dollar
Dyfanov TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementrian Pertahanan hari ini melaunching rencana pembangunan kapal perang Perusak Kawal Rudal. Kapal PKR ini merupakan kapal perang tempur terbesar dan pertama yang akan dibuat di Indonesia. "Ini memperkuat kekuatan laut kita dan dengan ini kita memiliki kekuatan yang dapat membuat gentar pihak lain yang mengancam," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam keterangan persnya di kantor Kementerian Pertahanan, Senin (16/8).
Purnomo melanjutkan, pembangunan kapal perang yang akan dimulai pada tahun depan ini dan selesai dikerjakan selama 4 tahun merupakan cara Indonesia untuk mengembangkan dan memperkuat pertahanan negara. "Bisa digunakan untuk berbagai operasi, misal untuk operasi perdamaian," katanya. Di Asean, lanjut Purnomo, hanya Singapura yang memiliki jenis kapal perang tempur sejenis ini.
Menambahkan pernyataan Menhan, Kepala Staff Angkatan Laut, Letnal Jenderal Erris Heriyanto mengatakan, pengunaan kapal PKR ini tergantung dari intensitas permintaan. "Kapal ini tergantung dari permintaan panglima TNI, bisa untuk patroli mengitari Indonesia karena ancaman yang kita hadapi bisa datang dari seluruh perairan," kata Erris. Kapal perang ini juga bisa untuk mengawal kapal-kapal kecil lainnya.
Kapal perang yang memiliki panjang 105 meter dan berat 2400 ton dan juga peralatan perang avionik-elektronik canggih ini akan dibangun oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri. Sebagai bagian dari alih teknologi, kerjasama ini juga akan dilakukan dengan negara Belanda. Adapun biaya yang dikeluarkan untuk membangun satu unit kapal perang adalah sebesar $220 juta yang dananya berasal dari APBN.
Kapal perang jenis PKR ini dilengkapi perlengkapan avionik elektronik yang dapat digunakan untuk berbagai misi operasi peperangan seperti elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal.
Kapal perang ini dilengkapi peralatan antara lain radar untuk mendeteksi kapal selam dan pesawat udara, perlengkapan persenjataan meriam kaliber 76-100mm dan kaliber 20-30mm, peluncur rudal ke udara dan senjata torpedo.
=================================================
Sumber yang lain:
Menhan Launching Pembangunan Kapal Perang Tempur PKR Pertama di Indonesia
Selasa, 17 Agustus 2010
Jakarta, DMC – Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro me-launching pembangunan kapal perang tempur jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) yang merupakan kapal perang tempur tpertama dan terbesar yang akan dibuat di Indonesia, Senin (16/8) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Pembuatan kapal perang PKR tersebut akan dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender.
Launching pembangunan kapal perang PKR dengan tema “Persembahan Anak Bangsa Untuk Bumi Persada Indonesia” tersebut, ditandai dengan pembukaan secara simbolis Selubung Mock Up Kapal perang tempur PKR oleh Menhan. Hadir dalam acara tersebut Panglima TNI Djoko Santoso, Kasal Laksama TNI Agus Suhartono, Wamenhan Letjen TNI Sjafri Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A. dan Dirut PT. PAL Harsusanto serta sejumlah pejabat di jajaran Kemhan, Mabes TNI dan Mabesal.
Selain itu, hadir pula pejabat perwakilan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek, Kementerian BUMN, Bappenas dan Anggota Komisi I DPR RI serta perwakilan dari Damen di Indonesia.
Menhan dalam sambutannya mengatakan, setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Kemhan dapat me-launching pembangunan kapal perang PKR yang merupakan kapal perang tempur terbesar dan pertama yang akan dibangun di Indonesia yaitu di PT. PAL.
Menurut Menhan, launching pembangunan kapal perang PKR ini sangat penting, mengingat hal ini sejalan dengan salah satu prioritas pembangunan pada pemerintahan Kabinet Indonesia ke II yaitu membangun industri pertahanan dalam negari. Makna dari pembangunan industri pertahanan dalam negeri adalah semaksimal dan sedapat mungkin agar Alutsista TNI dibangun di dalam negeri.
“Launching pembangunan kapal perang PKR ini menjadi moment yang sangat penting, karena setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998, kemudian kita mencoba untuk membangun kembali industri pertahanan dalam negeri”, tambah Menhan.
Menhan mengatakan, pembangunan kapal perang PKR ini akan menjadi titik awal bangkitnya industri pertahanan dalam negeri khususnya industri kapal perang, dan selanjutnya diharapkan akan terus dapat membangun kapal sejenis ini berikutnya sehingga Indonesia di masa depan akan memiliki angkatan laut yang kuat.
Lebih lanjut Menhan menjelaskan, disamping digunakan untuk tugas – tugas tempur, kapal perang PKR juga diperlukan untuk memberikan deterrent effect atau efek gentar terhadap siapapun yang akan mencoba mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
Menhan menambahkan, kapal perang PKR ini juga dapat digunakan dalam peace keeping mission atau misi penjaga perdamaian. Dalam misi perdamaian, Indonesia tidak hanya mengirimkan pasukan dari TNI AD, tetapi juga telah mengirimkan kapal perang dalam suatu naval mission di Lebanon.
Pada waktu itu, dengan Sigma Kelas sudah cukup berhasil dan diakui oleh NATO bahwa kapal perang TNI AL telah memenuhi standar dari kapal - kapal perang NATO. Dengan kehadiran kapal perang PKR ini, menurut Menhan diharapkan nantinya akan menempatkan Indonesia pada kelas yang lebih tinggi dan terhormat dalam kancah di dunia Internasional.
Selain itu, dengan pembangunan kapal perang PKR yang akan dibuat PT. PAL, juga membuktikan bahwa pemerintah dalam hal ini Kemhan dan TNI berkomitmen dalam mewujudkan kebijakan pertahanan yang pro kesejahteraan. Melalui pembangunan kapal perang PKR di PT.PAL, industri pertahanan pendukung dalam negeri lainnya akan tumbuh yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyerapan tenaga kerja.
Menhan mengatakan, walaupun dalam pembangunan kapal perang PKR pertama ini masih ada beberapa kekurangan yang harus terus diperbaiki, namun hal ini merupakan langkah perjalanan yang besar bagi industri pertahanan dalam negeri. “Walaupun di tempat lain pembangunan kapal perang PKR seperti ini sudah dilakukan, tetapi ini membuktikan bahwa suatu saat nanti Indonesia akan dapat tampil dan kuat di laut dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI”, tambah Menhan.
Mengakhiri sambutannya, Menhan menyampaikan rasa bangga dan terimakasih kepada semua pihak baik Panglima TNI, Kasal dan tim yang dipimpin oleh Sekjen Kemhan yang telah bekerja keras bertahun - tahun dalam mempersiapkan dan mewujudkan pembangunan kapal perang PKR. Bertepatan dengan ulang tahun Kemerdekaan RI ke 65, ini adalah wujud persembahan dari anak bangsa di sektor pertahanan, seluruh jajaran Kemhan dan TNI.
Sementara itu, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A saat membacakan narasi pembangunan kapal perang PKR mengatakan, dalam mewujudkan cita –cita mulia dan sebagai dedikasi kepada bangsa Indonesia, Kemhan dengan segenap stake holder berupaya mewujudkan pembangunan kapal perang tempur jenis PKR yang terbesar yang akan dibangun di industri pertahanan dalam negeri. Hal ini juga sebagai apresiasi industri pertahanan dalam berkontribusi guna pemenuhan kebutuhan Alutsista.
Lebih lanjut Sekjen Kemhan menjelaskan, desain kapal PKR ini telah mempertimbangkan dalam pemenuhan tuntutan operasional yang meliputi perkembangan lingkungan strategis, konsep pembangunan trimatra TNI dan program kemandirian Alutsista melalui Transfer of Knolage (TOK) dan Transfer of Technology (TOT).
Sementara itu dalam rancang bangun telah ditetapkan kriteria antara lain mampu dioperasikan sampai dengan batas terluar zona ekonomi eksklusif, memiliki fire power handal dan mampu menimbulkan dampak penangkalan, memiliki teknologi Senkomlek terkini dan terintegrasi serta dapat diup-grade sesuai dengan perkembangan teknologi dan mampu melaksanakan tugas – tugas SAR.
Sekjen Kemhan menambahkan, sasaran yang ingin dicapai adalah diharapkan PT. PAL sebagai industri strategis pertahanan dapat secara mandiri mampu mendesain dan memproduksi kapal jenis PKR, fregat dan kapal atas air lainnya.
Sekjen Kemhan mengatakan, pembangunan kapal PKR ini merupakan persembahan anak bangsa kepada bumi persada Indonesia dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 65 Tahun 2010 yang diharapkan akan meningkatkan posisi tawar dan daya saing bangsa Indonesia.
Proses Pembangunan Kapal Perang PKR
Pembangunan kapal perang PKR ini diawali dengan pengajuan pengadaan satu buah kapal perang jenis PKR oleh TNI AL kepada Kemhan dan selanjutnya diproses melalui mekanisme yang ada dalam pengadaan Alutsista TNI.
Pembuatan kapal perang tersebut dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri yang akan bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender sebagai bagian dari alih teknologi. Berdasarkan perhitungan PT. PAL yang berbasis di Surabaya untuk pembuatan kapal perang PKR yang pertama dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun.
Sebelumnya Kemhan juga telah menentukan negara Belanda dari tiga negara Eropa lainnya yang diusulkan menjadi rekan kerja, yakni Belanda, Italia dan Rusia. Di dalam ketetapan program pembangunan kapal perang jenis PKR tersebut, pihak Kemhan dan TNI AL telah mempersyaratkan kepada pemenang tender, dalam hal pembangunan kapal perang PKR pertama dilaksanakan sepenuhnya di PT. PAL dengan maximizing local content (porsi PT.PAL). Hak patent dari desain kapal perang PKR yang dipersenjatai dengan berbagai jenis Rudal menjadi milik bersama Kemhan dan pemenang tender.
Selain itu, Kemhan dan PT. PAL memiliki hak untuk menjual kapal yg sama ke negara ASEAN dan Asia, serta bila pemenang dari tender pembangun kapal perang PKR menjual kapal yg sama, PT. PAL mempunyai hak untuk men-supply engine room section dan accommodation section dalam rangka ‘ co-production ‘.
Beberapa hal lainnya yang mendukung program pembuatan kapal perang PKR tersebut, yakni kapal perang jenis PKR dibangun di divisi kapal perang, dimana manajemen & organisasi proyek yang meliputi engineering, procurement, construction dan finance dikelola secara terpisah dari kegiatan korporasi PT.PAL.
Proses pembangunan kapal perang PKR ini juga didasari oleh adanya suatu komitmen penuh dari pihak manajemen, karyawan PT. PAL serta para stake holder. Disamping itu diperlukan juga suatu komitmen investasi secara jelas dari partner untuk peningkatan kapasitas & fasilitas produksi divisi kapal perang.
Seleksi khusus dari setiap sumber daya manusia sebagai pelaksana yang terlibatpun di dalam proyek pembangunan kapal perang PKR tersebut juga harus sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
Spesikasi Kapal Perang PKR
Kapal perang jenis PKR yang akan dibuat di Indonesia oleh PT. PAL dirancang dapat digunakan dalam beberapa misi operasi antara lain peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal. Di samping itu kapal perang PKR tersebut dilengkapi dengan Rudal SAM, SSM dan Rudal anti kapal selam.
Spesifikasi dari kapal perang PKR tersebut antara lain memiliki panjang keseluruhan ± 105 meter, lebar ± 14 meter, kedalaman ± 8,8 meter, kecepatan (max / cruiser / ekon) ± 30/18/14 kn dengan kekuatan mesin utama ± 4 x 9.240 hp.
Kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan radar untuk mendeteksi kapal selam dan pesawat udara, perlengkapan persenjataan diantaranya meriam kaliber 76 sampai 100 mm dan kaliber 20 sampai 30 mm, peluncur rudal ke udara dan senjata torpedo serta perlengkapan pendukung lainnya. Kapal ini juga dilengkapi dengan fasilitas helipad di deck kapal. (BDI/MAW/PGN)
DMC
TEMPO INTERAKTIF
http://www.dmcindonesia.web.id/modules.php?name=News&file=article&sid=1118
Menhan Launching Pembangunan Kapal Perang Tempur PKR Pertama di Indonesia |
Selasa, 17 Agustus 2010 |
Jakarta, DMC – Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro me-launching pembangunan kapal perang tempur jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) yang merupakan kapal perang tempur tpertama dan terbesar yang akan dibuat di Indonesia, Senin (16/8) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Pembuatan kapal perang PKR tersebut akan dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender.
Launching pembangunan kapal perang PKR dengan tema “Persembahan Anak Bangsa Untuk Bumi Persada Indonesia” tersebut, ditandai dengan pembukaan secara simbolis Selubung Mock Up Kapal perang tempur PKR oleh Menhan. Hadir dalam acara tersebut Panglima TNI Djoko Santoso, Kasal Laksama TNI Agus Suhartono, Wamenhan Letjen TNI Sjafri Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A. dan Dirut PT. PAL Harsusanto serta sejumlah pejabat di jajaran Kemhan, Mabes TNI dan Mabesal.
Selain itu, hadir pula pejabat perwakilan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek, Kementerian BUMN, Bappenas dan Anggota Komisi I DPR RI serta perwakilan dari Damen di Indonesia.
Menhan dalam sambutannya mengatakan, setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Kemhan dapat me-launching pembangunan kapal perang PKR yang merupakan kapal perang tempur terbesar dan pertama yang akan dibangun di Indonesia yaitu di PT. PAL.
Menurut Menhan, launching pembangunan kapal perang PKR ini sangat penting, mengingat hal ini sejalan dengan salah satu prioritas pembangunan pada pemerintahan Kabinet Indonesia ke II yaitu membangun industri pertahanan dalam negari. Makna dari pembangunan industri pertahanan dalam negeri adalah semaksimal dan sedapat mungkin agar Alutsista TNI dibangun di dalam negeri.
“Launching pembangunan kapal perang PKR ini menjadi moment yang sangat penting, karena setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998, kemudian kita mencoba untuk membangun kembali industri pertahanan dalam negeri”, tambah Menhan.
Menhan mengatakan, pembangunan kapal perang PKR ini akan menjadi titik awal bangkitnya industri pertahanan dalam negeri khususnya industri kapal perang, dan selanjutnya diharapkan akan terus dapat membangun kapal sejenis ini berikutnya sehingga Indonesia di masa depan akan memiliki angkatan laut yang kuat.
Lebih lanjut Menhan menjelaskan, disamping digunakan untuk tugas – tugas tempur, kapal perang PKR juga diperlukan untuk memberikan deterrent effect atau efek gentar terhadap siapapun yang akan mencoba mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
Menhan menambahkan, kapal perang PKR ini juga dapat digunakan dalam peace keeping mission atau misi penjaga perdamaian. Dalam misi perdamaian, Indonesia tidak hanya mengirimkan pasukan dari TNI AD, tetapi juga telah mengirimkan kapal perang dalam suatu naval mission di Lebanon.
Pada waktu itu, dengan Sigma Kelas sudah cukup berhasil dan diakui oleh NATO bahwa kapal perang TNI AL telah memenuhi standar dari kapal - kapal perang NATO. Dengan kehadiran kapal perang PKR ini, menurut Menhan diharapkan nantinya akan menempatkan Indonesia pada kelas yang lebih tinggi dan terhormat dalam kancah di dunia Internasional.
Selain itu, dengan pembangunan kapal perang PKR yang akan dibuat PT. PAL, juga membuktikan bahwa pemerintah dalam hal ini Kemhan dan TNI berkomitmen dalam mewujudkan kebijakan pertahanan yang pro kesejahteraan. Melalui pembangunan kapal perang PKR di PT.PAL, industri pertahanan pendukung dalam negeri lainnya akan tumbuh yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyerapan tenaga kerja.
Menhan mengatakan, walaupun dalam pembangunan kapal perang PKR pertama ini masih ada beberapa kekurangan yang harus terus diperbaiki, namun hal ini merupakan langkah perjalanan yang besar bagi industri pertahanan dalam negeri. “Walaupun di tempat lain pembangunan kapal perang PKR seperti ini sudah dilakukan, tetapi ini membuktikan bahwa suatu saat nanti Indonesia akan dapat tampil dan kuat di laut dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI”, tambah Menhan.
Mengakhiri sambutannya, Menhan menyampaikan rasa bangga dan terimakasih kepada semua pihak baik Panglima TNI, Kasal dan tim yang dipimpin oleh Sekjen Kemhan yang telah bekerja keras bertahun - tahun dalam mempersiapkan dan mewujudkan pembangunan kapal perang PKR. Bertepatan dengan ulang tahun Kemerdekaan RI ke 65, ini adalah wujud persembahan dari anak bangsa di sektor pertahanan, seluruh jajaran Kemhan dan TNI.
Sementara itu, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A saat membacakan narasi pembangunan kapal perang PKR mengatakan, dalam mewujudkan cita –cita mulia dan sebagai dedikasi kepada bangsa Indonesia, Kemhan dengan segenap stake holder berupaya mewujudkan pembangunan kapal perang tempur jenis PKR yang terbesar yang akan dibangun di industri pertahanan dalam negeri. Hal ini juga sebagai apresiasi industri pertahanan dalam berkontribusi guna pemenuhan kebutuhan Alutsista.
Lebih lanjut Sekjen Kemhan menjelaskan, desain kapal PKR ini telah mempertimbangkan dalam pemenuhan tuntutan operasional yang meliputi perkembangan lingkungan strategis, konsep pembangunan trimatra TNI dan program kemandirian Alutsista melalui Transfer of Knolage (TOK) dan Transfer of Technology (TOT).
Sementara itu dalam rancang bangun telah ditetapkan kriteria antara lain mampu dioperasikan sampai dengan batas terluar zona ekonomi eksklusif, memiliki fire power handal dan mampu menimbulkan dampak penangkalan, memiliki teknologi Senkomlek terkini dan terintegrasi serta dapat diup-grade sesuai dengan perkembangan teknologi dan mampu melaksanakan tugas – tugas SAR.
Sekjen Kemhan menambahkan, sasaran yang ingin dicapai adalah diharapkan PT. PAL sebagai industri strategis pertahanan dapat secara mandiri mampu mendesain dan memproduksi kapal jenis PKR, fregat dan kapal atas air lainnya.
Sekjen Kemhan mengatakan, pembangunan kapal PKR ini merupakan persembahan anak bangsa kepada bumi persada Indonesia dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 65 Tahun 2010 yang diharapkan akan meningkatkan posisi tawar dan daya saing bangsa Indonesia.
Proses Pembangunan Kapal Perang PKR
Pembangunan kapal perang PKR ini diawali dengan pengajuan pengadaan satu buah kapal perang jenis PKR oleh TNI AL kepada Kemhan dan selanjutnya diproses melalui mekanisme yang ada dalam pengadaan Alutsista TNI.
Pembuatan kapal perang tersebut dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri yang akan bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender sebagai bagian dari alih teknologi. Berdasarkan perhitungan PT. PAL yang berbasis di Surabaya untuk pembuatan kapal perang PKR yang pertama dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun.
Sebelumnya Kemhan juga telah menentukan negara Belanda dari tiga negara Eropa lainnya yang diusulkan menjadi rekan kerja, yakni Belanda, Italia dan Rusia. Di dalam ketetapan program pembangunan kapal perang jenis PKR tersebut, pihak Kemhan dan TNI AL telah mempersyaratkan kepada pemenang tender, dalam hal pembangunan kapal perang PKR pertama dilaksanakan sepenuhnya di PT. PAL dengan maximizing local content (porsi PT.PAL). Hak patent dari desain kapal perang PKR yang dipersenjatai dengan berbagai jenis Rudal menjadi milik bersama Kemhan dan pemenang tender.
Selain itu, Kemhan dan PT. PAL memiliki hak untuk menjual kapal yg sama ke negara ASEAN dan Asia, serta bila pemenang dari tender pembangun kapal perang PKR menjual kapal yg sama, PT. PAL mempunyai hak untuk men-supply engine room section dan accommodation section dalam rangka ‘ co-production ‘.
Beberapa hal lainnya yang mendukung program pembuatan kapal perang PKR tersebut, yakni kapal perang jenis PKR dibangun di divisi kapal perang, dimana manajemen & organisasi proyek yang meliputi engineering, procurement, construction dan finance dikelola secara terpisah dari kegiatan korporasi PT.PAL.
Proses pembangunan kapal perang PKR ini juga didasari oleh adanya suatu komitmen penuh dari pihak manajemen, karyawan PT. PAL serta para stake holder. Disamping itu diperlukan juga suatu komitmen investasi secara jelas dari partner untuk peningkatan kapasitas & fasilitas produksi divisi kapal perang.
Seleksi khusus dari setiap sumber daya manusia sebagai pelaksana yang terlibatpun di dalam proyek pembangunan kapal perang PKR tersebut juga harus sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
Spesikasi Kapal Perang PKR
Kapal perang jenis PKR yang akan dibuat di Indonesia oleh PT. PAL dirancang dapat digunakan dalam beberapa misi operasi antara lain peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal. Di samping itu kapal perang PKR tersebut dilengkapi dengan Rudal SAM, SSM dan Rudal anti kapal selam.
Spesifikasi dari kapal perang PKR tersebut antara lain memiliki panjang keseluruhan ± 105 meter, lebar ± 14 meter, kedalaman ± 8,8 meter, kecepatan (max / cruiser / ekon) ± 30/18/14 kn dengan kekuatan mesin utama ± 4 x 9.240 hp.
Kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan radar untuk mendeteksi kapal selam dan pesawat udara, perlengkapan persenjataan diantaranya meriam kaliber 76 sampai 100 mm dan kaliber 20 sampai 30 mm, peluncur rudal ke udara dan senjata torpedo serta perlengkapan pendukung lainnya. Kapal ini juga dilengkapi dengan fasilitas helipad di deck kapal. (BDI/MAW/PGN)
Launching pembangunan kapal perang PKR dengan tema “Persembahan Anak Bangsa Untuk Bumi Persada Indonesia” tersebut, ditandai dengan pembukaan secara simbolis Selubung Mock Up Kapal perang tempur PKR oleh Menhan. Hadir dalam acara tersebut Panglima TNI Djoko Santoso, Kasal Laksama TNI Agus Suhartono, Wamenhan Letjen TNI Sjafri Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A. dan Dirut PT. PAL Harsusanto serta sejumlah pejabat di jajaran Kemhan, Mabes TNI dan Mabesal.
Selain itu, hadir pula pejabat perwakilan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek, Kementerian BUMN, Bappenas dan Anggota Komisi I DPR RI serta perwakilan dari Damen di Indonesia.
Menhan dalam sambutannya mengatakan, setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Kemhan dapat me-launching pembangunan kapal perang PKR yang merupakan kapal perang tempur terbesar dan pertama yang akan dibangun di Indonesia yaitu di PT. PAL.
Menurut Menhan, launching pembangunan kapal perang PKR ini sangat penting, mengingat hal ini sejalan dengan salah satu prioritas pembangunan pada pemerintahan Kabinet Indonesia ke II yaitu membangun industri pertahanan dalam negari. Makna dari pembangunan industri pertahanan dalam negeri adalah semaksimal dan sedapat mungkin agar Alutsista TNI dibangun di dalam negeri.
“Launching pembangunan kapal perang PKR ini menjadi moment yang sangat penting, karena setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998, kemudian kita mencoba untuk membangun kembali industri pertahanan dalam negeri”, tambah Menhan.
Menhan mengatakan, pembangunan kapal perang PKR ini akan menjadi titik awal bangkitnya industri pertahanan dalam negeri khususnya industri kapal perang, dan selanjutnya diharapkan akan terus dapat membangun kapal sejenis ini berikutnya sehingga Indonesia di masa depan akan memiliki angkatan laut yang kuat.
Lebih lanjut Menhan menjelaskan, disamping digunakan untuk tugas – tugas tempur, kapal perang PKR juga diperlukan untuk memberikan deterrent effect atau efek gentar terhadap siapapun yang akan mencoba mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
Menhan menambahkan, kapal perang PKR ini juga dapat digunakan dalam peace keeping mission atau misi penjaga perdamaian. Dalam misi perdamaian, Indonesia tidak hanya mengirimkan pasukan dari TNI AD, tetapi juga telah mengirimkan kapal perang dalam suatu naval mission di Lebanon.
Pada waktu itu, dengan Sigma Kelas sudah cukup berhasil dan diakui oleh NATO bahwa kapal perang TNI AL telah memenuhi standar dari kapal - kapal perang NATO. Dengan kehadiran kapal perang PKR ini, menurut Menhan diharapkan nantinya akan menempatkan Indonesia pada kelas yang lebih tinggi dan terhormat dalam kancah di dunia Internasional.
Selain itu, dengan pembangunan kapal perang PKR yang akan dibuat PT. PAL, juga membuktikan bahwa pemerintah dalam hal ini Kemhan dan TNI berkomitmen dalam mewujudkan kebijakan pertahanan yang pro kesejahteraan. Melalui pembangunan kapal perang PKR di PT.PAL, industri pertahanan pendukung dalam negeri lainnya akan tumbuh yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyerapan tenaga kerja.
Menhan mengatakan, walaupun dalam pembangunan kapal perang PKR pertama ini masih ada beberapa kekurangan yang harus terus diperbaiki, namun hal ini merupakan langkah perjalanan yang besar bagi industri pertahanan dalam negeri. “Walaupun di tempat lain pembangunan kapal perang PKR seperti ini sudah dilakukan, tetapi ini membuktikan bahwa suatu saat nanti Indonesia akan dapat tampil dan kuat di laut dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI”, tambah Menhan.
Mengakhiri sambutannya, Menhan menyampaikan rasa bangga dan terimakasih kepada semua pihak baik Panglima TNI, Kasal dan tim yang dipimpin oleh Sekjen Kemhan yang telah bekerja keras bertahun - tahun dalam mempersiapkan dan mewujudkan pembangunan kapal perang PKR. Bertepatan dengan ulang tahun Kemerdekaan RI ke 65, ini adalah wujud persembahan dari anak bangsa di sektor pertahanan, seluruh jajaran Kemhan dan TNI.
Sementara itu, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A saat membacakan narasi pembangunan kapal perang PKR mengatakan, dalam mewujudkan cita –cita mulia dan sebagai dedikasi kepada bangsa Indonesia, Kemhan dengan segenap stake holder berupaya mewujudkan pembangunan kapal perang tempur jenis PKR yang terbesar yang akan dibangun di industri pertahanan dalam negeri. Hal ini juga sebagai apresiasi industri pertahanan dalam berkontribusi guna pemenuhan kebutuhan Alutsista.
Lebih lanjut Sekjen Kemhan menjelaskan, desain kapal PKR ini telah mempertimbangkan dalam pemenuhan tuntutan operasional yang meliputi perkembangan lingkungan strategis, konsep pembangunan trimatra TNI dan program kemandirian Alutsista melalui Transfer of Knolage (TOK) dan Transfer of Technology (TOT).
Sementara itu dalam rancang bangun telah ditetapkan kriteria antara lain mampu dioperasikan sampai dengan batas terluar zona ekonomi eksklusif, memiliki fire power handal dan mampu menimbulkan dampak penangkalan, memiliki teknologi Senkomlek terkini dan terintegrasi serta dapat diup-grade sesuai dengan perkembangan teknologi dan mampu melaksanakan tugas – tugas SAR.
Sekjen Kemhan menambahkan, sasaran yang ingin dicapai adalah diharapkan PT. PAL sebagai industri strategis pertahanan dapat secara mandiri mampu mendesain dan memproduksi kapal jenis PKR, fregat dan kapal atas air lainnya.
Sekjen Kemhan mengatakan, pembangunan kapal PKR ini merupakan persembahan anak bangsa kepada bumi persada Indonesia dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 65 Tahun 2010 yang diharapkan akan meningkatkan posisi tawar dan daya saing bangsa Indonesia.
Proses Pembangunan Kapal Perang PKR
Pembangunan kapal perang PKR ini diawali dengan pengajuan pengadaan satu buah kapal perang jenis PKR oleh TNI AL kepada Kemhan dan selanjutnya diproses melalui mekanisme yang ada dalam pengadaan Alutsista TNI.
Pembuatan kapal perang tersebut dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri yang akan bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender sebagai bagian dari alih teknologi. Berdasarkan perhitungan PT. PAL yang berbasis di Surabaya untuk pembuatan kapal perang PKR yang pertama dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun.
Sebelumnya Kemhan juga telah menentukan negara Belanda dari tiga negara Eropa lainnya yang diusulkan menjadi rekan kerja, yakni Belanda, Italia dan Rusia. Di dalam ketetapan program pembangunan kapal perang jenis PKR tersebut, pihak Kemhan dan TNI AL telah mempersyaratkan kepada pemenang tender, dalam hal pembangunan kapal perang PKR pertama dilaksanakan sepenuhnya di PT. PAL dengan maximizing local content (porsi PT.PAL). Hak patent dari desain kapal perang PKR yang dipersenjatai dengan berbagai jenis Rudal menjadi milik bersama Kemhan dan pemenang tender.
Selain itu, Kemhan dan PT. PAL memiliki hak untuk menjual kapal yg sama ke negara ASEAN dan Asia, serta bila pemenang dari tender pembangun kapal perang PKR menjual kapal yg sama, PT. PAL mempunyai hak untuk men-supply engine room section dan accommodation section dalam rangka ‘ co-production ‘.
Beberapa hal lainnya yang mendukung program pembuatan kapal perang PKR tersebut, yakni kapal perang jenis PKR dibangun di divisi kapal perang, dimana manajemen & organisasi proyek yang meliputi engineering, procurement, construction dan finance dikelola secara terpisah dari kegiatan korporasi PT.PAL.
Proses pembangunan kapal perang PKR ini juga didasari oleh adanya suatu komitmen penuh dari pihak manajemen, karyawan PT. PAL serta para stake holder. Disamping itu diperlukan juga suatu komitmen investasi secara jelas dari partner untuk peningkatan kapasitas & fasilitas produksi divisi kapal perang.
Seleksi khusus dari setiap sumber daya manusia sebagai pelaksana yang terlibatpun di dalam proyek pembangunan kapal perang PKR tersebut juga harus sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
Spesikasi Kapal Perang PKR
Kapal perang jenis PKR yang akan dibuat di Indonesia oleh PT. PAL dirancang dapat digunakan dalam beberapa misi operasi antara lain peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal. Di samping itu kapal perang PKR tersebut dilengkapi dengan Rudal SAM, SSM dan Rudal anti kapal selam.
Spesifikasi dari kapal perang PKR tersebut antara lain memiliki panjang keseluruhan ± 105 meter, lebar ± 14 meter, kedalaman ± 8,8 meter, kecepatan (max / cruiser / ekon) ± 30/18/14 kn dengan kekuatan mesin utama ± 4 x 9.240 hp.
Kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan radar untuk mendeteksi kapal selam dan pesawat udara, perlengkapan persenjataan diantaranya meriam kaliber 76 sampai 100 mm dan kaliber 20 sampai 30 mm, peluncur rudal ke udara dan senjata torpedo serta perlengkapan pendukung lainnya. Kapal ini juga dilengkapi dengan fasilitas helipad di deck kapal. (BDI/MAW/PGN)
DMC/SAPARDI
Menhan: RI Akan Buat Kapal Selam
Rabu, 01 September 2010 | 01:35 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Pertahanan sedang mengenjot industri pertahanan tempurnya untuk menjaga kedaulatan RI di garis wilayah perbatasan. Salah satunya yang lagi digenjot adalan pembuatan Kapal Selam Tempur dan akan menjadi yang pertama kali dibuat di Indonesia. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan, kapal selam yang merupakan alat tempur bawah laut tersebut dijadwalkan rampung pada tahun ini." Kami akan bekerja keras mewujudkannya. Saya, Wakil Menhan, segenap Sekjen, dan Dirjen di lingkup Kemenhan saat ini sedang mencari satu program, satu master plan bagaimana kami bisa membangun kapal selam di Indonesia," kata Purnomo dalam acara buka puasa di kantornya, Selasa 31 Agustus 2010.
Menurut Purnomo, keberhasilan membangun kapal perang modern membuat pemerintah cukup percaya diri memperkuat industri pertahanan untuk Angkatan Laut. Industri pertahanan dalam negeri, kata Purnomo, sudah cukup membanggakan. Keberhasilan PT Pindad membuat panser dan senapan serbu SS1 dan SS2 merupakan salah satu contoh. Panser buatan Pindad kini sudah diekspor ke negara-negara ASEAN.
WDA
Russian President Vladimir Putin stopped in Indonesia to finalize a $1.2 billion
Russian President Vladimir Putin stopped in Indonesia to finalize a $1.2 billion defense agreement and to strengthen economic ties. Indonesia has begun buying Russian equipment, including the recent $335 million purchase of more SU-27/30 Flanker family fighters, but Defence Ministry spokesman Edy Butar Butar told Reuters that no banks had stepped forward yet to finance the deal. The Russian defense package opens a line of credit that will allow Indonesia to buy Russian military equipment during the next 15 years, something they can afford as natural resources have made Russia the world’s second-largest holder of foreign currency reserves after China. A pair of SSK Kilo Class attack submarines, 20 armored vehicles, and 15-22 helicopters are reportedly on the shopping list, as part of larger modernization efforts; meanwhile, President Yudhoyono was blunt about their other reasons for accepting:
“We want to diversify the sources of our equipment. Russia is offering us a generous package, and Russia also does not attach any conditions whatsoever. Russia is all business and does not attach any political conditions and that is the way we like it, and that is why we took up the offer.”
TNI AU: Hercules Terbang Formasi, Tak Ada Kaitan dengan Malaysia
Rabu, 01/09/2010 10:05 WIB
Niken Widya Yunita - detikNews
twitter: Mayang M Jakarta - Pengguna jalan di tol Jagorawi hingga Cilandak beberapa hari ini 'ditemani' oleh sejumlah pesawat TNI AU yang terbang formasi. Tiga hingga empat pesawat terbang beriringan.
Hari ini, empat pesawat juga terlihat terbang beriringan. Keempatnya terbang dalam jarak cukup dekat. Aksi mereka sungguh menarik perhatian.
TNI AU menyangkal pesawat itu terbang untuk unjuk kebolehan, menyusul hubungan Indonesia-Malaysia yang memanas.
"Itu 4 pesawat Hercules, lagi latihan terbang formasi. Itu latihan rutin," ujar Kadispen AU Marsma Bambang Samoedra kepada detikcom, Rabu (1/9/2010).
Bambang menampik jika latihan itu untuk persiapan perang. "Nggak kita selalu latihan rutin biasa," kata Bambang.
Menurut Bambang, pesawat Hercules itu latihan rutin setiap pagi berangkat dari Pangkalan AU Halim Perdanakusumah dan kembali lagi ke Halim Perdanakusumah. Latihan akan berlangsung hingga pekan ini.
(nik/nrl)
detik
Niken Widya Yunita - detikNews
twitter: Mayang M
Hari ini, empat pesawat juga terlihat terbang beriringan. Keempatnya terbang dalam jarak cukup dekat. Aksi mereka sungguh menarik perhatian.
TNI AU menyangkal pesawat itu terbang untuk unjuk kebolehan, menyusul hubungan Indonesia-Malaysia yang memanas.
"Itu 4 pesawat Hercules, lagi latihan terbang formasi. Itu latihan rutin," ujar Kadispen AU Marsma Bambang Samoedra kepada detikcom, Rabu (1/9/2010).
Bambang menampik jika latihan itu untuk persiapan perang. "Nggak kita selalu latihan rutin biasa," kata Bambang.
Menurut Bambang, pesawat Hercules itu latihan rutin setiap pagi berangkat dari Pangkalan AU Halim Perdanakusumah dan kembali lagi ke Halim Perdanakusumah. Latihan akan berlangsung hingga pekan ini.
(nik/nrl)
detik
LENGKAP 10 SHUKOI Presiden Setuju Tambahan 6 Sukhoi
Tiga Sukhoi Su-27 SKM Tiba 5 September
JAKARTA - Tiga pesawat Sukhoi buatan Rusia jenis Su-27SKM direncanakan datang 5 September 2010. Ketiga pesawat itu bakal melengkapi tujuh pesawat sejenis yang telah dimiliki TNI AU.
”Tiga pesawat Sukhoi akan datang bulan September ini. Sudah ada tim yang menjemput ke sana,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Sufaat, Selasa (31/8). Dua pesawat akan datang pada 5 September dan satu pesawat lagi akan datang pada 15 September. Pesawat-pesawat baru ini rencananya akan tampil pada HUT TNI tanggal 5 Oktober.
”Jadi, kita sudah punya 10 Sukhoi dan rencananya akan ada tambahan 6 lagi. Presiden sudah menyetujuinya,” kata Imam. Pesawat Sukhoi yang dimiliki Indonesia pertama kali datang tahun 2004. Saat ini pesawat-pesawat yang tergabung di Skuadron 11 tersebut bermarkas di Lapangan Udara Hasanuddin, Makassar. Tiga Sukhoi yang datang akan didampingi pesawat Antonov.
Imam mengakui, tiga pesawat itu belum dilengkapi dengan persenjataan. Menurut dia, pembelian pesawat beda paketnya dengan pembelian persenjataan. ”Tetapi, pasti akan kita persenjatai,” katanya.
Saat ini Litbang TNI AU telah berhasil membuat bom untuk mempersenjatai Sukhoi. Selain itu, juga telah dibuat roket. Namun, untuk kelengkapan berupa peluru kendali belum dapat dibuat. Selama ini pembuatan rudal terhalang penguasaan teknologi seeker alias pencari jejak. Menurut Imam, dengan teknologi Sukhoi yang canggih yang mampu menembak di luar jangkauan visual dan radar lock-on, peluru yang bisa mengakomodasi teknologi itu belum bisa dibuat oleh Indonesia.
Berkaitan dengan sistem komunikasi Sukhoi, Imam menyatakan, tiga pesawat yang akan datang tersebut telah disesuaikan dengan sistem yang berlaku di TNI AU. Beberapa tahun lalu, perbedaan sistem komunikasi ini sempat menimbulkan masalah teknis.
Saat ini dua penerbang TNI AU sedang disekolahkan di Rusia untuk pengenalan Sukhoi. Beberapa teknisi Rusia juga akan datang ke Indonesia untuk mendampingi TNI AU.
Sumber : KOMPAS
RI ingin membeli pesawat tempur dan jet kargo USA
Pesawat tempur F-16 C/D (foto: Airliners.net)
Amerika Serikat mengatakan indonesia ingin membeli pesawat militer sampai miliaran dolar buatan Amerika, dengan harapan bahwa embargo-AS untuk penjualan militer ke indonesia akan segera dihapus, dari kutipan juru bicara Departemen Pertahanan.
"Selama pertemuan bilateral, pemerintah Indonesia menyatakan minatnya untuk membeli F-16 dan C-130H Hercules untuk melengkapi skuadron pesawat tersebut," juru bicara Departemen Pertahanan I Wayan Midhio mengatakan pada hari Rabu.
Pesawat Hercules C-130 H(foto: aerostories)
Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates membahas potensi penjualan selama dialog pertahanan Shangri-La di Singapura bulan lalu, kata Wayan.
Amerika Serikat menyambut baik usulan Indonesia untuk membeli lebih banyak buatan Amerika untuk peralatan militer, ia menambahkan.
AS juga menjanjikan US $ 15,7 juta untuk Indonesia pada tahun 2010 dan $ 20 juta pada 2011 di bawah naungan program peningkatan kapasitas untuk membantu "modernisasi" di Militer Indonesia (TNI), kata Wayan.
bantuan militer akan dalam bentuk pelatihan dan pendidikan yang akan dilaksanakan baik di Indonesia dan Amerika Serikat, ia menambahkan. AS menawarkan untuk menjual pesawat tempur dan akan diberi potongan harga bila membeli banyak bila Indonesia jadi untuk membeli pesawat tersebut, kata Wayan.
Indonesia saat ini hanya empat pesawat tempur yang dapat dioperasionalkan atau kurang dari satu skuadron - Universitas pakar militer Andi Widjajanto mengatakan di Indonesia. Setiap skuadron harus memiliki delapan sampai 12 pesawat tergantung pada operasional, pemeliharaan dan rencana pelatihan.
Angkatan Udara memiliki dua perintah operasional di negara timur dan barat. Setiap perintah memiliki dua basis, yang pada gilirannya memerlukan skuadron tempur delapan per pangkalan, katanya.
Sebuah F-generasi kelima biaya tempur-16 jet antara $ 120,000,000 dan $ 140 juta tanpa amunisi. Sebuah F-generasi keempat biaya tempur-16 Falcon antara $ 88.000.000 dan $ 90 juta tanpa amunisi, kata Andi.
Ada kelebihan dari F-16 di pasar senjata global karena kelebihan produksi oleh produsen kontraktor pertahanan AS Lockheed Martin. Karena dari sisa produksi pada perang dingin, Andi menambahkan.
Amerika Serikat juga menggantikan skuadron yang dari F-16 dengan baru Raptors F-22 dan-35 F lighting, katanya. Kedua kelebihan pasokan dan perubahan preferensi telah menurunkan harga untuk F-16 di pasar global, katanya.
Hal ini tidak mungkin indonesia dapat membeli F-16 dari Amerika Serikat karena embargo penjualan senjata ke Indonesia yang masih berlaku, kata Andi.
"Hampir 90 persen dari embargo telah dicabut sejak tahun 2006, namun penjualan senjata mematikan belum dicabut dan saya pikir tidak ada niat bahwa AS akan mencabut embargo" katanya.
"Oleh karena itu, membeli pesawat kargo Hercules mungkin tidak ada masalah embargo, tapi membeli pesawat F-16 masih kena embargo dari AS."
Kongres Amerika Serikat memberlakukan embargo militer lebih dari satu dekade lalu karena pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Pasukan Khusus Angkatan Darat Indonesia (Kopassus) di Papua Barat dan Timor Leste (waktu itu Timor Timur).
Namun baru-baru ini-menandatangani pengaturan kerangka pertahanan bilateral memungkinkan Indonesia untuk pengadaan peralatan militer dari AS, seperti dilaporkan sebelumnya, meskipun AS menyatakan masih berharap Kopassus untuk menghormati hak asasi manusia.
Sumber: The Jakarta Post / MIK
TNI AU siap hadapi Malaysia jika diplomasi gagal
JAKARTA: Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan siap jika penyelesaian diplomatik gagal antara Indonesia-Malaysia.
"Kami selalu siap," katanya di sela-sela buka bersama anggota AU dan purnawirawan TNI di Puri Ardhya Garini Halim Perdanakusuma, malam ini.
Dia menambahkan untuk pesawat jenis F-16 Indonesia memiliki 10 unit sedangkan Malaysia baru 8 unit. "Lagi pula anggota TNI kita semangatnya tinggi kendati gajinya kecil," ujarnya sambil tersenyum.
Selain itu, lanjutnya, pilot pesawat tempur jenis F-16 sedang disekolahkan di Arizona Amerika Serikat.
Memanasnya hubungan Indonesia-Malaysia karena pelemparan kotoran beberapa waktu lalu di Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta yang dipicu oleh tertangkapnya tiga aparat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) oleh Police Marine Diraja Malaysia.
Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman pernah mengatakan rakyat Malaysia telah kehilangan kesabaran akibat sejumlah aksi demonstrasi yang dilakukan di Indonesia.
Sumber: WEB BISNIS
KSAU: Kekuatan Kita Lebih dari Malaysia
Jakarta - TNI AU menegaskan kekuatannya tidak kalah dari Tentara Udara Diraja Malaysia. Kemampuan pilot-pilot TNI AU jauh lebih unggul dari pilot tempur Malaysia.
"Kalau kekuatan saya kira sama ya? Tapi kita lebih kuat dikit lah," ujar KSAU Marsekal Imam Sufaat, usai buka puasa bersama jajaran TNI AU di Gedung Puri Ardhya Garini, Halim, Jakarta Timur, Selasa (31/8/2010).
Menurut Imam, jika latihan bersama Malaysia, kelihatan jelas kemampuan pilot TNI AU melebihi pilot tentara Malaysia.
"Kita kalau latihan-latihan kan tidak kalah sama mereka. Latihan di Malindo kita targetnya hancur, mereka ada yang miss," jelas dia.
Imam menjelaskan kekuatan pesawat TNI AU pun berimbang dengan Malaysia. Apalagi dengan kedatangan 3 Sukhoi bulan September. Sukhoi ini akan memperkuat skadron 11 di Makassar. Dengan ini jumlah Sukhoi TNI AU menjadi 10 buah.
"Kalau kita Sukhoi baru 7 menuju 10. Kalau dia menuju 18. Tapi F16 kita punya mereka tidak," terang dia.
Selain itu TNI AU pun menjamin selalu siap menjaga kedaulatan wilayah RI. "Kita selalu siap," tegas dia.
Sumber: DETIK
Tiga Pesawat Udara Datang September
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Udara Maresekal TNI AU Imam Sufa'at, Selasa, mengemukakan bulan September akan datang tiga pesawat.
"Pada 5 September akan datang dua pesawat, dan pada 15 September akan datang satu pesawat," katanya usai buka puasa bersama TNI AU, Purnawirawan TNI AU, dan wartawan, di Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Selasa (31/8).
Dia mengemukakan, pembelian senjata yang dilakukan selama ini tidak sama dengan pesawat dan paketnya berbeda.
"Penelitian dan Pengembangan (Litbang) TNI AU mengatakan sudah bisa buat bom," ungkapnya.
Akan tetapi, katanya, pembuatan peluru masih menjadi pekerjaan rumah yang masih dikerjakan TNI. "Peluru belum bisa, karena masih elektrik," katanya.
Menurutnya, pembuatan roket dan bom sudah dapat dilakukan, akan tetapi pembuatan peluru kendali masih perlu kerja keras.
Dia mengemukakan, TNI AU tengah mengirim dua penerbang ke Rusia untuk belajar dan empat orang teknisi pesawat terbang. (*)
ANTARA
"Pada 5 September akan datang dua pesawat, dan pada 15 September akan datang satu pesawat," katanya usai buka puasa bersama TNI AU, Purnawirawan TNI AU, dan wartawan, di Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Selasa (31/8).
Dia mengemukakan, pembelian senjata yang dilakukan selama ini tidak sama dengan pesawat dan paketnya berbeda.
"Penelitian dan Pengembangan (Litbang) TNI AU mengatakan sudah bisa buat bom," ungkapnya.
Akan tetapi, katanya, pembuatan peluru masih menjadi pekerjaan rumah yang masih dikerjakan TNI. "Peluru belum bisa, karena masih elektrik," katanya.
Menurutnya, pembuatan roket dan bom sudah dapat dilakukan, akan tetapi pembuatan peluru kendali masih perlu kerja keras.
Dia mengemukakan, TNI AU tengah mengirim dua penerbang ke Rusia untuk belajar dan empat orang teknisi pesawat terbang. (*)
ANTARA
Monday, August 30, 2010
YONIF 501 MADIUN LAKSANAKAN JUNGAR
Pentak Lanud Iwj - 30/08/2010
Prajurit Batalyon Linud 501 Braja Yudha, Madiun, dengan semangat memasuki pesawat C-130 Hercules A-1315 yang digunakan dalam latihan terjun penyegaran, di Main Appron Lanud Iswahjudi, Senin (30/8). |
Sebanyak 635 Prajurit Batalyon 501 Braja Yudha Madiun, melaksanakan penerjunan menggunakan parasut statis jenis MC-11B yaitu model parasut yang menggunakan panel buka tutup dan tidak ada control kemudinya sehingga para penerjun setelah keluar dari pesawat, dengan sendirinya mendarat tanpa bisa mengatur letak jatuhnya.
Pesawat C-130 Hercules A-1315 menerjunkan para peterjun tersebut dari ketinggian 1200 feet. Untuk hari pertama hanya dapat dilaksanakan 5 sortie penerjunan sebanyak 300 prajurit. Selanjutnya dihari kedua selasa (31/8) akan menerjunkan 335 Prajurit.
Terjun penyegaran rutin tersebut dimaksudkan untuk melatih kesiapan para personel Batalyon Linud 501 Braja Yudha Madiun, yang dituntut selalu siap menjaga teritorial dalam skala nasional. Terjun taktis yang dilaksanakan sekali dalam setahun tersebut selalu menggunakan Lanud Iswahjudi sebagai tempat pemberangkatan.
tni au mil
Saturday, August 28, 2010
Latma Udara Rajawali Ausindo TNI AU-RAAF
Peserta Latma Rajawali Ausindo berfoto bersama dilatarbelakangi Hercules TNI AU dan RAAF. (Foto: Australia DoD)
28 Agustus 2010 -- Awak pesawat angkut militer C-130 Hercules TNI AU dan RAAF melakukan latihan bersama di pangkalan udara RAAF Darwin, dilaksanakan 9-13 Agustus 2010. Peserta latihan sejumlah aktivitas diantara misi bantuan udara yang melibatkan beberapa pesawat Hercules. TNI AU diwakili Skuadron 32 sedangkan RAAF Skuadron 37.
Anggota TNI-AU mendiskusikan rencana penerbangan pertama dalam latihan Rajawali Ausindo saat Flying Officer David Svarc anggota No. 37 Squadron (37SQN) RAAF menyelesaikan kertas kerjanya. (Foto: Australia DoD)
Pilot TNI AU dari Skuadron 32 memperhatikan awak pesawat Australia dari 37SQN yang menerbangkan Hercules RAAF saat latma Rajawali Ausindo. (Foto: Australia DoD)
Hercules TNI AU dan RAAF diparkir berdampingan di pangkalan udara RAAF Darwin. (Foto: Australia DoD)
Anggota 37SQN RAAF menyiapkan C-130H Hercules dini hari sebelum melakukan penerbangan pertama dalam latma Rajawali Ausindo. (Foto: Australia DoD)
C-130 Hercules TNI AU dan RAAF diparkir di pangkalan udara Australia di Darwin. (Foto: Australia DoD)
Australia DoD/Berita HanKam
28 Agustus 2010 -- Awak pesawat angkut militer C-130 Hercules TNI AU dan RAAF melakukan latihan bersama di pangkalan udara RAAF Darwin, dilaksanakan 9-13 Agustus 2010. Peserta latihan sejumlah aktivitas diantara misi bantuan udara yang melibatkan beberapa pesawat Hercules. TNI AU diwakili Skuadron 32 sedangkan RAAF Skuadron 37.
Anggota TNI-AU mendiskusikan rencana penerbangan pertama dalam latihan Rajawali Ausindo saat Flying Officer David Svarc anggota No. 37 Squadron (37SQN) RAAF menyelesaikan kertas kerjanya. (Foto: Australia DoD)
Pilot TNI AU dari Skuadron 32 memperhatikan awak pesawat Australia dari 37SQN yang menerbangkan Hercules RAAF saat latma Rajawali Ausindo. (Foto: Australia DoD)
Hercules TNI AU dan RAAF diparkir berdampingan di pangkalan udara RAAF Darwin. (Foto: Australia DoD)
Anggota 37SQN RAAF menyiapkan C-130H Hercules dini hari sebelum melakukan penerbangan pertama dalam latma Rajawali Ausindo. (Foto: Australia DoD)
C-130 Hercules TNI AU dan RAAF diparkir di pangkalan udara Australia di Darwin. (Foto: Australia DoD)
Australia DoD/Berita HanKam
Thursday, August 26, 2010
Latihan Terbang Fajar Skuadron Udara 12
Kesiapan tempur tersebut harus selalu melekat dalam diri seorang penerbang tempur. Demikian juga halnya dengan para “fighters” Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru, mereka harus selalu siap melaksanakan tugas tugas yang diperintahkan. Untuk itu, sejak tanggal 13 Agustus yang lalu hingga 7 September yang akan datang, seluruh penerbang Skadron Udara 12 melaksanakan terbang fajar dengan waktu Take Off pukul 05.00 WIB.
Sebagai satu-satunya pangkalan induk yang berada di pulau Sumatera, Lanud Pekanbaru harus selalu meningkatkan kesiapan satuan-satuan yang ada di jajarannya, termasuk Skadron Udara 12 yang mengawaki pesawat tempur Hawk 109/209.
Latihan Terbang Fajar ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para penerbang khususnya melaksanakan penerbangan pada saat Fajar yang lebih banyak mengandalakan instrument karena visual yang sangat terbatas. Dengan demikian para penerbang tempur Skadron Udara 12 dapat melaksanakan tugas setiap saat tanpa mengenal waktu baik pada siang hari maupun malam hari.
Dengan pelaksanaan latihan Terbang Fajar ini para penerbang dan seluruh satuan yang terkait dalam operasional penerbangan Lanud Pekanbaru melakukan disertifikasi dengan merubah waktu latihan dari pukul 05.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB.
Sumber : DIPENAU
Sunday, August 15, 2010
TNI AU Pertimbangkan Tawaran Jet Tempur F-16 dari AS
Jakarta (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) akan mempertimbangkan tawaran Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk membeli jet tempur Block 52 F-16 Fighting Falcon C/D multi role dan pesawat angkut berat 130-J Hercules.
"Kita akan pertimbangkan untuk pengadaan 2010-2014," kata Komandan Komando Pemeliharaan Material TNI AU (Koharmatau) Marsekal Muda Soenaryo kepada ANTARA News, usai mendampingi Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Madya Soebandrio bertemu pejabat AS, Under Secretary of The Air Force For International Affair Bruce S. Lemkin, di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, pengadaan F-16 varian terbaru dari AS itu penting untuk meningkatkan daya mampu dan efek tangkal dari TNI AU mengingat telah banyak pesawat tempur TNI AU yang mendekati usai pakai.
Selain itu, pengadaan F-16 Fighting Falcon varian baru itu sesuai dengan program perampingan tipe pesawat TNI AU untuk menghemat biaya pemeliharaan dan perawatan pesawat selama 2008-2019.
F-16 Fighting Falcon multifungsi dapat menggantikan F-5E Tiger yang telah dimiliki TNI AU dan sudah beroperasi hampir seperempat abad.
Pesawat angkut taktis Hercules C-130J
"Kemungkinan TNI AU akan mengadakan satu skuadron F-16 varian terbaru tersebut, secara bertahap pada TA 2010-2014, dan pengadaaannya akan digodok dulu secara matang di tingkat Mabes TNI AU mengingat kondisi keuangan negara yang terbatas. Jika disetujui, akan kita ajukan ke Dephan untuk pengadaannya," tutur Soenaryo.
Selain menawarkan pesawat F-16 varian baru, dalam pertemuan itu ditegaskan kedua pihak sepakat untuk mengintensifkan kerja sama kedua negara, khususnya angkatan udara masing-masing negara khususnya dalam kerja sama pendidikan dan latihan serta pengadaan suku cadang.(*)
Sumber : ANTARA
Pilih F-16 Lagi atau JAS 39 Gripen?
for everyone |
TNI AU harus segera memikirkan apa pengganti F-15E/F Tiger II Skadron Udara 14 yang akan segera (baca: harus) pensiun beberapa tahun mendatang. Paling tidak ya tahun 2012 atau dua tahun lagi, menurut hemat saya TNI AU harus sudah mengantongi keputusan final, calon mana yang akan diajukan ke pemerintah (Kemhan). Berdasakan kajian menyeluruh, apakah akan menguntungkan bila kita melanjutkan penggunaan F-16,sebagaimana telah sukses ditunjukkan oleh Skadron Udara 3? Ataukah kita pilih dan gunakan pesawat format baru berteknologi terkini?
KSAU menyebut, tim pengkaji pesawat untuk pengganti F-5 kemungkinan akan menjajaki penempur ringan multirole JAS 39 Gripen buatan Swedia (wawancara dengan Angkasa, Maret 2010). Soal mana nanti yang akan dipilih, tentu harus merupakan hasil kajian ditinjau dari berbagai aspek menyeluruh tadi. Ia pun mengaku tidak berani langsung main tunjuk dan asal pilih. Dan yang jelas, pemerintah pula yang akhirnya akan memilih dan memutuskan.
Mengenai JAS 39 Gripen, patut kiranya sosok pesawat tempur ringan ini dicermati. Gripen masuk kategori andalan karena, misalnya, pesawat ini mampu membawa beragam persenjataan maut buatan AS maupun buatan Eropa. Pesawat juga punya kemampuan multirole atau swingrole yaitu mampu melakukan peran tugas Air-to-Air (Jakt), Air-to-Ground (Attack), dan Reconnaisance (Spaning) --disingkat JAS. Amat cocok untuk patroli udara, patroli darat, maupun patroli lautan. Tak salah bila pihak pembuat kemudian mengampanyekan penempur ini sebagai: Wings of Your Nation.
Persenjataan yang bisa dibawa Gripen meliputi AIM-9/IRIS-T, AIM-120/MICA, Skyflash/Meteor, Rb.75, KEPD.350, Paveway, Rbs-15 Antiship Missile, Cluster Bomb, Mk.82, dll. Lengkap dan dapat diandalkan.
Soal harga, mungkin harus dikonfirmasi dan dikomparasi ulang. Pada awal terbit, JAS 39 disebut-sebut punya harga lebih murah dari harga F-16. Namun, untuk seri Gripen C/D atau NG (Next Generation yang menggunakan mesin pesawat F/A-18E/F Super Hornet), harganya berkisar di 40-60-an juta dolar. Apakah betul? Artinya setara dengan harga satu unit penempur kelas berat Sukhoi Su-30?
Akan tetapi, tetap ada beda hitungan bila dibandingkan dengan Sukhoi atau F-16 sekalipun. Dalam hal operating cost misalnya, Gripen pasti lebih murah karena hanya menggunakan satu mesin, yang artinya biaya untuk suku cadang, perawatan, dan operasional juga akan setengah dari budjet pesawat dua mesin. Itu sebabnya, satu literatur asing pernah menjelaskan bahwa, dengan kemampuan sekelas F-16, Gripen punya biaya operasional/perawatan setengah dari biaya yang dibutuhkan oleh F-16. Tim pengkaji jelas harus membuktikan secara detail klaim tersebut.
Dari segi populasi maupun jaminan pemeliharaan yang sudah worldwide, F-16 jelas lebih menjanjikan. Untuk masalah perawatan atau suku cadang, pesawat ini tidak perlu melulu ke Amerika. Namun ke negara-negara yang sudah di-approve oleh Amerika dan itu jumlahnya banyak. Tapi pada kenyataannya, toh kita juga tak bisa berbuat apa-apa manakala diembargo oleh Amerika selaku negara penjual. Apakah embargo militer akan kembali terulang untuk negara kita? Tidak tahu. Sementara kalau kita pakai Gripen, artinya kita akan mulai dengan sistem baru. Mulai dari pelatihan mekanik, pelatihan pilot, penyediaan sistem pemeliharaan, dan sebagainya. Mungkin ini tidak akan jadi masalah bila kita mau bertekad untuk itu. Toh punya Sukhoi juga merupakan sistem baru buat kita setelah kurang lebih empat dekade kita tidak mengoperasikan pesawat Rusia lagi.
Penggunaan pesawat lightweight fighter berkemampuan ekstra dalam hal kemampuan bawa senjata dan performa terbang, merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan oleh negara kepulauan seperti indonesia. Untuk mengejar musuh, Gripen masih bisa diandalkan karena mampu melesat pada Mach 2 dan mencapai ketinggian terbang maksimum 50.000 kaki. Jarak jelajah Gripen juga terbilang besar yakni mencapai 3.200 km (dengan drop tank), lebih-lebih pesawat ini juga punya alat untuk air refueling.
Dibandingkan dengan F-16 dalam beberapa hal kemampuan Gripen memang masih kalah tipis. Masalahnya dibandingkan dengan F-16 varian yang mana? Kalau dengan F-16 yang kita punya sekarang ini, ya jelas Gripen lebih unggul. Bila mengukur kemampuan keuangan negara (seperti yang digembar-gemborkan), kemungkinan besar TNI AU juga tidak akan diberi F-16C/D tercanggih Block 52/60 seperti Singapura atau UEA. Amat jauh lah. Namun bisa jadi paling banter adalah tipe C/D Block 30 bekas pakai. Seberapa lama bekas pakainya? Tentu juga harus dipertimbangkan karena nanti kita akan kena beban perpanjangan usia dsb.
Lebih-lebih, bila misalnya beli F-16 C/D juga tidak lengkap satu paket dengan persenjataannya. Ketika negara lain sudah melengkapi diri dengan senjata-senjata BVR (beyond visual range), kita masih mengandalkan Sidewinder yang masuk kategori rudal udara ke udara jarak pendek. Lebih baik beli pesawat brand new yang ditawarkan lengkap dengan persenjataannya satu paket. Baru setelah itu kita hitung, mampunya kita beli berapa? Yang ideal sih cara hitungnya dibalik saja. Kita butuh berapa banyak, baru setelah itu disediakan anggarannya sesuai kebutuhan itu.
Thailand merupakan negara yang akhirnya memutuskan memilih JAS 39 Gripen sebagai pengganti armada F-5 mereka dengan membeli 12 Gripen. Selain digunakan oleh Thailand, Gripen lebih dulu sudah digunakan oleh Swedia, Rep. Czech, Hungaria, Afrika Selatan, dan juga Inggris beberapa unit untuk pesawat latih. Sebanyak 236 Gripen telah dipesan hingga tahun 2008. Pesawat yang prototipenya terbang pertama kali tahun 1988, lalu diperkenalkan kepada umum tahun 1996, dan mulai dikembangkan untuk varian ekspor sejak tahun 2005 ini memang patut untuk dikaji. Bolehlah TNI AU bermimpi dulu sebelum diputuskan akan diberi atau tidak anggarannya oleh pemerintah. (RS,280310)
Mengenai JAS 39 Gripen, patut kiranya sosok pesawat tempur ringan ini dicermati. Gripen masuk kategori andalan karena, misalnya, pesawat ini mampu membawa beragam persenjataan maut buatan AS maupun buatan Eropa. Pesawat juga punya kemampuan multirole atau swingrole yaitu mampu melakukan peran tugas Air-to-Air (Jakt), Air-to-Ground (Attack), dan Reconnaisance (Spaning) --disingkat JAS. Amat cocok untuk patroli udara, patroli darat, maupun patroli lautan. Tak salah bila pihak pembuat kemudian mengampanyekan penempur ini sebagai: Wings of Your Nation.
Persenjataan yang bisa dibawa Gripen meliputi AIM-9/IRIS-T, AIM-120/MICA, Skyflash/Meteor, Rb.75, KEPD.350, Paveway, Rbs-15 Antiship Missile, Cluster Bomb, Mk.82, dll. Lengkap dan dapat diandalkan.
Soal harga, mungkin harus dikonfirmasi dan dikomparasi ulang. Pada awal terbit, JAS 39 disebut-sebut punya harga lebih murah dari harga F-16. Namun, untuk seri Gripen C/D atau NG (Next Generation yang menggunakan mesin pesawat F/A-18E/F Super Hornet), harganya berkisar di 40-60-an juta dolar. Apakah betul? Artinya setara dengan harga satu unit penempur kelas berat Sukhoi Su-30?
Akan tetapi, tetap ada beda hitungan bila dibandingkan dengan Sukhoi atau F-16 sekalipun. Dalam hal operating cost misalnya, Gripen pasti lebih murah karena hanya menggunakan satu mesin, yang artinya biaya untuk suku cadang, perawatan, dan operasional juga akan setengah dari budjet pesawat dua mesin. Itu sebabnya, satu literatur asing pernah menjelaskan bahwa, dengan kemampuan sekelas F-16, Gripen punya biaya operasional/perawatan setengah dari biaya yang dibutuhkan oleh F-16. Tim pengkaji jelas harus membuktikan secara detail klaim tersebut.
Dari segi populasi maupun jaminan pemeliharaan yang sudah worldwide, F-16 jelas lebih menjanjikan. Untuk masalah perawatan atau suku cadang, pesawat ini tidak perlu melulu ke Amerika. Namun ke negara-negara yang sudah di-approve oleh Amerika dan itu jumlahnya banyak. Tapi pada kenyataannya, toh kita juga tak bisa berbuat apa-apa manakala diembargo oleh Amerika selaku negara penjual. Apakah embargo militer akan kembali terulang untuk negara kita? Tidak tahu. Sementara kalau kita pakai Gripen, artinya kita akan mulai dengan sistem baru. Mulai dari pelatihan mekanik, pelatihan pilot, penyediaan sistem pemeliharaan, dan sebagainya. Mungkin ini tidak akan jadi masalah bila kita mau bertekad untuk itu. Toh punya Sukhoi juga merupakan sistem baru buat kita setelah kurang lebih empat dekade kita tidak mengoperasikan pesawat Rusia lagi.
Penggunaan pesawat lightweight fighter berkemampuan ekstra dalam hal kemampuan bawa senjata dan performa terbang, merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan oleh negara kepulauan seperti indonesia. Untuk mengejar musuh, Gripen masih bisa diandalkan karena mampu melesat pada Mach 2 dan mencapai ketinggian terbang maksimum 50.000 kaki. Jarak jelajah Gripen juga terbilang besar yakni mencapai 3.200 km (dengan drop tank), lebih-lebih pesawat ini juga punya alat untuk air refueling.
Dibandingkan dengan F-16 dalam beberapa hal kemampuan Gripen memang masih kalah tipis. Masalahnya dibandingkan dengan F-16 varian yang mana? Kalau dengan F-16 yang kita punya sekarang ini, ya jelas Gripen lebih unggul. Bila mengukur kemampuan keuangan negara (seperti yang digembar-gemborkan), kemungkinan besar TNI AU juga tidak akan diberi F-16C/D tercanggih Block 52/60 seperti Singapura atau UEA. Amat jauh lah. Namun bisa jadi paling banter adalah tipe C/D Block 30 bekas pakai. Seberapa lama bekas pakainya? Tentu juga harus dipertimbangkan karena nanti kita akan kena beban perpanjangan usia dsb.
Lebih-lebih, bila misalnya beli F-16 C/D juga tidak lengkap satu paket dengan persenjataannya. Ketika negara lain sudah melengkapi diri dengan senjata-senjata BVR (beyond visual range), kita masih mengandalkan Sidewinder yang masuk kategori rudal udara ke udara jarak pendek. Lebih baik beli pesawat brand new yang ditawarkan lengkap dengan persenjataannya satu paket. Baru setelah itu kita hitung, mampunya kita beli berapa? Yang ideal sih cara hitungnya dibalik saja. Kita butuh berapa banyak, baru setelah itu disediakan anggarannya sesuai kebutuhan itu.
Thailand merupakan negara yang akhirnya memutuskan memilih JAS 39 Gripen sebagai pengganti armada F-5 mereka dengan membeli 12 Gripen. Selain digunakan oleh Thailand, Gripen lebih dulu sudah digunakan oleh Swedia, Rep. Czech, Hungaria, Afrika Selatan, dan juga Inggris beberapa unit untuk pesawat latih. Sebanyak 236 Gripen telah dipesan hingga tahun 2008. Pesawat yang prototipenya terbang pertama kali tahun 1988, lalu diperkenalkan kepada umum tahun 1996, dan mulai dikembangkan untuk varian ekspor sejak tahun 2005 ini memang patut untuk dikaji. Bolehlah TNI AU bermimpi dulu sebelum diputuskan akan diberi atau tidak anggarannya oleh pemerintah. (RS,280310)
Perbandingan Performa:
F-16
(General Characteristics)
- Crew: 1
- Length: 49 ft 5 in (15.06 m)
- Wingspan: 32 ft 8 in (9.96 m)
- Height: 16 ft (4.88 m)
- Wing area: 300 ft² (27.87 m²)
- Airfoil: NACA 64A204 root and tip
- Empty weight: 18,900 lb (8,570 kg)
- Loaded weight: 26,500 lb (12,000 kg)
- Max takeoff weight: 42,300 lb (19,200 kg)
- Powerplant: 1× F110-GE-100 afterburning turbofan
- Dry thrust: 17,155 lbf (76.3 kN)
- Thrust with afterburner: 28,600 lbf (127 kN)
Performance
- Maximum speed:
- At sea level: Mach 1.2 (915 mph, 1,470 km/h)
- At altitude: Mach 2+ (1,500 mph, 2,410 km/h)
- Combat radius: 340 mi (295 nm, 550 km) on a hi-lo-hi mission with six 1,000 lb (450 kg) bombs
- Ferry range: 2,280 NM (2,620 mi, 4,220 km) with drop tanks
- Service ceiling: 60,000+ ft (18,000+ m)
- Rate of climb: 50,000 ft/min (254 m/s)
- Wing loading: 88.3 lb/ft² (431 kg/m²)
- Thrust/weight: 1.095
Armament
- Guns: 1× 20 mm (0.787 in) M61 Vulcan gatling gun, 511 rounds
- Hardpoints: 2× wing-tip Air-to-air missile launch rails, 6× under-wing & 3× under-fuselage pylon stations holding up to 17,000 lb (7,700 kg) of payload
- Rockets:
- Missiles:
- Air-to-air missiles:
- 2× AIM-7 Sparrow or
- 6× AIM-9 Sidewinder or
- 6× IRIS-T or
- 6× AIM-120 AMRAAM or
- 6× Python-4
- Air-to-ground missiles:
- 6× AGM-45 Shrike or
- 6× AGM-65 Maverick or
- 4× AGM-88 HARM
- Anti-ship missiles:
- 2× AGM-84 Harpoon or
- 4× AGM-119 Penguin
- Air-to-air missiles:
- Bombs:
- 2× CBU-87 Combined Effects Munition
- 2× CBU-89 Gator mine
- 2× CBU-97 Sensor Fuzed Weapon
- Wind Corrected Munitions Dispenser capable
- 4× GBU-10 Paveway II
- 6× GBU-12 Paveway II
- 6× Paveway-series laser-guided bombs
- 4× JDAM
- 4× Mark 84 general-purpose bombs
- 8× Mark 83 GP bombs
- 12× Mark 82 GP bombs
- B61 nuclear bomb
- Others:
- SUU-42A/A Flares/Infrared decoys dispenser pod and chaff pod or
- AN/ALQ-131 & AN/ALQ-184 ECM pods or
- LANTIRN, Lockheed Martin Sniper XR & LITENING targeting pods or
- up to 3× 300/330/370 US gallon Sargent Fletcher drop tanks for ferry flight/extended range/loitering time.
Avionics
- AN/APG-68 radar
-o0o-
JAS 39 Gripen
(General characteristics)
- Crew: 1 (2 for JAS 39B/D)
- Length: 14.1 m (46 ft 3 in)
- Wingspan: 8.4 m (27 ft 7 in)
- Height: 4.5 m (14 ft 9 in)
- Wing area: 30.0 m² (323 ft²)
- Empty weight: 5,700 kg (14,600 lb)
- Loaded weight: 8,500 kg (18,700 lb)
- Max takeoff weight: 14,000 kg (31,000 lb)
- Powerplant: 1× Volvo Aero RM12 afterburning turbofan
- Dry thrust: 54 kN (12,100 lbf)
- Thrust with afterburner: 80.5 kN (18,100 lbf)
- Wheel track: 2.4 m (7 ft 10 in)
- Length (two-seater): 14.8 m (48 ft 5 in)
Performance
- Maximum speed:
- At altitude: Mach 2 (2,470 km/h, 1,372 mph)
- Combat radius: 800 km (500 mi, 432 nmi)
- Ferry range: 3,200 km (2,000 mi) with drop tanks
- Service ceiling: 15,240 m (50,000 ft)
- Wing loading: 336 kg/m² (68.8 lb/ft²)
- Thrust/weight: 0.97
Armament
- 1 × 27 mm Mauser BK-27 cannon 120 rounds
- 6 × Rb.74 (AIM-9) or Rb 98 (IRIS-T)
- 4 × Rb.99 (AIM-120) or MICA
- 4 x Rb.71 (Skyflash) or Meteor
- 4 x Rb.75
- 2 x KEPD.350
- 4 x GBU-12 Paveway II laser-guided bomb
- 4 x rocket pods 13.5 cm rockets
- 2 x Rbs.15F anti-ship missile
- 2 x Bk.90 cluster bomb
- 8 x Mark 82 bombs
- 1 x ALQ-TLS ECM pod
Thursday, August 12, 2010
Tiga Sukhoi Tiba September 2010
SUKHOI TNI AU
12 Agustus 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengungkapkan, tiga unit pesawat jet tempur Sukhoi yang dipesan dari Rusia, tiba di tanah air pada awal September 2010.
"Jadwal tersebut lebih cepat dari semula 11 September 2010. Namun, datangnya bertahap tidak sekaligus," katanya, ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, tiga unit pesawat Sukhoi SU-27SKM itu dua diantaranya tiba pada awal September, dan satu unit lagi tiba pada minggu ketiga.
"Pesawat akan langsung mendarat di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, untuk dirakit dan diuji terbang," ungkap Imam.
Dengan begitu, lanjut dia, tujuh pesawat Sukhoi yang baru diharapkan siap untuk tampil pada peringatan HUT ke-65 TNI pada 5 Oktober mendatang, dalam formasi terbang lintas.
Pada sejak 2003 Indonesia telah memiliki tujuh pesawat tempur Sukhoi yang diadakan dari Rusia. Pada 2003 Indonesia membeli empat Sukhoi jenis SU-30MK dan SU-27SK, masing-masing dua unit.
Indonesia kemudian membeli enam pesawat Sukhoi lagi pada 2007 setelah perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur Sukhoi pada 21 Agustus 2007 mengumumkan penjualan enam pesawat tempur tersebut kepada Indonesia senilai sekitar 300 juta dollar AS atau senilai Rp 2,85 triliun.
Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba pada Desember 2008 dan Januari 2009.
ANTARA News
"Jadwal tersebut lebih cepat dari semula 11 September 2010. Namun, datangnya bertahap tidak sekaligus," katanya, ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, tiga unit pesawat Sukhoi SU-27SKM itu dua diantaranya tiba pada awal September, dan satu unit lagi tiba pada minggu ketiga.
"Pesawat akan langsung mendarat di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, untuk dirakit dan diuji terbang," ungkap Imam.
Dengan begitu, lanjut dia, tujuh pesawat Sukhoi yang baru diharapkan siap untuk tampil pada peringatan HUT ke-65 TNI pada 5 Oktober mendatang, dalam formasi terbang lintas.
Pada sejak 2003 Indonesia telah memiliki tujuh pesawat tempur Sukhoi yang diadakan dari Rusia. Pada 2003 Indonesia membeli empat Sukhoi jenis SU-30MK dan SU-27SK, masing-masing dua unit.
Indonesia kemudian membeli enam pesawat Sukhoi lagi pada 2007 setelah perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur Sukhoi pada 21 Agustus 2007 mengumumkan penjualan enam pesawat tempur tersebut kepada Indonesia senilai sekitar 300 juta dollar AS atau senilai Rp 2,85 triliun.
Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba pada Desember 2008 dan Januari 2009.
ANTARA News
TNI AU Incar 16 T-50 Golden Eagle Buatan Korsel
T-50 Golden Eagle terbang dalam formasi. (Foto: KAI)
12 Agustus 2010 –- Indonesia memasukan jet tempur latih T-50 Golden Eagle dalam salah satu dari tiga kandidat dalam program pembelian jet tempur latih, diumumkan DAPA (Defense Acquisition Program Administration) kutip harian Korea Selatan Korean Times, Senin (9/8).
T-50 Golden Eagle akan bersaing dengan jet tempur latih buatan Rusia Yak-130 dan buatan Ceko L-159B ujar pejabat DAPA. TNI AU berencana membeli 16 jet tempur latih.
Jet tempur latih T-50 dikembangkan hasil kerjasama Korea Aerospace Industries (KAI) dan Lockheed Martin dari Amerika Serikat.
T-50 dikalahkan M-346 Master buatan Alenia Aermacchi Italia dalam kontes di Uni Emirat Arab dan Singapura.
Pada Juli lalu, delegasi pemerintah Korsel berkunjung ke Indonesia guna membicarakan pembelian T-50. Kedatangan Menteri Pertahanan Korsel Kim Tae-Young ke Indonesia, Rabu (11/8), salah satu tujuannya menawarkan T-50 ke Indonesia.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kanan) didampingi Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Tae-Young (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan usai mengadakan pertemuan di Jakarta, Rabu (11/8). Pertemuan bilateral kedua pihak membahas mengenai peningkatan kerjasama dalam bidang industri pertahanan. (Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo/hp/10)
Indonesai membeli jet latih KT-1 buatan KAI pada 2001 dan 2005, salah satu pesawat jatuh di bandara Ngurah Rai Denpasar, Bali saat menggelar joy flight pada bulan lalu. Indonesia dan Korsel telah menandatangani kerjasama pengembangan jet tempur KF-X. Pembangunan pesawat akan dimulai 2012 dan diharapkan 2020 prototipe pertama sudah diuji coba. Indonesia direncanakan akan menerima 50 pesawat, sedangkan Korsel 100 pesawat.
T-50 Golden Eagle jet tempur bermesin tunggal dilengkapi sistem data penerbangan dan pelatihan darat modern, membantu para pilot baru transisi ke jet tempur generasi 5 dan 4.5 dengan mudah.
Pesawat mempunyai kecepatan maksimal 1,5 Mach dan dibanderol sekitar 25 juta dolar perunit.
T-50 Golden Eagle dalam grafis.(Grafis: KAI)
Pemerintah Korsel mendukung penuh penjualan T-50 ke luar negeri, guna menjadi eksportir senjata utama di dunia dan mengairahkan ekonomi Korsel.
Pemerintah Korsel menargetkan penjualan senjata mencapai 3 milyar dolar hingga 2012, pemerintah dan industri pertahanan sepakat keberhasilan penjualan T-50 salah satu bagian terpenting agar tercapai target tersebut.
T-50 sedang berkompetisi dengan M-346 di Israel, Polandia dan Iraq. Jika Pemerintah Indonesia memutuskan membeli T-50, menjadikan negara pertama diluar Korsel yang mengoperasikan T-50.
Korea Times/Berita HanKam
12 Agustus 2010 –- Indonesia memasukan jet tempur latih T-50 Golden Eagle dalam salah satu dari tiga kandidat dalam program pembelian jet tempur latih, diumumkan DAPA (Defense Acquisition Program Administration) kutip harian Korea Selatan Korean Times, Senin (9/8).
T-50 Golden Eagle akan bersaing dengan jet tempur latih buatan Rusia Yak-130 dan buatan Ceko L-159B ujar pejabat DAPA. TNI AU berencana membeli 16 jet tempur latih.
Jet tempur latih T-50 dikembangkan hasil kerjasama Korea Aerospace Industries (KAI) dan Lockheed Martin dari Amerika Serikat.
T-50 dikalahkan M-346 Master buatan Alenia Aermacchi Italia dalam kontes di Uni Emirat Arab dan Singapura.
Pada Juli lalu, delegasi pemerintah Korsel berkunjung ke Indonesia guna membicarakan pembelian T-50. Kedatangan Menteri Pertahanan Korsel Kim Tae-Young ke Indonesia, Rabu (11/8), salah satu tujuannya menawarkan T-50 ke Indonesia.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kanan) didampingi Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Tae-Young (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan usai mengadakan pertemuan di Jakarta, Rabu (11/8). Pertemuan bilateral kedua pihak membahas mengenai peningkatan kerjasama dalam bidang industri pertahanan. (Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo/hp/10)
Indonesai membeli jet latih KT-1 buatan KAI pada 2001 dan 2005, salah satu pesawat jatuh di bandara Ngurah Rai Denpasar, Bali saat menggelar joy flight pada bulan lalu. Indonesia dan Korsel telah menandatangani kerjasama pengembangan jet tempur KF-X. Pembangunan pesawat akan dimulai 2012 dan diharapkan 2020 prototipe pertama sudah diuji coba. Indonesia direncanakan akan menerima 50 pesawat, sedangkan Korsel 100 pesawat.
T-50 Golden Eagle jet tempur bermesin tunggal dilengkapi sistem data penerbangan dan pelatihan darat modern, membantu para pilot baru transisi ke jet tempur generasi 5 dan 4.5 dengan mudah.
Pesawat mempunyai kecepatan maksimal 1,5 Mach dan dibanderol sekitar 25 juta dolar perunit.
T-50 Golden Eagle dalam grafis.(Grafis: KAI)
Pemerintah Korsel mendukung penuh penjualan T-50 ke luar negeri, guna menjadi eksportir senjata utama di dunia dan mengairahkan ekonomi Korsel.
Pemerintah Korsel menargetkan penjualan senjata mencapai 3 milyar dolar hingga 2012, pemerintah dan industri pertahanan sepakat keberhasilan penjualan T-50 salah satu bagian terpenting agar tercapai target tersebut.
T-50 sedang berkompetisi dengan M-346 di Israel, Polandia dan Iraq. Jika Pemerintah Indonesia memutuskan membeli T-50, menjadikan negara pertama diluar Korsel yang mengoperasikan T-50.
Korea Times/Berita HanKam
Kasau: T-50 Lebih Potensial Gantikan MK-53
T-50 Golden Eagle. (Foto: KAI)
12 Agustus 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI Imam Sufaat, mengatakan bahwa pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan, lebih potensial menggantikan pesawat Hawk MK-53 yang akan habis masa pakainya pada 2011.
"Saat ini memang ada tiga jenis pesawat yang lolos seleksi untuk menggantikan MK-53 yakni T-50 Golden Eagle (Korea Selatan), Yakovlev Yak 130 (Rusia) dan Aero L159 Alca (Ceko)," katanya, ketika dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.
Namun, lanjut Imam, ada beberapa pertimbangan untuk memastikan T-50 sebagai pengganti MK-53.
"T-50 adalah pesawat generasi keempat Korea Selatan dengan berbagai keunggulan muktahir, yang tidak lagi dimiliki L-159," ungkapnya.
Sedangkan, Yak 130 juga potensial menggantikan MK-53 namun prosedur dan mekanisme pembelian dari Rusia terkadang sangat ketat.
Tak hanya itu, lanjut Kasau, sudah ada kesepakatan antara RI dan Korea Selatan untuk bekerja sama dalam industri pertahanan seperti produksi bersama pesawat T-50.
"Jadi ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan T-50. Selain, merupakan pesawat generasi keempat dengan teknologi muktahir juga ada kesimbungan, melalui produksi bersama tersebut," tutur Imam.
Namun, lanjut dia, semua kemungkinan masih dibahas mendalam. "Kami tetap ajukan tiga jenis pesawat pengganti MK-53, agar dibahas mendalam untuk segera diputuskan Kementerian Pertahanan," katanya menambahkan.
The T-50 Golden Eagle is a South Korean supersonic advanced trainer and light attack jet, developed by the Korean Aerospace Industries beginning in the late 1990s. The T-50 is South Korea's first indigenous supersonic aircraft and one of the few supersonic trainers. Currently, KAI is upgrading its four prototypes of the T-50 Golden Eagle trainer to advanced light fighters designated FA-50.
ANTARA News
12 Agustus 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI Imam Sufaat, mengatakan bahwa pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan, lebih potensial menggantikan pesawat Hawk MK-53 yang akan habis masa pakainya pada 2011.
"Saat ini memang ada tiga jenis pesawat yang lolos seleksi untuk menggantikan MK-53 yakni T-50 Golden Eagle (Korea Selatan), Yakovlev Yak 130 (Rusia) dan Aero L159 Alca (Ceko)," katanya, ketika dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.
Namun, lanjut Imam, ada beberapa pertimbangan untuk memastikan T-50 sebagai pengganti MK-53.
"T-50 adalah pesawat generasi keempat Korea Selatan dengan berbagai keunggulan muktahir, yang tidak lagi dimiliki L-159," ungkapnya.
Sedangkan, Yak 130 juga potensial menggantikan MK-53 namun prosedur dan mekanisme pembelian dari Rusia terkadang sangat ketat.
Tak hanya itu, lanjut Kasau, sudah ada kesepakatan antara RI dan Korea Selatan untuk bekerja sama dalam industri pertahanan seperti produksi bersama pesawat T-50.
"Jadi ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan T-50. Selain, merupakan pesawat generasi keempat dengan teknologi muktahir juga ada kesimbungan, melalui produksi bersama tersebut," tutur Imam.
Namun, lanjut dia, semua kemungkinan masih dibahas mendalam. "Kami tetap ajukan tiga jenis pesawat pengganti MK-53, agar dibahas mendalam untuk segera diputuskan Kementerian Pertahanan," katanya menambahkan.
The T-50 Golden Eagle is a South Korean supersonic advanced trainer and light attack jet, developed by the Korean Aerospace Industries beginning in the late 1990s. The T-50 is South Korea's first indigenous supersonic aircraft and one of the few supersonic trainers. Currently, KAI is upgrading its four prototypes of the T-50 Golden Eagle trainer to advanced light fighters designated FA-50.
ANTARA News
Tuesday, August 10, 2010
MP, expert back RI-S. Korea jet fighter project
Dicky Christanto, The Jakarta Post,
“The joint cooperation is good for Indonesia because it will help us revitalize our defense industry.
However it is strongly recommended both countries conduct thorough feasibility study,” Kemal Azis Stamboel, lawmaker from the House of Representatives Commission I overseeing defense and intelligence told The Jakarta Post on Friday.
Kemal added that among points to be looked into in the study would be an assessment of possible future conflict between the two countries.
“This policy applies for all potential partner countries because of course we don’t want to be caught out if it occurs,” he added.
Initiated during a visit to Indonesia by South Korean President Lee Myung-bak last year, both countries are now gearing up to sign a Memorandum of Understanding (MoU) for the fighter production, which will be called “KFX project”.
According to secretary-general of the Defense Ministry Deputy Marshal Eris Haryanto, the MoU is likely to be signed at the end of this year. After the signing, a joint team comprising experts from both countries will be formed.
This team would be tasked with building five prototypes of the aircraft before 2020. After achieving the break even point target of 200 units, the aircraft will be ready for mass production.
Military expert from the Indonesian Institute of Sciences Jaleswari Pramodhawardani said the project offers Indonesia a rare chance to develop its defense industry.
“There is always a risk in everything but in my opinion we should take this risk,” she said.
However, she said the project would cost a huge part of the budget, meaning the Indonesian Military may have to work hard to convince lawmakers to grant funding.
Under the MoU, Indonesia will shoulder 20 percent of the initial budget of US$8 billion, which Kemal described as “reasonable”.
The joint project is widely seen as a pilot project for Indonesian military in revitalizing defense industry.
The Indonesian military is now perfecting an draft paper on boosting the country’s defense industry.
Russia to deliver last of six Su fighters to Indonesia in 2010
Russia to deliver last of six Su fighters to Indonesia in 2010
09:37 13/11/2009
© RIA Novosti. Iliya Pitalev
Related News
- Russian Air Force deal for 60 Su jets expected at Moscow air show
- India set to discuss overhaul of Su-30 fighter jets with Russia
- Russian Air Force to rehearse robotic strikes in defense exercise
- Russian Air Force signs $190 mln contract to buy new missiles
Multimedia
MOSCOW, November 13 (RIA Novosti) - Russia will deliver the last of six contracted Su fighter jets to Indonesia in 2010, a Russian Federal Service for Military and Technical Co-Operation deputy director said on Friday.
Under a $300 million contract, signed in 2007, Russia is to supply three Su-30MK2 and three Su-27SKM fighters to Jakarta.
"Under the contract, two Su-27SK jets must be delivered by the end of 2009. One more fighter will be delivered in 2010," Konstantin Birulin said.
The third Su-30MK2 jet was delivered in January.
Indonesian Armed Forces Commander Air Marshal Djoko Suyanto said in 2007 that the country needed at least one squadron equipped with 16 Sukhoi fighters to replace part of the outdated fleet of U.S. F-16 fighters.
Russia hands over 3 Su-30MK2 multi-role fighters to Indonesia
RIA Novosti
(32 sec./1.35Mb Views: 446)
MOSCOW, January 26 (RIA Novosti) - Russia's Sukhoi holding said on Monday that a third Su-30MK2 fighter, delivered to Indonesia last week, had passed flight tests at an airfield on the island of Sulawesi. Under a $300 million contract, signed in 2007, Russia has supplied three Su-30MK2 planes and will deliver three Su-27SKM fighters to Jakarta in addition to the two Su-27SK and two Su-30MK planes that are already in service with the Indonesian air force.
"During a 1-hour flight, the Russian military pilots checked the performance of all on-board systems. Two Su-30MK2 fighters, delivered in December, were tested on January 6," the company said.
Russia is scheduled to deliver three Su-27SKM planes to Indonesia in 2009-2010.
The aircraft will become part of the 11th Squadron and will be based at the Sultan Hasanuddin airbase on Sulawesi.
Third Su-30 fighter for Indonesia passes flight tests
MOSCOW, January 26 (RIA Novosti) - Russia's Sukhoi holding said on Monday that a third Su-30MK2 fighter, delivered to Indonesia last week, had passed flight tests at an airfield on the island of Sulawesi. Under a $300 million contract, signed in 2007, Russia has supplied three Su-30MK2 planes and will deliver three Su-27SKM fighters to Jakarta in addition to the two Su-27SK and two Su-30MK planes that are already in service with the Indonesian air force.
"During a 1-hour flight, the Russian military pilots checked the performance of all on-board systems. Two Su-30MK2 fighters, delivered in December, were tested on January 6," the company said.
Russia is scheduled to deliver three Su-27SKM planes to Indonesia in 2009-2010.
The aircraft will become part of the 11th Squadron and will be based at the Sultan Hasanuddin airbase on Sulawesi.
Monday, August 9, 2010
DPR Dukung TNI AU Beli Pesawat Tanpa Awak
Tuesday, August 10, 2010
Harian Israel Haaretz memberitakan Indonesia berencana membeli pesawat tanpa awak Searcher Mark-II yang dibuat oleh Israel Aerospace Industries Ltd. Co. (Foto: IAI)
10 Agustus 2010, Jakarta -- Komisi I DPR mendukung pembentukan skuadron Pesawat Tanpa Awak (UAV) yang akan dibangun TNI AU di Landasan Udara (Lanud) Supadio, Provinsi Kalimantan Barat. Pesawat Tanpa Awak dianggap anggota Dewan sebagai salah satu solusi menjaga perbatasan mengingat adanya tantangan topografi wilayah perbatasan Kalimantan Barat.
"Kami mendukung adanya skuadron udara pesawat tanpa awak untuk lebih efisien menjaga wilayah perbatasan, khususnya di provinsi Kalimantan Barat," kata Ketua Komisi I DPR RI Kemal Azis Stamboel dalam siaran pers yang diterima Suara Karya di Jakarta, Senin (9/8). Kemal bersama beberapa anggota Komisi I DPR melakukan kunjungan kerja ke Lanud Supadio, Kalimantan Barat.
Komisi I DPR, menurut Kemal, mendukung adanya rencana mendatangkan Pesawat Tanpa Awak guna mendukung kekuatan udara Republik Indonesia di Provinsi Kalbar. Adapun kekuatan Pesawat Tanpa Awak adalah dapat terbang dengan daya jelajah 300 km dan kemampuan terbang selama 24 jam penuh. Melalui Pesawat Tanpa Awak akan memudahkan TNI untuk melakukan pengamatan dan pengawasan di tengah keterbatasan sarana prasarana dan topografi wilayah perbatasan. Guna mengimbangi pengawasan perbatasan, TNI berencana membeli Pesawat Tanpa Awakd alam waktu dekat.
"Dalam kondisi lapangan yang dimiliki Republik Indonesia itu adalah solusi terbaik untuk mengatasi keberadaan infrastruktur," ujar Kemal.
Radar pemantau
Secara terpisah, Panglima Komando Sektor (Kosek) IV Pertahanan Udara Nasional Biak, Marsma TNI Hadiyan Sumintaadmadja mengatakan, radar pemantau milik TNI Angkatan Udara (AU) yang akan dibangun di Kabupaten Merauke, Papua, dijadwalkan beroperasi tahun 2011 mendatang, guna memantau aktivitas di udara, termasuk penerbangan di perbatasan Indonesia dengan Papua New Guinea. "Sesuai rencana program kerja Kosek IV Hanudnas Biak diharapkan markas satuan Radar Merauke sudah difungsikan tahun 2011, hingga saat ini berbagai persiapan pembangunan fisik sudah dimulai," katanya.
Letak geografis Kabupaten Merauke yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua New Guunea dan Australia menjadi fokus perhatian pembangunan radar pemantau pesawat udara. Selain satuan radar Merauke, pihaknya juga pada tahun 2011-2012 akan membangun markas satuan radar di Timika, Kabupaten Mimika serta radar di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku.
Sementara dalam program jangka panjang Kosek IV Hanudnas Biak, dikatakan Hadiyan, pembangunan satuan radar juga akan dilakukan di Sorong, Ambon dan Jayapura. Menyinggung mengenai kasus pelanggaran udara di wilayah Satuan Radar Biak, menurut Marsekal Pertama Hadiyan, hingga tahun 2009 tidak ditemukan satupun kasus pelanggaran udara oleh penerbangan sipil.
Dibandingkan dengan tahun 2008, lanjut Hadiyan, kasus pelanggaran udara yang dimonitor satuan radar Biak kurang lebih 30 kali, semenara selama tahun 2009 tidak ada. "Dampak dari beroperasinya satuan radar di Biak sangat nyata karena bisa mengawasi penerbangan udara yang melintas di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia," katanya.
suara kayra
berita hankam
10 Agustus 2010, Jakarta -- Komisi I DPR mendukung pembentukan skuadron Pesawat Tanpa Awak (UAV) yang akan dibangun TNI AU di Landasan Udara (Lanud) Supadio, Provinsi Kalimantan Barat. Pesawat Tanpa Awak dianggap anggota Dewan sebagai salah satu solusi menjaga perbatasan mengingat adanya tantangan topografi wilayah perbatasan Kalimantan Barat.
"Kami mendukung adanya skuadron udara pesawat tanpa awak untuk lebih efisien menjaga wilayah perbatasan, khususnya di provinsi Kalimantan Barat," kata Ketua Komisi I DPR RI Kemal Azis Stamboel dalam siaran pers yang diterima Suara Karya di Jakarta, Senin (9/8). Kemal bersama beberapa anggota Komisi I DPR melakukan kunjungan kerja ke Lanud Supadio, Kalimantan Barat.
Komisi I DPR, menurut Kemal, mendukung adanya rencana mendatangkan Pesawat Tanpa Awak guna mendukung kekuatan udara Republik Indonesia di Provinsi Kalbar. Adapun kekuatan Pesawat Tanpa Awak adalah dapat terbang dengan daya jelajah 300 km dan kemampuan terbang selama 24 jam penuh. Melalui Pesawat Tanpa Awak akan memudahkan TNI untuk melakukan pengamatan dan pengawasan di tengah keterbatasan sarana prasarana dan topografi wilayah perbatasan. Guna mengimbangi pengawasan perbatasan, TNI berencana membeli Pesawat Tanpa Awakd alam waktu dekat.
"Dalam kondisi lapangan yang dimiliki Republik Indonesia itu adalah solusi terbaik untuk mengatasi keberadaan infrastruktur," ujar Kemal.
Radar pemantau
Secara terpisah, Panglima Komando Sektor (Kosek) IV Pertahanan Udara Nasional Biak, Marsma TNI Hadiyan Sumintaadmadja mengatakan, radar pemantau milik TNI Angkatan Udara (AU) yang akan dibangun di Kabupaten Merauke, Papua, dijadwalkan beroperasi tahun 2011 mendatang, guna memantau aktivitas di udara, termasuk penerbangan di perbatasan Indonesia dengan Papua New Guinea. "Sesuai rencana program kerja Kosek IV Hanudnas Biak diharapkan markas satuan Radar Merauke sudah difungsikan tahun 2011, hingga saat ini berbagai persiapan pembangunan fisik sudah dimulai," katanya.
Letak geografis Kabupaten Merauke yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua New Guunea dan Australia menjadi fokus perhatian pembangunan radar pemantau pesawat udara. Selain satuan radar Merauke, pihaknya juga pada tahun 2011-2012 akan membangun markas satuan radar di Timika, Kabupaten Mimika serta radar di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku.
Sementara dalam program jangka panjang Kosek IV Hanudnas Biak, dikatakan Hadiyan, pembangunan satuan radar juga akan dilakukan di Sorong, Ambon dan Jayapura. Menyinggung mengenai kasus pelanggaran udara di wilayah Satuan Radar Biak, menurut Marsekal Pertama Hadiyan, hingga tahun 2009 tidak ditemukan satupun kasus pelanggaran udara oleh penerbangan sipil.
Dibandingkan dengan tahun 2008, lanjut Hadiyan, kasus pelanggaran udara yang dimonitor satuan radar Biak kurang lebih 30 kali, semenara selama tahun 2009 tidak ada. "Dampak dari beroperasinya satuan radar di Biak sangat nyata karena bisa mengawasi penerbangan udara yang melintas di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia," katanya.
suara kayra
berita hankam
Sunday, August 8, 2010
TNI AU Tambah Alutsista Senilai 90 Juta
Yogyakarta, (ANTARA News) - TNI AU akan menambah alat utama sistem persenjataan (alutsista) berupa senjata dan amunisi udara senilai 90 juta dolar AS untuk sejumlah pesawat tempur seperti F-16 dan Sukhoi pada 2010.
"Kami akan mendatangkan senjata dan amunisi udara besar itu dari AS dan Rusia," kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya (Marsdya) TNI Imam Sufaat di Gedung Sabang Merauke, Kompleks Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, usai membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AU dan Apel Komandan Satuan (Dansat) 2010, untuk pembelian amunisi dari AS dialokasikan dana sebesar 36 juta dolar AS, sedangkan dari Rusia dianggarkan 54 juta dolar AS.
"Kami membeli senjata dan amunisi dari dua negara tersebut karena TNI AU saat ini memiliki pesawat tempur buatan AS dan Rusia. Langkah itu ditempuh karena senjata dan amunisi buatan negara Barat dan Timur itu berbeda spesifikasinya," katanya.
Ia mengatakan, untuk penambahan senjata dan amunisi udara tersebut ada alokasi dana yang disisihkan dari anggaran 2010, dan TNI AU telah mengajukan anggaran yang dibutuhkan untuk pembelian alutsista itu kepada Menteri Pertahanan dan Markas Besar (Mabes) TNI.
"Dalam rencana strategis (renstra) pembangunan TNI AU 2010-2014 telah direncanakan untuk menambah dan mengganti alutsista yang telah tua dan tidak layak pakai. Upaya itu untuk mendukung kelancaran tugas operasional TNI AU, karena saat ini alutsista yang dimiliki masih kurang," katanya.
Terkait dengan jumlah personel, KSAU mengatakan, saat ini total personel TNI AU berjumlah 37.000 orang yang terdiri atas 31.000 personel militer dan 6.000 pegawai negeri sipil (PNS).
Jumlah personel tersebut mencukupi untuk melaksanakan tugas TNI AU sehingga belum ada rencana menambah personel dalam waktu dekat.
Menurut dia, jumlah personel akan ditambah jika alutsista bertambah, karena pengembangan organisasi diikuti oleh pengembangan orang.
"Misalnya, jika ada penambahan radar, akan menambah 60 personel untuk mengoperasikannya. Jika ada skuadron tempur baru akan menambah 150 personel," katanya.
Berdasarkan kesiapan alutsista pada 2010, rencana kebutuhan jam terbang sebanyak 55.252 jam yang digunakan untuk mendukung kesiagaan penanggulangan bencana, memenuhi kebutuhan latihan awak pesawat, operasi, pendidikan, dan kegiatan lain. Untuk radar membutuhkan jam operasional sebanyak 18 jam per hari, katanya.(*)
antara
"Kami akan mendatangkan senjata dan amunisi udara besar itu dari AS dan Rusia," kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya (Marsdya) TNI Imam Sufaat di Gedung Sabang Merauke, Kompleks Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, usai membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AU dan Apel Komandan Satuan (Dansat) 2010, untuk pembelian amunisi dari AS dialokasikan dana sebesar 36 juta dolar AS, sedangkan dari Rusia dianggarkan 54 juta dolar AS.
"Kami membeli senjata dan amunisi dari dua negara tersebut karena TNI AU saat ini memiliki pesawat tempur buatan AS dan Rusia. Langkah itu ditempuh karena senjata dan amunisi buatan negara Barat dan Timur itu berbeda spesifikasinya," katanya.
Ia mengatakan, untuk penambahan senjata dan amunisi udara tersebut ada alokasi dana yang disisihkan dari anggaran 2010, dan TNI AU telah mengajukan anggaran yang dibutuhkan untuk pembelian alutsista itu kepada Menteri Pertahanan dan Markas Besar (Mabes) TNI.
"Dalam rencana strategis (renstra) pembangunan TNI AU 2010-2014 telah direncanakan untuk menambah dan mengganti alutsista yang telah tua dan tidak layak pakai. Upaya itu untuk mendukung kelancaran tugas operasional TNI AU, karena saat ini alutsista yang dimiliki masih kurang," katanya.
Terkait dengan jumlah personel, KSAU mengatakan, saat ini total personel TNI AU berjumlah 37.000 orang yang terdiri atas 31.000 personel militer dan 6.000 pegawai negeri sipil (PNS).
Jumlah personel tersebut mencukupi untuk melaksanakan tugas TNI AU sehingga belum ada rencana menambah personel dalam waktu dekat.
Menurut dia, jumlah personel akan ditambah jika alutsista bertambah, karena pengembangan organisasi diikuti oleh pengembangan orang.
"Misalnya, jika ada penambahan radar, akan menambah 60 personel untuk mengoperasikannya. Jika ada skuadron tempur baru akan menambah 150 personel," katanya.
Berdasarkan kesiapan alutsista pada 2010, rencana kebutuhan jam terbang sebanyak 55.252 jam yang digunakan untuk mendukung kesiagaan penanggulangan bencana, memenuhi kebutuhan latihan awak pesawat, operasi, pendidikan, dan kegiatan lain. Untuk radar membutuhkan jam operasional sebanyak 18 jam per hari, katanya.(*)
antara
Thursday, August 5, 2010
Pesawat Tempur TNI AU Paksa Mendarat Pesawat Asing di Lanud Medan
Thursday, August 5, 2010
05 Agustus 2010, Medan -- Pesawat tempur TNI AU jenis Hawk 100/200 melakukan pemaksaan mendarat (force down) terhadap pesawat asing di Pangkalan TNI AU Lanud Medan, Rabu (4/8). Setelah mendarat pesawat tempur asing dengan 1 awak, lalu di giring oleh pasukan Khas TNI AU, POM AU Lanud Medan beserta petugas lain menuju Appron kelapa sawit lanud Medan di bawah todongan senjata oleh POM AU dan pengawalan ketat oleh Paskhas AU. Pilot asing tersebut digeledah oleh POM AU, selanjtnya digiring menuju kesatu ruangan yang ada di Baseops Lanud Medan untuk menjalankan proses interogasi yang di laksanakan oleh petugas Inteligent udara lanud Medan.
Demikian scenario jalannya latihan kesiap siagaan pertahanan udara nasional dengan nama sandi “ LATIHAN OPERASI HANUDNAS PERKASA C 2010 “ yang di gelar Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III Medan yang dilaksanakan di Lanud Medan.
Dalam puncak latihan yang di gelar di wilayah Kosek Hanudnas III Medan, tidak saja melaksanakan pemaksaan mendarat terhadap pesawat tempur asing, namun juga dilaksanakan scramble pesawt tempur TNI AU guna menghalau pesawt asing yang memasuki wilayah NKRI tanpa izin yang terdeteksi oleh satuan radar di jajaran Kosek Hanudnas III Medan, yang berlangsung dari tanggal 2-5 agustus 2010.
Dalam latihan Operasi Hanudnas Perkasa C 2010 kali ini melibatkan pesawat tempur jenis Hawk 100/200 dari Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Skadron Udara 12 Lanud Pekan Baru, selain itu juga melibatkan helicopter Colibri dari Skadron Udara 7, di dukung sarana operasi penerbangan oleh Danlanud Medan Kolonel Pnb Taufik Hidayat SE beserta Staf.
Pen Lanud Medan
http://indonesiandefense.blogspot.com/search/label/TNI%20AU
Demikian scenario jalannya latihan kesiap siagaan pertahanan udara nasional dengan nama sandi “ LATIHAN OPERASI HANUDNAS PERKASA C 2010 “ yang di gelar Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III Medan yang dilaksanakan di Lanud Medan.
Dalam puncak latihan yang di gelar di wilayah Kosek Hanudnas III Medan, tidak saja melaksanakan pemaksaan mendarat terhadap pesawat tempur asing, namun juga dilaksanakan scramble pesawt tempur TNI AU guna menghalau pesawt asing yang memasuki wilayah NKRI tanpa izin yang terdeteksi oleh satuan radar di jajaran Kosek Hanudnas III Medan, yang berlangsung dari tanggal 2-5 agustus 2010.
Dalam latihan Operasi Hanudnas Perkasa C 2010 kali ini melibatkan pesawat tempur jenis Hawk 100/200 dari Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Skadron Udara 12 Lanud Pekan Baru, selain itu juga melibatkan helicopter Colibri dari Skadron Udara 7, di dukung sarana operasi penerbangan oleh Danlanud Medan Kolonel Pnb Taufik Hidayat SE beserta Staf.
Pen Lanud Medan
http://indonesiandefense.blogspot.com/search/label/TNI%20AU
Kapal Selam Mini, Riwayatmu Kini
05 Agustus 2010
Kapal selam mini 22 m (photo : Defense Studies)
Ditengah maraknya pemberitaan tentang minimnya alat utama sistem senjata (alutsista), Indonesia ternyata memiliki rancangan kapal selam mini karya anak bangsa.
Sayang nasibnya kini kian tak pasti karena minimnya perhatian pemerintah. Sebagian orang mungkin sudah pernah mendengar tentang rancangan kapal selam mini karya Kolonel (Pur) Ir Dradjat Budiyanto MBA. Sebuah rancangan kapal selam mini atau sering disebut kate karena bentuknya yang lebih kecil dibandingkan kapal selam lazimnya. Namun, sejak ide ini muncul tahun 1996, jangankan diproduksi, diwujudkan menjadi bentuk prototipe saja belum. Padahal, Dradjat sudah menyelesaikan konsep rancangannya sejak 1996 dan mulai mempromosikan ke pemerintah. Namun, hingga saat ini gayung tak jua bersambut.
Sehingga, kini pensiunan AL itu pun mulai patah arang akan keseriusan pemerintah dalam mengembangkan hasil karyanya menjadi produk kapal selam siap pakai. ”Jika ada pihak lain yang mau mengajak kerja sama untuk mengembangkan rancangan ini, maka saya akan setujui,”ujar Dradjat frustrasi. Bisa jadi kesabaran pria kelahiran Madiun 28 Januari 1943 ini pupus sudah. Penantian sekian lama terkait kepastian kemauan pemerintah untuk mengembangkan rancangan kapal selam hasil karyanya itu sudah pudar. Apalagi kini usianya sudah tak muda lagi dan keterbatasan fisiknya yang harus menggunakan kursi roda akibat infeksi tulang belakang.
Namun, bukan Dradjat namanya jika tidak memiliki semangat yang membara bak anak muda. Kepada harian Seputar Indonesia (SINDO), Dradjat demikian antusias berkisah tentang rancangan kapal selam mini miliknya yang diberi nama IM X-1 (Indonesian Midget Experimental-One) yang ide awalnya berasal dari dr Laksamana Arief Kus Hariadi yang merupakan atasan Dradjat sewaktu masih bertugas di kesatuan AL dulu. Apa saja keunggulan rancangan kapal selam mini IM X-1 ini? Keunggulan pertama jelas lebih murah.
Kapal selam mini rancangan Dradjat Budiyanto (photo : joux)
Rancangan sendiri memungkinkan Dradjat untuk mencari onderdil dan peralatan di dalam negeri. Jika di dalam negeri tidak tersedia, bisa mencari suku cadang (spare part) dari negara lain yang tidak merugikan Indonesia, seperti dari Prancis yang open source. Sementara ada beberapa negara penjual suku cadang justru cenderung memiliki kebijakan yang merugikan negara pembeli. Pengadaan kapal selam seperti itu justru cenderung merugikan negara pembeli. Sebab, jika ada kerusakan atau kebutuhan pembelian suku cadang, terkadang negara pembeli kesulitan untuk mendapatkannya.
Dalam kalkulasi Dradjat, pada 1996, ketika harga besi masih murah, diperkirakan pengembangan kapal selam mini per unit akan menghabiskan anggaran sekitar USD7 juta dengan asumsi harga besi saat itu USD400 per ton. Namun, kini ketika harga baja atau besi sudah naik tiga kali lipat,maka biaya pengembangan kapal selam ini diperkirakan membutuhkan USD21 juta per unit. Angka ini masih jauh di bawah harga pembelian kapal selam jadi dari luar negeri yang di atas USD40–50 juta per unit.Bahkan untuk harga kapal selam standar,sekitar USD300 juta per unit,yang sudah dalam kondisi lengkap dengan semua peralatan militer modern.
Sementara itu, sejak pertengahan tahun 2009 TNI AL mengusulkan pembelian kapal selam seharga sekitar Rp7 triliun dari Korea Selatan. Dibanding kapal selam rancangan Dradjat, angka tersebut tentu jauh di atasnya. Apalagi mengembangkan kapal selam sendiri tentu bermanfaat untuk penyerapan tenaga kerja lokal, penambahan pengetahuan, dan transfer teknologi bagi anak bangsa. Terlebih lagi, ada kebanggaan nasionalisme karena memiliki produk karya anak negeri.Spesifikasi kapal selam mini rancangan Dradjat memiliki panjang 22 meter untuk hidung pendek,dan 24 meter untuk hidung panjang.
Kemudian berat 215 ton dengan kecepatan bawah air 18 knot atau 18 mil per jam. Kapasitas kapal selam mini ini mampu membawa 11 orang. Kelebihan lain dari kapal selam IM X-1 ini adalah rancangan lampu sonar yang lebih fleksibel dibanding kapal selam standar. Jika kapal selam umumnya memiliki lampu sonar vertikal bak lampu mobil sehingga tidak bisa menerangi secara leluasa hanya satu arah, rancangan Dradjat dibuat sedemikian rupa hingga bisa vertikal longitudinal. ”Inovasi lampu sonar ini mungkin yang pertama kali di dunia,”klaim Dradjat. Selain itu, masih banyak kelebihan lain rancangan kapal selam IM X-1 milik Dradjat ini. Seperti karena kapal selam ini kecil maka tingkat kebisingannya lebih rendah jika dibandingkan kapal selam standar.
Namun, memiliki fungsi dan manfaat setara bahkan lebih optimal dibandingkan kapal selam standar, seperti sulit terdeteksi oleh musuh. Rancangan tersebut bukan tanpa pengakuan. Sebutlah Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (LHI) BPPH/BPPT, National Ship Design Centre (NASDEC) Departemen Perindustrian, dan komponen teknikal angkatan laut– mulai Fakultas Kelautan Hang Tuah hingga Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)– yang sudah mengakui visibilitas rancangan kapal selam Dradjat. Bahkan Howaldtswerke Deutsche Werft AG (HDW), pembuat kapal selam asal Jerman, juga mengakui ketepatan rancang bangun milik Dradjat.
”Mereka semua menyetujui tanpa ada intervensi apa pun,” ujar ayah tiga anak tersebut. Pada 1996 di masa pemerintahan orde baru anggaran untuk pembelian alutsista memang minim. Untuk itulah Dradjat dikirimkan KSAL saat itu Laksamana Arief Kushariadi untuk belajar tentang pembuatan kapal selam yang terjangkau di Pakistan. Ada kisah lucu dalam penugasannya karena sebenarnya Dradjat tidak membawa surat penugasan resmi dari KSAL. Surat tugas hanya menyebutkan enam kawannya saja. Untuk itulah Dradjat sempat menemui kesulitan ketika sampai di Pakistan.
Namun, pemimpin pasukan AL Pakistan jeli yang kemudian mengorek keterangan dari Dradjat terkait siapa seniornya dalam belajar tentang kapal selam.
Tak dinyana senior Dradjat merupakan orang yang cukup dikenal oleh kepala pasukan AL Pakistan tersebut bahkan dianggap berjasa. Akhirnya Dradjat yang tidak berbekal surat tugas itu justru diberikan keleluasaan untuk belajar seluk beluk kapal selam di Pakistan selama lebih dari dua minggu. Dia belajar bersama enam prajurit lainnya ke Pakistan karena negara itu sedang membangun dua kapal selam mini di Pakistan Naval Dockyard. Sepulang dari Pakistan,Dradjat menyelesaikan rancangan kapal selamnya yang kemudian diajukan ke pemerintah. Namun, lagi-lagi mendapatkan penolakan dari pemerintah. Pada 2004 Dradjat dipanggil kembali ke Jakarta untuk menjelaskan rancangan kapal selamnya kepada TNI AL untuk diusulkan ke pemerintah. Namun, hingga saat ini tak ada kabar perkembangan terkait tindak lanjut rancangan kapal selam yang sudah diajukan hak patennya tersebut. Sehingga wajar jika kini Dradjat mulai patah arang. Selain itu sudah ada pihak dari Korea Selatan yang menyatakan tertarik ingin bekerja sama untuk mengembangkan kapal selam IM X-1.
”Iya,sepertinya kini saya mulai berpikir untuk menjual rancangan saya ke orang lain. Jika di dalam negeri ternyata hanya mubazir tidak dimanfaatkan,”paparnya. (abdul malik/islahuddin)
(Seputar Indonesia)
Kapal selam mini 22 m (photo : Defense Studies)
Ditengah maraknya pemberitaan tentang minimnya alat utama sistem senjata (alutsista), Indonesia ternyata memiliki rancangan kapal selam mini karya anak bangsa.
Sayang nasibnya kini kian tak pasti karena minimnya perhatian pemerintah. Sebagian orang mungkin sudah pernah mendengar tentang rancangan kapal selam mini karya Kolonel (Pur) Ir Dradjat Budiyanto MBA. Sebuah rancangan kapal selam mini atau sering disebut kate karena bentuknya yang lebih kecil dibandingkan kapal selam lazimnya. Namun, sejak ide ini muncul tahun 1996, jangankan diproduksi, diwujudkan menjadi bentuk prototipe saja belum. Padahal, Dradjat sudah menyelesaikan konsep rancangannya sejak 1996 dan mulai mempromosikan ke pemerintah. Namun, hingga saat ini gayung tak jua bersambut.
Sehingga, kini pensiunan AL itu pun mulai patah arang akan keseriusan pemerintah dalam mengembangkan hasil karyanya menjadi produk kapal selam siap pakai. ”Jika ada pihak lain yang mau mengajak kerja sama untuk mengembangkan rancangan ini, maka saya akan setujui,”ujar Dradjat frustrasi. Bisa jadi kesabaran pria kelahiran Madiun 28 Januari 1943 ini pupus sudah. Penantian sekian lama terkait kepastian kemauan pemerintah untuk mengembangkan rancangan kapal selam hasil karyanya itu sudah pudar. Apalagi kini usianya sudah tak muda lagi dan keterbatasan fisiknya yang harus menggunakan kursi roda akibat infeksi tulang belakang.
Namun, bukan Dradjat namanya jika tidak memiliki semangat yang membara bak anak muda. Kepada harian Seputar Indonesia (SINDO), Dradjat demikian antusias berkisah tentang rancangan kapal selam mini miliknya yang diberi nama IM X-1 (Indonesian Midget Experimental-One) yang ide awalnya berasal dari dr Laksamana Arief Kus Hariadi yang merupakan atasan Dradjat sewaktu masih bertugas di kesatuan AL dulu. Apa saja keunggulan rancangan kapal selam mini IM X-1 ini? Keunggulan pertama jelas lebih murah.
Kapal selam mini rancangan Dradjat Budiyanto (photo : joux)
Rancangan sendiri memungkinkan Dradjat untuk mencari onderdil dan peralatan di dalam negeri. Jika di dalam negeri tidak tersedia, bisa mencari suku cadang (spare part) dari negara lain yang tidak merugikan Indonesia, seperti dari Prancis yang open source. Sementara ada beberapa negara penjual suku cadang justru cenderung memiliki kebijakan yang merugikan negara pembeli. Pengadaan kapal selam seperti itu justru cenderung merugikan negara pembeli. Sebab, jika ada kerusakan atau kebutuhan pembelian suku cadang, terkadang negara pembeli kesulitan untuk mendapatkannya.
Dalam kalkulasi Dradjat, pada 1996, ketika harga besi masih murah, diperkirakan pengembangan kapal selam mini per unit akan menghabiskan anggaran sekitar USD7 juta dengan asumsi harga besi saat itu USD400 per ton. Namun, kini ketika harga baja atau besi sudah naik tiga kali lipat,maka biaya pengembangan kapal selam ini diperkirakan membutuhkan USD21 juta per unit. Angka ini masih jauh di bawah harga pembelian kapal selam jadi dari luar negeri yang di atas USD40–50 juta per unit.Bahkan untuk harga kapal selam standar,sekitar USD300 juta per unit,yang sudah dalam kondisi lengkap dengan semua peralatan militer modern.
Sementara itu, sejak pertengahan tahun 2009 TNI AL mengusulkan pembelian kapal selam seharga sekitar Rp7 triliun dari Korea Selatan. Dibanding kapal selam rancangan Dradjat, angka tersebut tentu jauh di atasnya. Apalagi mengembangkan kapal selam sendiri tentu bermanfaat untuk penyerapan tenaga kerja lokal, penambahan pengetahuan, dan transfer teknologi bagi anak bangsa. Terlebih lagi, ada kebanggaan nasionalisme karena memiliki produk karya anak negeri.Spesifikasi kapal selam mini rancangan Dradjat memiliki panjang 22 meter untuk hidung pendek,dan 24 meter untuk hidung panjang.
Kemudian berat 215 ton dengan kecepatan bawah air 18 knot atau 18 mil per jam. Kapasitas kapal selam mini ini mampu membawa 11 orang. Kelebihan lain dari kapal selam IM X-1 ini adalah rancangan lampu sonar yang lebih fleksibel dibanding kapal selam standar. Jika kapal selam umumnya memiliki lampu sonar vertikal bak lampu mobil sehingga tidak bisa menerangi secara leluasa hanya satu arah, rancangan Dradjat dibuat sedemikian rupa hingga bisa vertikal longitudinal. ”Inovasi lampu sonar ini mungkin yang pertama kali di dunia,”klaim Dradjat. Selain itu, masih banyak kelebihan lain rancangan kapal selam IM X-1 milik Dradjat ini. Seperti karena kapal selam ini kecil maka tingkat kebisingannya lebih rendah jika dibandingkan kapal selam standar.
Namun, memiliki fungsi dan manfaat setara bahkan lebih optimal dibandingkan kapal selam standar, seperti sulit terdeteksi oleh musuh. Rancangan tersebut bukan tanpa pengakuan. Sebutlah Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (LHI) BPPH/BPPT, National Ship Design Centre (NASDEC) Departemen Perindustrian, dan komponen teknikal angkatan laut– mulai Fakultas Kelautan Hang Tuah hingga Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)– yang sudah mengakui visibilitas rancangan kapal selam Dradjat. Bahkan Howaldtswerke Deutsche Werft AG (HDW), pembuat kapal selam asal Jerman, juga mengakui ketepatan rancang bangun milik Dradjat.
”Mereka semua menyetujui tanpa ada intervensi apa pun,” ujar ayah tiga anak tersebut. Pada 1996 di masa pemerintahan orde baru anggaran untuk pembelian alutsista memang minim. Untuk itulah Dradjat dikirimkan KSAL saat itu Laksamana Arief Kushariadi untuk belajar tentang pembuatan kapal selam yang terjangkau di Pakistan. Ada kisah lucu dalam penugasannya karena sebenarnya Dradjat tidak membawa surat penugasan resmi dari KSAL. Surat tugas hanya menyebutkan enam kawannya saja. Untuk itulah Dradjat sempat menemui kesulitan ketika sampai di Pakistan.
Namun, pemimpin pasukan AL Pakistan jeli yang kemudian mengorek keterangan dari Dradjat terkait siapa seniornya dalam belajar tentang kapal selam.
Tak dinyana senior Dradjat merupakan orang yang cukup dikenal oleh kepala pasukan AL Pakistan tersebut bahkan dianggap berjasa. Akhirnya Dradjat yang tidak berbekal surat tugas itu justru diberikan keleluasaan untuk belajar seluk beluk kapal selam di Pakistan selama lebih dari dua minggu. Dia belajar bersama enam prajurit lainnya ke Pakistan karena negara itu sedang membangun dua kapal selam mini di Pakistan Naval Dockyard. Sepulang dari Pakistan,Dradjat menyelesaikan rancangan kapal selamnya yang kemudian diajukan ke pemerintah. Namun, lagi-lagi mendapatkan penolakan dari pemerintah. Pada 2004 Dradjat dipanggil kembali ke Jakarta untuk menjelaskan rancangan kapal selamnya kepada TNI AL untuk diusulkan ke pemerintah. Namun, hingga saat ini tak ada kabar perkembangan terkait tindak lanjut rancangan kapal selam yang sudah diajukan hak patennya tersebut. Sehingga wajar jika kini Dradjat mulai patah arang. Selain itu sudah ada pihak dari Korea Selatan yang menyatakan tertarik ingin bekerja sama untuk mengembangkan kapal selam IM X-1.
”Iya,sepertinya kini saya mulai berpikir untuk menjual rancangan saya ke orang lain. Jika di dalam negeri ternyata hanya mubazir tidak dimanfaatkan,”paparnya. (abdul malik/islahuddin)
(Seputar Indonesia)
01 September 2010
Rencana Penambahan 6 Sukhoi Telah Disetujui Presiden
01 September 2010
Su-27 TNI-AU (photo : Fuerza Aerea)
Tiga Sukhoi Datang September
Jakarta, Kompas - Tiga pesawat Sukhoi buatan Rusia direncanakan datang 5 September 2010. Ketiga pesawat itu melengkapi tujuh pesawat sejenis yang telah dimiliki Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara.
”Tiga pesawat Sukhoi akan datang bulan September ini. Sudah ada tim yang menjemput ke sana,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Sufaat, Selasa (31/8). Dua pesawat akan datang pada 5 September dan satu pesawat lagi akan datang pada 15 September. Pesawat-pesawat baru ini rencananya akan tampil pada HUT TNI tanggal 5 Oktober.
”Jadi, kita sudah punya 10 Sukhoi dan rencananya akan tambah 6 lagi. Presiden sudah menyetujuinya,” kata Imam. Pesawat Sukhoi yang dimiliki Indonesia pertama kali datang tahun 2004. Saat ini pesawat-pesawat yang tergabung di Skuadron 11 tersebut bermarkas di Lapangan Udara Hasanuddin, Makassar. Tiga Sukhoi yang datang akan didampingi pesawat Antonov.
Imam mengakui, tiga pesawat itu belum dilengkapi dengan persenjataan. Menurut dia, pembelian pesawat beda paketnya dengan pembelian persenjataan. ”Tetapi, pasti akan kita persenjatai,” katanya.
Saat ini Litbang TNI AU telah berhasil membuat bom untuk mempersenjatai Sukhoi. Selain itu, juga telah dibuat roket. Namun, untuk kelengkapan berupa peluru kendali belum dapat dibuat. Selama ini pembuatan rudal terhalang penguasaan teknologi seeker alias pencari jejak. Menurut Imam, dengan teknologi Sukhoi yang canggih yang mampu menembak di luar jangkauan visual dan radar lock-on, peluru yang bisa mengakomodasi teknologi itu belum bisa dibuat oleh Indonesia.
Berkaitan dengan sistem komunikasi Sukhoi, Imam menyatakan, tiga pesawat yang akan datang tersebut telah disesuaikan dengan sistem yang berlaku di TNI AU. Beberapa tahun lalu, perbedaan sistem komunikasi ini sempat menimbulkan masalah teknis.
Saat ini dua penerbang TNI AU sedang disekolahkan di Rusia untuk pengenalan Sukhoi. Beberapa teknisi Rusia juga akan datang ke Indonesia untuk mendampingi TNI AU. (EDN)
(Kompas)
Su-27 TNI-AU (photo : Fuerza Aerea)
Tiga Sukhoi Datang September
Jakarta, Kompas - Tiga pesawat Sukhoi buatan Rusia direncanakan datang 5 September 2010. Ketiga pesawat itu melengkapi tujuh pesawat sejenis yang telah dimiliki Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara.
”Tiga pesawat Sukhoi akan datang bulan September ini. Sudah ada tim yang menjemput ke sana,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Sufaat, Selasa (31/8). Dua pesawat akan datang pada 5 September dan satu pesawat lagi akan datang pada 15 September. Pesawat-pesawat baru ini rencananya akan tampil pada HUT TNI tanggal 5 Oktober.
”Jadi, kita sudah punya 10 Sukhoi dan rencananya akan tambah 6 lagi. Presiden sudah menyetujuinya,” kata Imam. Pesawat Sukhoi yang dimiliki Indonesia pertama kali datang tahun 2004. Saat ini pesawat-pesawat yang tergabung di Skuadron 11 tersebut bermarkas di Lapangan Udara Hasanuddin, Makassar. Tiga Sukhoi yang datang akan didampingi pesawat Antonov.
Imam mengakui, tiga pesawat itu belum dilengkapi dengan persenjataan. Menurut dia, pembelian pesawat beda paketnya dengan pembelian persenjataan. ”Tetapi, pasti akan kita persenjatai,” katanya.
Saat ini Litbang TNI AU telah berhasil membuat bom untuk mempersenjatai Sukhoi. Selain itu, juga telah dibuat roket. Namun, untuk kelengkapan berupa peluru kendali belum dapat dibuat. Selama ini pembuatan rudal terhalang penguasaan teknologi seeker alias pencari jejak. Menurut Imam, dengan teknologi Sukhoi yang canggih yang mampu menembak di luar jangkauan visual dan radar lock-on, peluru yang bisa mengakomodasi teknologi itu belum bisa dibuat oleh Indonesia.
Berkaitan dengan sistem komunikasi Sukhoi, Imam menyatakan, tiga pesawat yang akan datang tersebut telah disesuaikan dengan sistem yang berlaku di TNI AU. Beberapa tahun lalu, perbedaan sistem komunikasi ini sempat menimbulkan masalah teknis.
Saat ini dua penerbang TNI AU sedang disekolahkan di Rusia untuk pengenalan Sukhoi. Beberapa teknisi Rusia juga akan datang ke Indonesia untuk mendampingi TNI AU. (EDN)
(Kompas)
Deklarasi Pembuatan Kapal Selam Akan Dilakukan Tahun Ini
01 September 2010
Deklarasi pembuatan kapal selam dapat diartikan sebagai pengumuman pemenang tender pengadaan kapal selam yang mensyaratkan transfer of technology (photo : naval.com)
Indonesia Segera Bikin Kapal Selam Tempur
JAKARTA, — Guna memperkuat armada tempur untuk menjaga kedaulatan NKRI serta menjaga perbatasan RI dengan negara lain, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menyatakan segera membuat kapal selam tempur. Kapal selam tempur tersebut akan menjadi yang pertama kali dibuat di Indonesia.
Setelah berhasil membuat kapal perang terbesar se-Asia Tenggara dengan dilengkapi peralatan tempur canggih, kini Kementerian Pertahanan mulai serius mempersiapkan rencana pembuatan kapal selam yang merupakan alat tempur bawah laut tersebut. Bahkan, Purnomo menjadwalkan kapal tempur dasar laut tersebut akan rampung pada tahun ini.
"Pada tahun ini kami akan deklarasikan untuk membangun kapal selam di Indonesia. Kami akan bekerja keras mewujudkannya. Saya, Wakil Menhan, segenap Sekjen, dan Dirjen di lingkup Kemenhan saat ini sedang mencari satu program, satu master plan bagaimana kami bisa membangun kapal selam di Indonesia," ujar Purnomo saat memberikan sambutannya dalam acara buka puasa bersama di kantor Kemenhan, Selasa (31/8/2010).
Purnomo juga menjelaskan, hingga saat ini produk-produk hasil industri pertahanan dalam negeri yang terus dikembangkan sudah mendapat respons positif dunia internasional. Karena selain untuk memenuhi kuota persediaan peralatan tempur dalam negeri, peralatan serta kendaraan tempur yang diproduksi nasional juga dipasarkan ke negara lain.
Beberapa produk seperti helikopter, pesawat tempur, hingga kapal tempur teknologi canggih serta persenjataan lainnya juga kerap mendapat pujian dari negara-negara lain. "Beberapa hasil industri pertahanan hingga saat ini memang terus kami pasarkan ke luar negeri," ujar Menhan.
(TribunNews)
Deklarasi pembuatan kapal selam dapat diartikan sebagai pengumuman pemenang tender pengadaan kapal selam yang mensyaratkan transfer of technology (photo : naval.com)
Indonesia Segera Bikin Kapal Selam Tempur
JAKARTA, — Guna memperkuat armada tempur untuk menjaga kedaulatan NKRI serta menjaga perbatasan RI dengan negara lain, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menyatakan segera membuat kapal selam tempur. Kapal selam tempur tersebut akan menjadi yang pertama kali dibuat di Indonesia.
Setelah berhasil membuat kapal perang terbesar se-Asia Tenggara dengan dilengkapi peralatan tempur canggih, kini Kementerian Pertahanan mulai serius mempersiapkan rencana pembuatan kapal selam yang merupakan alat tempur bawah laut tersebut. Bahkan, Purnomo menjadwalkan kapal tempur dasar laut tersebut akan rampung pada tahun ini.
"Pada tahun ini kami akan deklarasikan untuk membangun kapal selam di Indonesia. Kami akan bekerja keras mewujudkannya. Saya, Wakil Menhan, segenap Sekjen, dan Dirjen di lingkup Kemenhan saat ini sedang mencari satu program, satu master plan bagaimana kami bisa membangun kapal selam di Indonesia," ujar Purnomo saat memberikan sambutannya dalam acara buka puasa bersama di kantor Kemenhan, Selasa (31/8/2010).
Purnomo juga menjelaskan, hingga saat ini produk-produk hasil industri pertahanan dalam negeri yang terus dikembangkan sudah mendapat respons positif dunia internasional. Karena selain untuk memenuhi kuota persediaan peralatan tempur dalam negeri, peralatan serta kendaraan tempur yang diproduksi nasional juga dipasarkan ke negara lain.
Beberapa produk seperti helikopter, pesawat tempur, hingga kapal tempur teknologi canggih serta persenjataan lainnya juga kerap mendapat pujian dari negara-negara lain. "Beberapa hasil industri pertahanan hingga saat ini memang terus kami pasarkan ke luar negeri," ujar Menhan.
(TribunNews)
31 Agustus 2010
Radar TNI di Kutai Timur Mulai Beroperasi 2011
31 Agustus 2010
IMSS coastal surveillance radar (photo : ultra-ccs)
Sangata (ANTARA News) - Radar TNI AL yang dibangun di kawasan Mangkaliat, Kecamatan Sandaran, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, diperkirakan mulai beroperasi pada 2011 mendatang.
"Radar jenis `Integrated Maritime Surveilance System` yang saat ini dalam tahap pembangunan akan mampu mendeteksi atau mengontrol lalu lintas laut di kawasan Kutai Timur dengan radius 40 knot per mil atau 100 kilometer," kata Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Sangata, Letkol Laut (P) Bambang Irawan, Senin (30/8).
Menurut Letkol Bambang Irawan, Radar TNI AL di Mangkaliat, Kutai Timur, dibangun di darat dan akan terkoneksi dengan enam Radar TNI AL lainnya seperti di Gorontalo, Nunukan, Tarakan dan lainnya.
"Pembangunan Radar `Surveilance` di Mangkaliat, Kutai Timur, oleh Mabes TNI AL akan berfungsi mengontrol lalu lintas laut di Perairan Kutai Timur yang merupakan pintu ALKI II yang berbatasan langsung dengan selat Makassar," kata Bambang Irawan, di sela-sela penjemputan Menteri Perhubungan RI Freddy Numberi yang berkunjung ke Sangata.
Potensi ancaman di ALKI II antara lain sejumlah tindak ilegal, seperti pembalakan liar, masuknya minyak ilegal, dan tindakan kriminal laut lainnya.
Letkol Bambang mengatakan, kehadiran Radar di Mangkaliat akan sangat membantu tugas patroli rutin keamanan laut yang dilaksanakan Lanal Sangata karena laut itu dinyatakan aman kalau terhadap tindak kekerasan di laut, tindak kekerasan navigasi, penggalian sumber daya laut dan kegiatan pelanggaran hukum.
Ditanya kendala TNI AL di Kutai Timur, Bambang Irawan menjelaskan, pengamanan di Perairan Kutai Timur tidak ada yang terlalu sulit, namun yang kendala adalah sarana dan prasarana yang masih dalam kondisi terbatas.
Ia menambahkan, yang dibutuhkan seperti kapal patroli yang sesuai medan, karena gelombangnya di Kutai Timur juga terkadang tinggi, maka dibutuhkan kapal patroli di atas 12 meter.
"Kemudian kendala lain kita belum memiliki dermaga parmanen sehingga selama ini masih menumpang, itulah yang menurut kami perlu dibangun," katanya.
Hingga saat ini TNI AL Kutai Timur sudah memiliki enam pos AL, masing-masing Mangkaliat, Manubar, Sangkulirang, Muara Bengalon dan Muara Sangata dan Bontang.
"Lanal Sangata selain mengamankan laut di kawasan Kutai Timur dan Bontang juga untuk mengamankan obyek vital nasional (Ovitnas) seperti LNG, Pupuk Kaltim, Unical dan PT Kaltim Prima Coal," katanya. (ADI/K004)
(Antara)
U.S., China Court Indonesia with Arms and Military Ties
31 Agustus 2010
TD-2000B surface to air SAM (photo : jn001)
DENPASAR, Indonesia -- In the tussle for influence in Southeast Asia, the United States and China have long been competing for Indonesia's affections. The strategically positioned, resource-rich archipelago is a prized partner in an era of fuel shortages and the global war on terror. But Washington and Beijing have lately expanded their courtship of Jakarta from the traditional areas of trade agreements, foreign direct investment, market access and technical assistance, to increasingly include offers of military hardware and military cooperation.
This three-way dance began in 2005, when China and Indonesia announced their "Strategic Partnership." At the same time, the U.S. partly normalized military-to-military ties with Indonesia after an embargo imposed in the 1990s due to the human rights abuses in East Timor by the Indonesian military (TNI).
Beijing took an early lead in this race for influence. The Indonesia-China Strategic Partnership marked a breakthrough in the relationship between the two giant neighbors and sent alarm bells ringing in Washington. The agreement sought to expand the political, cultural and military-security aspects of the bilateral relationship. In terms of the latter, in particular, it committed the two countries to developing each other's defense industries, establishing a defense consultation mechanism, and increasing cooperation between their law enforcement and intelligence agencies in the fight against transnational security threats.
In July 2005, Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono visited Beijing and signed a memorandum of understanding on defense technology cooperation for the development of short- and medium-range missiles. Jakarta also placed a $11 million order for YJ-82/C-802 anti-ship missiles.
In 2006, Indonesia-China Defense Security Consultation talks were inaugurated, causing significant concern in Washington. The warming ties between Jakarta and Beijing led to two Chinese warships visiting Indonesia in March 2007, the first such visit in more than 12 years.
A draft agreement on defense cooperation was then signed in the second Defense Security Consultation Talks a month later, covering defense technology cooperation, exchange of military students and the possibility of further arms sales to Indonesia.
In January 2008, the two countries further agreed to cooperate in the joint production of military transport vehicles and aircraft, to be developed by the two countries' state-owned defense industries. The same year, China's NORINCO and Indonesia's Pindad signed a deal to jointly develop rocket launchers and accompanying ammunition. An agreement was also reached on setting up a TNI-PLA cooperation committee, with a view to arranging joint military and training exercises.
China's charm offensive, however, has led to little tangible results, as the Jamestown Foundation's China Brief argued last year. For all the talks, no contractual production agreements have been signed thus far. Sino-Indonesian military exchanges have also been limited, and no more large orders of Chinese-manufactured military hardware have been placed by Jakarta.
One potential explanation for the slowdown is the United States' renewed efforts to restore relations with Indonesia. Though the groundwork had been laid in previous years, the speed with which the U.S. moved to regain the upper hand in the contest for Jakarta's sympathies over the last 12 months has been quite remarkable.
In March 2010, a U.S. Air Force technical team carried out critical in-country safety and maintenance reviews of the Indonesian air force's of U.S.-built aircraft. This was followed by the signing in early June of a wide-ranging agreement -- the Framework Arrangement on Cooperative Activities in the Field of Defense -- intended to integrate existing defense collaboration between the two countries, according to a press release from the U.S. Embassy in Indonesia.
The same month, U.S. Ambassador to Indonesia Cameron R. Hume inaugurated a $56 million program to fund production of coastal and shipboard radar systems at the Batam Regional Maritime Command Center. The systems included 16 coastal radars, 11 shipboard radars, one set of headquarters equipment and two regional command centers, according to information on the official Web site of the U.S. embassy.
In July, the U.S. Embassy in Jakarta told Jane's that it was processing a range of Indonesian requests for services and equipment from the U.S. Department of Defense. It also indicated that Washington intended to position itself as a key military supplier to Indonesia.
Just what that meant became clearer when Indonesia Defense Minister Purnomo Yusgiantoro expressed Jakarta's intention to buy U.S.-built F-16 and C-130H Hercules aircraft during a bilateral meeting with U.S. Secretary of Defense Robert Gates in Jakarta on July 22. The purchase would be funded by the Foreign Military Financing (FMF) program, a U.S. grant provided to foreign governments to fund the purchase of U.S.-made weapons, services and training.
After the lifting of the U.S. military embargo, Indonesia received nearly $1 million in FMF funds in 2006. That has climbed to $20 million this year.
While in Jakarta, Gates also announced that Washington had lifted its ban on cooperation with Kopassus, the TNI's controversial special forces. The restriction had been the last remaining embargo on bilateral military-to-military ties.
But Washington's reversal of fortune does not mean that Beijing is accepting defeat. China has designated 2010, "The Year of China-Indonesia Friendship," to mark the 60th anniversary of the establishment of diplomatic relations. High-ranking Chinese officials have already traveled to Jakarta this year to propose, among other things, the establishment of a joint council to facilitate increased levels of joint military production. Beijing has also offered additional C-802 anti-ship missiles as well as a range of naval vessels.
While Jakarta is considering its options, there are rumors that Yudhoyono may ask for an increase in Indonesia's FMF allocation when U.S. President Barack Obama visits Indonesia later this year. Against such a backdrop, Obama -- who spent part of his childhood in Indonesia -- will find it difficult to refuse. (/Fabio Scarpello)
27 Agustus 2010
DI-China Jajaki Kerja Sama Industri Pesawat Terbang
27 Agustus 2010
CN-235 buatan PT. DI (photo : Jetphotos)
JAKARTA - Menteri BUMN Mustafa Abubakar menuturkan adanya peluang kerja sama industri pesawat terbang milik Cina, Xi'an dengan BUMN industri pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Menurut Mustafa, Xi'an berminat untuk melakukan kerja sama dalam hal pembiayaan, desain, produksi, dan pemasaran pesawat PTDI.
"Diharapkan PTDI dan Xi'an dapat menjalin kerja sama strategis. Kita tidak hanya ingin membeli pesawat mereka, tapi yang penting, kerja sama dengan mereka untuk bekerja sama dengan industri pesawat terbang kita," tutur Mustafa saat ditemui pada acara Lebaran Fair 2010 di JCC, Jakarta, Rabu (25/8/2010).
Menurutnya, nanti diharapkan Xi'an bisa membeli pesawat produk PT DI karena mereka dianggap juga membutuhkan pesawat-pesawat kecil berkapasitas 20-50 kursi. "Mereka nanti bersedia kerja sama di pembiayaan, desain, produksi, pemasaran, bukan hanya di kedua negara ini, tapi juga di region, ASEAN. Kita lakukan win-win solution," ujarnya.
Xian MA-60 (photo : Jetphotos)
Meski berencana bekerja sama dalam pembiayaan, tapi menurutnya belum ada pembahasan lebih lanjut mengenai jumlah pendanaan yang akan diberikan. Tapi, lanjutnya, sesuai komitmen pemerintah Cina yang disebutkan beberapa waktu lalu, pemerintah Cina menyediakan USD35 miliar guna mengimbangi neraca perdagangan kedua negara. Dana tersebut akan cenderung dipakai untuk produk teknologi tinggi, seperti senjata dan pesawat terbang.
"USD 35 miliar ini bisa digunakan untuk membeli produk-produk Indonesia, produk yang hightech (teknologi tinggi), seperti senjata dan pesawat terbang. Nah diharapkan produk PTDI ini bisa dibeli mereka, sehingga bisa mengimbangi neraca perdagangan kita," tuturnya.
Sekedar informasi, Xi'an dikabarkan akan menjual 15 pesawat MA60 mereka kepada PT Merpati Nusantara yang akan segera didatangkan ke Indonesia.(wdi)
(Okezone)
Damen Schelde Siap Bermitra dengan PT. PAL
27 Agustus 2010
Sigma 10514 (image : Damen Schelde)
PT PAL Tekuni Bisnis Kapal Perang
SURABAYA--PT PAL Indonesia menjajaki peluang pengadaan kendaraan perang dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan) setelah berhasil mendapatkan kontrak pembangunan kapal perusak kawal rudal (PKR) senilai Rp 4 triliun.
Direktur Utama PAL, Harsusanto mengatakan, Kemenhan sudah menyatakan minat untuk membuat kontrak lanjutan tersebut. "Yang sudah di depan mata untuk landing ship tank dan hydrography," katanya ketika ditemui usai menghadiri Kontrak Pembangunan Kapal (Ship Building Contract) Lima Kapal Kanker Pertamina dengan Empat Galangan Kapal, Kamis (26/8).
Untuk pembangunan kapal PKR sendiri, kata Harsusanto, pihaknya akan melanjutkan finalisasi kontrak pada bulan depan dan merampungkannya Oktober mendatang. Dalam proyek ini, PAL bermitra dengan Damen Schelde, pabrikan kapal asal Belanda. Bagi Damen sendiri, kata dia, pembuatan PKR gabungan ini merupakan pengalaman pertama bagi mereka.
Harsusanto berharap, terjadi transfer teknologi dalam proyek PKR yang perdana ini. Sehingga, untuk proyek selanjutnya dapat dilakukan secara mandiri. "Wah, potensinya ke depan bisa sampai 10 kapal (PKR)," katanya.
Menteri Perindustrian, MS Hidayat berharap proyek perdana kapal PKR oleh PAL ini mampu menjadi titik awal yang baik bagi industri alutsista nasional. "Karena itu, ini (proyek PKR) menjadi tugas berat bagi PAL," ucapnya dalam kesempatan yang sama.
Baca Juga :
Damen Schelde Delivers Frigate Indonesia
19 Agustus 2010
Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS), Flushing builder of naval ships, one frigate will make to the Indonesian Navy. End, beginning in Jakarta this week signed a contract. The ship of 2,400 tons will be built at the yard of the Indonesian PT PAL in Surabaya. According to DSNS director of Ameijden Hein, who was present at the signing, this frigate first in a series. It can be considerably more. "The transaction has a value of 220 million U.S. dollars (171 million). The Netherlands supports the purchase of an export.
The Indonesian navy has four smaller corvettes Damen's Sigma-class service. "The experience it gave us an advantage over the competition." Also Italian and Russian shipbuilders preyed on the construction order. "In addition to the design of this frigate strives to maximize agreement with the previously delivered ships." This reduces logistics costs, such as spare parts.
Yet this construction, says Van Ameijden "uncharted waters, since we first complete naval vessel outside our own facilities built. Damen affect the production of relatively simple components of naval vessels often have to subsidiaries, as the site of Galati in Romania . The ship parts then go on pontoons to the wharf at Flushing, where they are assembled and dismantled. "It fits into our strategy to outsource as much as possible. We have compared with other European yards also a relatively small base. But here we pay everything.
"To advise the Indonesian shipbuilders, is estimated to be twenty-DSNS seconded staff in Surabaya, PT PAL in which a joint venture is established. In February Damen already established a joint venture in Qatar in order to include joint naval ships.
Indonesia has about thirty frigates and corvettes, most at the end of their operational life.
26 Agustus 2010
RI Rancang Kapal Selam
26 Agustus 2010
Indonesia masih membutuhkan beberapa kapal selam untuk mengamankan seluruh perairannya (photo : HDW)
Jakarta, Kompas - Setelah merasa mapan dalam industri pertahanan untuk matra darat, Indonesia pun merancang industri pertahanan bagi matra laut. Meski belum resmi diluncurkan, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan, Indonesia akan membangun kapal selam sendiri. Terlebih setelah PT PAL Surabaya mengembangkan kapal perang sejenis fregat kelas La Fayette.
”Kami sebenarnya cukup bisa membangun sendiri industri pertahanan untuk Angkatan Laut. Sekarang Indonesia sudah membangun kapal perang modern sejenis fregat kelas La Fayette seperti yang dimiliki Singapura dan akan selesai dalam waktu empat tahun oleh PT PAL,” ujar Purnomo di sela-sela seminar ”Pertahanan Nasional Indonesia dalam Perspektif Sosial-Budaya” di Gedung Widya Graha LIPI, Jakarta, Rabu (25/8).
Menurut Purnomo, keberhasilan membangun kapal perang modern membuat pemerintah cukup percaya diri memperkuat industri pertahanan untuk Angkatan Laut. ”Saya katakan bisa enggak dalam waktu dekat ini kita membangun kapal selam. Kita, kan, punya dok yang cukup untuk membangunnya di Surabaya,” ujarnya.
Industri pertahanan dalam negeri, lanjut Purnomo, sudah cukup membanggakan, terutama untuk matra darat. Keberhasilan PT Pindad membuat panser dan senapan serbu SS1 dan SS2 merupakan salah satu contoh. Panser buatan Pindad kini sudah diekspor ke negara-negara ASEAN.
Pengamat militer Salim Said mengungkapkan, Indonesia memiliki kemampuan untuk membangun industri Angkatan Laut sendiri. Menurut dia, sebenarnya sudah sejak dulu Indonesia dapat membuat kapal perang, termasuk kapal selam, sendiri.
Salim mengatakan, pembangunan industri pertahanan TNI Angkatan Laut sudah sangat mendesak. Beberapa insiden di perbatasan laut Indonesia-Malaysia harus menjadi pelajaran, betapa mendesaknya Indonesia memperkuat industri pertahanan bagi matra laut. (BIL)
(Kompas)
25 Agustus 2010
Latihan Manyar Indopura Dimulai
25 Agustus 2010
Latma Manyar Indopura 5/2010 Resmi Dibuka
Guna meningkatkan kemampuan para penerbang helikopter kedua Negara, khususnya dalam bidang Search And Rescue, latihan bersama dengan sandi “Manyar Indopura 05/2010” antara TNI Angkatan Udara (TNI AU) dengan Republic Of Singapore Air Force (RSAF) kembali digelar di Lanud Pekanbaru, Selasa (24/8).
Pembukaan latihan secara resmi dilaksanakan oleh perwakilan kedua Negara, yakni Kolonel Pnb Emir Panji Darmawan dari TNI AU sekaligus selaku Direktur Latihan dan LTC Mun Kok Shing dari RSAF serta dihadiri oleh Komandan Lanud Pekanbaru, Kolonel Pnb Nanang Santoso.
Pembukaan latihan secara resmi dilaksanakan oleh perwakilan kedua Negara, yakni Kolonel Pnb Emir Panji Darmawan dari TNI AU sekaligus selaku Direktur Latihan dan LTC Mun Kok Shing dari RSAF serta dihadiri oleh Komandan Lanud Pekanbaru, Kolonel Pnb Nanang Santoso.
Pada “Manyar Indopura 05/2010” RSAF melibatkan empat unit pesawat helikopter, yaitu helikopter Colibri dan helikopter Apache dengan jumlah personel sebanyak 45 orang, sedangkan TNI AU melibatkan helikopter Colibri. Latihan bersama yang telah dimulai sejak tahun 2009 tersebut direncanakan akan berlangsung hingga 2 September yang akan datang.
Selain meningkatkan kemampuan para prajurit kedua Negara, tentunya pelaksanaan latihan bersama ini juga bertujuan untuk meningkatkan hubungan baik antar kedua Negara bertetangga tersebut.
(TNI-AU)
21 Agustus 2010
Sriti : UAV Baru untuk Pengawasan Kelautan
21 Agustus 2010
Pesawat ini rencananya akan digunakan kementerian kelautan dan perikanan untuk pengawasan laut indonesia. (photo : Defense Studies)
Sriti, Pesawat Bikinan Anak Negeri
JAKARTA, KOMPAS.com — Sriti, pesawat tanpa awak hasil ciptaan putra Indonesia, diperkenalkan pada R&D Ritech Expo 2010, Sabtu (21/8/2010). Menurut Teguh, salah seorang engineer dari BPPT, Sriti adalah pesawat kelima yang telah dibuat BPPT.
"Ini pengembangan yang kelima, sebelumnya ada Pelatuk, Wulung, Gagak, dan Alap-alap. Namun, walaupun sudah lima pesawat yang diciptakan, baru Sriti yang akan diberdayagunakan oleh pemerintah. Belum ada yang dipakai, baru Sriti ini yang rencananya akan dipakai pemerintah," ujar Armanto, salah seorang engineer lainnya.
Remote control untuk pengendalian Sriti (photo : Defense Studies)
"Kita akan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengawasan laut terluar indonesia," ujar Armanto lebih lanjut.
Sriti berbahan bakar methanol seperti yang dipakai di pesawat aeromodelling. Jarak pengendalian maksimum Srinti adalah 45 km. Pengendalian pesawat menggunakan Ground Control Station (GCS).
GCS terdiri dari remote control yang digunakan saat lepas landas dan mendarat. Saat di udara, Srinti bergerak autonomus, sesuai titik-titik yang telah ditentukan di komputer. Pergerakan peswat ini menggunakan software Dynamic c# dengan prosesor Rabbit 4000 yang telah dikembangkan oleh tim BPPT.
Pesawat ini rencananya akan digunakan kementerian kelautan dan perikanan untuk pengawasan laut indonesia. (photo : Defense Studies)
Sriti, Pesawat Bikinan Anak Negeri
JAKARTA, KOMPAS.com — Sriti, pesawat tanpa awak hasil ciptaan putra Indonesia, diperkenalkan pada R&D Ritech Expo 2010, Sabtu (21/8/2010). Menurut Teguh, salah seorang engineer dari BPPT, Sriti adalah pesawat kelima yang telah dibuat BPPT.
"Ini pengembangan yang kelima, sebelumnya ada Pelatuk, Wulung, Gagak, dan Alap-alap. Namun, walaupun sudah lima pesawat yang diciptakan, baru Sriti yang akan diberdayagunakan oleh pemerintah. Belum ada yang dipakai, baru Sriti ini yang rencananya akan dipakai pemerintah," ujar Armanto, salah seorang engineer lainnya.
Remote control untuk pengendalian Sriti (photo : Defense Studies)
Rencananya, pada bulan November nanti Sriti akan digunakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengawasan zona laut terluar Indonesia. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi lagi penerobosan kapal-kapal asing.
"Kita akan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengawasan laut terluar indonesia," ujar Armanto lebih lanjut.
Monitor kontrol untuk pengendalian Sriti (photo : Defense Studies)
Sriti berbahan bakar methanol seperti yang dipakai di pesawat aeromodelling. Jarak pengendalian maksimum Srinti adalah 45 km. Pengendalian pesawat menggunakan Ground Control Station (GCS).
GCS terdiri dari remote control yang digunakan saat lepas landas dan mendarat. Saat di udara, Srinti bergerak autonomus, sesuai titik-titik yang telah ditentukan di komputer. Pergerakan peswat ini menggunakan software Dynamic c# dengan prosesor Rabbit 4000 yang telah dikembangkan oleh tim BPPT.
(Kompas)
18 Agustus 2010
PTDI mulai Produksi Komponen Sayap Buat Airbus 350
18 Agustus 2010
Sayap pesawat Airbus A350 (image : Airbus)
TEMPO Interaktif, Jakarta - PT Dirgantara Indonesia saat ini tengah mulai memenuhi pesanan pembuatan komponen sayap Airbus 350.
Setelah sebelumnya membuat komponen sayap inboard outer fixed leading edge untuk Airbus 380, 320, 330, dan 340 serta 400 militer.
"Jangka kontraknya ada yang lima tahun hingga 10 tahun. Mudah mudahan akan terus berlanjut, kita tidak memprediksi kapan berakhirnya kontrak ini," ujar Rukhendi Humas PT Dirgantara Indonesia (PT DI) saat dihubungi Tempo, Rabu (18/8).
Ia menyatakan, dengan diproduksinya komponen sayap oleh PT DI optimis pada tahun ini mengalami pertumbuhan dari segi bisnis. Walaupun perakitan komponen bukan bisnis utama PT Dirgantara Indonesia."Kami optimis menatap kedepan, dengan semakin meningkatnya pemesanan pembutan komponen, dan kegiatan perawatan oleh anak usaha,"
Rukhendi menegaskan, pemesanan komponen saya sendiri masih melalui British Aerospace System dengan kontrak awal sejak 2004 lalu. "Nilai kontraknya terus meningkat tiap tahun karena ada beberapa komponen harga yang juga meningkat seperti bahan baku dan tenaga kerja. Cuma berapa nilai kontrak untuk yang sekarang belum bisa diungkapkan," katanya.
Ia menegaskan, dengan diberikanyanya kepercayaan pembuatan komponen sayap menjadi nilai tambah buta PT DI dan Indonesia karena sudah dipercaya perusahaan besar untuk membuat komponen perusahaan penerbangan luar negeri."Kami optimis PT DI akan terus mengalami pertumbuhan seiring dengan banyaknya pesanan yang masuk," ujarnya.
PT DI sendiri memiliki sejumlah produk layanan selain pembuatan pesawat terbang dan helikopter. Di antaranya, aerostructure, aircraft services, engineering services. Dimana pada tahun ini PT DI ditargetkan mengalami pertumbuhan pendapatan mencapai Rp 1,5 triliun. Pada tahun 2009 lalu, PT DI berhasil menembus target kontrak karya sekitar Rp 1,1 triliun.
(Tempo Interaktif)
Sayap pesawat Airbus A350 (image : Airbus)
TEMPO Interaktif, Jakarta - PT Dirgantara Indonesia saat ini tengah mulai memenuhi pesanan pembuatan komponen sayap Airbus 350.
Setelah sebelumnya membuat komponen sayap inboard outer fixed leading edge untuk Airbus 380, 320, 330, dan 340 serta 400 militer.
"Jangka kontraknya ada yang lima tahun hingga 10 tahun. Mudah mudahan akan terus berlanjut, kita tidak memprediksi kapan berakhirnya kontrak ini," ujar Rukhendi Humas PT Dirgantara Indonesia (PT DI) saat dihubungi Tempo, Rabu (18/8).
Ia menyatakan, dengan diproduksinya komponen sayap oleh PT DI optimis pada tahun ini mengalami pertumbuhan dari segi bisnis. Walaupun perakitan komponen bukan bisnis utama PT Dirgantara Indonesia."Kami optimis menatap kedepan, dengan semakin meningkatnya pemesanan pembutan komponen, dan kegiatan perawatan oleh anak usaha,"
Rukhendi menegaskan, pemesanan komponen saya sendiri masih melalui British Aerospace System dengan kontrak awal sejak 2004 lalu. "Nilai kontraknya terus meningkat tiap tahun karena ada beberapa komponen harga yang juga meningkat seperti bahan baku dan tenaga kerja. Cuma berapa nilai kontrak untuk yang sekarang belum bisa diungkapkan," katanya.
Ia menegaskan, dengan diberikanyanya kepercayaan pembuatan komponen sayap menjadi nilai tambah buta PT DI dan Indonesia karena sudah dipercaya perusahaan besar untuk membuat komponen perusahaan penerbangan luar negeri."Kami optimis PT DI akan terus mengalami pertumbuhan seiring dengan banyaknya pesanan yang masuk," ujarnya.
PT DI sendiri memiliki sejumlah produk layanan selain pembuatan pesawat terbang dan helikopter. Di antaranya, aerostructure, aircraft services, engineering services. Dimana pada tahun ini PT DI ditargetkan mengalami pertumbuhan pendapatan mencapai Rp 1,5 triliun. Pada tahun 2009 lalu, PT DI berhasil menembus target kontrak karya sekitar Rp 1,1 triliun.
(Tempo Interaktif)
17 Agustus 2010
Proyek Kapal PKR Resmi Dimulai
17 Agustus 2010
Light Frigates PKR-105 (photo : Okezone)
Indonesia Bangun Kapal Perang Tempur Modern
PT PAL akan bekerja sama dengan perusahaan galangan dari Belanda.
VIVAnews - Pemerintah Indonesia meresmikan pembangunan kapal perang produksi dalam negeri, 'Light Fregat-Perusak Kawal Rudal'. Kapal ini merupakan kapal perang tempur modern pertama yang akan dibuat Indonesia.
"Ini adalah langkah awal industri pertahanan Indonesia untuk maju," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin 16 Agustus 2010.
Meski pembangunan kapal Fregat seperti ini telah dilakukan di tempat lain, namun ini bukti keseriusan Indonesia mempertahankan kedaulatan dan negara kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Purnomo, pembangunan kapal perang ini diperkirakan menghabiskan dana sebesar US$ 220 juta dengan lama pembangunan selama empat tahun.
Kemenhan akan menyerahkan sepenuhnya pembangunan kapal ini kepada PT PAL selaku industri pertahanan dalam negeri. "Pembangunan diserahkan sepenuhnya pada PT PAL dengan memaksimalkan konten lokal," kata dia.
Menurut dia, kapal PKR ini dibangun di divisi kapal perang. "Dimana manajemen dan organisasi proyek yang meliputi mesin, pengadaan, konstruksi, dan keuangan dikelola secara terpisah dari kegiatan korporasi PT PAL," kata dia.
Dalam pembangunan kapal Fregat ini, kata dia, PT PAL tak akan sendirian, tapi akan bekerja sama dengan perusahaan galangan dari Belanda, Damen-Schelde sebagai pemenang tender pembangunan kapal.
Ada beberapa kesepakatan antara Kemenhan dengan Damen-Schelde, Belanda sebagai pemenang tender. Seperti, hak paten desain kapal perang PKR yang dipersenjatai dengan berbagai jenis rudal menjadi milik bersama Kemenhan dengan pemenang tender.
Kemenhan dan PT PAL juga memiliki hak untuk menjual kapal yang sama ke negara ASEAN dan Asia.
Spesifikasi Kapal PKR
Sigma 10514 : Light frigates yang diajukan oleh Damen dalam tender kapal PKR (image : Damen)
Kapal PKR dirancang untuk bisa digunakan dalam beberapa misi operasi, antara lain peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan, bantuan tembakan kapal. Kapal perang PKR juga dilengkapi dengan rudal SAM, SSM, dan rudal anti kapal selam.
Kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan persenjataan diantaranya meriam kaliber 76 sampai 100 mm dan kaliber 20 sampai 30 mm, peluncur rudal ke udara, helipad di deck kapal, dan senjata torpedo serta perlengkapan pendukung lainnya.
Panjang keseluruhan kapal 105 meter, lebar 14 meter, kedalaman 8,8 meter, kecepatan 30/18/14 knot dengan kekuatan mesin utama 4 X 9.240 kekuatan kuda (horse power).
Kapal mampu menampung 100 hingga 120 awak kapal. Kapal ini juga mampu beroperasi hingga batar terluar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, baik sendirian maupun mengawal kapal lainnya. (sj)
(Vivanews)
Light Frigates PKR-105 (photo : Okezone)
Indonesia Bangun Kapal Perang Tempur Modern
PT PAL akan bekerja sama dengan perusahaan galangan dari Belanda.
VIVAnews - Pemerintah Indonesia meresmikan pembangunan kapal perang produksi dalam negeri, 'Light Fregat-Perusak Kawal Rudal'. Kapal ini merupakan kapal perang tempur modern pertama yang akan dibuat Indonesia.
"Ini adalah langkah awal industri pertahanan Indonesia untuk maju," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin 16 Agustus 2010.
Meski pembangunan kapal Fregat seperti ini telah dilakukan di tempat lain, namun ini bukti keseriusan Indonesia mempertahankan kedaulatan dan negara kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Purnomo, pembangunan kapal perang ini diperkirakan menghabiskan dana sebesar US$ 220 juta dengan lama pembangunan selama empat tahun.
Kemenhan akan menyerahkan sepenuhnya pembangunan kapal ini kepada PT PAL selaku industri pertahanan dalam negeri. "Pembangunan diserahkan sepenuhnya pada PT PAL dengan memaksimalkan konten lokal," kata dia.
Menurut dia, kapal PKR ini dibangun di divisi kapal perang. "Dimana manajemen dan organisasi proyek yang meliputi mesin, pengadaan, konstruksi, dan keuangan dikelola secara terpisah dari kegiatan korporasi PT PAL," kata dia.
Dalam pembangunan kapal Fregat ini, kata dia, PT PAL tak akan sendirian, tapi akan bekerja sama dengan perusahaan galangan dari Belanda, Damen-Schelde sebagai pemenang tender pembangunan kapal.
Ada beberapa kesepakatan antara Kemenhan dengan Damen-Schelde, Belanda sebagai pemenang tender. Seperti, hak paten desain kapal perang PKR yang dipersenjatai dengan berbagai jenis rudal menjadi milik bersama Kemenhan dengan pemenang tender.
Kemenhan dan PT PAL juga memiliki hak untuk menjual kapal yang sama ke negara ASEAN dan Asia.
Spesifikasi Kapal PKR
Sigma 10514 : Light frigates yang diajukan oleh Damen dalam tender kapal PKR (image : Damen)
Kapal PKR dirancang untuk bisa digunakan dalam beberapa misi operasi, antara lain peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan, bantuan tembakan kapal. Kapal perang PKR juga dilengkapi dengan rudal SAM, SSM, dan rudal anti kapal selam.
Kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan persenjataan diantaranya meriam kaliber 76 sampai 100 mm dan kaliber 20 sampai 30 mm, peluncur rudal ke udara, helipad di deck kapal, dan senjata torpedo serta perlengkapan pendukung lainnya.
Panjang keseluruhan kapal 105 meter, lebar 14 meter, kedalaman 8,8 meter, kecepatan 30/18/14 knot dengan kekuatan mesin utama 4 X 9.240 kekuatan kuda (horse power).
Kapal mampu menampung 100 hingga 120 awak kapal. Kapal ini juga mampu beroperasi hingga batar terluar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, baik sendirian maupun mengawal kapal lainnya. (sj)
(Vivanews)
16 Agustus 2010
Rudal Starstreak Akan Mendampingi Grom
16 Agustus 2010
Rudal Starstreak II buatan Thales (photo : Defense Studies)
Mayjen TNI Leonardus JP Siegers: Alutista TNI di Wilayah Sumut Berangsur Membaik
Pangdam I/Bukit Barisan, Mayjen TNI Leonardus JP Siegers mengaku alat utama sistem senjata (alutista) TNI di wilayah Kodam I/BB tidak jauh berbeda dengan yang dimiliki daerah lainnya di Indonesia. Hal itu sangat memprihatinkan, terlebih menghadapi gangguan kestabilan dan keamanan.
"Kondisi alutista di wilayah Sumut sama dengan daerah lainnya. Kalau rudal kita sudah punya yang baru seperti Jakarta dan Bontang dari Grom, Polandia.
Dumai dan Aceh nanti dari Starstreak yang dipakai Perancis, Inggris dan Belanda," kata Mayjen TNI Leo Siegers menjawab Analisa usai Sertijab Danrem 023/KS di Sibolga, Selasa (10/8) petang.
Menurutnya, alutista TNI ke depan akan semakin membaik, karena musuh dalam melakukan penyerangan tidak akan berjalan kaki, namun sudah langsung melalui pesawat.
Maka itu, dalam mendukung pertahanan NKRI, Indonesia telah menciptakan program yang dinamakan MEF (Minimum Essential Force).
"Program ini akan dibagi merata ke semua wilayah di Indonesia, dan nanti semua daerah akan mendapatkan itu. Namun sekarang ini masih skala prioritas selama rencana strategi (rensra) I dari tahun 2011 – 2015 dan rensra II mulai tahun 2015–2020," ujar Mayjen Leo Siegers.
Meski demikian, Pangdam I/BB meyakini kestabilan dan keamanan NKRI akan aman– aman saja, karena Indonesia menganut politik damai, sehingga tidak akan ada musuh yang mau melakukan invasi secara spontan.
Di kesempatan itu, Pangdam juga berpesan dengan empat harapan kepada TNI, pertama, seluruh prajurit harus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan moral dan etika dalam setiap pelaksanaan tugas. Kedua, mampu meningkatkan kualitas diri sehingga memiliki kemampuan profesi yang handal sehingga mampu melaksanakan berbagai penugasan.
Ketiga, para prajurit harus terus berkomunikasi dan bersilaturahmi bersama dengan seluruh komponen masyarakat dan jangan menodai kemanunggalan TNI, Polri dan masyarakat agar situasi tetap kondusif. Terakhir, prajurit harus memegang teguh sapta marga sumpah prajurit dan delapan wajib TNI dimanapun berada dan bertugas.
"Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 30/2004 tentang TNI, tugas TNI selain melaksanakan tugas militer selain perang, juga melaksanakan operasi militer selain perang yaitu melaksankan tugas penanggulangan bencana alam dan kesiapan bakti sosial lainnya," tegas Pangdam I/BB.
Dalam lawatannya ke Sibolga, Mayjen TNI Leo Siegers mengungkapkan rasa takjub dan kagum terhadap keindahan alam bahari Pantai Barat Sumatera Utara yang sangat potensial, katanya. Dirinya berencana, meluangkan waktunya untuk menikmati keindahan alam bahari dan pulau-pulau kecil dan terluar di pantai barat Sumut tadi. (yan)
(Analisa)
Rudal Starstreak II buatan Thales (photo : Defense Studies)
Mayjen TNI Leonardus JP Siegers: Alutista TNI di Wilayah Sumut Berangsur Membaik
Pangdam I/Bukit Barisan, Mayjen TNI Leonardus JP Siegers mengaku alat utama sistem senjata (alutista) TNI di wilayah Kodam I/BB tidak jauh berbeda dengan yang dimiliki daerah lainnya di Indonesia. Hal itu sangat memprihatinkan, terlebih menghadapi gangguan kestabilan dan keamanan.
"Kondisi alutista di wilayah Sumut sama dengan daerah lainnya. Kalau rudal kita sudah punya yang baru seperti Jakarta dan Bontang dari Grom, Polandia.
Dumai dan Aceh nanti dari Starstreak yang dipakai Perancis, Inggris dan Belanda," kata Mayjen TNI Leo Siegers menjawab Analisa usai Sertijab Danrem 023/KS di Sibolga, Selasa (10/8) petang.
Menurutnya, alutista TNI ke depan akan semakin membaik, karena musuh dalam melakukan penyerangan tidak akan berjalan kaki, namun sudah langsung melalui pesawat.
Maka itu, dalam mendukung pertahanan NKRI, Indonesia telah menciptakan program yang dinamakan MEF (Minimum Essential Force).
"Program ini akan dibagi merata ke semua wilayah di Indonesia, dan nanti semua daerah akan mendapatkan itu. Namun sekarang ini masih skala prioritas selama rencana strategi (rensra) I dari tahun 2011 – 2015 dan rensra II mulai tahun 2015–2020," ujar Mayjen Leo Siegers.
Meski demikian, Pangdam I/BB meyakini kestabilan dan keamanan NKRI akan aman– aman saja, karena Indonesia menganut politik damai, sehingga tidak akan ada musuh yang mau melakukan invasi secara spontan.
Di kesempatan itu, Pangdam juga berpesan dengan empat harapan kepada TNI, pertama, seluruh prajurit harus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan moral dan etika dalam setiap pelaksanaan tugas. Kedua, mampu meningkatkan kualitas diri sehingga memiliki kemampuan profesi yang handal sehingga mampu melaksanakan berbagai penugasan.
Ketiga, para prajurit harus terus berkomunikasi dan bersilaturahmi bersama dengan seluruh komponen masyarakat dan jangan menodai kemanunggalan TNI, Polri dan masyarakat agar situasi tetap kondusif. Terakhir, prajurit harus memegang teguh sapta marga sumpah prajurit dan delapan wajib TNI dimanapun berada dan bertugas.
"Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 30/2004 tentang TNI, tugas TNI selain melaksanakan tugas militer selain perang, juga melaksanakan operasi militer selain perang yaitu melaksankan tugas penanggulangan bencana alam dan kesiapan bakti sosial lainnya," tegas Pangdam I/BB.
Dalam lawatannya ke Sibolga, Mayjen TNI Leo Siegers mengungkapkan rasa takjub dan kagum terhadap keindahan alam bahari Pantai Barat Sumatera Utara yang sangat potensial, katanya. Dirinya berencana, meluangkan waktunya untuk menikmati keindahan alam bahari dan pulau-pulau kecil dan terluar di pantai barat Sumut tadi. (yan)
(Analisa)
14 Agustus 2010
Kostrad Harus Berstandar Internasional
14 Agustus 2010
Latihan terjun payung taktis Yonif Linud 328/DGH Kostrad di Cibenda, Sukabumi, Jawa Barat, (photo : Kompas)
Pasukan Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat atau Kostrad dituntut memiliki kemampuan berstandar internasional. Tuntutan itu harus tetap menjadi patokan di tengah keterbatasan alat utama sistem persenjataan. Kemampuan berstandar internasional itu, menurut Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal George Toisutta, tidak bisa ditawar lagi.
Secara umum, prioritas Angkatan Darat tahun ini adalah peningkatan profesionalisme,” kata George Toisutta di sela-sela latihan terjun Batalyon Lintas Udara (Linud) 328/DGH, Selasa (10/8). Menurut George, walaupun fasilitas yang dimiliki Linud kurang, kemampuan prajuritnya harus sesuai dengan standar operasi internasional. Hal ini termasuk kualitas kemampuannya dan pendekatan yang tidak melanggar hak asasi manusia.
Di sela-sela latihan terjun Yonif Linud 328/DGH di Cibenda, Sukabumi, Panglima Kostrad Letjen Burhanudin Amin menyatakan, Linud seharusnya didukung ketersediaan pesawat yang memadai. Namun, jumlah pesawat belum cukup. ”Sekarang baru ada dua pesawat, seharusnya minimal empat pesawat,” kata George Toissuta yang juga mantan Pangkostrad.
Kostrad merupakan pasukan tempur pemukul terbesar yang dimiliki TNI saat ini dengan sekitar 36.000 personel. Posisinya sangat strategis karena harus siap untuk tiba-tiba dikirim ke mana saja. Kostrad memang diciptakan untuk menjadi pasukan pemukul yang harus bekerja dalam waktu singkat.
Tetap Siaga
Tidak heran, pasukan pemukul reaksi cepat (PPRC) yang terdiri dari tiga angkatan, yaitu AD, AL, dan AU, yang berada langsung di bawah Panglima TNI, unsur utamanya diambil dari Brigade Infanteri Lintas Udara. Merekalah yang harus tiba secepatnya di wilayah-wilayah yang telah ditetapkan sebagai lokasi bermasalah. Dalam kondisi negara aman dan damai, PPRC tetap siaga penuh di markas setiap angkatan.
Berkaitan dengan pengembangan Kostrad, George mengatakan, pembentukan Divisi 3 Kostrad yang diperuntukkan bagi kawasan timur Indonesia masih dalam kajian. Menurut dia, masih dalam kajian juga apakah di Papua akan diadakan kodam baru atau dibentuk divisi 3 saja.
”Kalau kodam baru yang di Kalimantan Barat itu memang kajiannya telah selesai dan DPRD Kalbar yang memintanya,” kata George.
Latihan yang diadakan Selasa lalu di Cibenda ini meliputi terjun statik dan terjun bebas (freefall). Terjun statik merupakan kualifikasi terjun yang dibutuhkan pasukan Linud untuk sebuah serbuan militer. Ceritanya, para prajurit Linud diterjunkan ke wilayah sasaran untuk melaksanakan perebutan cepat sebuah target atau wilayah. Sementara terjun bebas adalah penerjunan di mana penerjun terjun bebas dari pesawat dan payung baru dibuka di ketinggian tertentu untuk mencapai sasaran dengan tepat.
”Ini cuma latihan penyegaran saja. Medannya perlu berubah-ubah supaya keterampilan meningkat,” kata Letjen Burhanudin. Payung yang digunakan adalah payung bulat MC 11 buatan AS dan MC 11C buatan Korea. Penerjunan dilakukan dari Hercules long body yang terbang dengan ketinggian sekitar 370 meter dan kecepatan pesawat 64 meter/detik dalam empat gelombang dengan jumlah penerjun masing-masing 92 orang. Gelombang pertama dipimpin Komandan Batalyon Linud 328 Letkol Inf Budiman.
Penghijauan
Selain berlatih terjun, Kostrad juga membagi-bagikan bahan kebutuhan pokok dan melakukan penghijauan. Hal ini dilakukan dengan dasar berpikir untuk mengurangi pemanasan global. Berdasarkan catatan, jumlah pohon mencapai 6.000 batang, yang terdiri dari pohon trembesi, mahoni, nangka, durian, jambu air, mangga, pete cina, akasia, dan waru gunung. Sekitar 700 warga dan anak sekolah bersama-sama prajurit AD menanam pohon yang didahului secara simbolis oleh KSAD dan Pangkostrad.
Setiawan, perwakilan warga dari Kecamatan Ciemas, mengatakan, pada masa awal-awal reformasi, pembalakan liar marak di kawasan Cibenda, Kecamatan Ciemas. Saat ini Sungai Ciletuh dan Cimarinjung juga mengalami kekurangan debit air walau tidak sampai kering.
Anwar Haeruman, Kepala Bidang Rehabilitasi Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi, menyambut upaya TNI tersebut. Namun, menurut dia, waktu penanaman akan lebih efektif kalau dilakukan pada musim hujan.
Dia berharap agar selain upaya penanaman, yang juga harus diperhatikan adalah pemeliharaan. Pasalnya, masyarakat tak bisa masuk ke lokasi penanaman pohon yang merupakan instalasi militer tersebut. ”Nanam-nya sih gampang, yang susah itu peliharanya,” ucap Anwar.
(Kompas)
13 Agustus 2010
TNI-AL Perkuat Pasukan Khususnya
13 Agustus 2010
Pasukan Taifib dalam suatu latihan (photo : Antara)
Surabaya - TNI Angkatan Laut (AL) memperkuat pasukan khususnya setelah 53 personel pasukan Intai Amfibi (Taifib) dan Pasukan Katak (Paska) menyelesaikan pendidikannya di Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI Angkatan Laut (Kobangdikal).
Komandan Kobangdikal, Laksamana Muda TNI Sumartono, meluluskan 33 siswa Diktaifib dan 20 siswa Dikspaska di Surabaya, Jumat, yang sebelumnya menjalani pendidikan selama 10 bulan di Komando Pendidikan Operasional Laut Kobangdikal.
"Menjadi seorang prajurit handal berkualifikasi khusus untuk diterjunkan di medan yang khusus, merupakan perjuangan yang sangat berat dan melelahkan, seperti halnya Taifib dan Paska ini," katanya.
Pasukan Taifib baru itu terdiri atas lima orang di berpangkat perwira, 10 bintara, dan 18 sisanya dari strata tamtama. Sementara itu, Paska, tujuh orang di antaranya perwira, empat orang bintara, dan sembilan tamtama.
Pasukan Katak dalam suatu latihan (photo : Detik)
"Selamat, kalian telah berhasil melewati pendidikan berat ini. Brevet Paska dan Trimedia yang membanggakan itu adalah sesuatu yang tidak semua prajurit bisa mendapatkannya," katanya. Karena jumlah prajurit pilihan sangat terbatas, Dankobangdikal meminta pasukan khusus itu harus terus mengasah kemampuan dengan berlatih secara berjenjang.
"Asahlah terus kemampuan yang telah dimiliki dengan latihan yang bertingkat dan berlanjut. Jangan malas karena itu biang dari kehancuran organisasi," katanya.
Sebagai seorang pasukan khusus TNI-AL, lanjut jenderal bintang dua itu, harus menghayati tugas pokok dan fungsi pasukan khusus karena tugas yang diberikan adalah amanat yang harus dilaksanakan secara profesional.
Hanya dengan sikap, perilaku disiplin, bermoral, dan profesional TNI-AL akan bergerak maju pada sosok jati diri sejati menuju TNI-AL yang besar, kuat, dan professional.
Pelantikan 53 orang Pasukan Khusus TNI-AL tersebut di Lapangan Laut Seram, Kobangdikal, itu dihadiri Wakil Dankobangdikal Brigjen TNI (Mar) P. Verry Kunto G, Komandan Kodikopsla Laksamana Pertama TNI Totok Permanto, Komandan Kodikmar Kolonel Marinir Purwadi, dan pejabat teras Kobangdikal lainnya.*
(Antara)
Pasukan Taifib dalam suatu latihan (photo : Antara)
Surabaya - TNI Angkatan Laut (AL) memperkuat pasukan khususnya setelah 53 personel pasukan Intai Amfibi (Taifib) dan Pasukan Katak (Paska) menyelesaikan pendidikannya di Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI Angkatan Laut (Kobangdikal).
Komandan Kobangdikal, Laksamana Muda TNI Sumartono, meluluskan 33 siswa Diktaifib dan 20 siswa Dikspaska di Surabaya, Jumat, yang sebelumnya menjalani pendidikan selama 10 bulan di Komando Pendidikan Operasional Laut Kobangdikal.
"Menjadi seorang prajurit handal berkualifikasi khusus untuk diterjunkan di medan yang khusus, merupakan perjuangan yang sangat berat dan melelahkan, seperti halnya Taifib dan Paska ini," katanya.
Pasukan Taifib baru itu terdiri atas lima orang di berpangkat perwira, 10 bintara, dan 18 sisanya dari strata tamtama. Sementara itu, Paska, tujuh orang di antaranya perwira, empat orang bintara, dan sembilan tamtama.
Pasukan Katak dalam suatu latihan (photo : Detik)
"Selamat, kalian telah berhasil melewati pendidikan berat ini. Brevet Paska dan Trimedia yang membanggakan itu adalah sesuatu yang tidak semua prajurit bisa mendapatkannya," katanya. Karena jumlah prajurit pilihan sangat terbatas, Dankobangdikal meminta pasukan khusus itu harus terus mengasah kemampuan dengan berlatih secara berjenjang.
"Asahlah terus kemampuan yang telah dimiliki dengan latihan yang bertingkat dan berlanjut. Jangan malas karena itu biang dari kehancuran organisasi," katanya.
Sebagai seorang pasukan khusus TNI-AL, lanjut jenderal bintang dua itu, harus menghayati tugas pokok dan fungsi pasukan khusus karena tugas yang diberikan adalah amanat yang harus dilaksanakan secara profesional.
Hanya dengan sikap, perilaku disiplin, bermoral, dan profesional TNI-AL akan bergerak maju pada sosok jati diri sejati menuju TNI-AL yang besar, kuat, dan professional.
Pelantikan 53 orang Pasukan Khusus TNI-AL tersebut di Lapangan Laut Seram, Kobangdikal, itu dihadiri Wakil Dankobangdikal Brigjen TNI (Mar) P. Verry Kunto G, Komandan Kodikopsla Laksamana Pertama TNI Totok Permanto, Komandan Kodikmar Kolonel Marinir Purwadi, dan pejabat teras Kobangdikal lainnya.*
(Antara)
12 Agustus 2010
Kasau: T-50 Lebih Potensial Gantikan Mk-53
12 Agustus 2010
T-50 Golden Eagle (photo : Jetphotos)
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI Imam Sufaat, mengatakan bahwa pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan, lebih potensial menggantikan pesawat Hawk Mk-53 yang akan habis masa pakainya pada 2011.
"Saat ini memang ada tiga jenis pesawat yang lolos seleksi untuk menggantikan Mk-53 yakni T-50 Golden Eagle (Korea Selatan), Yakovlev Yak 130 (Rusia) dan Aero L159 Alca (Ceko)," katanya, ketika dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.
Namun, lanjut Imam, ada beberapa pertimbangan untuk memastikan T-50 sebagai pengganti Mk-53.
"T-50 adalah pesawat generasi keempat Korea Selatan dengan berbagai keunggulan muktahir, yang tidak lagi dimiliki L-159," ungkapnya.
Sedangkan, Yak 130 juga potensial menggantikan Mk-53 namun prosedur dan mekanisme pembelian dari Rusia terkadang sangat ketat.
Tak hanya itu, lanjut Kasau, sudah ada kesepakatan antara RI dan Korea Selatan untuk bekerja sama dalam industri pertahanan seperti produksi bersama pesawat T-50.
"Jadi ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan T-50. Selain, merupakan pesawat generasi keempat dengan teknologi muktahir juga ada kesimbungan, melalui produksi bersama tersebut," tutur Imam.
Namun, lanjut dia, semua kemungkinan masih dibahas mendalam. "Kami tetap ajukan tiga jenis pesawat pengganti Mk-53, agar dibahas mendalam untuk segera diputuskan Kementerian Pertahanan," katanya menambahkan.
(Antara)
Tiga Sukhoi Dari Rusia Tiba September 2010
12 Agustus 2010
Su-27SK TNI Angkatan Udara (photo :Indoflyer)
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengungkapkan, tiga unit pesawat jet tempur Sukhoi yang dipesan dari Rusia, tiba di tanah air pada awal September 2010.
"Jadwal tersebut lebih cepat dari semula 11 September 2010. Namun, datangnya bertahap tidak sekaligus," katanya, ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, tiga unit pesawat Sukhoi SU-27SKM itu dua diantaranya tiba pada awal September, dan satu unit lagi tiba pada minggu ketiga.
"Pesawat akan langsung mendarat di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, untuk dirakit dan diuji terbang," ungkap Imam.
Dengan begitu, lanjut dia, tujuh pesawat Sukhoi yang baru diharapkan siap untuk tampil pada peringatan HUT ke-65 TNI pada 5 Oktober mendatang, dalam formasi terbang lintas.
Pada sejak 2003 Indonesia telah memiliki tujuh pesawat tempur Sukhoi yang diadakan dari Rusia. Pada 2003 Indonesia membeli empat Sukhoi jenis SU-30MK dan SU-27SK, masing-masing dua unit.
Indonesia kemudian membeli enam pesawat Sukhoi lagi pada 2007 setelah perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur Sukhoi pada 21 Agustus 2007 mengumumkan penjualan enam pesawat tempur tersebut kepada Indonesia senilai sekitar 300 juta dollar AS atau senilai Rp 2,85 triliun.
Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba pada Desember 2008 dan Januari 2009.(R018/A024)
(Antara)
11 Agustus 2010
Indonesia Shortlists T-50 for Trainer Jet Requirement
11 Agustus 2010
South Korea’s T-50 Golden Eagle trainer jet (photo : Jetphotos)
Indonesia has shortlisted Korea’s T-50 Golden Eagle trainer jet as one of three candidates for its advanced jet trainer requirement, the Defense Acquisition Program Administration (DAPA) said Monday.
Competitors are Russia’s Yak-130 and the Czech-built L-159B, DAPA officials said. Indonesia is to buy 16 advanced trainer aircraft.
Competitors are Russia’s Yak-130 and the Czech-built L-159B, DAPA officials said. Indonesia is to buy 16 advanced trainer aircraft.
The T-50, jointly developed by Korea Aerospace Industries (KAI) and Lockheed Martin of the United States, is an advanced supersonic trainer and considered among the best on the global market.
But the trainer apparently lost out to Italy’s M-346 in contests in the United Arab Emirates (UAE) and Singapore.
“Indonesia is one of Korea’s key arms partners, and both sides have been satisfied with bilateral cooperation programs,” a DAPA official said. “We’re making the utmost efforts to make the first overseas sale of the T-50.”
Indonesia purchased KAI’s KT-1 basic trainers in 2001 and 2005. It also recently signed a memorandum of understanding on the co-development of the KF-X fighter jet.
Last month, a government delegation visited Indonesia for talks over the export of T-50s, he said. A top official from Seoul’s Ministry of National Defense is also scheduled to visit the Southeast Asian nation later this week to tout the Golden Eagle.
KAI also hoped to reopen talks with the UAE over the sale of the T-50, as Italy’s Alenia Aermacchi has failed to finalize a deal with the Emirates for a year.
The single-engine trainer aircraft features digital flight controls and a modern ground-based training system, which helps new pilots smoothly transition into advanced fighters, such the F-22 Raptor and F-35 Lightening II, as well as the F-16 Fighting Falcon.
It has a top speed of Mach 1.5, and the per-unit price is about $25 million.
The government is accelerating efforts to make its first overseas sale of the T-50, tying the success of the jet to becoming a major arms exporter and reviving the economy.
The government aims to reach $3 billion in defense exports by 2012, and industry and government officials agree that sales of the T-50 are essential to attaining that goal.
The T-50 is also competing with Italy's M-346 in deals in Israel, Poland and Iraq.
The United States is also said to be looking to open a bid for trainer acquisition in the near future.
10 Agustus 2010
Militer RI-Singapura Luncurkan Radar Surpic 2
10 Agustus 2010
Radar Surpic (photo : beta-TNI AL)
JAKARTA--MI: TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Singapura meluncurkan radar Surveillance Picture (Surpic) 2 untuk memantau keamanan laut di wilayah kedua negara, terutama di Selat Malaka.
Peluncuran radar itu disaksikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono dan Kepala Staf Angkatan Laut Singapura Laksamana Muda Chew Men Leong, di Mabes TNI Angkatan laut di Cilangkap, Jakarta, Selasa (10/8).
Di sela-sela peluncuran itu diadakan demo yang diskenariokan ada dua insiden di tempat yang berbeda.
Insiden pertama, diskenariokan kapal kargo Singapura MV Sanuki pada 10 Agustus 2010 pukul 08.00 waktu setempat pada posisi 01 14.36N 104 09.20E yang mendekat wilayah Indonesia dengan kecepatan tinggi yang terdeteksi Information Fusion Centre (IFC).
Laporan yang diterima "Surpic 2" diterima Puskodal Batam yang juga dimonitor Mabes TNI Angkatan Laut, yang langsung ditindaklanjuti dengan mengerahkan KRI Boa-807 untuk melakukan penyelidikan.
Beberapa waktu kemudian terjadi insiden kedua, yakni kapal tanker MV Laut Adriatik berbendera Liberia melaporkan telah mendeteksi sebuah perahu mencurigakan mendekati kapal pada 10 Agustus 2010 pukul 08.30 waktu setempat pada posisi 01 09.27N 103 42.38E.
IFC kemudian melaporkan melalui "Surpic 2" yang diterima Puskodal Batam dan diteruskan ke Satgas Keamanan Laut (MSTF) Singapura dan ditindaklanjuti dengan mengerahkan kapal Angkatan Laut Singapura RSS Dauntless.
Radar "Surpic 2" itu dapat difungsikan secara maksimal oleh TNI AL dan RSN pada medio Desember 2010.
"Surpic" merupakan instrumen atau instalasi elektronika radar modern yang dapat memonitor perkembangan situasi di perairan Selat Malaka secara real time. (Ant/OL-9)
(Media Indonesia)
Radar Surpic (photo : beta-TNI AL)
JAKARTA--MI: TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Singapura meluncurkan radar Surveillance Picture (Surpic) 2 untuk memantau keamanan laut di wilayah kedua negara, terutama di Selat Malaka.
Peluncuran radar itu disaksikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono dan Kepala Staf Angkatan Laut Singapura Laksamana Muda Chew Men Leong, di Mabes TNI Angkatan laut di Cilangkap, Jakarta, Selasa (10/8).
Di sela-sela peluncuran itu diadakan demo yang diskenariokan ada dua insiden di tempat yang berbeda.
Insiden pertama, diskenariokan kapal kargo Singapura MV Sanuki pada 10 Agustus 2010 pukul 08.00 waktu setempat pada posisi 01 14.36N 104 09.20E yang mendekat wilayah Indonesia dengan kecepatan tinggi yang terdeteksi Information Fusion Centre (IFC).
Laporan yang diterima "Surpic 2" diterima Puskodal Batam yang juga dimonitor Mabes TNI Angkatan Laut, yang langsung ditindaklanjuti dengan mengerahkan KRI Boa-807 untuk melakukan penyelidikan.
Beberapa waktu kemudian terjadi insiden kedua, yakni kapal tanker MV Laut Adriatik berbendera Liberia melaporkan telah mendeteksi sebuah perahu mencurigakan mendekati kapal pada 10 Agustus 2010 pukul 08.30 waktu setempat pada posisi 01 09.27N 103 42.38E.
IFC kemudian melaporkan melalui "Surpic 2" yang diterima Puskodal Batam dan diteruskan ke Satgas Keamanan Laut (MSTF) Singapura dan ditindaklanjuti dengan mengerahkan kapal Angkatan Laut Singapura RSS Dauntless.
Radar "Surpic 2" itu dapat difungsikan secara maksimal oleh TNI AL dan RSN pada medio Desember 2010.
"Surpic" merupakan instrumen atau instalasi elektronika radar modern yang dapat memonitor perkembangan situasi di perairan Selat Malaka secara real time. (Ant/OL-9)
(Media Indonesia)
DPR Dukung Skadron Pesawat Tanpa Awak (UAV) di Lanud Supadio
10 Agustus 2010
Direncanakan tahun 2011 akan datang 4 unit UAV dan pada tahun 2012 datang kembali 8 unit UAV dengan spesifikasi daya jelajah 300 km dan kemampuan terbang selama 24 jam penuh (photo : Flightglobal)
Komisi I DPR RI dukung adanya skadron Pesawat Tanpa Awak (UAV) yang akan dibangun TNI AU di Landasan Udara (Lanud) Supadio, Provinsi Kalimantan Barat. Pesawat Tanpa Awak dianggap anggota Dewan sebagai salah satu solusi menjaga perbatasan mengingat adanya tantangan topografi wilayah perbatasan Kalbar.
“Kami mendukung adanya skadron udara pesawat tanpa awak untuk lebih efisien menjaga wilayah perbatasan, khususnya di provinsi Kalimantan Barat,” tegas Ketua Komisi I DPR RI Kemal Azis Stamboel saat melakukan kunjungan kerja ke Landasan Udara Supadio, Kalbar, baru-baru ini.
Menurut Kemal, pihaknya sangat mendukung adanya rencana mendatangkan Pesawat Tanpa Awak guna mendukung kekuatan udara Republik Indonesia di Provinsi Kalbar. Adapun kekuatan Pesawat Tanpa Awak adalah dapat terbang dengan daya jelajah 300 km dan kemampuan terbang selama 24 jam penuh.
Melalui Pesawat Tanpa Awak, tandas Kemal, sangat memudahkan TNI untuk melakukan pengamatan dan pengawasan di tengah keterbatasan sarana prasarana dan topografi wilayah perbatasan. Guna mengimbangi pengawasan perbatasan, TNI berencana membeli Pesawat Tanpa Awakd alam waktu dekat.
“Dalam kondisi lapangan yang dimiliki Republik Indonesia itu adalah solusi terbaik untuk mengatasi keberadaan infrastruktur,” ujar Kemal.
Kemudian dari pihak TNI AU, Letkol (Pnb) Edi Panggabean mengungkapkan, pihaknya tengah mempersiapkan infrastruktur pendukung mulai dari hanggar, skadron, runway, dsb.
“Direncanakan tahun 2011 akan datang pesawat 4 unit dan pada tahun 2012 datang kembali 8 unit,” ujarnya. (da)
(DPR)
http://defense-studies.blogspot.com/search/label/INDONESIA
illutrasi (foto: ANTARA)
Batam (ANTARA News) - Pemerintah Amerika Serikat (AS) memberikan bantuan perlengkapan alat radar kepada Departemen Pertahanan Republik Indonesia (RI) yang akan digunakan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Batam.
"Bantuan diberikan kepada Dephan, namun nantinya akan dipergunakan oleh Lanal Batam," kata Komandan Gugus Keamanan Laut Armada Barat Laksamana Pertama Ade Supandi di Batam, Senin.
Ia mengatakan, bantuan yang akan diberikan di Markas Komando Lanal Batam, pada Selasa (29/6) itu berupa berupa integrated maritime system.
Sistem yang diberikan pemerintah ASitu, kata dia, terdiri dari beberapa unit, diantaranya radar.
Radar akan dipasang untuk memantau dan mengawal keamanan Selat Malaka, katanya.
"Bantuan akan diterima Irjen Dephan, lalu diserahkan kembali untuk dipergunakan Lanal Batam," katanya menambahkan.
Sumber: ANTARA
03 September 2010, Jakarta -- Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menegaskan, usulan penyerahan tugas pengawasan laut ke TNI AL mulai 2011 merupakan hasil Rapat Kabinet.
"Ya, itu hasil dari Rapat Kabinet, bukan dari saya," kata Fadel kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan, dalam Rapat Kabinet beberapa waktu lalu telah diputuskan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengurus ekonomi dan kesejahteraan rakyat saja.
"Sedangkan tugas keamanan diserahkan kepada TNI AL," ujar Fadel.
Tugas pengawasan yang bertahap diserahkan kepada TNI AL tersebut termasuk penegakan hukum seperti penanganan "illegal fishing".
Pengalihan tugas pengawasan tersebut akan dikoordinasikan dengan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan. Begitu pula pengalihan kapal-kapal pengawas yang dimiliki Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sebelumnya Sekjen Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Riza Damanik menyatakan, penyerahan tugas pengawasan laut ke TNI AL merupakan keputusan Fadel.
Terdapat masa transisi selama dua tahun sebelum akhirnya tugas pengawasan tersebut diserahkan sepenuhnya ke TNI AL.
Tudingan tersebut berdasar pada pengurangan porsi anggaran pengawasan di Kementeriannya. Padahal, menurut Riza, peran TNI AL berbeda dengan peran pengawas kelautan dan perikanan.
Sesuai dengan Undang-undang (UU) 34 Tahun 2004 tentang TNI bahwa peran untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI merupakan milik TNI. Sedangkan dalam UU 45 Tahun 2009 tentang Perikanan peran pengawasan perikanan di serahkan pada Kementerian Kelautan dan Perikanan.
ANTARA News
01 September 2010
Deklarasi pembuatan kapal selam dapat diartikan sebagai pengumuman pemenang tender pengadaan kapal selam yang mensyaratkan transfer of technology (photo : naval.com)
Indonesia Segera Bikin Kapal Selam Tempur
JAKARTA, — Guna memperkuat armada tempur untuk menjaga kedaulatan NKRI serta menjaga perbatasan RI dengan negara lain, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menyatakan segera membuat kapal selam tempur. Kapal selam tempur tersebut akan menjadi yang pertama kali dibuat di Indonesia.
Setelah berhasil membuat kapal perang terbesar se-Asia Tenggara dengan dilengkapi peralatan tempur canggih, kini Kementerian Pertahanan mulai serius mempersiapkan rencana pembuatan kapal selam yang merupakan alat tempur bawah laut tersebut. Bahkan, Purnomo menjadwalkan kapal tempur dasar laut tersebut akan rampung pada tahun ini.
"Pada tahun ini kami akan deklarasikan untuk membangun kapal selam di Indonesia. Kami akan bekerja keras mewujudkannya. Saya, Wakil Menhan, segenap Sekjen, dan Dirjen di lingkup Kemenhan saat ini sedang mencari satu program, satu master plan bagaimana kami bisa membangun kapal selam di Indonesia," ujar Purnomo saat memberikan sambutannya dalam acara buka puasa bersama di kantor Kemenhan, Selasa (31/8/2010).
Purnomo juga menjelaskan, hingga saat ini produk-produk hasil industri pertahanan dalam negeri yang terus dikembangkan sudah mendapat respons positif dunia internasional. Karena selain untuk memenuhi kuota persediaan peralatan tempur dalam negeri, peralatan serta kendaraan tempur yang diproduksi nasional juga dipasarkan ke negara lain.
Beberapa produk seperti helikopter, pesawat tempur, hingga kapal tempur teknologi canggih serta persenjataan lainnya juga kerap mendapat pujian dari negara-negara lain. "Beberapa hasil industri pertahanan hingga saat ini memang terus kami pasarkan ke luar negeri," ujar Menhan.
(TribunNews)
illusrasi
JAKARTA, KOMPAS.com — Guna memperkuat armada tempur untuk menjaga kedaulatan NKRI serta menjaga perbatasan RI dengan negara lain, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menyatakan segera membuat kapal selam tempur. Kapal selam tempur tersebut akan menjadi yang pertama kali dibuat di Indonesia.
Setelah berhasil membuat kapal perang terbesar se-Asia Tenggara dengan dilengkapi peralatan tempur canggih, kini Kementerian Pertahanan mulai serius mempersiapkan rencana pembuatan kapal selam yang merupakan alat tempur bawah laut tersebut. Bahkan, Purnomo menjadwalkan kapal tempur dasar laut tersebut akan rampung pada tahun ini.
"Pada tahun ini kami akan deklarasikan untuk membangun kapal selam di Indonesia. Kami akan bekerja keras mewujudkannya. Saya, Wakil Menhan, segenap Sekjen, dan Dirjen di lingkup Kemenhan saat ini sedang mencari satu program, satu master plan bagaimana kami bisa membangun kapal selam di Indonesia," ujar Purnomo saat memberikan sambutannya dalam acara buka puasa bersama di kantor Kemenhan, Selasa (31/8/2010).
Purnomo juga menjelaskan, hingga saat ini produk-produk hasil industri pertahanan dalam negeri yang terus dikembangkan sudah mendapat respons positif dunia internasional. Karena selain untuk memenuhi kuota persediaan peralatan tempur dalam negeri, peralatan serta kendaraan tempur yang diproduksi nasional juga dipasarkan ke negara lain.
Beberapa produk seperti helikopter, pesawat tempur, hingga kapal tempur teknologi canggih serta persenjataan lainnya juga kerap mendapat pujian dari negara-negara lain. "Beberapa hasil industri pertahanan hingga saat ini memang terus kami pasarkan ke luar negeri," ujar Menhan.
Sumber: KOMPAS
26 Agustus 2010, Cilegon -- Armada kapal selama yang dimiliki oleh Indonesia yang hanya dua buah, dianggap kurang baik untuk melakukan patroli laut, dan rencananya dalam waktu dekat ini akan dilakukan penambahan.
"Kami akan menambah armada kapal selam, yang selama ini melakukan pengamanan ditertirorial wilayah perairan Indonesia," kata Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Agus Suhartono, usai menerima Brevet Hiu Kencana yang dilakukan oleh Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim, Kolonel Laut (P) Muhammad Ali, Kamis.
Di Tempat terpisah, Kepala Dispenal, Laksamana Pertama TNI, Herry Setianegara menjelaskan, kapal selam merupakan senjata berdaya tangkal tinggi, karena karakternya yang sulit dideteksi dam mampu membawa berbagai jenis senjata, seperti torpedo, ranjau maupun peluru kendali.
"Bagi Indonesia , memiliki dan mengoperasikan kapal selam akan memperkuat daya dan kekuatan tangkal," kata Herry menjelaskan.
Sejarah peperangan laut katanya, membuktikan bahwa hanya kapal selam yang mampu masuk dan menembus jantung pertahanan lawan, selain itu, kapal selam dapat menghancurkan sebuah armada tempur. "Kapal selam juga dapat menjadi center of gravity Angkatan laut," imbuhnya.
Melihat dari fungsi dan kegunaan itu masih menurut Herry dimana dengan memiliki kapal selam semakin menguatkan pemikiran bahwasanya kapal selam merupakan senjata yang bernilai strategik bagi TNI AL.
"Memiliki kapal selam baik dalam jumlah yang cukup maupun kemampuan tempur yang handal merupakan keniscayaan dalam mewujudkan TNI AL yang kuat dan dicintai rakyat,." jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, selain Kasal, Laksamana TNI Agus Suhartono yang menerima Brevet Hiu Kencana, Kepala Staf Angkatan Darat Jendral TNI George Toisutta, dan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat juga menerima penghargaan yang merupakan kehormatan kapal selam TNI AL.
Penyematan brevet itu sendiri dilaksanakan di dalam kapal selam KRI Cakra-401 yang menyelam pada kedalaman sekitar 15 meter dibawah permukaan laut di perairan Selat Sunda, sekitar pukul 14.00 WIB.
ANTARA News
BANTEN - Tiga Kepala Staf Angkatan di jajaran TNI yakni Kasad Jenderal TNI George Toisutta, Kasal Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E. dan Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat SIP menerima brevet Hiu Kencana dan resmi menjadi warga kehormatan kapal selam TNI AL.
Penyematan brevet tersebut dilaksanakan di dalam kapal selam KRI Cakra-401 yang menyelam di kedalaman sekitar 15 meter di bawah permukaan laut di perairan Selat Sunda oleh Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim Kolonel Laut (P) Muhammad Ali, Kamis (26/8) sekitar pukul 14.00 WIB.
Penyematan brevet Hiu Kencana dimaksudkan sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada ketiga Kepala Staf Angkatan yang selama ini telah membina dan menjalin hubungan baik dengan TNI Angkatan Laut.
Brevet Hiu Kencana bukan sekedar brevet yang melekat di dada kanan setiap prajurit TNI AL pengawak kapal selam, melainkan kebanggaan dan semangat juang pantang menyerah serta dedikasi untuk selalu mengabdi kepada Negara. Brevet Hiu Kencana juga diberikan kepada orang-orang terpilih untuk diangkat sebagai warga Kehormatan Kapal Selam berdasarkan atas jasa-jasanya yang telah mendukung terhadap pembinaan kapal selam sebagai salah satu senjata strategis Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT).
Warga Kehormatan Kapal Selam hingga saat ini telah mencapai sebanyak 113, pejabat pertama yang disematkan brevet Hiu Kencana adalah Jenderal Besar TNI (Purn) AH Nasution yang disematkan pada tanggal 21 Desember 1959 di Teluk Jakarta dengan kapal selam KRI Nanggala-402.
Sumber : DISPENAL
Korvet kelas Sigma V 105m
PALU - Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso mengatakan realisasi pembuatan kapal Korvet kelas Sigma V bekerja sama dengan PT PAL akan dipercepat untuk memperkuat sistem pertahanan matra laut.
"Saat ini dalam proses penyelesaian, Insya Allah dalam waktu dekat sudah dapat dioperasikan," kata Panglima Djoko Santoso kepada wartawan di Palu, Jumat malam, usai buka puasa bersama dengan jajaran Pemerintah Provinsi Sulteng dan petinggi TNI setempat.
Panglima mengatakan ketegangan di perairan Indonesia dengan Malaysia belum lama ini, menjadi salah satu alasan utama mempercepat realisasi proyek pembuatan kapal tersebut.
Ia berharap dengan bertambahnya armada penjaga perbatasan khususnya di kawasan perairan, akan menambah semangat anggotanya dalam menjalankan tugas dan menjadi filter Indonesia.
Menurut dia, dalam penyelesaian kasus sengketa yang tejadi di Selat Malaka, sudah ada kerja sama pertahanan antara Indonesia, Malaysia dan Singapura yang akan menyelesaikan setiap masalah melalui dialog. "Masalah akan diselesaikan melalui dialog," katanya.
TNI AL Tidak Tambah Jumlah Kapal Patroli Diperbatasan
Sementara itu Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan TNI AL tidak akan menambah jumlah armada kapal patroli di kawasan perbatasan Indonesia - Malaysia.
"Saat ini di Selat Malaka sudah ada tujuh kapal dan di Selat Singapura ada empat kapal yang dioperasikan setiap hari. Dan saya kira jumlahnya sudah cukup," katanya usai melakukan peletakan batu pertama perumahan nondinas TNI AL `Griya Bahari Indah` di desa Pademonegoro, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, Sabtu.
Menurut dia, kedua negara perlu mempelajari bersama atau duduk dalam satu meja terkait penentuan batasan wilayah terutama di laut tersebut.
Hingga saat ini belum ada kesepahaman antara dua negara sehingga menyebabkan terjadinya beberapa kali kejadian yang menyebabkan hubungan kedua negara memanas.
Apalagi kejadian penangkapan tujuh nelayan Malaysia oleh kapal patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di perairan Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau pada Minggu lalu (8/8) merupakan wilayah yang belum ada keputusan bersama antardua negara.
Akibatnya, tiga anggota KKP yang mengamankan tujuh nelayan Malaysia justru ditangkap oleh Polisi Malaysia.
Di Sidoarjo, KSAL meresmikan pembangunan 697 unit rumah nondinas TNI AL di Desa Pademonegoro, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, Jatim.
Sumber : ANTARA
26 Agustus 2010, Jakarta -- Aparat TNI AL meningkatkan frekuensi patroli di perbatasan Indonesia - Malaysia. Korps baju putih tak ingin insiden tiga petugas DKP dengan aparat Malaysia terulang kembali. "Jumlah kapal tidak ditambah hanya intensitasnya patrolinya lebih sering," ujar Kadispenal Laksamana Herry Satrianegara kemarin. Saat ini di Selat Malaka sudah ada tujuh kapal dan di Selat Singapura ada empat kapal yang dioperasikan setiap hari.
Mantan Komandan KRI Teluk ratai itu menjelaskan, dalam melakukan pengamanan laut, TNI AL selalu berkoordinasi dengan petugas lain seperti DKP. "Kita saling mendukung," katanya.
Dalam seminar di LIPI kemarin (25/8) Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengakui pertahanan laut di perbatasan masih belum idela. Salah satu penyebabnya adalah luas wilayah dan armada yang terbatas. "Memang harus dilihat secara realistis. Perbatasannya luas sekali, dan kita harus patroli terus. Jadi, apa mungkin tiap hari berada di titik yang sama," kata Purnomo.
Mantan Menteri ESDM itu menyebut, tidak setiap pulau terluar wilayah RI dijaga oleh aparat keamanan Terutama pulau-pulau yang memang tidak dapat dihuni. "Fungsinya sebagai titk garis batas laut," katanya.
Menhan menjelaskan ada enam instansi yang terlibat dalam pengamanan laut perbatasan. Selain Polri dan TNI AL, juga ada Bea dan Cukai, Kementerian Kelautan Perikanan dan Kementerian Perhubungan. Meski terkesan tidak efisien dan tumpang tindih, Poernomo membantah bahwa di antara mereka tidak ada koordinasi sehingga menyebabkan insiden pelanggaran garis batas laut bisa terjadi. "Kita tetap ada koordinasi," katanya.
JPNN
26 Agustus 2010, Jakarta -- Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono menyatakan, keberadaan kapal-kapal patroli TNI Angkatan Laut di beberapa titik perbatasan maritim Indonesia dengan negara tetangga, masih dalam kapasitas cukup dan efektif.
Oleh karena itu, gelar pasukan untuk mengantisipasi pelanggaran perbatasan yang dilakukan Malaysia belum perlu dilakukan.
"Keberadaan personil dan kapal-kapal patroli masih cukup. Tak perlu ada penambahan dan gelar pasukan," ujar KSAL kepada Suara Karya di sela-sela peresmian Komite Olah Raga Militer Indonesia di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Rabu (25/8).
Maritim Indonesia berbatasan langsung dengan Malaysia, India, Australia, Singapura, Vietnam, Filipina, Papua Nugini, Palau (berbatasan Ambon), Thailand dan Timor Leste. Sebanyak 16 perbatasan telah diselesasikan Kementerian Luar Negeri RI dengan 10 negara itu, baik bilateral maupun trilateral.
Sementara itu, untuk batas zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia dengan Malaysia masih harus menyelesaikan persoalan perbatasan maritim untuk zona ekonomi eksklusif (ZEE), di antaranya di Selat Malaka, Laut China Selatan, laut wilayah dan landas kontinen di laut Sulawesi yang saat ini sedang menjadi perhatian, perairan utara Pulau Bintan dan Pulau Batam. "Keberadaan kapal-kapal kita di sana masih cukup untuk mengawasi," ujar Agus.
Menurut Agus, batas maritim Indonesia berdasarkan peta Nomor 349/ 2009 tentang Batas Maritim Indonesia. "Tidak ada wilayah abu-abu pada posisi Indonesia. Karena itu, TNI AL tetap berada pada posisi di wilayah maritim Indonesia," ujarnya.
Nelayan WNI ditahan
Sementara itu, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengemukakan bahwa sebenarnya terdapat nelayan asal Indonesia yang masih menjalani penahanan di Malaysia. "Kami mendapat laporan dari keluarga korban bahwa enam nelayan asal Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, ditahan di Penjara Kedah, Malaysia," kata Sekretaris Jenderal Kiara Riza Damanik.
Menurut Riza, nama dari para nelayan tersebut adalah Zulham (40), Mahmud (45), Hamid (45), Ahmad (25), Ismail (42), dan Syahrial (48).
Namun, ia tidak menjelaskan lebih lanjut, mengapa para nelayan itu bisa ditahan di penjara negeri jiran tersebut. Kiara mendesak agar negara melalui instansi yang terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian Luar Negeri segera melakukan pembelaan terhadap para nelayan yang ditahan.
LSM tersebut juga mendesak agar pemerintah memperhatikan masalah kelautan lainnya yang penting seperti tidak tuntasnya pencemaran Laut Timor.
"Hingga kini tidak ada akurasi data dan informasi yang solid seperti nilai kerugian, wilayah dan substansi terdampak, serta jumlah korban langsung atau tidak langsung," katanya.
Pencemaran di Laut Timor terjadi akibat instalasi di kilang minyak Montara meledak pada Agustus 2009, dan meluas hingga ke perairan di sekitar Kabupaten Rote Ndao bahkan hingga Laut Sawu, terutama sekitar Kabupaten Sabu Raijua dan areal pantai selatan Pulau Timor.
Sebelumnya, tiga LSM yaitu Migrant Care, Kontras, dan Infid juga mendesak agar pemerintah harus serius memperjuangkan pembelaan terhadap ratusan WNI yang terancam hukuman mati di Malaysia.
Berbagai LSM itu menghendaki agar pemerintah segera melakukan diplomasi HAM ke Malaysia karena Indonesia memiliki kewajiban penghormatan HAM bagi setiap orang sebagaimana yang sudah dijamin di dalam konstitusi.
Selain itu, terkait dengan dua vonis hukuman mati terhadap dua WNI yang berinisial BS dan TI, pemerintah Indonesia juga didesak untuk segera melakukan diplomasi politik ke pemerintah Malaysia.
Suara Karya
26 Agustus 2010, Jakarta -- Setelah merasa mapan dalam industri pertahanan untuk matra darat, Indonesia pun merancang industri pertahanan bagi matra laut. Meski belum resmi diluncurkan, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan, Indonesia akan membangun kapal selam sendiri. Terlebih setelah PT PAL Surabaya mengembangkan kapal perang jenis fregat kelas La Fayette.
”Kami sebenarnya cukup bisa membangun sendiri industri pertahanan untuk Angkatan Laut. Sekarang Indonesia sudah membangun kapal perang modern sejenis fregat kelas La Fayette seperti yang dimiliki Singapura dan akan selesai dalam waktu empat tahun oleh PT PAL,” ujar Purnomo di sela-sela seminar ”Pertahanan Nasional Indonesia dalam Perspektif Sosial-Budaya” di Gedung Widya Graha LIPI, Jakarta, Rabu (25/8).
Menurut Purnomo, keberhasilan membangun kapal perang modern membuat pemerintah cukup percaya diri memperkuat industri pertahanan untuk Angkatan Laut. ”Saya katakan bisa enggak dalam waktu dekat ini kita membangun kapal selam. Kita, kan, punya dok yang cukup untuk membangunnya di Surabaya,” ujarnya.
Industri pertahanan dalam negeri, lanjut Purnomo, sudah cukup membanggakan, terutama untuk matra darat. Keberhasilan PT Pindad membuat panser dan senapan serbu SS1 dan SS2 merupakan salah satu contoh. Panser buatan Pindad kini sudah diekspor ke negara-negara ASEAN.
Pengamat militer Salim Said mengungkapkan, Indonesia memiliki kemampuan untuk membangun industri Angkatan Laut sendiri. Menurut dia, sebenarnya sudah sejak dulu Indonesia dapat membuat kapal perang, termasuk kapal selam, sendiri.
Salim mengatakan, pembangunan industri pertahanan TNI Angkatan Laut sudah sangat mendesak. Beberapa insiden di perbatasan laut Indonesia-Malaysia harus menjadi pelajaran, betapa mendesaknya Indonesia memperkuat industri pertahanan bagi matra laut.
KOMPAS
BATAM - Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan akan segera mempersenjatai kapal patroli di jajaran tenaga pengawasnya di daerah. Hal ini bertujuan untuk semakin memperkuat pengawasan laut Indonesia dari ancaman pencurian ikan dan perusakan potensi kelautan sebagaimana terjadi pada insiden Tanjung Berakit, 13 Agustus 2010 lalu.
"Sudah ada persetujuan dari Menteri Pertahanan dan dan Panglima TNI. Senjatanya dipinjamkan dari angkatan laut dan pengoperasiannya di bawah supervisi angkatan laut," kata Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Aji Sularso. Senin (23 /8/2010).
Untuk tahap pertama, 17 senjata berkaliber 12,7 milimeter telah dipasang di atas kapal patroli PSDKP. Satu kapal, satu senjata. Kapal yang dipasang adalah yang panjangnya di atas 28 meter. Namun untuk pengoperasiannya, PSDKP masih harus menunggu proses pelatihan operatornya yang diambil dari petugas pengawas PSDKP. Dalam waktu dekat, akan diselenggarakan seleksi yang dilanjutkan pelatihan operator.
Standard operation prosedure (SOP) penggunaan senjata oleh kapal patroli PSDKP telah disusun oleh TNI AL. Hal itu, termasuk dengan peminjaman senjata sampai dengan supervisi, menurut Aji, sudah di sepakati dalam nota kesepahaman antara TNI Angkatan Laut dan KKP.
Rencana mempersenjatai pengawas di jajaran PSDKP, menurut Aji, sudah direncanakan jauh hari. Insiden di Tanjung Berakit adalah bukti pentingnya perlengkapan senjata dalam patroli PSDKP.
Dalam insiden di Tanjung Berakit, Jumat (13/8), enam petugas PSDKP dari Batam dan Tanjung Balai Karimun menangkap lima kapal nelayan Malaysia yang sedang mencuri ikan di perairan Tanjung Berakit, Kepulauan Riau. Mereka semuanya tidak dipersenjatai.
Saat Polis Diraja Malaysia mengejar dan mendekat, petugas PSDKP terpojok. Meski berani menolak membebaskan tujuh nelayan, mereka tetap saja di bawah tekanan Malaysia yang bersenjata. Akhirnya, seluruh barang bukti, kecuali tujuh nelayan Malayisa, berhasil dibawa kabur Polis Diraja Malaysia. Bahkan tiga pengawai Satker PSDKP Batam ikut dibawa dan ditahan di Johor Bahru, Malaysia.
Kepala Satker PSDKP Batam Yulisbar, menyatakan, sudah saatnya patroli pengawasan dipersenjatai. Keamanan diri pengawas selalu berisiko setiap terjadi p enangkapan kapal asing pencuri ikan.
Sumber : KOMPAS
21 Agustus 2010, Jakarta -- TNI Angkatan Laut telah memiliki beberapa kapal perang baru berteknologi canggih, diantaranya dari jenis korvet kelas Sigma buatan Belanda atau kapal perang kelas KRI Diponegoro-365. Untuk meningkatkan perawatan sejumlah kapal perang tersebut, TNI Angkatan Laut akan melaksanakan uji coba dan penelitian penggantian minyak pelumas pada motor pokok kapal perang yang berteknologi siluman ini dari produksi impor menjadi produk dalam negeri.
Untuk melaksanakan ujicoba dan penelitian minyak pelumas motor pokok kapal perang kelas KRI Diponegoro-365 ini, TNI Angkatan Laut bekerja sama dengan PT. Pertamina (Persero) yang diwujudkan dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama yang ditandatangani Kepala Dinas Material Angkatan Laut (Kadismatal) Laksamana Pertama TNI Ir. Rachmad Lubis dengan Direktur Utama Vice Presiden Unit Pelumas PT. Pertamina (Persero), Supriyanto di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (3/8).
Menurut Kadismatal bahwa lingkup kerja sama dalam Perjanjian Kerja Sama ini mencakup dimensi yang cukup luas, diantaranya adalah uji coba dan penelitian pelumas pokok KRI Kelas Diponegoro milik TNI Angkatan Laut.
TNI Angkatan Laut memahami bahwa emban tugas, baik pada aspek penegakan kedaulatan dan keamanan di laut, maupun dalam menunjang pembangunan nasional senantiasa terkait erat dengan komponen-komponen bangsa yang lain dalam tatanan sistem nasional. Menyadari hal ini, TNI AL berupaya mencari terobosan baru, antara lain mengembangkan pola kerja sama dan koordinasi dengan berbagai komponen bangsa, baik dari institusi pemerintah maupun swasta yang pencapaiannya diarahkan untuk tujuan dan kepentingan nasional secara menyeluruh serta implementasinya dirumuskan dalam batas-batas yang proporsional dan profesional, ujar Laksma TNI Ir. Rachmad Lubis.
“Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah kerja sama dalam pertukaran data dan informasi yang diperlukan kedua belah pihak, dengan tetap memperhatikan faktor-faktor kerahasiaan dan kepentingan negara,” tegasnya.
Selain itu, lanjut Kadismatal bahwa faktor kemudahan dalam proses pembekalan, memutuskan ketergantungan terhadap produk luar negeri, sekaligus meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Efisiensi anggaran juga merupakan hal yang menjadi perhatian. Sebelumnya, KRI kelas Diponegoro-365 menggunakan minyak pelumas jenis Shell Sirius X40 yang merupakan produk dari luar negeri (Shell). “Kita akan melaksanakan uji coba dan penelitian terhadap KRI Diponegoro menggunakan produk dalam negeri yaitu Salyx 415. Perjanjian uji coba ini berlaku sejak ditandatanganinya sampai dengan waktu berakhirnya Market Test selama seribu jam putar motor pokok atau sampai satu tahun, mana yang dicapai terlebih dahulu,” jelasnya.
Dalam jangka waktu tersebut, TNI AL akan menyediakan sarana atau fasilitas yang diperlukan untuk pelaksanaan uji coba, sedangkan pihak Pertamina yang akan melaksanakan uji coba dengan menyediakan pelumas untuk kebutuhan operasional KRI dan bertanggung jawab apabila terjadi kerusakan teknis pada mesin yang digunakan pada market test.
Dispenal
Ramadhian Fadillah - detikNewsFoto Terkait
13 Agustus 2010, Surabaya -- KRI Surabaya (SBY) dengan nomor lambung 591 merupakan Kapal Perang RI (KRI) jenis Landing Platform Dock (LPD) yang dilengkapi dengan pesawat helikopter.
Beberapa pekan yang lalu telah mendukung kegiatan Sail Banda 2010, saat ini kapal perang yang masuk jajaran unsur Satuan Kapal Amfibi Komando Armada RI Kawasan Timur (Satfib Koarmatim) tersebut dipersiapkan untuk mendukung lanjutan rangkaian kegiatan Sail Banda 2010, berupa peringatan detik-detik proklamasi HUT Kemerdekaan RI yang ke 65 di Pulau Kisar, merupakan wilayah Propinsi Maluku sebagai pulau terluar yang berbatasan dengan Negara Timor Leste. Sekitar 500 personel yang terdiri dari TNI, Polri dan PNS menjadi peserta upacara HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 2010, akan diberangkatkan pada tanggal 14 Agustus 2010 menggunakan KRI Surabaya-591 dari Dermaga Irian Halong Lantamal IX Ambon.
Perjalanan ke Pulau Kisar sejauh 285 mil akan ditempuh selama 1 hari 1 malam. KRI Surabaya-591 dikomandani Letkol Laut (P) Ali Triswanto dengan jumlah ABK sebanyak 134 orang. Selama di Pulau Kisar, KRI Surabaya-591 sekaligus berfungsi sebagai penginapan terapung. KRI Surabaya-591 sebelumnya telah tercatat mengikuti beberapa kegiatan operasi antara lain Operasi penyeberangan Korsel – Indonesia pada tahun 2007, Latihan Operasi Laut Gabungan TNI tahun 2007, Uji Coba Penembakan Rudal C – 802, Armada Jaya XXVII-A/2008, Latihan Parsial VI tahun 2008, Latihan Gabungan TNI tahun 2008, Latihan GKK Satfibarmatim tahun 2009, Exercise New Horizon tahun 2009, International Fleet Review tahun 2009, Armada Jaya XXVIII/2009 dan Pengamanan Presiden RI di Kupang tahun 2010.
Dispenarmatim
KRI Frans Kaisiepo-368
SURABAYA - TNI AL kembali mengirimkan Kapal Perangnya dalam misi perdamaian di Lebanon akhir Agustus nanti. Untuk misi kali ini TNI AL mengirimkan KRI Frans Kaisiepo-368 bersama 100 kru kapal yang tergabung dalam Satuan Tugas Maritime Task Force (MTF) Kontingen Garuda XXVIII-B/UNIFIL. Para personil mulai mengikuti latihan pratugas di Pusat Latihan Operasi Laut Kolatarmatim Ujung Surabaya pada Kamis (12/8) ini.
Kegiatan latihan yang berlangsung hingga menjelang keberangkatan menuju Lebanon itu dibuka Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayor Jenderal TNI Soehartono Suratman.
Hadir dalam kesempatan tersebut Kapuspen TNI Mayjen Aslizar Tanjung, Asops KSAL Laksda TNI Dadiek Surarto, Pangarmatim Laksda TNI Bambang Suwarto, dan pejabat TNI lainnya.
"Ini merupakan pengiriman kapal perang kedua dalam misi perdamaian ke Lebanon. Pada tahun lalu, TNI juga telah mengirimkan KRI Diponegoro-365 untuk tugas yang sama," kata Asops Panglima TNI.
Jenderal bintang dua yang akrab disapa Tono Suratman ini menjelaskan pengiriman pasukan TNI dalam misi perdamaian PBB sejak 1957 saat Kontingen Garuda (Konga) pertama diterjunkan.
Sampai saat ini, kata dia, pengiriman pasukan untuk misi perdamaian ke sejumlah negara yang sedang terjadi konflik masih terus dilakukan, termasuk ke Lebanon.
"Pemerintah, DPR, Kementerian Luar Negeri, dan lembaga terkait lainnya sangat mendukung tugas mulia ini. Karena itu, TNI selalu siap mengirimkan pasukan jika diminta," kata Tono usai membuka pelatihan.
Selama berada di Lebanon, KRI Frans Kaisiepo dan seluruh personelnya akan bergabung dengan pasukan perdamaian dari 34 negara lainnya, seperti China, Spanyol, Prancis, Italia, dan Korea Selatan.
"Mereka akan bertugas di Lebanon selama enam bulan. Karena itu, fisik dan mental harus benar-benar disiapkan selain juga kesiapan pendukung tugas lainnya," kata Asops Panglima TNI.
Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Frans Kaisiepo-368 yang dikomandani Letnan Kolonel Laut (P) Wasis Priyono itu membawa: satu unit helikopter NBO-105 beserta 7 kru pesawat, 88 ABK, dua tenaga paramedis, satu personel Kopaska dan dua orang penyelam.
Dalam pelayaran menuju Lebanon sekitar hampir satu bulan, kapal bakal melintasi Jakarta, Belawan, Cochin, Salalah, Port Said, dan Beirut.
Sumber : ANTARA
03 September 2010, Pontianak -- Sesaat sebelum pidato politik Presiden SBY Rabu kemarin, ternyata TNI telah mengirim satu batalion ke perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan. Pengiriman ini lebih cepat dari yang direncanakan sebelumnya yaitu pascalebaran.
Sebanyak satu batalion sekitar 700-1000 personel telah dikirim untuk bertugas mengamankan perbatasan Indonesia-Malaysia.
Komandan Brigade Infanteri 19/Khatulistiwa, Letkol Inf Rochadi, melepas satu batalion plus 641 Beruang untuk menempati 31 pos di perbatasan.
"Rencananya penugasan ini pascalebaran. Karena berbagai dinamika dan lain hal, kita berangkatkan sekarang. Ini perintah dari Mabes TNI," jelas Rochadi, kepada Tribun Pontianak, Rabu (1/9).
Para personil tersebut menempati 31 pos yang ada di perbatasan, diantanya, Entikong, Kabupaten Sanggau, Tanjung Datuk, Badau, Sajingan, Bengkayang, Sambas dan daerah lain yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
"Ini tugas mulia, prajurit harus bangga mengemban amanah ini, ini bentuk pengabdian kepada Nusa dan Bangsa, jangan kecil hati, kalau kecil hati, lebih baik mundur dari prajurit, kalau sudah tugas, besok lebaran, sekarang ditugaskan, harus berangkat," tegas Rochadi lagi.
Rochadi juga meminta kepada para istri prajurit untuk mendukung sepenuhnya para suami yang bertugas dan senantiasa berdoa terhadap keselamatan para prajurit.
Batalion ini akan menggantikan Batalion 642 Sintang, yang sebelumnya ditugaskan diperbatasan RI-Malaysia.
Tribun News
Minggu, 29 Agustus 2010
Sbr : Kompas, Detik,rindam brawijaya
JAKARTA - Pasukan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat atau Kostrad siap untuk mengamankan perbatasan. Ada satu batalyon yang telah dipersiapkan untuk menjaga perbatasan di Kalimantan.
”Kostrad selalu siap untuk mengamankan perbatasan sesuai dengan kebijakan Panglima TNI,” kata Panglima Kostrad Letjen Burhanudin Amin di sela-sela latihan terjun freefall dan terjun statis di Pangkalan Udara Surya Darma, Kalijati, Subang, Jawa Barat, Senin (23/8). Menurut Burhanudin, di Papua, misalnya, telah ada Batalyon 433 yang rencananya akan segera diganti dengan Linud 330.
Sementara perbatasan dengan Malaysia di Kalimantan, Burhanudin mengatakan, untuk sementara ini aman-aman saja. Kostrad telah menyiapkan satu batalyon untuk dikirim ke perbatasan Kalimantan dengan Malaysia. Namun, hingga saat ini belum ada permintaan dari dua kodam di Kalimantan. ”Kalau ada perintah, kami sudah siap. Akan tetapi, soal penempatannya tergantung kodam,” kata Burhanudin.
Di sela-sela penerjunan Linud 305/17/1 di bawah pimpinan Letkol (Inf) Tehuteru tersebut, Burhanudin mengatakan, latihan terus diadakan karena Kostrad bertugas untuk membina kesiapan operasional satuannya. Sesuai dengan kebijakan Panglima TNI, Kostrad juga harus siap di tingkat pertahanan strategis. ”Kami latihan terus sehingga sewaktu-waktu siap dipakai,” katanya.
Saat ini Kostrad juga tengah mempersiapkan pendirian Divisi 3 Kostrad. Divisi 3 itu akan diprioritaskan untuk kawasan timur Indonesia. Walaupun belum ditentukan di mana panglima divisi akan bermarkas, daerah operasinya akan meliputi Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. ”Kami akan lebih berat ke Indonesia timur karena ada kekurangan di sana,” katanya.
Sumber : KOMPAS
Dalam rilis yang diterima Media Indonesia, Minggu (22/8), Panglima TNI menyatakan bahwa memiliki makna yang sangat strategis, baik bagi kepentingan TNI maupun kepentingan yang lebih besar lagi yakni berkenaan dengan pertahanan dan keamanan negara. Makolatgab ini berada di atas lahan 26 ribu hektar didukung pembangunannya oleh Pemda Kutai Timur.
"Bagi TNI, latihan dapat diibaratkan sebagai menu utama dan asupan harian yang menjadi salah satu faktor utama keberhasilan pembinaan prajurit TNI," ujar Panglima TNI.
Rakyat dan TNI, sambung dia, boleh berharap akan hadirnya prajurit-prajurit TNI yang profesional, militan dan handal dengan adanya dukungan fasilitas latihan yang memadai. Panglima TNI juga berharap TNI mampu memberi sekaligus memperkuat daya tangkal yang semakin tinggi dan penting serta strategis dalam perspektif pertahanan dan keamanan nasional.
Kondisi ini akan berdampak positif terhadap peningkatan pembangunan daerah, utamanya di sektor ekonomi, kesejahteraan serta meningkatkan mobilitas sosial khususnya sirkulasi arus barang, modal dan jasa secara signifikan yang lebih terjamin keamanannya di Provinsi Kaltim secara keseluruhan. Peresmian makolatgab juga diselingi dengan acara penanaman satu miliar pohon di sekitar area makolatgab. (Din/OL-3)
MEDIA INDONESIA
12 Agustus 2010, Jakarta - Ketua Komisi Pertahanan DPR, Kemal Azis Stamboel mengatakan jika memang ada persyaratan yang diajukan dalam kerjasama militer antara Amerika dan Indonesia, pemerintah disarankan untuk menolaknya. "Jika mendikte, bilang saja No," ujarnya kepada TEMPO, Kamis (12/8).
Menurut Kemal, saat Menteri Pertahanan Amerika, Robert Gates, berkunjung ke Indonesia, 22 Juli lalu, menyebutkan, bahwa tidak ada syarat apapun dalam kerjasama ini. Tapi, Robert menjelaskan, adanya perbedaan sikap antara pemerintahan Amerika dengan Kongres Amerika soal Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Kopassus, kata dia, masih dipertanyakan soal pelanggaran Hak Asasi Manusia yang pernah didugakan kepada kesatuan itu. "Kongres masih menilai negatif pasukan elit kita," ujarnya. Namun, kata Kemal, menteri pertahanan AS akan menyelesaikan hal itu di internal Amerika.
Seperti diketahui, hubungan kerjasama militer antara dua pasukan elit Amerika Serikat dengan Indonesia kembali terjalin. Namun langkah itu akan mengalami hambatan karena unit Kopassus di masa lalu dinilai AS terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia, termasuk di Timor Timur. Beberapa orang di Kongres AS telah menentang untuk merangkul Kopassus terkait masa lalunya itu.
Amerika Serikat memutus hubungan kerjasama dengan Kopassus pada tahun 1998. Itu diputuskan berdasarkan hukum AS yang melarang kerja sama dengan tentara asing yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia. Kopassus oleh AS dituduh melakukan pelanggaran di Timor Timur dan Aceh pada masa Presiden Soeharto tahun 1990-an.
Kemal mengatakan kerjasama militer akan berbentuk banyak paket pelatihan yang akan diikuti oleh kedua pasukan elit. "Tinggal tunggu waktunya," ujarnya.
Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Samsoeddin menegaskan, pihaknya tidak mau didikte oleh pihak manapun yang ingin menjalin kerja sama militer dengan Indonesia. Dalam kerja sama itu tidak ada persyaratan apapun yang diminta pemerintah Amerika, "Termasuk soal kopassus," ujarnya.
TEMPO Interaktif
Pernyataan itu disampaikan Ahmed Abul-Gheit dalam percakapan telepon dengan Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri. Sebelumnya pada hari itu, pasukan Israel dan tentara Lebanon terlibat kontak senjata di Lebanon Selatan, yang menewaskan sedikitnya tiga tentara Lebanon dan seorang wartawan Libanon. Departemen Luar Negeri Mesir telah menghubungi Amerika Serikat, Perancis dan PBB pada hari sama guna menyerukan agar segera melakukan intervensi dan memaksa penghentian agresi Israel di Lebanon.
Mesir juga menyerukan kepada semua pihak untuk mengambil langkah untuk menekan Israel. Abul-Gheit menegaskan bahwa Mesir sama sekali menolak segala bentuk pelanggaran kedaulatan yang dilakukan Israel terhadap Lebanon dan mengutuk Israel atas pelanggaran terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701.
Israel melanjutkan menebang pepohonan
Sehari pascabentrok dengan pasukan Lebanon, tentara Israel, Rabu (4/8), terus melakukan penebangan pohon. Dengan menggunakan sejumlah alat berat, mereka merobohkan pepohonan hingga mencapai perbatasan rawan konflik di Desa Adeisseh.
Sementara pasukan Lebanon berjaga-jaga dan mengawasi gerak gerik Israel dari tepi ruas jalan. Operasi serupa sebelumnya dilakukan Selasa lalu yang berujung pada kontak senjata yang menyebabkan tiga tentara dan seorang jurnalis tewas.
Kedua belah pihak saling menyalahkan telah memulai penembakan. Saat itu tentara Lebanon melepaskan tembakan ke arah tentara Israel yang tengah menebang pohon dan melintasi garis perbatasan.(Xinhua/AYB/Ars)
Sbr : Liputan6
Minggu, 08 Agustus 2010
"Kalau memang membutuhkan itu (sniper) akan digelar," kata Panglima TNI Jenderal Joko Santoso seusai meresmikan Monumen Mayor Achmadi di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (7/8).
Tapi bagaimana sistem pengamanan yang akan diberlakukan nantinya, Joko mengatakan dirinya tidak bisa menjelaskan lebih jauh. Karena pergelaran keamanan itu merupakan suatu rahasia sehingga tidak mungkin untuk disampaikan secara terbuka kepada publik.
Namun yang jelas, kata Joko, ancaman aksi terorisme itu sudah diantisipasi sejak dini oleh TNI bersama kepolisian. Mereka sudah menyiapkan sistem keamanan semaksimal mungkin. (FR/OL-04/Ars)
Sbr : MediaIndonesia
05 Agustus 2010, Jakarta -- Kementerian Pertahanan (Kemhan) melalui Direktorat Jenderal Sarana Pertahanan (Ditjen Ranahan) Kemhan yang diwakili oleh PLT Dirjen Ranahan Laksma TNI Susilo melakukan penyerahan secara simbolis Digital Radio Trunking System EADS Tetra dari Kemhan kepada Mabes TNI selaku pengguna, Rabu (4/8), di gedung Ditjen Ranahan Kemhan, Jakarta. Dalam acara serah terima dan penandatanganan settlement agreement tersebut, pihak Mabes TNI diwakili oleh Waas Komlek Panglima TNI Brigjen TNI Supriyadi dan pihak EADS Perancis (European Aeronautic Defence and Space Company) diwakili oleh Head of Representative Laurent Godin.
Dalam sambutannya PLT Dirjen Ranahan menyampaikan harapannya agar Digital Radio Trunking System dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesiapan operasional sistem pengamanan garnisun ibukota maupun untuk mendukung kegiatan dan tugas-tugas operasional Mabes TNI lainnya.
Selaku wakil dari Kemhan, PLT Dirjen Ranahan menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan dan rekomendasinya dalam pelaksanaan instalasi, pelatihan, commisioning, dan uji fungsi dari Digital Radio Trunking System EADS Tetra.
Dalam kesempatan yang sama Waas Komlek Panglima TNI saat membacakan amanat Askomlek Panglima TNI menyampaikan bahwa pelaksanaan pembangunan Digital Tetra EADS didukung oleh peralatan modern yang ditempatkan di lima lokasi, telah berfungsi dengan baik serta siap operasional untuk digunakan oleh TNI khususnya Kodam Jaya dan jajarannya dalam rangka untuk mendukung pengamanan ibukota Jakarta.
Satu hal yang patut menjadi perhatian adalah masih rendahnya kesiapan dan penguasaan prosedur operasional Tetra EADS oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan mengawaki peralatan tersebut. Mengingat peralatan tersebut tergolong canggih dalam pengoperasionalannya, serta komplesitas keseluruhan fitur-fitur yang ada didalamnya, maka diharapkan agar rencana penataan ulang oleh pihak EADS terhadap operator Satkomlek TNI, Hubdam Jaya, Hubrem dan Kodim tentang penggunaan sistem komunikasi data dapat dilaksanakan secepat mungkin. Sehingga penggunaan peralatan trunking EADS dan Network Management System oleh Kodam Jaya beserta jajarannya dapat berjalan dengan optimal.
Sekilas Mengenai Teknologi Tetra
Aplikasi monitoring pergerakan pasukan sistem komunikasi digital tetra merupakan salah satu aplikasi pada Sistem Komunikasi Digital Tetra yang merupakan teknologi komunikasi digital termodern saat ini yang akan segera digunakan oleh TNI. Aplikasi Monitoring Pergerakan Pasukan menggunakan fitur GPS yang ada pada terminal Tetra baik Handled Radio maupun Mobile Radio.
Aplikasi ini sangat membantu komando di pusat kendali (Command Control) melakukan pengendalian pasukan di lapangan pada situasi kerusuhan atau gangguan keamanan lainnya. Setiap Radio Tetra yang digunakan oleh pasukan di lapangan memiliki identitas yang khas (ID) yang kemudian diterjemahkan pada digital map yang ada di komando dengan identitas warna tertentu sesuai fungsinya di lapangan, misalnya: warna hijau untuk pasukan pemukul, warna merah untuk agen penyusup dan warna ungu untuk penembak jitu (sniper).
Aplikasi ini memungkinkan Komandan lapangan untuk melokalisir daerah sasaran (agen penyusup), mengetahui posisi unit penindak dan mengetahui pergerakan pasukan (auto personal tracking).
DMC
berita hankam
SEMARANG - Setelah enam bulan menjalani perbaikan dan perawatan di Lanud Husein Sastranegara Bangdung maka pesawat Hercules C-130 dengan nomor registrasi A-1308 milik Skadron Udara 32 Wing 2 Lanud Abd saleh kembali dapat beroperasi lagi (29/7).
Komandan Lanud Abd Saleh A. Dwi Putranto menerima dan melihat langsung kedatangan pesawat Hercules A-1308 yang dipiloti sendiri oleh Komandan Skadron Udara 32 Letkol Pnb Wayan Superman dan berhenti tepat di lapangan Skadron Udara 32 Wing 2 Lanud Abd Saleh disaksikan para pejabat Lanud beserta Insub.
Selanjutnya Komandan melakukan mengguntingan pita di moncong pesawat sebagai tanda kembalinya pesawat hercules A.1308 ke hanggarnya. Dan sebagai ungkapan rasa syukur Komandan melakukan pemotongan tumpeng dan diberikan kepada anggota Skadron Udara 32.
Usai pemotongan tumpeng, Komandan menjelaskan bahwa Skadron Udara 32, yang salah satunya memiliki tugas dan kewajiban untuk mengoperasikan serta memelihara sampai tingkat sedang pesawat C-130 Hercules dalam mendukung tugas-tugas operasi TNI AU, dituntut pesawat yang ada harus dalam kondisi siap operasional.
Sejarah telah membuktikan bahwa selama ini pesawat Hercules sebagai pendukung operasi telah menunjukkan keberhasilan dalam berbagai operasi. Tidak hanya memberikan kontribusi bagi kepentingan operasi militer namun juga memberi andil pada berbagai operasi kemanusiaan di seluruh wilayah Indonesia, lanjutnya.
Mengingat jam terbang pesawat Hercules begitu besar, maka diperlukan perawatan berkala dan menyeluruh agar pesawat dapat beroperasi maksimal. Diharapkan tidak ada lagi adanya accident dan incident terhadap pesawat Hercules yang ada di Lanud Abd Saleh ini. Dan kepada air crew serta seluruh warga Lanud Abd Saleh untuk senantiasa menjaga dan memelihara pesawat yang ada di Lanud Abd Saleh ini, sehingga apabila sewaktu-waktu mendapat tugas operasi, kita akan selalu siap.
Sumber : DISPENAU
TNI dan Angkatan Tentera Malaysia (ATM), rencananya akan menyelenggarakan Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Malaysia-Indonesia Darat Samudera Angkasa (Latgabma Malindo Darsasa) 7AB/2010. Pada Latgabma tahun ini, TNI dan ATM akan melaksanakan operasi gabungan bersama dalam rangka menanggulangi serangan teroris dan dampak bencana bagi kemanusiaan yang dapat terjadi di wilayah kedua negara.
Latihan ini dilaksanakan berdasarkan hasil keputusan sidang High Level Committe (HLC) ke-3 pada 10 Mei 2007 di Jakarta tentang persetujuan Direktif Malindo Latgabma Darsasa-7AB/2010. Latihan gabungan bersama antara ATM dan TNI pada tahun ini bertujuan untuk melatih Combine Joint Task Forces – Counter Terorism (CJTF-CT) yang dibentuk dalam rangka meningkatkan kerjasama, pengertian dan profesionalisme diantara kedua pasukan ATM dan TNI beserta komponen lainnya.
Perwira Penerangan Latgabma Malindo, Letda Sus Santoso, S.Sos, menjelaskan latihan gabungan bersama Malaysia-Indonesia, menurut rencana dibuka oleh Panglima ATM Jenderal Tan Sri Dato Sri Azizan Arifin bersama dengan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso pada 2 April 2010 di Malaysia. Latihan dan aksi ini akan digelar di tempat-tempat strategis di Malaysia seperti Everly Resort Hotel, Selat Malaka dan Bandara Batu Berendam. (puspen/syamsir)
http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/03/29/pasukan-elit-gultor-beraksi-di-malaysia
KUALA LUMPUR (Pos Kota) – Panglima TNI, Jenderal TNI Djoko Santoso, menghadiri upacara pembukaan Latihan Gabungan Bersama Malaysia-Indonesia Darat Samudera Angkasa (Latgabma Malindo Darsasa) 7 AB/2010 di Malaysia. Latihan ini di buka secara resmi oleh Panglima Angkatan Tentera Malaysia (ATM), Jenderal Tan Sri Dato Sri Azizan Arifin di Everly Resort Hotel Malaka Malaysia, Jumat (2/4).
Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 yang digelar di wilayah Malaka dan sekitarnya, merupakan bentuk antisipasi maupun respon awal sekaligus untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam penanggulangan teroris yang dapat terjadi di wilayah kedua Negara.
Perwira Penerangan Latgabma Malindo, Lettu Sus Santoso, S.Sos, menjelaskan latihan yang melibatkan pasukan khusus dari kedua negara ini melibatkan 1.883 personel dari kedua negara, terdiri dari 457 personel TNI dan 1.426 personel ATM.
Latihan ini meliputi beberapa fase, seperti Force Integration Training (FIT), Geladi Posko (CPX), Geladi Lapang (FTX), dan Post Exercise (PXD). Penyelenggaraan latihan ini adalah hasil keputusan Sidang High Level Committe (HLC) ke-3, pada 10 Mei 2007 di Jakarta tentang persetujuan Direktif Latgabma Malindo Darsasa-7AB/2010.
Selain itu, Latgabma Malindo Darsasa-7AB/2010 juga bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kesiapan kedua Angkatan Bersenjata dari kedua negara untuk melaksanakan kerja sama dalam operasi penanggulangan terorisme (gultor), sekaligus menguji Protap Malindo 16 dan 18 tentang penanggulangan terorisme. Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 rencananya akan ditutup secara resmi oleh Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso pada 8 April 2010, di Hotel Everly Malaka.
Turut hadir dalam upacara pembukaan Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 yaitu Irjen TNI, Letjen TNI Liliek AS Sumaryo, Koorsahli Panglima TNI, Mayjen TNI Sularso, Asrenum Panglima TNI – Marsda TNI Amirullah Amin, Asintel Panglima TNI, Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary, Asops Panglima TNI, Mayjen TNI Supiadin AS, Wakapuspen TNI, Brigjen TNI Setyo Sularso dan beberapa perwira tinggi dari Mabes TNI dan masing-masing Angkatan. (puspen/syamsir)
http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/04/02/pasukan-elit-operasi-gultor
AS Bantu Perlengkapan Radar RI
Batam (ANTARA News) - Pemerintah Amerika Serikat (AS) memberikan bantuan perlengkapan alat radar kepada Departemen Pertahanan Republik Indonesia (RI) yang akan digunakan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Batam.
"Bantuan diberikan kepada Dephan, namun nantinya akan dipergunakan oleh Lanal Batam," kata Komandan Gugus Keamanan Laut Armada Barat Laksamana Pertama Ade Supandi di Batam, Senin.
Ia mengatakan, bantuan yang akan diberikan di Markas Komando Lanal Batam, pada Selasa (29/6) itu berupa berupa integrated maritime system.
Sistem yang diberikan pemerintah ASitu, kata dia, terdiri dari beberapa unit, diantaranya radar.
Radar akan dipasang untuk memantau dan mengawal keamanan Selat Malaka, katanya.
"Bantuan akan diterima Irjen Dephan, lalu diserahkan kembali untuk dipergunakan Lanal Batam," katanya menambahkan.
Sumber: ANTARA
Thursday, September 2, 2010
TNI AL Ambil Alih Tugas DKP 2011
03 September 2010, Jakarta -- Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menegaskan, usulan penyerahan tugas pengawasan laut ke TNI AL mulai 2011 merupakan hasil Rapat Kabinet.
"Ya, itu hasil dari Rapat Kabinet, bukan dari saya," kata Fadel kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan, dalam Rapat Kabinet beberapa waktu lalu telah diputuskan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengurus ekonomi dan kesejahteraan rakyat saja.
"Sedangkan tugas keamanan diserahkan kepada TNI AL," ujar Fadel.
Tugas pengawasan yang bertahap diserahkan kepada TNI AL tersebut termasuk penegakan hukum seperti penanganan "illegal fishing".
Pengalihan tugas pengawasan tersebut akan dikoordinasikan dengan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan. Begitu pula pengalihan kapal-kapal pengawas yang dimiliki Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sebelumnya Sekjen Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Riza Damanik menyatakan, penyerahan tugas pengawasan laut ke TNI AL merupakan keputusan Fadel.
Terdapat masa transisi selama dua tahun sebelum akhirnya tugas pengawasan tersebut diserahkan sepenuhnya ke TNI AL.
Tudingan tersebut berdasar pada pengurangan porsi anggaran pengawasan di Kementeriannya. Padahal, menurut Riza, peran TNI AL berbeda dengan peran pengawas kelautan dan perikanan.
Sesuai dengan Undang-undang (UU) 34 Tahun 2004 tentang TNI bahwa peran untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI merupakan milik TNI. Sedangkan dalam UU 45 Tahun 2009 tentang Perikanan peran pengawasan perikanan di serahkan pada Kementerian Kelautan dan Perikanan.
ANTARA News
Wednesday, September 1, 2010
Deklarasi Pembuatan Kapal Selam Akan Dilakukan Tahun Ini
Deklarasi pembuatan kapal selam dapat diartikan sebagai pengumuman pemenang tender pengadaan kapal selam yang mensyaratkan transfer of technology (photo : naval.com)
Indonesia Segera Bikin Kapal Selam Tempur
JAKARTA, — Guna memperkuat armada tempur untuk menjaga kedaulatan NKRI serta menjaga perbatasan RI dengan negara lain, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menyatakan segera membuat kapal selam tempur. Kapal selam tempur tersebut akan menjadi yang pertama kali dibuat di Indonesia.
Setelah berhasil membuat kapal perang terbesar se-Asia Tenggara dengan dilengkapi peralatan tempur canggih, kini Kementerian Pertahanan mulai serius mempersiapkan rencana pembuatan kapal selam yang merupakan alat tempur bawah laut tersebut. Bahkan, Purnomo menjadwalkan kapal tempur dasar laut tersebut akan rampung pada tahun ini.
"Pada tahun ini kami akan deklarasikan untuk membangun kapal selam di Indonesia. Kami akan bekerja keras mewujudkannya. Saya, Wakil Menhan, segenap Sekjen, dan Dirjen di lingkup Kemenhan saat ini sedang mencari satu program, satu master plan bagaimana kami bisa membangun kapal selam di Indonesia," ujar Purnomo saat memberikan sambutannya dalam acara buka puasa bersama di kantor Kemenhan, Selasa (31/8/2010).
Purnomo juga menjelaskan, hingga saat ini produk-produk hasil industri pertahanan dalam negeri yang terus dikembangkan sudah mendapat respons positif dunia internasional. Karena selain untuk memenuhi kuota persediaan peralatan tempur dalam negeri, peralatan serta kendaraan tempur yang diproduksi nasional juga dipasarkan ke negara lain.
Beberapa produk seperti helikopter, pesawat tempur, hingga kapal tempur teknologi canggih serta persenjataan lainnya juga kerap mendapat pujian dari negara-negara lain. "Beberapa hasil industri pertahanan hingga saat ini memang terus kami pasarkan ke luar negeri," ujar Menhan.
(TribunNews)
Tuesday, August 31, 2010
Bikin Kapal Selam, PAL Incar Jerman dan Korea
PT PAL Indonesia tengah mengincar teknologi dua negara, Jerman dan Korea Selatan, untuk digandeng membuat kapal selam di Indonesia.
Direktur Jenderal Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Gunadi menjelaskan, produsen kapal PT PAL masih terkendala teknologi untuk memproduksi sendiri kapal selam di galangannya.
"Sebetulnya PT PAL bisa buat sendiri tapi terkendala teknologi dan peralatan sehingga tidak mau gambling di tingkat safety pengguna," kata Gunadi kepada VIVAnews di Jakarta, 9 Februari 2010.
Selain berencana membuat kapal selam dan telah berhasil membuat kapal perang FPG-57, PT PAL juga tengah mempersiapkan untuk membuat kapal perang jenis Perusak Kawal Rudal (PKR). PT PAL yakin bisa membuat kapal perang bersenjatakan peluru kendali tersebut dalam waktu 4 tahun. Harga satu kapal PKR mencapai 170 juta euro.
Gunadi menjelaskan, industri strategis di Indonesia telah mampu memasok alutsista dengan teknologi menengah. Dia mencontohkan, PT Dirgantara Indonesia yang sudah bisa memproduksi pesawat MPA dan telah diekspor ke Eropa. "Kemampuan kita sudah cukup memadai untuk teknologi menengah, tapi untuk teknologi tingkat tinggi memang harus pelan-pelan," ujarnya.
Untuk peralatan dengan teknologi tinggi, kata dia, jika tidak diproduksi dalam jumlah banyak (massal), malah "jatuhnya" akan mahal. Seperti pembuatan pesawat jet tempur, akhirnya bermitra dengan Korea Selatan untuk menekan biaya produksi. "Itupun baru bisa dipakai pada 2020," ujarnya.
Meski Indonesia masih cukup tersengal-sengal mengembangkan industri strategis berteknologi maju, namun industri pendukung pertahanan seperti pabrik amonium nitrat di Kalimantan Timur akan terus dikembangkan. Pabrik amonium nitrat akan dikembangkan untuk bahan baku peledak.
Sementara di industri pengapalan, kata Gunadi, telah dikembangkan produksi kapal-kapal cepat berbahan komposit di banyuwangi dan kapal patroli cepat berbahan alumunium di Batam. (source Vivanews)
Menhan: Kapal Selam Buatan Indonesia Dideklarasikan Tahun Ini
illusrasi
JAKARTA, KOMPAS.com — Guna memperkuat armada tempur untuk menjaga kedaulatan NKRI serta menjaga perbatasan RI dengan negara lain, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menyatakan segera membuat kapal selam tempur. Kapal selam tempur tersebut akan menjadi yang pertama kali dibuat di Indonesia.
Setelah berhasil membuat kapal perang terbesar se-Asia Tenggara dengan dilengkapi peralatan tempur canggih, kini Kementerian Pertahanan mulai serius mempersiapkan rencana pembuatan kapal selam yang merupakan alat tempur bawah laut tersebut. Bahkan, Purnomo menjadwalkan kapal tempur dasar laut tersebut akan rampung pada tahun ini.
"Pada tahun ini kami akan deklarasikan untuk membangun kapal selam di Indonesia. Kami akan bekerja keras mewujudkannya. Saya, Wakil Menhan, segenap Sekjen, dan Dirjen di lingkup Kemenhan saat ini sedang mencari satu program, satu master plan bagaimana kami bisa membangun kapal selam di Indonesia," ujar Purnomo saat memberikan sambutannya dalam acara buka puasa bersama di kantor Kemenhan, Selasa (31/8/2010).
Purnomo juga menjelaskan, hingga saat ini produk-produk hasil industri pertahanan dalam negeri yang terus dikembangkan sudah mendapat respons positif dunia internasional. Karena selain untuk memenuhi kuota persediaan peralatan tempur dalam negeri, peralatan serta kendaraan tempur yang diproduksi nasional juga dipasarkan ke negara lain.
Beberapa produk seperti helikopter, pesawat tempur, hingga kapal tempur teknologi canggih serta persenjataan lainnya juga kerap mendapat pujian dari negara-negara lain. "Beberapa hasil industri pertahanan hingga saat ini memang terus kami pasarkan ke luar negeri," ujar Menhan.
Sumber: KOMPAS
Sunday, August 29, 2010
India Tawari Indonesia Rudal Jelajah
Spek: Pengetahuan Rudal
BrahMos tampil di Naval Defence 2009 di Surabaya secara penuh. Menampilkan rancangan rudal BrahMos dipasang di kapal perang Indonesia. Tidak terlihat pejabat TNI AL berkunjung ke booth BrahMos saat admin berada di pameran. (Foto: @beritahankam)
17 Februari 2010, New Delhi -- Rudal jelajah supersonik produksi bersama India-Rusia telah ditawarkan ke sedikitnya empat negara, termasuk Indonesia. Demikian, ungkap seorang pejabat senior India, Selasa.
BrahMos Aerospace, perusahaan patungan India-Rusia, membutuhkan persetujuan kedua pemerintah untuk mengekspor senjata yang diklaim produsennya sebagai rudal jelajah tercepat di dunia itu.Rudal tersebut dijual dengan harga tiga juta dolar AS.
"Kami sedang dalam proses untuk mendapatkan izin (bagi penjualan) itu," kata pejabat eksekutif BrahMos Aerospace, A. Sivathanu Pillai, di sela pameran senjata di New Delhi.
Seorang eksekutif senior BrahMos mengatakan kepada AFP bahwa pembicaraan serius tentang penjualan versi rudal maritim telah berlangsung dengan Afrika Selatan, Brazil dan Chile.
Negara lain yang ditawari BrahMos adalah Indonesia. Negara ini ditawari rudal-rudal darat produksi BrahMos.
Direktur Pemasaran BrahMos, Praveen Pathak, mengatakan, pihaknya sepakat untuk tidak menjual rudal-rudal produk mereka ke negara-negara yang tidak bersahabat.
Rudal produksi India-Rusia itu dapat terbang dengan kecepatan satu kilometer per detik. BrahMos yakin bahwa dalam 10-15 tahun ke depan para produsen rudal jelajah Amerika maupun Prancis tidak dapat menyainginya karena perusahaan itu tidak hanya mampu meraih pertumbuhan tercepat tetapi juga biaya produksinya paling efisien, kata Pillai.
Rudal BrahMos membawa hulu ledak konvensional seberat 200 kilogram dengan jangkauan tembak 280 kilometer. Para pakar India dan Rusia memulai kerja sama mereka dalam pembuatan rudal ini pada 2001.
Rudal yang namanya merupakan perpaduan antara Brahmaputra India dan Moscova Rusia itu telah masuk jajaran alat utama sistim senjata militer India pada 2007.
KOMPAS.com
17 Februari 2010, New Delhi -- Rudal jelajah supersonik produksi bersama India-Rusia telah ditawarkan ke sedikitnya empat negara, termasuk Indonesia. Demikian, ungkap seorang pejabat senior India, Selasa.
BrahMos Aerospace, perusahaan patungan India-Rusia, membutuhkan persetujuan kedua pemerintah untuk mengekspor senjata yang diklaim produsennya sebagai rudal jelajah tercepat di dunia itu.Rudal tersebut dijual dengan harga tiga juta dolar AS.
"Kami sedang dalam proses untuk mendapatkan izin (bagi penjualan) itu," kata pejabat eksekutif BrahMos Aerospace, A. Sivathanu Pillai, di sela pameran senjata di New Delhi.
Seorang eksekutif senior BrahMos mengatakan kepada AFP bahwa pembicaraan serius tentang penjualan versi rudal maritim telah berlangsung dengan Afrika Selatan, Brazil dan Chile.
Negara lain yang ditawari BrahMos adalah Indonesia. Negara ini ditawari rudal-rudal darat produksi BrahMos.
Direktur Pemasaran BrahMos, Praveen Pathak, mengatakan, pihaknya sepakat untuk tidak menjual rudal-rudal produk mereka ke negara-negara yang tidak bersahabat.
Rudal produksi India-Rusia itu dapat terbang dengan kecepatan satu kilometer per detik. BrahMos yakin bahwa dalam 10-15 tahun ke depan para produsen rudal jelajah Amerika maupun Prancis tidak dapat menyainginya karena perusahaan itu tidak hanya mampu meraih pertumbuhan tercepat tetapi juga biaya produksinya paling efisien, kata Pillai.
Rudal BrahMos membawa hulu ledak konvensional seberat 200 kilogram dengan jangkauan tembak 280 kilometer. Para pakar India dan Rusia memulai kerja sama mereka dalam pembuatan rudal ini pada 2001.
Rudal yang namanya merupakan perpaduan antara Brahmaputra India dan Moscova Rusia itu telah masuk jajaran alat utama sistim senjata militer India pada 2007.
KOMPAS.com
Rudal Yakhont Dipasang di KRI Oswald Siahaan-354
spek: Pengetahuan Rudal
KRI Karel Satsuitubun-356 sekelas dengan KRI Oswald Siahaan-354.
18 Februari 2010 -- Pembelian rudal Yakhont dan suku cadang Sukhoi senilai Rp 540 miliar pada tahun 2005. Sempat dipermasalahkan oleh DPR masa bakti 2004 - 2009, dianggap menyalahi aturan Kepmen No. 01 tahun 2005. DPR juga mempermasalahkan pembelian langsung dilakukan oleh TNI AU dan TNI AL tanpa melalui Dephan. Beruntunglah proses pembelian tetap berjalan tidak terhambat oleh birokrasi.
Saat ini, Divisi Kapal Perang PT. PAL Indonesia sedang memasang instalasi rudal Yakhont di fregat kelas Van Speijk KRI Oswald Siahaan-354. Menurut Kepala Proyek Pemasangan Rudal Yakhont Sutrisno, rudal Yakhont yang dibeli berjumlah empat buah, baru tiba di galangan kapal PT. PAL Indonesia bulan April. Pemasangan instalasi rudal sudah berlangsung tiga minggu dan diharapkan rampung Juni.
Sistim Sewaco fregat kelas Van Speijk/Ahmad Yani telah dimodernisasi oleh Thales.
Simulasi modernisasi Sewaco fregat kelas Van Speijk/Ahmad Yani ditampilkan Thales di Pameran Naval Defence di Surabaya tahun lalu. (Foto: @beritahankam)
Rudal SS-N-26 Yakhont buatan Rusia mampu melesat dengan kecepatan 2,5 Mach hingga maksimal jarak 300 km dan minimal 50 km. Yakhont mempunyai dimensi panjang 8,9 meter dan diameter 0,7 meter.
TNI AL membeli enam fregat kelas Van Speijk/Ahmad Yani dari Belanda, fregat dibuat pada era tahun 1960-an. KRI Ahmad Yani-351 (eks HrMs Tjerk Hiddens F804) dan KRI Slamet Riyadi-352 (eks HrMs Van Speijk F802) dioperasikan TNI AL sejak 1986, kemudian KRI Yos Sudarso-353 (eks HrMs Van Galen F803) 1987, KRI Oswald Siahaan-354 (eks HrMsVan Nes F805) 1988, KRI Abdul Halim Perdanakusumah-355 (eks HrMs Evertsen F815) 1989 dan terakhir KRI Karel Satsuitubun-356 (eks HrMs Isaac Sweers F814) 1990.
TEMPO Interaktif/@beritahankam
18 Februari 2010 -- Pembelian rudal Yakhont dan suku cadang Sukhoi senilai Rp 540 miliar pada tahun 2005. Sempat dipermasalahkan oleh DPR masa bakti 2004 - 2009, dianggap menyalahi aturan Kepmen No. 01 tahun 2005. DPR juga mempermasalahkan pembelian langsung dilakukan oleh TNI AU dan TNI AL tanpa melalui Dephan. Beruntunglah proses pembelian tetap berjalan tidak terhambat oleh birokrasi.
Saat ini, Divisi Kapal Perang PT. PAL Indonesia sedang memasang instalasi rudal Yakhont di fregat kelas Van Speijk KRI Oswald Siahaan-354. Menurut Kepala Proyek Pemasangan Rudal Yakhont Sutrisno, rudal Yakhont yang dibeli berjumlah empat buah, baru tiba di galangan kapal PT. PAL Indonesia bulan April. Pemasangan instalasi rudal sudah berlangsung tiga minggu dan diharapkan rampung Juni.
Sistim Sewaco fregat kelas Van Speijk/Ahmad Yani telah dimodernisasi oleh Thales.
Simulasi modernisasi Sewaco fregat kelas Van Speijk/Ahmad Yani ditampilkan Thales di Pameran Naval Defence di Surabaya tahun lalu. (Foto: @beritahankam)
Rudal SS-N-26 Yakhont buatan Rusia mampu melesat dengan kecepatan 2,5 Mach hingga maksimal jarak 300 km dan minimal 50 km. Yakhont mempunyai dimensi panjang 8,9 meter dan diameter 0,7 meter.
TNI AL membeli enam fregat kelas Van Speijk/Ahmad Yani dari Belanda, fregat dibuat pada era tahun 1960-an. KRI Ahmad Yani-351 (eks HrMs Tjerk Hiddens F804) dan KRI Slamet Riyadi-352 (eks HrMs Van Speijk F802) dioperasikan TNI AL sejak 1986, kemudian KRI Yos Sudarso-353 (eks HrMs Van Galen F803) 1987, KRI Oswald Siahaan-354 (eks HrMsVan Nes F805) 1988, KRI Abdul Halim Perdanakusumah-355 (eks HrMs Evertsen F815) 1989 dan terakhir KRI Karel Satsuitubun-356 (eks HrMs Isaac Sweers F814) 1990.
TEMPO Interaktif/@beritahankam
Thursday, August 26, 2010
Kasal : Kapal Selam Akan Ditambah
26 Agustus 2010, Cilegon -- Armada kapal selama yang dimiliki oleh Indonesia yang hanya dua buah, dianggap kurang baik untuk melakukan patroli laut, dan rencananya dalam waktu dekat ini akan dilakukan penambahan.
"Kami akan menambah armada kapal selam, yang selama ini melakukan pengamanan ditertirorial wilayah perairan Indonesia," kata Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Agus Suhartono, usai menerima Brevet Hiu Kencana yang dilakukan oleh Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim, Kolonel Laut (P) Muhammad Ali, Kamis.
Di Tempat terpisah, Kepala Dispenal, Laksamana Pertama TNI, Herry Setianegara menjelaskan, kapal selam merupakan senjata berdaya tangkal tinggi, karena karakternya yang sulit dideteksi dam mampu membawa berbagai jenis senjata, seperti torpedo, ranjau maupun peluru kendali.
"Bagi Indonesia , memiliki dan mengoperasikan kapal selam akan memperkuat daya dan kekuatan tangkal," kata Herry menjelaskan.
Sejarah peperangan laut katanya, membuktikan bahwa hanya kapal selam yang mampu masuk dan menembus jantung pertahanan lawan, selain itu, kapal selam dapat menghancurkan sebuah armada tempur. "Kapal selam juga dapat menjadi center of gravity Angkatan laut," imbuhnya.
Melihat dari fungsi dan kegunaan itu masih menurut Herry dimana dengan memiliki kapal selam semakin menguatkan pemikiran bahwasanya kapal selam merupakan senjata yang bernilai strategik bagi TNI AL.
"Memiliki kapal selam baik dalam jumlah yang cukup maupun kemampuan tempur yang handal merupakan keniscayaan dalam mewujudkan TNI AL yang kuat dan dicintai rakyat,." jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, selain Kasal, Laksamana TNI Agus Suhartono yang menerima Brevet Hiu Kencana, Kepala Staf Angkatan Darat Jendral TNI George Toisutta, dan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat juga menerima penghargaan yang merupakan kehormatan kapal selam TNI AL.
Penyematan brevet itu sendiri dilaksanakan di dalam kapal selam KRI Cakra-401 yang menyelam pada kedalaman sekitar 15 meter dibawah permukaan laut di perairan Selat Sunda, sekitar pukul 14.00 WIB.
ANTARA News
Tiga Kepala Staf TNI Menerima Brevet Hiu Kencana
Penyematan brevet tersebut dilaksanakan di dalam kapal selam KRI Cakra-401 yang menyelam di kedalaman sekitar 15 meter di bawah permukaan laut di perairan Selat Sunda oleh Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim Kolonel Laut (P) Muhammad Ali, Kamis (26/8) sekitar pukul 14.00 WIB.
Penyematan brevet Hiu Kencana dimaksudkan sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada ketiga Kepala Staf Angkatan yang selama ini telah membina dan menjalin hubungan baik dengan TNI Angkatan Laut.
Brevet Hiu Kencana bukan sekedar brevet yang melekat di dada kanan setiap prajurit TNI AL pengawak kapal selam, melainkan kebanggaan dan semangat juang pantang menyerah serta dedikasi untuk selalu mengabdi kepada Negara. Brevet Hiu Kencana juga diberikan kepada orang-orang terpilih untuk diangkat sebagai warga Kehormatan Kapal Selam berdasarkan atas jasa-jasanya yang telah mendukung terhadap pembinaan kapal selam sebagai salah satu senjata strategis Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT).
Warga Kehormatan Kapal Selam hingga saat ini telah mencapai sebanyak 113, pejabat pertama yang disematkan brevet Hiu Kencana adalah Jenderal Besar TNI (Purn) AH Nasution yang disematkan pada tanggal 21 Desember 1959 di Teluk Jakarta dengan kapal selam KRI Nanggala-402.
Sumber : DISPENAL
Korvet Kelas Sigma V Segera Perkuat TNI AL
Korvet kelas Sigma V 105m
PALU - Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso mengatakan realisasi pembuatan kapal Korvet kelas Sigma V bekerja sama dengan PT PAL akan dipercepat untuk memperkuat sistem pertahanan matra laut.
"Saat ini dalam proses penyelesaian, Insya Allah dalam waktu dekat sudah dapat dioperasikan," kata Panglima Djoko Santoso kepada wartawan di Palu, Jumat malam, usai buka puasa bersama dengan jajaran Pemerintah Provinsi Sulteng dan petinggi TNI setempat.
Panglima mengatakan ketegangan di perairan Indonesia dengan Malaysia belum lama ini, menjadi salah satu alasan utama mempercepat realisasi proyek pembuatan kapal tersebut.
Ia berharap dengan bertambahnya armada penjaga perbatasan khususnya di kawasan perairan, akan menambah semangat anggotanya dalam menjalankan tugas dan menjadi filter Indonesia.
Menurut dia, dalam penyelesaian kasus sengketa yang tejadi di Selat Malaka, sudah ada kerja sama pertahanan antara Indonesia, Malaysia dan Singapura yang akan menyelesaikan setiap masalah melalui dialog. "Masalah akan diselesaikan melalui dialog," katanya.
TNI AL Tidak Tambah Jumlah Kapal Patroli Diperbatasan
Sementara itu Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan TNI AL tidak akan menambah jumlah armada kapal patroli di kawasan perbatasan Indonesia - Malaysia.
"Saat ini di Selat Malaka sudah ada tujuh kapal dan di Selat Singapura ada empat kapal yang dioperasikan setiap hari. Dan saya kira jumlahnya sudah cukup," katanya usai melakukan peletakan batu pertama perumahan nondinas TNI AL `Griya Bahari Indah` di desa Pademonegoro, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, Sabtu.
Menurut dia, kedua negara perlu mempelajari bersama atau duduk dalam satu meja terkait penentuan batasan wilayah terutama di laut tersebut.
Hingga saat ini belum ada kesepahaman antara dua negara sehingga menyebabkan terjadinya beberapa kali kejadian yang menyebabkan hubungan kedua negara memanas.
Apalagi kejadian penangkapan tujuh nelayan Malaysia oleh kapal patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di perairan Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau pada Minggu lalu (8/8) merupakan wilayah yang belum ada keputusan bersama antardua negara.
Akibatnya, tiga anggota KKP yang mengamankan tujuh nelayan Malaysia justru ditangkap oleh Polisi Malaysia.
Di Sidoarjo, KSAL meresmikan pembangunan 697 unit rumah nondinas TNI AL di Desa Pademonegoro, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, Jatim.
Sumber : ANTARA
TNI AL Perketat Patroli Perbatasan
26 Agustus 2010, Jakarta -- Aparat TNI AL meningkatkan frekuensi patroli di perbatasan Indonesia - Malaysia. Korps baju putih tak ingin insiden tiga petugas DKP dengan aparat Malaysia terulang kembali. "Jumlah kapal tidak ditambah hanya intensitasnya patrolinya lebih sering," ujar Kadispenal Laksamana Herry Satrianegara kemarin. Saat ini di Selat Malaka sudah ada tujuh kapal dan di Selat Singapura ada empat kapal yang dioperasikan setiap hari.
Mantan Komandan KRI Teluk ratai itu menjelaskan, dalam melakukan pengamanan laut, TNI AL selalu berkoordinasi dengan petugas lain seperti DKP. "Kita saling mendukung," katanya.
Dalam seminar di LIPI kemarin (25/8) Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengakui pertahanan laut di perbatasan masih belum idela. Salah satu penyebabnya adalah luas wilayah dan armada yang terbatas. "Memang harus dilihat secara realistis. Perbatasannya luas sekali, dan kita harus patroli terus. Jadi, apa mungkin tiap hari berada di titik yang sama," kata Purnomo.
Mantan Menteri ESDM itu menyebut, tidak setiap pulau terluar wilayah RI dijaga oleh aparat keamanan Terutama pulau-pulau yang memang tidak dapat dihuni. "Fungsinya sebagai titk garis batas laut," katanya.
Menhan menjelaskan ada enam instansi yang terlibat dalam pengamanan laut perbatasan. Selain Polri dan TNI AL, juga ada Bea dan Cukai, Kementerian Kelautan Perikanan dan Kementerian Perhubungan. Meski terkesan tidak efisien dan tumpang tindih, Poernomo membantah bahwa di antara mereka tidak ada koordinasi sehingga menyebabkan insiden pelanggaran garis batas laut bisa terjadi. "Kita tetap ada koordinasi," katanya.
JPNN
KSAL: Belum Perlu Gelar Pasukan
26 Agustus 2010, Jakarta -- Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono menyatakan, keberadaan kapal-kapal patroli TNI Angkatan Laut di beberapa titik perbatasan maritim Indonesia dengan negara tetangga, masih dalam kapasitas cukup dan efektif.
Oleh karena itu, gelar pasukan untuk mengantisipasi pelanggaran perbatasan yang dilakukan Malaysia belum perlu dilakukan.
"Keberadaan personil dan kapal-kapal patroli masih cukup. Tak perlu ada penambahan dan gelar pasukan," ujar KSAL kepada Suara Karya di sela-sela peresmian Komite Olah Raga Militer Indonesia di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Rabu (25/8).
Maritim Indonesia berbatasan langsung dengan Malaysia, India, Australia, Singapura, Vietnam, Filipina, Papua Nugini, Palau (berbatasan Ambon), Thailand dan Timor Leste. Sebanyak 16 perbatasan telah diselesasikan Kementerian Luar Negeri RI dengan 10 negara itu, baik bilateral maupun trilateral.
Sementara itu, untuk batas zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia dengan Malaysia masih harus menyelesaikan persoalan perbatasan maritim untuk zona ekonomi eksklusif (ZEE), di antaranya di Selat Malaka, Laut China Selatan, laut wilayah dan landas kontinen di laut Sulawesi yang saat ini sedang menjadi perhatian, perairan utara Pulau Bintan dan Pulau Batam. "Keberadaan kapal-kapal kita di sana masih cukup untuk mengawasi," ujar Agus.
Menurut Agus, batas maritim Indonesia berdasarkan peta Nomor 349/ 2009 tentang Batas Maritim Indonesia. "Tidak ada wilayah abu-abu pada posisi Indonesia. Karena itu, TNI AL tetap berada pada posisi di wilayah maritim Indonesia," ujarnya.
Nelayan WNI ditahan
Sementara itu, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengemukakan bahwa sebenarnya terdapat nelayan asal Indonesia yang masih menjalani penahanan di Malaysia. "Kami mendapat laporan dari keluarga korban bahwa enam nelayan asal Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, ditahan di Penjara Kedah, Malaysia," kata Sekretaris Jenderal Kiara Riza Damanik.
Menurut Riza, nama dari para nelayan tersebut adalah Zulham (40), Mahmud (45), Hamid (45), Ahmad (25), Ismail (42), dan Syahrial (48).
Namun, ia tidak menjelaskan lebih lanjut, mengapa para nelayan itu bisa ditahan di penjara negeri jiran tersebut. Kiara mendesak agar negara melalui instansi yang terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian Luar Negeri segera melakukan pembelaan terhadap para nelayan yang ditahan.
LSM tersebut juga mendesak agar pemerintah memperhatikan masalah kelautan lainnya yang penting seperti tidak tuntasnya pencemaran Laut Timor.
"Hingga kini tidak ada akurasi data dan informasi yang solid seperti nilai kerugian, wilayah dan substansi terdampak, serta jumlah korban langsung atau tidak langsung," katanya.
Pencemaran di Laut Timor terjadi akibat instalasi di kilang minyak Montara meledak pada Agustus 2009, dan meluas hingga ke perairan di sekitar Kabupaten Rote Ndao bahkan hingga Laut Sawu, terutama sekitar Kabupaten Sabu Raijua dan areal pantai selatan Pulau Timor.
Sebelumnya, tiga LSM yaitu Migrant Care, Kontras, dan Infid juga mendesak agar pemerintah harus serius memperjuangkan pembelaan terhadap ratusan WNI yang terancam hukuman mati di Malaysia.
Berbagai LSM itu menghendaki agar pemerintah segera melakukan diplomasi HAM ke Malaysia karena Indonesia memiliki kewajiban penghormatan HAM bagi setiap orang sebagaimana yang sudah dijamin di dalam konstitusi.
Selain itu, terkait dengan dua vonis hukuman mati terhadap dua WNI yang berinisial BS dan TI, pemerintah Indonesia juga didesak untuk segera melakukan diplomasi politik ke pemerintah Malaysia.
Suara Karya
RI Rancang Kapal Selam
26 Agustus 2010, Jakarta -- Setelah merasa mapan dalam industri pertahanan untuk matra darat, Indonesia pun merancang industri pertahanan bagi matra laut. Meski belum resmi diluncurkan, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan, Indonesia akan membangun kapal selam sendiri. Terlebih setelah PT PAL Surabaya mengembangkan kapal perang jenis fregat kelas La Fayette.
”Kami sebenarnya cukup bisa membangun sendiri industri pertahanan untuk Angkatan Laut. Sekarang Indonesia sudah membangun kapal perang modern sejenis fregat kelas La Fayette seperti yang dimiliki Singapura dan akan selesai dalam waktu empat tahun oleh PT PAL,” ujar Purnomo di sela-sela seminar ”Pertahanan Nasional Indonesia dalam Perspektif Sosial-Budaya” di Gedung Widya Graha LIPI, Jakarta, Rabu (25/8).
Menurut Purnomo, keberhasilan membangun kapal perang modern membuat pemerintah cukup percaya diri memperkuat industri pertahanan untuk Angkatan Laut. ”Saya katakan bisa enggak dalam waktu dekat ini kita membangun kapal selam. Kita, kan, punya dok yang cukup untuk membangunnya di Surabaya,” ujarnya.
Industri pertahanan dalam negeri, lanjut Purnomo, sudah cukup membanggakan, terutama untuk matra darat. Keberhasilan PT Pindad membuat panser dan senapan serbu SS1 dan SS2 merupakan salah satu contoh. Panser buatan Pindad kini sudah diekspor ke negara-negara ASEAN.
Pengamat militer Salim Said mengungkapkan, Indonesia memiliki kemampuan untuk membangun industri Angkatan Laut sendiri. Menurut dia, sebenarnya sudah sejak dulu Indonesia dapat membuat kapal perang, termasuk kapal selam, sendiri.
Salim mengatakan, pembangunan industri pertahanan TNI Angkatan Laut sudah sangat mendesak. Beberapa insiden di perbatasan laut Indonesia-Malaysia harus menjadi pelajaran, betapa mendesaknya Indonesia memperkuat industri pertahanan bagi matra laut.
KOMPAS
Monday, August 23, 2010
Patroli PSDKP Akan Dipersenjatai Senapan Mesin 12,7mm
"Sudah ada persetujuan dari Menteri Pertahanan dan dan Panglima TNI. Senjatanya dipinjamkan dari angkatan laut dan pengoperasiannya di bawah supervisi angkatan laut," kata Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Aji Sularso. Senin (23 /8/2010).
Untuk tahap pertama, 17 senjata berkaliber 12,7 milimeter telah dipasang di atas kapal patroli PSDKP. Satu kapal, satu senjata. Kapal yang dipasang adalah yang panjangnya di atas 28 meter. Namun untuk pengoperasiannya, PSDKP masih harus menunggu proses pelatihan operatornya yang diambil dari petugas pengawas PSDKP. Dalam waktu dekat, akan diselenggarakan seleksi yang dilanjutkan pelatihan operator.
Standard operation prosedure (SOP) penggunaan senjata oleh kapal patroli PSDKP telah disusun oleh TNI AL. Hal itu, termasuk dengan peminjaman senjata sampai dengan supervisi, menurut Aji, sudah di sepakati dalam nota kesepahaman antara TNI Angkatan Laut dan KKP.
Rencana mempersenjatai pengawas di jajaran PSDKP, menurut Aji, sudah direncanakan jauh hari. Insiden di Tanjung Berakit adalah bukti pentingnya perlengkapan senjata dalam patroli PSDKP.
Dalam insiden di Tanjung Berakit, Jumat (13/8), enam petugas PSDKP dari Batam dan Tanjung Balai Karimun menangkap lima kapal nelayan Malaysia yang sedang mencuri ikan di perairan Tanjung Berakit, Kepulauan Riau. Mereka semuanya tidak dipersenjatai.
Saat Polis Diraja Malaysia mengejar dan mendekat, petugas PSDKP terpojok. Meski berani menolak membebaskan tujuh nelayan, mereka tetap saja di bawah tekanan Malaysia yang bersenjata. Akhirnya, seluruh barang bukti, kecuali tujuh nelayan Malayisa, berhasil dibawa kabur Polis Diraja Malaysia. Bahkan tiga pengawai Satker PSDKP Batam ikut dibawa dan ditahan di Johor Bahru, Malaysia.
Kepala Satker PSDKP Batam Yulisbar, menyatakan, sudah saatnya patroli pengawasan dipersenjatai. Keamanan diri pengawas selalu berisiko setiap terjadi p enangkapan kapal asing pencuri ikan.
Sumber : KOMPAS
Kadet AAL Dalami Persenjataan KRI
Tuesday, August 24, 2010
Meriam di KRI Fatahilah. (Foto: Ian Johnson)
23 Agustus 2010, Surabaya -- Sebanyak 77 kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) mendalami materi persenjataan di dalam kapal perang Republik Indonesia (KRI).
"Penggunaan secara teknis persenjataan adalah suatu keharusan profesi," kata Pengawas Latihan AAL Kolonel Laut (P) Prasetyo di Surabaya, Senin.
Sebanyak 77 kadet korps pelaut itu menjalani program latihan itu di Sekolah Artileri (Seart) dan Sekolah Senjata Bawah Air Komando Pengembangan Pendidikan TNI Angkatan Laut (Kobangdikal).
"Latihan itu akan berlangsung selama lima hari terhitung mulai Senin (23/8)," kata Prasetyo yang sehari-hari menjabat Kepala Departemen Pelaut AAL.
Dari Seart dan Kobangdikal, latihan akan dilanjutkan di KRI Sultan Iskandar Muda-367
(kapal sigma) dan KRI Fatahillah-361 (kapal korvet) di Makoarmatim, Ujung, Surabaya.
"Latihan di KRI itu bertujuan untuk memperkenalkan secara riil peralatan persenjataan yang materi sebelumnya didapatkan di dalam kelas," katanya.
Beberapa materi yang diajarkan adalah prinsip-prinsip dan cara kerja serta penggunaan dari beberapa jenis senjata atas air (SAA).
SSA yang dipelajari para kadet, di antaranya meriam 20 mm Oerlikon, meriam 20 mm Rheinmetall, meriam SAK 40 mm Bofor, dan Exocet MM-38.
Di samping pengetahuan jenis amunisi SAA, para kadet itu juga diperkenalkan senjata bawah air (SBA), seperti torpedo tipe A-244-S, MK 44, bom laut, dan roket AKS-ASRL.
"Kegiatan ini juga merupakan suatu kewajiban bagi para calon pengawak kapal perang agar tetap bijak dan mahir dalam mengoperasikan komponen-komponen sistem senjata armada terpadu," katanya.
Sementara itu, Gubernur AAL Laksamana Muda TNI Hari Bowo berharap anak didiknya itu dapat mengikuti program latihan dan praktik persenjatan di KRI itu secara maksimal.
"Di masa mendatang, dibutuhkan figur perwira yang handal dan professional yang diharapkan mampu mengemban tugas yang diberikan oleh bangsa dan negara dengan baik," katanya.
ANTARA Jatim
23 Agustus 2010, Surabaya -- Sebanyak 77 kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) mendalami materi persenjataan di dalam kapal perang Republik Indonesia (KRI).
"Penggunaan secara teknis persenjataan adalah suatu keharusan profesi," kata Pengawas Latihan AAL Kolonel Laut (P) Prasetyo di Surabaya, Senin.
Sebanyak 77 kadet korps pelaut itu menjalani program latihan itu di Sekolah Artileri (Seart) dan Sekolah Senjata Bawah Air Komando Pengembangan Pendidikan TNI Angkatan Laut (Kobangdikal).
"Latihan itu akan berlangsung selama lima hari terhitung mulai Senin (23/8)," kata Prasetyo yang sehari-hari menjabat Kepala Departemen Pelaut AAL.
Dari Seart dan Kobangdikal, latihan akan dilanjutkan di KRI Sultan Iskandar Muda-367
(kapal sigma) dan KRI Fatahillah-361 (kapal korvet) di Makoarmatim, Ujung, Surabaya.
"Latihan di KRI itu bertujuan untuk memperkenalkan secara riil peralatan persenjataan yang materi sebelumnya didapatkan di dalam kelas," katanya.
Beberapa materi yang diajarkan adalah prinsip-prinsip dan cara kerja serta penggunaan dari beberapa jenis senjata atas air (SAA).
SSA yang dipelajari para kadet, di antaranya meriam 20 mm Oerlikon, meriam 20 mm Rheinmetall, meriam SAK 40 mm Bofor, dan Exocet MM-38.
Di samping pengetahuan jenis amunisi SAA, para kadet itu juga diperkenalkan senjata bawah air (SBA), seperti torpedo tipe A-244-S, MK 44, bom laut, dan roket AKS-ASRL.
"Kegiatan ini juga merupakan suatu kewajiban bagi para calon pengawak kapal perang agar tetap bijak dan mahir dalam mengoperasikan komponen-komponen sistem senjata armada terpadu," katanya.
Sementara itu, Gubernur AAL Laksamana Muda TNI Hari Bowo berharap anak didiknya itu dapat mengikuti program latihan dan praktik persenjatan di KRI itu secara maksimal.
"Di masa mendatang, dibutuhkan figur perwira yang handal dan professional yang diharapkan mampu mengemban tugas yang diberikan oleh bangsa dan negara dengan baik," katanya.
ANTARA Jatim
Saturday, August 21, 2010
TNI AL Ujicoba Pelumas Kapal Perang Buatan Dalam Negeri
21 Agustus 2010, Jakarta -- TNI Angkatan Laut telah memiliki beberapa kapal perang baru berteknologi canggih, diantaranya dari jenis korvet kelas Sigma buatan Belanda atau kapal perang kelas KRI Diponegoro-365. Untuk meningkatkan perawatan sejumlah kapal perang tersebut, TNI Angkatan Laut akan melaksanakan uji coba dan penelitian penggantian minyak pelumas pada motor pokok kapal perang yang berteknologi siluman ini dari produksi impor menjadi produk dalam negeri.
Untuk melaksanakan ujicoba dan penelitian minyak pelumas motor pokok kapal perang kelas KRI Diponegoro-365 ini, TNI Angkatan Laut bekerja sama dengan PT. Pertamina (Persero) yang diwujudkan dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama yang ditandatangani Kepala Dinas Material Angkatan Laut (Kadismatal) Laksamana Pertama TNI Ir. Rachmad Lubis dengan Direktur Utama Vice Presiden Unit Pelumas PT. Pertamina (Persero), Supriyanto di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (3/8).
Menurut Kadismatal bahwa lingkup kerja sama dalam Perjanjian Kerja Sama ini mencakup dimensi yang cukup luas, diantaranya adalah uji coba dan penelitian pelumas pokok KRI Kelas Diponegoro milik TNI Angkatan Laut.
TNI Angkatan Laut memahami bahwa emban tugas, baik pada aspek penegakan kedaulatan dan keamanan di laut, maupun dalam menunjang pembangunan nasional senantiasa terkait erat dengan komponen-komponen bangsa yang lain dalam tatanan sistem nasional. Menyadari hal ini, TNI AL berupaya mencari terobosan baru, antara lain mengembangkan pola kerja sama dan koordinasi dengan berbagai komponen bangsa, baik dari institusi pemerintah maupun swasta yang pencapaiannya diarahkan untuk tujuan dan kepentingan nasional secara menyeluruh serta implementasinya dirumuskan dalam batas-batas yang proporsional dan profesional, ujar Laksma TNI Ir. Rachmad Lubis.
“Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah kerja sama dalam pertukaran data dan informasi yang diperlukan kedua belah pihak, dengan tetap memperhatikan faktor-faktor kerahasiaan dan kepentingan negara,” tegasnya.
Selain itu, lanjut Kadismatal bahwa faktor kemudahan dalam proses pembekalan, memutuskan ketergantungan terhadap produk luar negeri, sekaligus meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Efisiensi anggaran juga merupakan hal yang menjadi perhatian. Sebelumnya, KRI kelas Diponegoro-365 menggunakan minyak pelumas jenis Shell Sirius X40 yang merupakan produk dari luar negeri (Shell). “Kita akan melaksanakan uji coba dan penelitian terhadap KRI Diponegoro menggunakan produk dalam negeri yaitu Salyx 415. Perjanjian uji coba ini berlaku sejak ditandatanganinya sampai dengan waktu berakhirnya Market Test selama seribu jam putar motor pokok atau sampai satu tahun, mana yang dicapai terlebih dahulu,” jelasnya.
Dalam jangka waktu tersebut, TNI AL akan menyediakan sarana atau fasilitas yang diperlukan untuk pelaksanaan uji coba, sedangkan pihak Pertamina yang akan melaksanakan uji coba dengan menyediakan pelumas untuk kebutuhan operasional KRI dan bertanggung jawab apabila terjadi kerusakan teknis pada mesin yang digunakan pada market test.
Dispenal
RI-Australia Gelar Operasi Bersama
Saturday, August 21, 2010
Kapal perang TNI AL dan RAN berlatih di Laut Timor. (Foto: Australia DoD)
21 Agustus 2010, Jakarta -- Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan, Pemerintah Indonesia akan menggelar operasi laut bersama dengan Angkatan Laut Indonesia dan Australia untuk mengawasi wilayah perbatasan laut kedua negara.
"Operasi bersama antara kami dengan AL Indonesia dan Australia untuk pengawasan perbatasan laut kedua negara. Rencananya setelah Lebaran," tuturnya, dalam diskusi Mingguan bertajuk "Indonesia-Malaysia, Serumpun Tetapi Tak Rukun" di Jakarta, Sabtu.
Fadel menambahkan, operasi bersama itu juga menjadi ajang bagi Indonesia untuk mempelajari penataan pola pengamanan maritim Australia, termasuk sarana dan prasarana angkatan lautnya yang sudah berteknologi tinggi.
"Pembenahan pola manajemen kelautan Indonesia sudah saatnya dibenahi, terutama koordinasi antar lembaga dan perlengkapan yang dibutuhkan," katanya.
Fadel mencontohkan pengalamannya ketika mencoba menggunakan sebuah radar di kota Darwin,Australia. "Dari Darwin, melalui radar terlihat kapal-kapal Cina beroperasi di wilayah kita," ungkapnya.
Kedua negara sepakat untuk meningkatkan pengawasan dalam upaya penanggulangan illegal fishing di perbatasan ZEE melalui beberapa kerjasama, yaitu peningkatan patroli terkoordinasi, pertukaran data dan informasi, kunjungan timbal balik antara kapal patroli perikanan Indonesia dengan kapal patroli Bea Cukai Australia.
Tak hanya itu, dalam pertemuan keenam "Working Group on Marine and Fisheries (WGMAF) Indonesia and Australia" setahun silam, kedua negara pun sepakat peningkatan kapasitas SDM pengawasan perikanan melalui pelatihan, dan dukungan teknis lain yang diperlukan untuk kapal pengawas perikanan Indonesia.
"Yang ditangani tidak hanya kapal penangkap ikan illegal, tapi termasuk juga ?kapal induk (mothership)? yang sering berada di perbatasan dua negara, menampung ikan hasil jarahan," kata Fadel menambahkan.
ANTARA News
21 Agustus 2010, Jakarta -- Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan, Pemerintah Indonesia akan menggelar operasi laut bersama dengan Angkatan Laut Indonesia dan Australia untuk mengawasi wilayah perbatasan laut kedua negara.
"Operasi bersama antara kami dengan AL Indonesia dan Australia untuk pengawasan perbatasan laut kedua negara. Rencananya setelah Lebaran," tuturnya, dalam diskusi Mingguan bertajuk "Indonesia-Malaysia, Serumpun Tetapi Tak Rukun" di Jakarta, Sabtu.
Fadel menambahkan, operasi bersama itu juga menjadi ajang bagi Indonesia untuk mempelajari penataan pola pengamanan maritim Australia, termasuk sarana dan prasarana angkatan lautnya yang sudah berteknologi tinggi.
"Pembenahan pola manajemen kelautan Indonesia sudah saatnya dibenahi, terutama koordinasi antar lembaga dan perlengkapan yang dibutuhkan," katanya.
Fadel mencontohkan pengalamannya ketika mencoba menggunakan sebuah radar di kota Darwin,Australia. "Dari Darwin, melalui radar terlihat kapal-kapal Cina beroperasi di wilayah kita," ungkapnya.
Kedua negara sepakat untuk meningkatkan pengawasan dalam upaya penanggulangan illegal fishing di perbatasan ZEE melalui beberapa kerjasama, yaitu peningkatan patroli terkoordinasi, pertukaran data dan informasi, kunjungan timbal balik antara kapal patroli perikanan Indonesia dengan kapal patroli Bea Cukai Australia.
Tak hanya itu, dalam pertemuan keenam "Working Group on Marine and Fisheries (WGMAF) Indonesia and Australia" setahun silam, kedua negara pun sepakat peningkatan kapasitas SDM pengawasan perikanan melalui pelatihan, dan dukungan teknis lain yang diperlukan untuk kapal pengawas perikanan Indonesia.
"Yang ditangani tidak hanya kapal penangkap ikan illegal, tapi termasuk juga ?kapal induk (mothership)? yang sering berada di perbatasan dua negara, menampung ikan hasil jarahan," kata Fadel menambahkan.
ANTARA News
Monday, August 16, 2010
TNI AL Periksa Lokasi Penangkapan Petugas DKP Kepri
Ramadhian Fadillah - detikNewsFoto Terkait
Jakarta - Tim TNI AL sedang memeriksa titik lokasi penangkapan 3 petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau oleh aparat Malaysia. Pemeriksaan lokasi diperluan sebagai bagian upaya diplomasi yang pemerintah jalankan.
"Tim dari TNI AL sedang melihat lokasinya. Ada daerah-daerah di mana garis perbatasan laut memang belum selesai diputuskan. Sekarang kita pastikan dulu tempat kejadian perkara di mana," ujar Menhan Purnomo Yusgiantoro di sela peluncuran pembangunan kapal kawal rudal di Kantor Kemhan, Jl Medan Merdeka Barat, Senin (16/8/2010).
Menurut Purnomo, hingga kini masih simpang siur siapa yang melanggar batas teritorial. Dia pun meminta agar ada data tempat kejadian perkara yang pasti terlebih dahulu sebelum menentukan sikap lebih lanjut.
Apalagi perairan Selat Malaka memang wilayah sensitif karena merupakan perairan beberapa negara. "Kita harus hati-hati posisi TKP-nya sebelum mengambil langkah," tambah dia.
Lebih lanjut Poernomo menekankan, permasalahan ini tidak perlu dibesar-besarkan lagi. Pemerintah kedua negara telah melakukan langkah-langkah diplomatik untuk menyelesaikan insiden ini.
"Yang saya tahu ini sudah bisa diselesaikan dengan kekonsuleran. Bisa diselesaikan secara diplomatik," tegasnya.
(rdf/lh)
detik news
"Tim dari TNI AL sedang melihat lokasinya. Ada daerah-daerah di mana garis perbatasan laut memang belum selesai diputuskan. Sekarang kita pastikan dulu tempat kejadian perkara di mana," ujar Menhan Purnomo Yusgiantoro di sela peluncuran pembangunan kapal kawal rudal di Kantor Kemhan, Jl Medan Merdeka Barat, Senin (16/8/2010).
Menurut Purnomo, hingga kini masih simpang siur siapa yang melanggar batas teritorial. Dia pun meminta agar ada data tempat kejadian perkara yang pasti terlebih dahulu sebelum menentukan sikap lebih lanjut.
Apalagi perairan Selat Malaka memang wilayah sensitif karena merupakan perairan beberapa negara. "Kita harus hati-hati posisi TKP-nya sebelum mengambil langkah," tambah dia.
Lebih lanjut Poernomo menekankan, permasalahan ini tidak perlu dibesar-besarkan lagi. Pemerintah kedua negara telah melakukan langkah-langkah diplomatik untuk menyelesaikan insiden ini.
"Yang saya tahu ini sudah bisa diselesaikan dengan kekonsuleran. Bisa diselesaikan secara diplomatik," tegasnya.
(rdf/lh)
detik news
Saturday, August 14, 2010
KRI Surabaya Dukung Upacara Proklamasi di Pulau Terluar
Friday, August 13, 2010
13 Agustus 2010, Surabaya -- KRI Surabaya (SBY) dengan nomor lambung 591 merupakan Kapal Perang RI (KRI) jenis Landing Platform Dock (LPD) yang dilengkapi dengan pesawat helikopter.
Beberapa pekan yang lalu telah mendukung kegiatan Sail Banda 2010, saat ini kapal perang yang masuk jajaran unsur Satuan Kapal Amfibi Komando Armada RI Kawasan Timur (Satfib Koarmatim) tersebut dipersiapkan untuk mendukung lanjutan rangkaian kegiatan Sail Banda 2010, berupa peringatan detik-detik proklamasi HUT Kemerdekaan RI yang ke 65 di Pulau Kisar, merupakan wilayah Propinsi Maluku sebagai pulau terluar yang berbatasan dengan Negara Timor Leste. Sekitar 500 personel yang terdiri dari TNI, Polri dan PNS menjadi peserta upacara HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 2010, akan diberangkatkan pada tanggal 14 Agustus 2010 menggunakan KRI Surabaya-591 dari Dermaga Irian Halong Lantamal IX Ambon.
Perjalanan ke Pulau Kisar sejauh 285 mil akan ditempuh selama 1 hari 1 malam. KRI Surabaya-591 dikomandani Letkol Laut (P) Ali Triswanto dengan jumlah ABK sebanyak 134 orang. Selama di Pulau Kisar, KRI Surabaya-591 sekaligus berfungsi sebagai penginapan terapung. KRI Surabaya-591 sebelumnya telah tercatat mengikuti beberapa kegiatan operasi antara lain Operasi penyeberangan Korsel – Indonesia pada tahun 2007, Latihan Operasi Laut Gabungan TNI tahun 2007, Uji Coba Penembakan Rudal C – 802, Armada Jaya XXVII-A/2008, Latihan Parsial VI tahun 2008, Latihan Gabungan TNI tahun 2008, Latihan GKK Satfibarmatim tahun 2009, Exercise New Horizon tahun 2009, International Fleet Review tahun 2009, Armada Jaya XXVIII/2009 dan Pengamanan Presiden RI di Kupang tahun 2010.
Dispenarmatim
Thursday, August 12, 2010
TNI AL Kirim Kapal Perang ke Lebanon
KRI Frans Kaisiepo-368
SURABAYA - TNI AL kembali mengirimkan Kapal Perangnya dalam misi perdamaian di Lebanon akhir Agustus nanti. Untuk misi kali ini TNI AL mengirimkan KRI Frans Kaisiepo-368 bersama 100 kru kapal yang tergabung dalam Satuan Tugas Maritime Task Force (MTF) Kontingen Garuda XXVIII-B/UNIFIL. Para personil mulai mengikuti latihan pratugas di Pusat Latihan Operasi Laut Kolatarmatim Ujung Surabaya pada Kamis (12/8) ini.
Kegiatan latihan yang berlangsung hingga menjelang keberangkatan menuju Lebanon itu dibuka Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayor Jenderal TNI Soehartono Suratman.
Hadir dalam kesempatan tersebut Kapuspen TNI Mayjen Aslizar Tanjung, Asops KSAL Laksda TNI Dadiek Surarto, Pangarmatim Laksda TNI Bambang Suwarto, dan pejabat TNI lainnya.
"Ini merupakan pengiriman kapal perang kedua dalam misi perdamaian ke Lebanon. Pada tahun lalu, TNI juga telah mengirimkan KRI Diponegoro-365 untuk tugas yang sama," kata Asops Panglima TNI.
Jenderal bintang dua yang akrab disapa Tono Suratman ini menjelaskan pengiriman pasukan TNI dalam misi perdamaian PBB sejak 1957 saat Kontingen Garuda (Konga) pertama diterjunkan.
Sampai saat ini, kata dia, pengiriman pasukan untuk misi perdamaian ke sejumlah negara yang sedang terjadi konflik masih terus dilakukan, termasuk ke Lebanon.
"Pemerintah, DPR, Kementerian Luar Negeri, dan lembaga terkait lainnya sangat mendukung tugas mulia ini. Karena itu, TNI selalu siap mengirimkan pasukan jika diminta," kata Tono usai membuka pelatihan.
Selama berada di Lebanon, KRI Frans Kaisiepo dan seluruh personelnya akan bergabung dengan pasukan perdamaian dari 34 negara lainnya, seperti China, Spanyol, Prancis, Italia, dan Korea Selatan.
"Mereka akan bertugas di Lebanon selama enam bulan. Karena itu, fisik dan mental harus benar-benar disiapkan selain juga kesiapan pendukung tugas lainnya," kata Asops Panglima TNI.
Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Frans Kaisiepo-368 yang dikomandani Letnan Kolonel Laut (P) Wasis Priyono itu membawa: satu unit helikopter NBO-105 beserta 7 kru pesawat, 88 ABK, dua tenaga paramedis, satu personel Kopaska dan dua orang penyelam.
Dalam pelayaran menuju Lebanon sekitar hampir satu bulan, kapal bakal melintasi Jakarta, Belawan, Cochin, Salalah, Port Said, dan Beirut.
Sumber : ANTARA
TNI Sudah Kirim Infanteri Satu Batalion ke Perbatasan
03 September 2010, Pontianak -- Sesaat sebelum pidato politik Presiden SBY Rabu kemarin, ternyata TNI telah mengirim satu batalion ke perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan. Pengiriman ini lebih cepat dari yang direncanakan sebelumnya yaitu pascalebaran.
Sebanyak satu batalion sekitar 700-1000 personel telah dikirim untuk bertugas mengamankan perbatasan Indonesia-Malaysia.
Komandan Brigade Infanteri 19/Khatulistiwa, Letkol Inf Rochadi, melepas satu batalion plus 641 Beruang untuk menempati 31 pos di perbatasan.
"Rencananya penugasan ini pascalebaran. Karena berbagai dinamika dan lain hal, kita berangkatkan sekarang. Ini perintah dari Mabes TNI," jelas Rochadi, kepada Tribun Pontianak, Rabu (1/9).
Para personil tersebut menempati 31 pos yang ada di perbatasan, diantanya, Entikong, Kabupaten Sanggau, Tanjung Datuk, Badau, Sajingan, Bengkayang, Sambas dan daerah lain yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
"Ini tugas mulia, prajurit harus bangga mengemban amanah ini, ini bentuk pengabdian kepada Nusa dan Bangsa, jangan kecil hati, kalau kecil hati, lebih baik mundur dari prajurit, kalau sudah tugas, besok lebaran, sekarang ditugaskan, harus berangkat," tegas Rochadi lagi.
Rochadi juga meminta kepada para istri prajurit untuk mendukung sepenuhnya para suami yang bertugas dan senantiasa berdoa terhadap keselamatan para prajurit.
Batalion ini akan menggantikan Batalion 642 Sintang, yang sebelumnya ditugaskan diperbatasan RI-Malaysia.
Tribun News
Tuesday, August 31, 2010
Sunday, August 29, 2010
RI Sama Sekali Tidak Takut Malaysia, TNI AD Siap Jaga Kedaulatan
JAKARTA, Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circe (SMC) Syahganda Nainggolan, menegaskan bangsa Indonesia lebih lama menahan kesabaran terhadap Malaysia. Namun karena mengaitkan adanya hubungan bangsa serumpun, Indonesia selalu bisa sabar dari waktu-waktu menghadapi Malaysia.
Hal itu disampaikan Syahganda di Jakarta, Minggu (29/8/2010) menanggapi pernyataan Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman di Putra Jaya, Malaysia, Kamis (26/8/2010) tentang sikap pemerintah Malaysia yang habis kesabarannya pada Indonesia, sekaligus mengancam mengeluarkan larangan bepergian (travel advisory) warganya ke Indonesia.
Parako
foto:kopassus mil
Sikap Menlu Malaysia dikemukakan akibat maraknya demonstrasi yang dilakukan aktivis Bendera (Benteng Demokrasi Rakyat) serta sejumlah massa lainnya di Kedutaaan Besar Malaysia di Jakarta, beberapa waktu lalu, dengan cara merobek bendera Malaysia serta melempari halaman kantar Kedubes dengan kotoran manusia.
"Sebenarnya kita yang sudah lama hilang kesabaran pada Malaysia, setelah melalui berbagai tindakan langsung maupun provokatif Malaysia kepada Indonesia, baik dengan mengganggu kedaulatan hukum dan wilayah Indonesia, pelecehan serta penganiayaan warganegara atau Tenaga Kerja Indonesia, maupun cara lainnya yang bertendensi merendahkan bangsa ataupun kedaulatan negara kita," ujar Syahganda.
Menurutnya, jika tidak bersabar melayani Malaysia, Indonesia sudah lebih lama dapat mengganggu Malaysia secara mudah. Namun sebaliknya hal itu tidak pernah dilakukan pihak Indonesia.
Dikatakan, Malaysia tidak perlu bersikap arogan dengan mengancam Indonesia, karena sebagai bangsa yang besar dan memiliki pengaruh sejarah berupa keberanian dalam berbahadapan dengan bangsa-bangsa lain, Indonesia jelas tidak takut sama sekali terhadap Malaysia.
Parako
foto:kopassus mil
Sikap Menlu Malaysia dikemukakan akibat maraknya demonstrasi yang dilakukan aktivis Bendera (Benteng Demokrasi Rakyat) serta sejumlah massa lainnya di Kedutaaan Besar Malaysia di Jakarta, beberapa waktu lalu, dengan cara merobek bendera Malaysia serta melempari halaman kantar Kedubes dengan kotoran manusia.
"Sebenarnya kita yang sudah lama hilang kesabaran pada Malaysia, setelah melalui berbagai tindakan langsung maupun provokatif Malaysia kepada Indonesia, baik dengan mengganggu kedaulatan hukum dan wilayah Indonesia, pelecehan serta penganiayaan warganegara atau Tenaga Kerja Indonesia, maupun cara lainnya yang bertendensi merendahkan bangsa ataupun kedaulatan negara kita," ujar Syahganda.
Menurutnya, jika tidak bersabar melayani Malaysia, Indonesia sudah lebih lama dapat mengganggu Malaysia secara mudah. Namun sebaliknya hal itu tidak pernah dilakukan pihak Indonesia.
Dikatakan, Malaysia tidak perlu bersikap arogan dengan mengancam Indonesia, karena sebagai bangsa yang besar dan memiliki pengaruh sejarah berupa keberanian dalam berbahadapan dengan bangsa-bangsa lain, Indonesia jelas tidak takut sama sekali terhadap Malaysia.
TNI Siap Jaga Perbatasan
Jakarta - Tentang memanasnya hubungan Malaysia - RI, TNI AD tidak akan mencampuri langkah-langkah politik, namun TNI AD akan selalu siap bersiaga.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigadir Jenderal S Widjanarko, ketika menjawab pertanyaan mengenai kemungkinan terburuk pasca insiden penangkapan 3 personel KKP.
"Tugas dan fungsi TNI sesuai dengan amanat UUD 45 sebagai penjaga kedaulatan negara," kata Widjanarko, saat jumpa pers di kantornya, Jalan Veteran V, Jakarta Pusat, Jumat (27/8/2010).
Widjanarko enggan berkomentar banyak mengenai sikap TNI AD terhadap masalah RI-Malaysia saat ini. Menurutnya, porsi perhatian TNI AD bukanlah aspek politik dan diplomasi, melainkan pembinaan internal sebagai kesiapan untuk menghadapi segala situasi.
"TNI AD tetap dalam kerangka pembinaan. Pembinaan itu membina atau menyiapkan suatu wadah untuk supaya siap perang. Siap gunakan bukan kita tapi Panglima TNI. Kalau ada desakan-desakan silakan ke Mabes TNI, tidak ke sini," kata dia.
Jakarta - Tentang memanasnya hubungan Malaysia - RI, TNI AD tidak akan mencampuri langkah-langkah politik, namun TNI AD akan selalu siap bersiaga.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigadir Jenderal S Widjanarko, ketika menjawab pertanyaan mengenai kemungkinan terburuk pasca insiden penangkapan 3 personel KKP.
"Tugas dan fungsi TNI sesuai dengan amanat UUD 45 sebagai penjaga kedaulatan negara," kata Widjanarko, saat jumpa pers di kantornya, Jalan Veteran V, Jakarta Pusat, Jumat (27/8/2010).
Widjanarko enggan berkomentar banyak mengenai sikap TNI AD terhadap masalah RI-Malaysia saat ini. Menurutnya, porsi perhatian TNI AD bukanlah aspek politik dan diplomasi, melainkan pembinaan internal sebagai kesiapan untuk menghadapi segala situasi.
foto Dimuat di INILAH.COM tgl 16/04/2008 – 15:44
Oleh : Mega Simarmata
"TNI AD tetap dalam kerangka pembinaan. Pembinaan itu membina atau menyiapkan suatu wadah untuk supaya siap perang. Siap gunakan bukan kita tapi Panglima TNI. Kalau ada desakan-desakan silakan ke Mabes TNI, tidak ke sini," kata dia.
Komando1
foto kopassus mil
Ia mencontohkan pembinaan yang dilakukan pihaknya dalam mengembleng personel TNI adalah dengan latihan tembak, taktik patroli, bahkan gerilya. "Kita hanya menyiapkan bagaimana prajurit batalyon ini bisa menembak satu kepala satu peluru," jelasnya.(Ars)
Ia mencontohkan pembinaan yang dilakukan pihaknya dalam mengembleng personel TNI adalah dengan latihan tembak, taktik patroli, bahkan gerilya. "Kita hanya menyiapkan bagaimana prajurit batalyon ini bisa menembak satu kepala satu peluru," jelasnya.(Ars)
Sbr : Kompas, Detik,rindam brawijaya
Saturday, August 28, 2010
Pangdam VI/Mlw Terima Kedatangan Satgas Pamtas Yonif 611/Awl
27 Agustus 2010, Balikpapan -- Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Tan Aspan menerima kedatangan 650 prajurit Yonif 611/Awang Long usai melaksanakan penugasan di daerah perbatasan Republik Indonesia–Malaysia wilayah Kalimantan Timur. Penerimaan kedatangan Satgas Pamtas tersebut disambut dalam suasana resmi melalui upacara parade militer yang dilaksanakan di Halaman Makodam VI/Mlw Jum’at (27/8).
Kedatangan 650 Prajurit Yonif 611/Awl diliputi suasana haru dan penuh gembira yang dapat dilihat dari ekspresi wajah para prajurit Yonif 611/Awang Long tersebut ketika menuruni tangga Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Teluk Bone nomor lambung 511. Satgas Pamtas Yonif 611/Awl sudah mengamankan perbatasan demi tegaknya kedaulatan NKRI selama kurang lebih satu tahun dan telah digantikan pasukan dari Yonif 631/Antang organik Kodam XII/Tanjungpura yang bermarkas di Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah.
Upacara penyambutan kedatangan Satgas Pamtas tersebut dihadiri oleh Kasdam VI/Mulawarman Brigjen TNI Wisnu Bawatenaya, para Asisten, Kabalak, Komandan Satuan. Pasukan Yonif 611/Awl berangkat awal Agustus 2009 melaksanakan pengamanan sepanjang perbatasan wilayah Kalimantan Timur dengan negara Bagian Sabah Malaysia dan menempati 27 titik Pos.
Dalam sambutan tertulisnya Pangdam VI/Mlw menyampaikan rasa bangga dan bahagia karena para prajurit telah bertugas di daerah perbatasan selama 13 bulan benar-benar telah melaksanakan tugas dengan penuh dedikasi, motivasi, disiplin dengan dilandasi semangat yang tinggi, yang merupakan sendi kehidupan bagi setiap prajurit TNI dimanapun berada dan bertugas serta telah kembali dari medan tugas dalam keadaan sehat wal’afiat, aman dan selamat disertai prestasi keberhasilan dalam melaksanakan tugas seperti yang telah para prajurit perlihatkan selama di daerah penugasan.
Lebih lanjut Pangdam menjelaskan tantangan dan permasalahan di daerah penugasan perbatasan RI-Malaysia di Wilayah Kaltim berdampak terhadap martabat dan kedaulatan negara, baik dalam wujud menjaga dan mempertahankan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maupun dengan cara memerangi terjadinya pelanggaran-pelanggaran baik berupa illegal logging, illegal mining, illegal trafficking dan pelanggaran lain yang dilakukan oleh oknum masyarakat baik dari Indonesia dan Malaysia di daerah perbatasan.
Usai pelaksanaan upacara penyambutan Pangdam, Kasdam beserta seluruh Kabalak dan Komandan Satuan memberikan ucapan selamat datang kepada Pejabat Danton keatas sekembalinya dari daerah penugasan. Tidak hanya itu, seluruh anggota yang tergabung dalam satgas pamtas langsung diadakan pemeriksaan kesehatan di Aula Makodam VI/Mlw untuk diambil sampel darahnya dan pemeriksaan kesehatan yang lain untuk memastikan apakah prajurit tersebut membawa penyakit atau sedang sakit sesuai prosedur TNI bagi anggota usai melaksanakan tugas operasi.
Pendam 6/Mulawarman
Kedatangan 650 Prajurit Yonif 611/Awl diliputi suasana haru dan penuh gembira yang dapat dilihat dari ekspresi wajah para prajurit Yonif 611/Awang Long tersebut ketika menuruni tangga Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Teluk Bone nomor lambung 511. Satgas Pamtas Yonif 611/Awl sudah mengamankan perbatasan demi tegaknya kedaulatan NKRI selama kurang lebih satu tahun dan telah digantikan pasukan dari Yonif 631/Antang organik Kodam XII/Tanjungpura yang bermarkas di Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah.
Upacara penyambutan kedatangan Satgas Pamtas tersebut dihadiri oleh Kasdam VI/Mulawarman Brigjen TNI Wisnu Bawatenaya, para Asisten, Kabalak, Komandan Satuan. Pasukan Yonif 611/Awl berangkat awal Agustus 2009 melaksanakan pengamanan sepanjang perbatasan wilayah Kalimantan Timur dengan negara Bagian Sabah Malaysia dan menempati 27 titik Pos.
Dalam sambutan tertulisnya Pangdam VI/Mlw menyampaikan rasa bangga dan bahagia karena para prajurit telah bertugas di daerah perbatasan selama 13 bulan benar-benar telah melaksanakan tugas dengan penuh dedikasi, motivasi, disiplin dengan dilandasi semangat yang tinggi, yang merupakan sendi kehidupan bagi setiap prajurit TNI dimanapun berada dan bertugas serta telah kembali dari medan tugas dalam keadaan sehat wal’afiat, aman dan selamat disertai prestasi keberhasilan dalam melaksanakan tugas seperti yang telah para prajurit perlihatkan selama di daerah penugasan.
Lebih lanjut Pangdam menjelaskan tantangan dan permasalahan di daerah penugasan perbatasan RI-Malaysia di Wilayah Kaltim berdampak terhadap martabat dan kedaulatan negara, baik dalam wujud menjaga dan mempertahankan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maupun dengan cara memerangi terjadinya pelanggaran-pelanggaran baik berupa illegal logging, illegal mining, illegal trafficking dan pelanggaran lain yang dilakukan oleh oknum masyarakat baik dari Indonesia dan Malaysia di daerah perbatasan.
Usai pelaksanaan upacara penyambutan Pangdam, Kasdam beserta seluruh Kabalak dan Komandan Satuan memberikan ucapan selamat datang kepada Pejabat Danton keatas sekembalinya dari daerah penugasan. Tidak hanya itu, seluruh anggota yang tergabung dalam satgas pamtas langsung diadakan pemeriksaan kesehatan di Aula Makodam VI/Mlw untuk diambil sampel darahnya dan pemeriksaan kesehatan yang lain untuk memastikan apakah prajurit tersebut membawa penyakit atau sedang sakit sesuai prosedur TNI bagi anggota usai melaksanakan tugas operasi.
Pendam 6/Mulawarman
Thursday, August 26, 2010
Disiapkan Satu Batalyon di Perbatasan Malaysia
”Kostrad selalu siap untuk mengamankan perbatasan sesuai dengan kebijakan Panglima TNI,” kata Panglima Kostrad Letjen Burhanudin Amin di sela-sela latihan terjun freefall dan terjun statis di Pangkalan Udara Surya Darma, Kalijati, Subang, Jawa Barat, Senin (23/8). Menurut Burhanudin, di Papua, misalnya, telah ada Batalyon 433 yang rencananya akan segera diganti dengan Linud 330.
Sementara perbatasan dengan Malaysia di Kalimantan, Burhanudin mengatakan, untuk sementara ini aman-aman saja. Kostrad telah menyiapkan satu batalyon untuk dikirim ke perbatasan Kalimantan dengan Malaysia. Namun, hingga saat ini belum ada permintaan dari dua kodam di Kalimantan. ”Kalau ada perintah, kami sudah siap. Akan tetapi, soal penempatannya tergantung kodam,” kata Burhanudin.
Di sela-sela penerjunan Linud 305/17/1 di bawah pimpinan Letkol (Inf) Tehuteru tersebut, Burhanudin mengatakan, latihan terus diadakan karena Kostrad bertugas untuk membina kesiapan operasional satuannya. Sesuai dengan kebijakan Panglima TNI, Kostrad juga harus siap di tingkat pertahanan strategis. ”Kami latihan terus sehingga sewaktu-waktu siap dipakai,” katanya.
Saat ini Kostrad juga tengah mempersiapkan pendirian Divisi 3 Kostrad. Divisi 3 itu akan diprioritaskan untuk kawasan timur Indonesia. Walaupun belum ditentukan di mana panglima divisi akan bermarkas, daerah operasinya akan meliputi Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. ”Kami akan lebih berat ke Indonesia timur karena ada kekurangan di sana,” katanya.
Sumber : KOMPAS
Tuesday, August 24, 2010
GB Penganugerahan tanda kehormatan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 045/TK/Tahun 2009 tanggal 27 Agustus 2009. (Puspen TNI) icon_star_full icon_star_full icon_star_full icon_star_off icon_star_off Foto Lain * Slide #1 * Slide #2 * Slide #3 Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso menerima Kasad Kerajaan Thailand Jenderal Anupong Paojinda di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Selasa (24/8). Anupong Paojinda pun menerima tanda kehormatan Bintang Kartika Eka Pakci Utama.
Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso menerima Kasad Kerajaan Thailand Jenderal Anupong Paojinda di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Selasa (24/8). Anupong Paojinda pun menerima tanda kehormatan Bintang Kartika Eka Pakci Utama.
DETIK FOTO
DETIK FOTO
Makolatgab TNI Diresmikan
Minggu, 22 Agustus 2010 21:29 WIB
Penulis : Dinny Mutiah
MI/sumaryanto/cs
JAKARTA--MI: TNI akhirnya memiliki markas komando latihan gabungan TNI yang berpusat di Sangatta, Kalimantan Timur. Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso memimpin upacara peresmian pada Jumat pekan lalu. Dalam rilis yang diterima Media Indonesia, Minggu (22/8), Panglima TNI menyatakan bahwa memiliki makna yang sangat strategis, baik bagi kepentingan TNI maupun kepentingan yang lebih besar lagi yakni berkenaan dengan pertahanan dan keamanan negara. Makolatgab ini berada di atas lahan 26 ribu hektar didukung pembangunannya oleh Pemda Kutai Timur.
"Bagi TNI, latihan dapat diibaratkan sebagai menu utama dan asupan harian yang menjadi salah satu faktor utama keberhasilan pembinaan prajurit TNI," ujar Panglima TNI.
Rakyat dan TNI, sambung dia, boleh berharap akan hadirnya prajurit-prajurit TNI yang profesional, militan dan handal dengan adanya dukungan fasilitas latihan yang memadai. Panglima TNI juga berharap TNI mampu memberi sekaligus memperkuat daya tangkal yang semakin tinggi dan penting serta strategis dalam perspektif pertahanan dan keamanan nasional.
Kondisi ini akan berdampak positif terhadap peningkatan pembangunan daerah, utamanya di sektor ekonomi, kesejahteraan serta meningkatkan mobilitas sosial khususnya sirkulasi arus barang, modal dan jasa secara signifikan yang lebih terjamin keamanannya di Provinsi Kaltim secara keseluruhan. Peresmian makolatgab juga diselingi dengan acara penanaman satu miliar pohon di sekitar area makolatgab. (Din/OL-3)
MEDIA INDONESIA
Monday, August 23, 2010
Kostrad Siap Jaga Perbatasan RI-Malaysia
bBERITA
(Foto: KOSTRAD)
24 Agustus 2010, Jakarta -- Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, Letjen TNI Burhanudin Amin, mengatakan, pasukan Kostrad siap mengamankan daerah perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia di wilayah Kalimantan.
"Saat ini kami tinggal tunggu perintah saja. Kalau memang diperlukan, kita siapkan," katanya di sela-sela peninjauan latihan terjun free fall dan statis oleh ratusan anggota Yonif Linud 305/17 Kostrad di Lanud Surya Darma Kalijati, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin (23/8) seperti dikutip Antara.
Burhanudin Amien menyatakan penempatan satu batalion yang disiapkan Kostrad, tergantung dari kodam setempat, namun situasi di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia masih kondusif.
Ia menegaskan pasukan Kostrad selalu siap melakukan operasional dan strategis satuannya sesuai perintah Panglima TNI. "Latihan terjun free fall dan statis ini juga merupakan langkah yang disiapkan dalam menjaga integritas NKRI. Latihan seperti ini setiap tahunnya dilakukan," katanya.
Sementara itu, Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) menyatakan selalu melakukan pemeriksaan alat utama sistem persenjataan, baik senjata maupun amunisinya di gudang persenjataan milik Kostrad. "Kami selalu melakukan pengecekan persenjataan yang ada di gudang. Jangan sampai disalahgunakan oleh orang tidak bertanggungjawab," katanya menanggapi permintaan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro agar TNI memeriksa persenjataan personelnya.
Namun, ia mengingatkan, banyaknya senjata laras panjang itu berasal dari sisa-sisa konflik di Aceh. "Kami tidak lagi menggunakan senjata AK-47, senjata kami lebih canggih," katanya.
Suara Karya
BERITA HANKAM
24 Agustus 2010, Jakarta -- Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, Letjen TNI Burhanudin Amin, mengatakan, pasukan Kostrad siap mengamankan daerah perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia di wilayah Kalimantan.
"Saat ini kami tinggal tunggu perintah saja. Kalau memang diperlukan, kita siapkan," katanya di sela-sela peninjauan latihan terjun free fall dan statis oleh ratusan anggota Yonif Linud 305/17 Kostrad di Lanud Surya Darma Kalijati, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin (23/8) seperti dikutip Antara.
Burhanudin Amien menyatakan penempatan satu batalion yang disiapkan Kostrad, tergantung dari kodam setempat, namun situasi di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia masih kondusif.
Ia menegaskan pasukan Kostrad selalu siap melakukan operasional dan strategis satuannya sesuai perintah Panglima TNI. "Latihan terjun free fall dan statis ini juga merupakan langkah yang disiapkan dalam menjaga integritas NKRI. Latihan seperti ini setiap tahunnya dilakukan," katanya.
Sementara itu, Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) menyatakan selalu melakukan pemeriksaan alat utama sistem persenjataan, baik senjata maupun amunisinya di gudang persenjataan milik Kostrad. "Kami selalu melakukan pengecekan persenjataan yang ada di gudang. Jangan sampai disalahgunakan oleh orang tidak bertanggungjawab," katanya menanggapi permintaan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro agar TNI memeriksa persenjataan personelnya.
Namun, ia mengingatkan, banyaknya senjata laras panjang itu berasal dari sisa-sisa konflik di Aceh. "Kami tidak lagi menggunakan senjata AK-47, senjata kami lebih canggih," katanya.
Suara Karya
BERITA HANKAM
Thursday, August 12, 2010
Jika Amerika mendikte
12 Agustus 2010, Jakarta - Ketua Komisi Pertahanan DPR, Kemal Azis Stamboel mengatakan jika memang ada persyaratan yang diajukan dalam kerjasama militer antara Amerika dan Indonesia, pemerintah disarankan untuk menolaknya. "Jika mendikte, bilang saja No," ujarnya kepada TEMPO, Kamis (12/8).
Menurut Kemal, saat Menteri Pertahanan Amerika, Robert Gates, berkunjung ke Indonesia, 22 Juli lalu, menyebutkan, bahwa tidak ada syarat apapun dalam kerjasama ini. Tapi, Robert menjelaskan, adanya perbedaan sikap antara pemerintahan Amerika dengan Kongres Amerika soal Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Kopassus, kata dia, masih dipertanyakan soal pelanggaran Hak Asasi Manusia yang pernah didugakan kepada kesatuan itu. "Kongres masih menilai negatif pasukan elit kita," ujarnya. Namun, kata Kemal, menteri pertahanan AS akan menyelesaikan hal itu di internal Amerika.
Seperti diketahui, hubungan kerjasama militer antara dua pasukan elit Amerika Serikat dengan Indonesia kembali terjalin. Namun langkah itu akan mengalami hambatan karena unit Kopassus di masa lalu dinilai AS terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia, termasuk di Timor Timur. Beberapa orang di Kongres AS telah menentang untuk merangkul Kopassus terkait masa lalunya itu.
Amerika Serikat memutus hubungan kerjasama dengan Kopassus pada tahun 1998. Itu diputuskan berdasarkan hukum AS yang melarang kerja sama dengan tentara asing yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia. Kopassus oleh AS dituduh melakukan pelanggaran di Timor Timur dan Aceh pada masa Presiden Soeharto tahun 1990-an.
Kemal mengatakan kerjasama militer akan berbentuk banyak paket pelatihan yang akan diikuti oleh kedua pasukan elit. "Tinggal tunggu waktunya," ujarnya.
Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Samsoeddin menegaskan, pihaknya tidak mau didikte oleh pihak manapun yang ingin menjalin kerja sama militer dengan Indonesia. Dalam kerja sama itu tidak ada persyaratan apapun yang diminta pemerintah Amerika, "Termasuk soal kopassus," ujarnya.
TEMPO Interaktif
Wednesday, August 11, 2010
Pertempuran di Banten
Thursday, August 12, 2010
Sejumlah anggota Pas Khas TNI Angkatan Udara yang baru diterjunkan di areal pesawahan, bergerak untuk merebut Pangkalan Udara Gorda dalam latihan antar satuan dengan sandi "Jalak Sakti 2010", di Serang, Banten, Senin (9/8). Dalam latihan gabungan tersebut disimulasikan proses pembebasan Lanud Gorda Banten dari pendudukan militer musuh. (Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman/Koz/ama/10)
10 Agustus 2010, Serang -- Tujuh pesawat tempur dikerahkan TNI Angkatan Udara (AU) untuk mengamankan wilayah Provinsi Banten dari serangan musuh yang datang dari Selat Sunda.
Lalu, tujuh pesawat jenis Hawk 100/200 meluncurkan roket ke target sasaran musuh, dan seketika itu terdengarlah bunyi ledakan keras.
Kepulan asap dari tiga titik terlihat membumbung tinggi. Pesawat buatan Inggris yang mulai dipakai sejak 1996 itu langsung menuju pangkalan Halim Perdana Kusumah, Jakarta, usai menjatuhkan beberapa roket antitank jenis FFAR.
Beberapa menit kemudian muncul Hercules TNI AU C-130 dari arah Timur lokasi yang menerjunkan puluhan pasukan komando dari ketinggian 900-1.200 feet AGL atau 300-400 meter dari permukaan tanah. Pasukan yang ditugaskan untuk merebut pangkalan dari musuh ini bergerak ke lokasi musuh. Pertempuran sengit terjadi dan dimenangkan oleh TNI AU. Pangkalan udara Gorda, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, berhasil dikuasai kembali oleh TNI AU.
Meski sudah dikuasai tapi TNI AU masih waspada dengan melakukan SAR Tempur dengan mengirimkan dua helikopter jenis NAS-332 Superpuma H-3213 dengan Kapten Pilot Mayor PNB Kargono dan Kapten PNB Risdiyanto, sedangkan helikopter jenis SA-330 PUMA HT-3315 dengan Kapten Pilot Mayor PNB Hilman dan Lettu PNB Imanuel.
Opersi SAR Tempur adalah operasi pertolongan terhadap personel atau meteriil yang bernilai taktis dan strategis di daerah tempur. Tujuannya meningkatkan moril, semangat pasukan, dan menghindari jatuhnya informasi intelijen ke tangan musuh.
Demikian rangkaian aksi penembakan dan perebutan pangkalan melalui serangan udara langsung (SUL) dalam Latihan Antar-Satuan Jalak Sakti Tahun 2010 TNI AU untuk Wilayah Indonesia Barat di Pangkalan TNI AU, Kecamatan Cikande, Senin (9/8) sekira pukul 09.00 WIB. Latihan disaksikan Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsekal Muda Eddy Suyanto. Selain itu hadir pula Kapolda Brigjen Pol Agus Kusnadi, Wakil Gubernur HM Masduki, Bupati Serang Taufik Nuriman, dan Ketua DPRD Kabupaten Serang Fahmi Hakim.
Menurut Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsekal Muda Eddy Suyanto, latihan Jalak Sakti dilakukan rutin setiap tahun oleh TNI AU I untuk mengamankan wilayah Indonesia bagian Barat termasuk Banten. “Pangkalan Gorda ini menjadi pangkalan alternatif TNI AU I jika pangkalan Halim Perdana Kusumah dikuasai musuh,” kata Marsekal Muda Eddy Suyanto kepada wartawan usai menutup acara latihan.
Terkait kesiapan pesawat tempur yang dimiliki TNI AU, Eddy mengatakan bahwa kondisi pesawat tempur sebagian sudah tidak layak pakai karena usianya sudah tua. “Sebagian peralatan kita sudah termakan usia jadi butuh peremajaan dan itu sudah kita usulkan,” kata Eddy.
Ketika ditanya berapa jumlah ideal pesawat yang harus dimiliki TNI AU, Eddy tidak menyebutkan karena disesuaikan dengan kebutuhan. “Kalau jumlah ideal tergantung kebutuhan saja,” kata Eddy.
Pada bagian lain, warga di sekitar pusat latihan berbondong-bondong menonton aksi latihan pasukan TNI AU dari kejauhan. Warga bisa melihat dua helikopter yang berada di tengah sawah sebelum melakukan atraksi latihan.
Pangkalan Gorda TNI AU memiliki luas kurang lebih 700 hektare dan sebagian lahan digarap oleh warga sekitar untuk ditanami padi. “Kita kerja sama sama dengan warga,” ujarnya.
Radar Banten
berita hankam
10 Agustus 2010, Serang -- Tujuh pesawat tempur dikerahkan TNI Angkatan Udara (AU) untuk mengamankan wilayah Provinsi Banten dari serangan musuh yang datang dari Selat Sunda.
Lalu, tujuh pesawat jenis Hawk 100/200 meluncurkan roket ke target sasaran musuh, dan seketika itu terdengarlah bunyi ledakan keras.
Kepulan asap dari tiga titik terlihat membumbung tinggi. Pesawat buatan Inggris yang mulai dipakai sejak 1996 itu langsung menuju pangkalan Halim Perdana Kusumah, Jakarta, usai menjatuhkan beberapa roket antitank jenis FFAR.
Beberapa menit kemudian muncul Hercules TNI AU C-130 dari arah Timur lokasi yang menerjunkan puluhan pasukan komando dari ketinggian 900-1.200 feet AGL atau 300-400 meter dari permukaan tanah. Pasukan yang ditugaskan untuk merebut pangkalan dari musuh ini bergerak ke lokasi musuh. Pertempuran sengit terjadi dan dimenangkan oleh TNI AU. Pangkalan udara Gorda, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, berhasil dikuasai kembali oleh TNI AU.
Meski sudah dikuasai tapi TNI AU masih waspada dengan melakukan SAR Tempur dengan mengirimkan dua helikopter jenis NAS-332 Superpuma H-3213 dengan Kapten Pilot Mayor PNB Kargono dan Kapten PNB Risdiyanto, sedangkan helikopter jenis SA-330 PUMA HT-3315 dengan Kapten Pilot Mayor PNB Hilman dan Lettu PNB Imanuel.
Opersi SAR Tempur adalah operasi pertolongan terhadap personel atau meteriil yang bernilai taktis dan strategis di daerah tempur. Tujuannya meningkatkan moril, semangat pasukan, dan menghindari jatuhnya informasi intelijen ke tangan musuh.
Demikian rangkaian aksi penembakan dan perebutan pangkalan melalui serangan udara langsung (SUL) dalam Latihan Antar-Satuan Jalak Sakti Tahun 2010 TNI AU untuk Wilayah Indonesia Barat di Pangkalan TNI AU, Kecamatan Cikande, Senin (9/8) sekira pukul 09.00 WIB. Latihan disaksikan Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsekal Muda Eddy Suyanto. Selain itu hadir pula Kapolda Brigjen Pol Agus Kusnadi, Wakil Gubernur HM Masduki, Bupati Serang Taufik Nuriman, dan Ketua DPRD Kabupaten Serang Fahmi Hakim.
Menurut Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsekal Muda Eddy Suyanto, latihan Jalak Sakti dilakukan rutin setiap tahun oleh TNI AU I untuk mengamankan wilayah Indonesia bagian Barat termasuk Banten. “Pangkalan Gorda ini menjadi pangkalan alternatif TNI AU I jika pangkalan Halim Perdana Kusumah dikuasai musuh,” kata Marsekal Muda Eddy Suyanto kepada wartawan usai menutup acara latihan.
Terkait kesiapan pesawat tempur yang dimiliki TNI AU, Eddy mengatakan bahwa kondisi pesawat tempur sebagian sudah tidak layak pakai karena usianya sudah tua. “Sebagian peralatan kita sudah termakan usia jadi butuh peremajaan dan itu sudah kita usulkan,” kata Eddy.
Ketika ditanya berapa jumlah ideal pesawat yang harus dimiliki TNI AU, Eddy tidak menyebutkan karena disesuaikan dengan kebutuhan. “Kalau jumlah ideal tergantung kebutuhan saja,” kata Eddy.
Pada bagian lain, warga di sekitar pusat latihan berbondong-bondong menonton aksi latihan pasukan TNI AU dari kejauhan. Warga bisa melihat dua helikopter yang berada di tengah sawah sebelum melakukan atraksi latihan.
Pangkalan Gorda TNI AU memiliki luas kurang lebih 700 hektare dan sebagian lahan digarap oleh warga sekitar untuk ditanami padi. “Kita kerja sama sama dengan warga,” ujarnya.
Radar Banten
berita hankam
Prajurit Yonif 613 Antang Tiba di Pelabuhan Malundung Tarakan
11 Agustus 2010, Tarakan -- Komandan Korem (Danrem) 091/Aji Surya Natakesuma (ASN) Kolonel Infantri Aries Martanto menyambut kedatangan 650 prajurit Yonif 613 Antang yang akan melakukan operasi pengamanan perbatasan (PAMTAS) RI-Malaysia, pukul 14.30, Rabu (11/8) di Pelabuhan Malundung.
PrajuritYonif 613 Antang akan bertugas di daerah perbatasan RI- Malayasia seperti di Tarakan, Nunukan dan Malinau. Prajurit ini akan ditempatkan di 27 pos di daerah perbatasan dan bertugas selama 365 hari atau satu tahun.
Aries mengatakan, prajurit harus mampu beradaptasi dalam menjalankan tugas di wilayah perbatasan. "Jangan pernah ragu bertindak, asalkan sesuai aturan, koridor dan prosedur yang telah dilakukan. Ini amanah, sehingga sesulit apapun dapat mempertahankan NKRI," ucapnya.
Prajurit Yonif 613 Antang datang ke Tarakan menggunakan KRI Teluk Bone. Mereka berangkat dari Kalimantan Selatan hari Jumat (5/8) menempuh perjalanan selama seminggu dengan kecepatan kapal 5-9 knot.
Tribun Kaltim
PrajuritYonif 613 Antang akan bertugas di daerah perbatasan RI- Malayasia seperti di Tarakan, Nunukan dan Malinau. Prajurit ini akan ditempatkan di 27 pos di daerah perbatasan dan bertugas selama 365 hari atau satu tahun.
Aries mengatakan, prajurit harus mampu beradaptasi dalam menjalankan tugas di wilayah perbatasan. "Jangan pernah ragu bertindak, asalkan sesuai aturan, koridor dan prosedur yang telah dilakukan. Ini amanah, sehingga sesulit apapun dapat mempertahankan NKRI," ucapnya.
Prajurit Yonif 613 Antang datang ke Tarakan menggunakan KRI Teluk Bone. Mereka berangkat dari Kalimantan Selatan hari Jumat (5/8) menempuh perjalanan selama seminggu dengan kecepatan kapal 5-9 knot.
Tribun Kaltim
Monday, August 9, 2010
Mesir Dukung Lebanon Hadapi Israel Jumat
Mesir Dukung Lebanon Hadapi Israel
Jumat, 06 Agustus 2010 Liputan6.com, Kairo: Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Abul-Gheit mengatakan pada Selasa (3/8), Mesir sepenuhnya mendukung Lebanon dalam menghadapi pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap kedaulatan Lebanon.Pernyataan itu disampaikan Ahmed Abul-Gheit dalam percakapan telepon dengan Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri. Sebelumnya pada hari itu, pasukan Israel dan tentara Lebanon terlibat kontak senjata di Lebanon Selatan, yang menewaskan sedikitnya tiga tentara Lebanon dan seorang wartawan Libanon. Departemen Luar Negeri Mesir telah menghubungi Amerika Serikat, Perancis dan PBB pada hari sama guna menyerukan agar segera melakukan intervensi dan memaksa penghentian agresi Israel di Lebanon.
Mesir juga menyerukan kepada semua pihak untuk mengambil langkah untuk menekan Israel. Abul-Gheit menegaskan bahwa Mesir sama sekali menolak segala bentuk pelanggaran kedaulatan yang dilakukan Israel terhadap Lebanon dan mengutuk Israel atas pelanggaran terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701.
Israel melanjutkan menebang pepohonan
Sehari pascabentrok dengan pasukan Lebanon, tentara Israel, Rabu (4/8), terus melakukan penebangan pohon. Dengan menggunakan sejumlah alat berat, mereka merobohkan pepohonan hingga mencapai perbatasan rawan konflik di Desa Adeisseh.
Sementara pasukan Lebanon berjaga-jaga dan mengawasi gerak gerik Israel dari tepi ruas jalan. Operasi serupa sebelumnya dilakukan Selasa lalu yang berujung pada kontak senjata yang menyebabkan tiga tentara dan seorang jurnalis tewas.
Kedua belah pihak saling menyalahkan telah memulai penembakan. Saat itu tentara Lebanon melepaskan tembakan ke arah tentara Israel yang tengah menebang pohon dan melintasi garis perbatasan.(Xinhua/AYB/Ars)
Sbr : Liputan6
TNI Siapkan Sniper
SOLO--MI: TNI akan menyiagakan penembak jitu pada peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-65 di Istana Negara, 17 Agustus mendatang. Kehadiran sniper itu sebagai langkah antisipasi atas ancaman serangan teroris terhadap presiden, pejabat negara, dan tamu VVIP yang hadir dalam kesempatan itu.
"Kalau memang membutuhkan itu (sniper) akan digelar," kata Panglima TNI Jenderal Joko Santoso seusai meresmikan Monumen Mayor Achmadi di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (7/8).
Tapi bagaimana sistem pengamanan yang akan diberlakukan nantinya, Joko mengatakan dirinya tidak bisa menjelaskan lebih jauh. Karena pergelaran keamanan itu merupakan suatu rahasia sehingga tidak mungkin untuk disampaikan secara terbuka kepada publik.
Namun yang jelas, kata Joko, ancaman aksi terorisme itu sudah diantisipasi sejak dini oleh TNI bersama kepolisian. Mereka sudah menyiapkan sistem keamanan semaksimal mungkin. (FR/OL-04/Ars)
Sbr : MediaIndonesia
Saturday, August 7, 2010
Kemhan Serah Terimakan Digital Radio Trunking System EADS Tetra kepada Mabes TNI
Friday, August 6, 2010
05 Agustus 2010, Jakarta -- Kementerian Pertahanan (Kemhan) melalui Direktorat Jenderal Sarana Pertahanan (Ditjen Ranahan) Kemhan yang diwakili oleh PLT Dirjen Ranahan Laksma TNI Susilo melakukan penyerahan secara simbolis Digital Radio Trunking System EADS Tetra dari Kemhan kepada Mabes TNI selaku pengguna, Rabu (4/8), di gedung Ditjen Ranahan Kemhan, Jakarta. Dalam acara serah terima dan penandatanganan settlement agreement tersebut, pihak Mabes TNI diwakili oleh Waas Komlek Panglima TNI Brigjen TNI Supriyadi dan pihak EADS Perancis (European Aeronautic Defence and Space Company) diwakili oleh Head of Representative Laurent Godin.
Dalam sambutannya PLT Dirjen Ranahan menyampaikan harapannya agar Digital Radio Trunking System dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesiapan operasional sistem pengamanan garnisun ibukota maupun untuk mendukung kegiatan dan tugas-tugas operasional Mabes TNI lainnya.
Selaku wakil dari Kemhan, PLT Dirjen Ranahan menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan dan rekomendasinya dalam pelaksanaan instalasi, pelatihan, commisioning, dan uji fungsi dari Digital Radio Trunking System EADS Tetra.
Dalam kesempatan yang sama Waas Komlek Panglima TNI saat membacakan amanat Askomlek Panglima TNI menyampaikan bahwa pelaksanaan pembangunan Digital Tetra EADS didukung oleh peralatan modern yang ditempatkan di lima lokasi, telah berfungsi dengan baik serta siap operasional untuk digunakan oleh TNI khususnya Kodam Jaya dan jajarannya dalam rangka untuk mendukung pengamanan ibukota Jakarta.
Satu hal yang patut menjadi perhatian adalah masih rendahnya kesiapan dan penguasaan prosedur operasional Tetra EADS oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan mengawaki peralatan tersebut. Mengingat peralatan tersebut tergolong canggih dalam pengoperasionalannya, serta komplesitas keseluruhan fitur-fitur yang ada didalamnya, maka diharapkan agar rencana penataan ulang oleh pihak EADS terhadap operator Satkomlek TNI, Hubdam Jaya, Hubrem dan Kodim tentang penggunaan sistem komunikasi data dapat dilaksanakan secepat mungkin. Sehingga penggunaan peralatan trunking EADS dan Network Management System oleh Kodam Jaya beserta jajarannya dapat berjalan dengan optimal.
Sekilas Mengenai Teknologi Tetra
Aplikasi monitoring pergerakan pasukan sistem komunikasi digital tetra merupakan salah satu aplikasi pada Sistem Komunikasi Digital Tetra yang merupakan teknologi komunikasi digital termodern saat ini yang akan segera digunakan oleh TNI. Aplikasi Monitoring Pergerakan Pasukan menggunakan fitur GPS yang ada pada terminal Tetra baik Handled Radio maupun Mobile Radio.
Aplikasi ini sangat membantu komando di pusat kendali (Command Control) melakukan pengendalian pasukan di lapangan pada situasi kerusuhan atau gangguan keamanan lainnya. Setiap Radio Tetra yang digunakan oleh pasukan di lapangan memiliki identitas yang khas (ID) yang kemudian diterjemahkan pada digital map yang ada di komando dengan identitas warna tertentu sesuai fungsinya di lapangan, misalnya: warna hijau untuk pasukan pemukul, warna merah untuk agen penyusup dan warna ungu untuk penembak jitu (sniper).
Aplikasi ini memungkinkan Komandan lapangan untuk melokalisir daerah sasaran (agen penyusup), mengetahui posisi unit penindak dan mengetahui pergerakan pasukan (auto personal tracking).
DMC
berita hankam
Friday, August 6, 2010
Kopassus Akan Latihan Bersama SAS Australia
Kopassus
JAKARTA - Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus, mengatakan, pihaknya akan kembali menggelar latihan bersama dengan pasukan khusus Australia pada September 2010.
"Latihan akan dilaksanakan di Bali, pada September 2010 setelah Hari Raya Idul Fitri," kata Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Lodewijk, menjawab ANTARA News di Jakarta, Kamis (5/8).
Lodewijk mengemukakan, hubungan Kopassus dan pasukan khusus Australia (SAS) semakin baik dengan menggelar latihan bersama secara rutin, untuk meningkatkan kemampuan dan profesional masing-masing sebagai pasukan khusus.
SAS AUTRALIA
"Latihan dilakukan secara rutin, hanya tempatnya bergantian kadang di Indonesia, kadang di Australia. Tahun ini, kita akan adakan di Bali," ujarnya.
Tentang materi yang akan dilatihkan bersama, Lodewijk mengatakan, materi latihan akan difokuskan pada pemberantasan terorisme.
Kerjasama Kopassus- SAS sempat terhenti sejak 1999 menyusulnya terjadinya kerusuhan di Timor-Timur (kini Timor Leste) seusai jajak pendapat.
Pemulihan kerja sama Kopassus-SAS, Australia berawal dari kunjungan Komandan SAS Australia yang kemudian diikuti kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat Australia, Letjen Peter Leahy pada akhir 2002.
Langkah pemulihan diambil Australia, pasca ledakan Bom Bali I pada Oktober 2002 yang menewaskan sebagian besar warga negara Australia yang tengah berada di Pulau Dewata.
Selain Australia, Kopassus juga rutin mengadakan latihan bersama dengan Singapura dan Thailand. Kini Kopassus tengah merumuskan kembali latihan bersama dengan pasukan khusus Amerika Serikat (AS) yang juga sempat terhenti pada sekitar sebelas tahun silam, karena dugaan pelanggaran HAM oleh TNI di Timor-Timur.
Sumber : ANTARA
JAKARTA - Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus, mengatakan, pihaknya akan kembali menggelar latihan bersama dengan pasukan khusus Australia pada September 2010.
"Latihan akan dilaksanakan di Bali, pada September 2010 setelah Hari Raya Idul Fitri," kata Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Lodewijk, menjawab ANTARA News di Jakarta, Kamis (5/8).
Lodewijk mengemukakan, hubungan Kopassus dan pasukan khusus Australia (SAS) semakin baik dengan menggelar latihan bersama secara rutin, untuk meningkatkan kemampuan dan profesional masing-masing sebagai pasukan khusus.
SAS AUTRALIA
"Latihan dilakukan secara rutin, hanya tempatnya bergantian kadang di Indonesia, kadang di Australia. Tahun ini, kita akan adakan di Bali," ujarnya.
Tentang materi yang akan dilatihkan bersama, Lodewijk mengatakan, materi latihan akan difokuskan pada pemberantasan terorisme.
Kerjasama Kopassus- SAS sempat terhenti sejak 1999 menyusulnya terjadinya kerusuhan di Timor-Timur (kini Timor Leste) seusai jajak pendapat.
Pemulihan kerja sama Kopassus-SAS, Australia berawal dari kunjungan Komandan SAS Australia yang kemudian diikuti kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat Australia, Letjen Peter Leahy pada akhir 2002.
Langkah pemulihan diambil Australia, pasca ledakan Bom Bali I pada Oktober 2002 yang menewaskan sebagian besar warga negara Australia yang tengah berada di Pulau Dewata.
Selain Australia, Kopassus juga rutin mengadakan latihan bersama dengan Singapura dan Thailand. Kini Kopassus tengah merumuskan kembali latihan bersama dengan pasukan khusus Amerika Serikat (AS) yang juga sempat terhenti pada sekitar sebelas tahun silam, karena dugaan pelanggaran HAM oleh TNI di Timor-Timur.
Sumber : ANTARA
Thursday, August 5, 2010
Kopassus Siap Latihan di AS
Thursday, August 5, 2010
Detasemen Anti Teror Kopassus. (Foto: Getty Images)
05 Agustus 2010, Jakarta (ANTARA News) - Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus mengatakan, Kopassus bersiap untuk kembali menggelar latihan bersama dengan satuan khusus Amerika Serikat.
"Rumusan mengenai mekanisme, bentuk dan materi latihan sedang dirumuskan kementerian pertahanan dan militer kedua negara," kata Lodewijk kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Lodewijk mengatakan, Kopassus menyambut positif keputusan Pemerintah AS yang membuka kembali latihan bersama dengan Kopassus.
"Ini sesuatu yang positif bagi kami dapat berlatih bersama dengan satuan khusus AS. Sehingga, kami pun siap untuk segala hal terkait latihan bersama itu," katanya.
Lodewijk mengatakan, Kopassus tidak mengusulkan apa-apa karena semua akan dirumuskan oleh kelompok kerja masing-masing negara yang kini tengah membahas hal itu.
Pemerintah AS membuka kembali latihan bagi Kopassus pada Juli 2010, setelah sempat ditutup karena klaim pelanggaran hak asasi manusia oleh TNI di Timor Timur.
Menteri Pertahanan AS Robert Gates usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Jakarta, penghunjung Juli, mengatakan, pemberian kembali latihan bagi Kopassus akan dilakukan bertahap dan terukur.
Athan AS kunjungi Kopassus
Danjen Kopassus Mayjen TNI Lodewijk F. Paulus menerima kunjungan dari Atase Pertahanan Amerika Kolonel Bailley, bertempat di Ruang Kerja Danjen Kopassus Cijantung, Jakarta Timur, Kamis (29/07). Kunjungan Athan Amerika Kol. Bailey selain melakukan silaturrahmi juga merupakan forum perkenalan sebagai pejabat baru di lingkungan Dubes Amerika dan Indonesia pada umumnya.
Turut hadir dalam silaturahmi tersebut Letkol Inf Nyoman Cantiaca, Letkol Inf Saleh dan Mayor Inf Rudi Jan, Kolonel Bailey juga didampingi oleh staf kedubesan Amerika. Acara silaturahmi ini ditujukan untuk menciptakan soliditas antar kedua belah pihak serta lebih memantapkan Hubungan yang selama ini sudah terjalin dengan baik.
ANTARA News
05 Agustus 2010, Jakarta (ANTARA News) - Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus mengatakan, Kopassus bersiap untuk kembali menggelar latihan bersama dengan satuan khusus Amerika Serikat.
"Rumusan mengenai mekanisme, bentuk dan materi latihan sedang dirumuskan kementerian pertahanan dan militer kedua negara," kata Lodewijk kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Lodewijk mengatakan, Kopassus menyambut positif keputusan Pemerintah AS yang membuka kembali latihan bersama dengan Kopassus.
"Ini sesuatu yang positif bagi kami dapat berlatih bersama dengan satuan khusus AS. Sehingga, kami pun siap untuk segala hal terkait latihan bersama itu," katanya.
Lodewijk mengatakan, Kopassus tidak mengusulkan apa-apa karena semua akan dirumuskan oleh kelompok kerja masing-masing negara yang kini tengah membahas hal itu.
Pemerintah AS membuka kembali latihan bagi Kopassus pada Juli 2010, setelah sempat ditutup karena klaim pelanggaran hak asasi manusia oleh TNI di Timor Timur.
Menteri Pertahanan AS Robert Gates usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Jakarta, penghunjung Juli, mengatakan, pemberian kembali latihan bagi Kopassus akan dilakukan bertahap dan terukur.
Athan AS kunjungi Kopassus
Danjen Kopassus Mayjen TNI Lodewijk F. Paulus menerima kunjungan dari Atase Pertahanan Amerika Kolonel Bailley, bertempat di Ruang Kerja Danjen Kopassus Cijantung, Jakarta Timur, Kamis (29/07). Kunjungan Athan Amerika Kol. Bailey selain melakukan silaturrahmi juga merupakan forum perkenalan sebagai pejabat baru di lingkungan Dubes Amerika dan Indonesia pada umumnya.
Turut hadir dalam silaturahmi tersebut Letkol Inf Nyoman Cantiaca, Letkol Inf Saleh dan Mayor Inf Rudi Jan, Kolonel Bailey juga didampingi oleh staf kedubesan Amerika. Acara silaturahmi ini ditujukan untuk menciptakan soliditas antar kedua belah pihak serta lebih memantapkan Hubungan yang selama ini sudah terjalin dengan baik.
ANTARA News
Wednesday, August 4, 2010
Hercules A-1308 Kembali ke Home-Base
Komandan Lanud Abd Saleh A. Dwi Putranto menerima dan melihat langsung kedatangan pesawat Hercules A-1308 yang dipiloti sendiri oleh Komandan Skadron Udara 32 Letkol Pnb Wayan Superman dan berhenti tepat di lapangan Skadron Udara 32 Wing 2 Lanud Abd Saleh disaksikan para pejabat Lanud beserta Insub.
Selanjutnya Komandan melakukan mengguntingan pita di moncong pesawat sebagai tanda kembalinya pesawat hercules A.1308 ke hanggarnya. Dan sebagai ungkapan rasa syukur Komandan melakukan pemotongan tumpeng dan diberikan kepada anggota Skadron Udara 32.
Usai pemotongan tumpeng, Komandan menjelaskan bahwa Skadron Udara 32, yang salah satunya memiliki tugas dan kewajiban untuk mengoperasikan serta memelihara sampai tingkat sedang pesawat C-130 Hercules dalam mendukung tugas-tugas operasi TNI AU, dituntut pesawat yang ada harus dalam kondisi siap operasional.
Sejarah telah membuktikan bahwa selama ini pesawat Hercules sebagai pendukung operasi telah menunjukkan keberhasilan dalam berbagai operasi. Tidak hanya memberikan kontribusi bagi kepentingan operasi militer namun juga memberi andil pada berbagai operasi kemanusiaan di seluruh wilayah Indonesia, lanjutnya.
Mengingat jam terbang pesawat Hercules begitu besar, maka diperlukan perawatan berkala dan menyeluruh agar pesawat dapat beroperasi maksimal. Diharapkan tidak ada lagi adanya accident dan incident terhadap pesawat Hercules yang ada di Lanud Abd Saleh ini. Dan kepada air crew serta seluruh warga Lanud Abd Saleh untuk senantiasa menjaga dan memelihara pesawat yang ada di Lanud Abd Saleh ini, sehingga apabila sewaktu-waktu mendapat tugas operasi, kita akan selalu siap.
Sumber : DISPENAU
Pengamanan Sail Banda
AMBON - Sejumlah personel dari TNI berbaris mengikuti Apel Gelar Pasukan Pengamanan Presiden di lapangan Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) IX Halong, Ambon, Maluku, Jumat (30/7). Hadir dalam acara tersebut Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI George Toisutta. Sekitar 6000 personel akan disiagakan untuk pengamanan acara puncak Sail Banda 2010 pada tanggal 3 Agustus yang rencananya akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. FOTO ANTARA/Prasetyo Utomo/Koz/hp/10.
Pasukan Elit Gultor Beraksi di Malaysia
TANJUNG BERUAS (Pos Kota) – Setelah menempuh perjalanan laut selama empat hari dengan mengangkut 452 prajurit TNI yang terdiri dari Detasemen-81 Gultor Kopasus TNI AD, Denjaka TNI AL dan Denbravo TNI AU serta pasukan pendukung, KRI Surabaya 591 melakukan lego jangkar di Pelabuhan Tanjung Beruas Malaysia. Selanjutnya setelah debarkasi peralatan dan personel di dermaga Tanjung Beruas, KRI Surabaya 591 akan kembali ke Indonesia.
TNI dan Angkatan Tentera Malaysia (ATM), rencananya akan menyelenggarakan Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Malaysia-Indonesia Darat Samudera Angkasa (Latgabma Malindo Darsasa) 7AB/2010. Pada Latgabma tahun ini, TNI dan ATM akan melaksanakan operasi gabungan bersama dalam rangka menanggulangi serangan teroris dan dampak bencana bagi kemanusiaan yang dapat terjadi di wilayah kedua negara.
Latihan ini dilaksanakan berdasarkan hasil keputusan sidang High Level Committe (HLC) ke-3 pada 10 Mei 2007 di Jakarta tentang persetujuan Direktif Malindo Latgabma Darsasa-7AB/2010. Latihan gabungan bersama antara ATM dan TNI pada tahun ini bertujuan untuk melatih Combine Joint Task Forces – Counter Terorism (CJTF-CT) yang dibentuk dalam rangka meningkatkan kerjasama, pengertian dan profesionalisme diantara kedua pasukan ATM dan TNI beserta komponen lainnya.
Perwira Penerangan Latgabma Malindo, Letda Sus Santoso, S.Sos, menjelaskan latihan gabungan bersama Malaysia-Indonesia, menurut rencana dibuka oleh Panglima ATM Jenderal Tan Sri Dato Sri Azizan Arifin bersama dengan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso pada 2 April 2010 di Malaysia. Latihan dan aksi ini akan digelar di tempat-tempat strategis di Malaysia seperti Everly Resort Hotel, Selat Malaka dan Bandara Batu Berendam. (puspen/syamsir)
http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/03/29/pasukan-elit-gultor-beraksi-di-malaysia
Pasukan Elit Operasi Gultor
Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 yang digelar di wilayah Malaka dan sekitarnya, merupakan bentuk antisipasi maupun respon awal sekaligus untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam penanggulangan teroris yang dapat terjadi di wilayah kedua Negara.
Perwira Penerangan Latgabma Malindo, Lettu Sus Santoso, S.Sos, menjelaskan latihan yang melibatkan pasukan khusus dari kedua negara ini melibatkan 1.883 personel dari kedua negara, terdiri dari 457 personel TNI dan 1.426 personel ATM.
Latihan ini meliputi beberapa fase, seperti Force Integration Training (FIT), Geladi Posko (CPX), Geladi Lapang (FTX), dan Post Exercise (PXD). Penyelenggaraan latihan ini adalah hasil keputusan Sidang High Level Committe (HLC) ke-3, pada 10 Mei 2007 di Jakarta tentang persetujuan Direktif Latgabma Malindo Darsasa-7AB/2010.
Selain itu, Latgabma Malindo Darsasa-7AB/2010 juga bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kesiapan kedua Angkatan Bersenjata dari kedua negara untuk melaksanakan kerja sama dalam operasi penanggulangan terorisme (gultor), sekaligus menguji Protap Malindo 16 dan 18 tentang penanggulangan terorisme. Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 rencananya akan ditutup secara resmi oleh Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso pada 8 April 2010, di Hotel Everly Malaka.
Turut hadir dalam upacara pembukaan Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 yaitu Irjen TNI, Letjen TNI Liliek AS Sumaryo, Koorsahli Panglima TNI, Mayjen TNI Sularso, Asrenum Panglima TNI – Marsda TNI Amirullah Amin, Asintel Panglima TNI, Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary, Asops Panglima TNI, Mayjen TNI Supiadin AS, Wakapuspen TNI, Brigjen TNI Setyo Sularso dan beberapa perwira tinggi dari Mabes TNI dan masing-masing Angkatan. (puspen/syamsir)
http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/04/02/pasukan-elit-operasi-gultor
CN-235 ROKAF Beraksi
04 September 2010 -- CN-235 AU Korsel menyebarkan kembang api saat peringatan Pertempuran Sungai Nakdong saat, sekitar 290 km arah Tenggara ibu kota Seoul, Jumat (3/9). Korsel membeli CN-235 dari PT. DI. (Foto: Getty Images)
Berita HanKam
Thursday, September 2, 2010
Rika Andiarti, Wanita Ahli Roket dan Kedirgantaraan
JAKARTA - Tidak banyak wanita yang bekerja di bidang kedirgantaraan, dan Rika Andiarti merupakan salah satunya.
Rika, demikian dia akrab disapa, baru tiga bulan menjabat sebagai Kepala Pusat Teknologi Dirgantara Terapan di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Wanita berjilbab ini membawahi puluhan insinyur dan pakar di bidang kedirgantaraan yang hampir didominasi oleh kaum pria.
Sebelumnya, masih di LAPAN, dia menjadi Kepala Bidang Kendali Roket. Dengan keahliannya, Rika yang memiliki spesialisasi sebagai control engineering turut bersumbangsih dalam pembuatan roket. Salah satunya RX-420, yang merupakan roket terbesar yang dibuat LAPAN sebagai peluncur satelit Indonesia.
Lulusan S3 bidang teknik kontrol Ecole Centrale Nantes, di Nantes, Prancis ini mengaku sangat senang dengan pekerjaannya. Menurutnya, pekerjaan di bidang ini sangat menantang. "Yang bekerja di bidang ini tidak banyak. Ini sangat menantang, benar-benar mengandalkan ilmu yang dimiliki sendiri. Karena ilmu seperti ini (kedirgantaraan) tidak terbuka," terang Rika saat berbincang dengan Okezone.
Ibu dua orang anak ini menuturkan tidak ada kendala berarti selama menjalani pekerjaannya yang berkesan 'jantan'. "Mungkin bagi sebagian orang bidang ini terkesan macho, namun sebenarnya tidak begitu.Wanita-wanita yang bergerak di bidang ini, termasuk saya, lebih sering menangani pekerjaan yang bersifat non-fisik seperti desain, analisa dan membuat simulasi," jelasnya, seraya menegaskan bahwa pria maupun wanita memiliki kesempatan yang sama dan bisa bersaing untuk maju dalam hal apa pun.
Meski dikenal sebagai wanita yang ahli di bidang teknologi kedirgantaraan, Rika merasa dirinya tidak seperti itu. Menurut wanita kelahiran Sukabumi, 30 Januari 1967 tersebut, teknologi kedirgantaraan, seperti pembuatan roket, bersifat multidisiplin ilmu. "Saya tidak merasa ahli. Tim yang terlibat, termasuk saya, memiliki spesialisasi masing-masing dan terjun kesitu," katanya.
Itu sebabnya, dia pun tidak merasa bangga berlebihan, karena masih banyak target yang ingin dia capai bersama dengan timnya. Salah satunya adalah, menerbangkan satelit dengan roket buatan negeri sendiri pada 2014 mendatang. Saat ini Rika dan tim LAPAN tengah fokus pada pengembangan roket peluncur satelit yang lebih besar dari RX-420, yaitu RX-530.
Menyambut hari Kartini, Rika berpesan kepada para wanita Indonesia untuk memupuk cita-cita setinggi-tingginya. "Kodrat sebagai wanita jangan dijadikan penghalang untuk mencapai apa yang kita inginkan," tandasnya.
Sumber: OKEZONE
DI - China Jajaki Kerja Sama Industri Pesawat Terbang
JAKARTA - Menteri BUMN Mustafa Abubakar menuturkan adanya peluang kerja sama industri pesawat terbang milik Cina, Xi'an dengan BUMN industri pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Menurut Mustafa, Xi'an berminat untuk melakukan kerja sama dalam hal pembiayaan, desain, produksi, dan pemasaran pesawat PTDI.
"Diharapkan PTDI dan Xi'an dapat menjalin kerja sama strategis. Kita tidak hanya ingin membeli pesawat mereka, tapi yang penting, kerja sama dengan mereka untuk bekerja sama dengan industri pesawat terbang kita," tutur Mustafa saat ditemui pada acara Lebaran Fair 2010 di JCC, Jakarta, Rabu (25/8/2010).
Menurutnya, nanti diharapkan Xi'an bisa membeli pesawat produk PT DI karena mereka dianggap juga membutuhkan pesawat-pesawat kecil berkapasitas 20-50 kursi. "Mereka nanti bersedia kerja sama di pembiayaan, desain, produksi, pemasaran, bukan hanya di kedua negara ini, tapi juga di region, ASEAN. Kita lakukan win-win solution," ujarnya.
Meski berencana bekerja sama dalam pembiayaan, tapi menurutnya belum ada pembahasan lebih lanjut mengenai jumlah pendanaan yang akan diberikan. Tapi, lanjutnya, sesuai komitmen pemerintah Cina yang disebutkan beberapa waktu lalu, pemerintah Cina menyediakan USD35 miliar guna mengimbangi neraca perdagangan kedua negara. Dana tersebut akan cenderung dipakai untuk produk teknologi tinggi, seperti senjata dan pesawat terbang.
"USD 35 miliar ini bisa digunakan untuk membeli produk-produk Indonesia, produk yang hightech (teknologi tinggi), seperti senjata dan pesawat terbang. Nah diharapkan produk PTDI ini bisa dibeli mereka, sehingga bisa mengimbangi neraca perdagangan kita," tuturnya.
Sekedar informasi, Xi'an dikabarkan akan menjual 15 pesawat MA60 mereka kepada PT Merpati Nusantara yang akan segera didatangkan ke Indonesia.(wdi)
• Okezone
Sunday, August 29, 2010
Indonesia Produksi Rudal Balistik(Jelajah)
Satellite Launch Vehicle Lapan (photo : Kaskus Militer)
Untuk menaikan performa kekuatan militer Republik Indonesia kita bisa meniru militer Iran,Korea Utara,India,Pakistan. Yaitu dengan membuat/memproduksi sendiri rudal jelajah yang bisa menjangkau seluruh kawasan ASEAN serta kawasan Australia.Makin sering kita lakukan uji coba daya jangkau rudal akan menaikan pamor & harga diri bangsa INDONESIA. DEPHANKAM harus bisa menujukan kepada rakyat Indonesia bahwa kita bisa membuat senjata berat high technologi sebagai alat pertahanan negara. Selama ini kita masih mengandalkan pembelian alat & senjata pertahanan negara dari negara lain dimana syarat-syarat pembelian senjata selalu ada perjanjian yang berkaitan dng hak asasi manusia dan yg paling parah kena sanksi embargo pembelian suku cadang ya sudah matilah kita.Hal seperti itu jangan terjadi lagi mari kita bangkit membangun pertahanan negara yang kuat dengan kemampuan kita sendiri, jangan selalu membebani APBN yg minim anggaran pertahananya.Lakukan reseach, bentuk lembaga khusus pembuatan rudal Balistik dan libatkan mahasiswa dan perguruan tinggi sebagai bahan kajian,libatkan BIN (Badan Intelejen Negara) mencari & mencuri tehnologi rudal negara lain.Saya yakin DEPHANKAM punya kemampuan untuk mewujudkan bahwa bangsa Indonesia punya kemampuan untuk memproduksi rudal balistik.
Roket Kendali Lapan (photo : Karbol-Militaryphotos)
http://www.dephan.go.id/modules.php?name=Feedback&op=viewarticle&opid=1395
Malaysia Klaim Beberapa Wilayah RI
Kapal KF 2382 berbendera Malaysia disita petugas Stasiun Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Belawan, Medan, beberapa waktu lalu. Kapal ini satu dari dua kapal yang disita petugas di perairan Selat Malaka wilayah teritori Indonesia. Kedua kapal ini tak memiliki izin resmi menangkap ikan. (Foto: KOMPAS/Andy Riza Hidayat)
29 Agustus 2010 -- Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dunia. Secara fisik, dia punya panjang garis pantai mencapai 81.000 kilometer dengan jumlah pulau mencapai lebih dari 17.500 pulau. Luas daratan 1,9 juta kilometer persegi, sementara luas perairan 3,1 juta kilometer persegi.
Bukan perkara mudah menjaga wilayah seluas itu. Apalagi sebagai negara kepulauan yang letaknya berada di antara dua samudra dan dua benua, Indonesia berbatasan setidaknya dengan 10 negara, mulai dari Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Australia, Papua Niugini, Timor Leste, Palau, hingga India.
Belum semua wilayah perbatasan dengan negara-negara tadi sudah disepakati. Beberapa di antaranya tengah dirundingkan, sementara sebagian lain masih dalam perencanaan walau beberapa segmen kawasan sudah disepakati. Sejumlah kawasan perbatasan yang masih dalam sengketa berpotensi besar memicu persoalan, seperti terakhir terjadi di perairan sebelah utara Pulau Bintan, Kepulauan Riau.
Pada saat berpatroli dan berhasil menangkap lima kapal nelayan Malaysia yang tengah beroperasi secara ilegal, tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) malah ditangkap dan ditahan Polisi Marin Diraja Malaysia di sel tahanan mereka di Johor Bahru. Insiden itu memicu kemarahan.
Insiden perbatasan, terutama di wilayah perairan tersebut, memang rentan terjadi, mengingat setiap negara punya klaim wilayah sendiri. Dalam kasus itu, Indonesia berpegangan pada Peta 349 Tahun 2009, sementara Malaysia berpatokan pada peta tahun 1979. Keduanya sama-sama mengklaim secara unilateral (sepihak).
Proses perundingan dengan Malaysia sayangnya terkendala banyak persoalan. Indonesia masih harus menunggu tuntasnya proses perundingan atas klaim kepemilikan gugus karang South Ledge, antara Malaysia dan Singapura.
Perundingan lanjutan, menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, telah digelar berkali-kali sejak 1969, juga terkendala pergantian pejabat pemerintahan terkait, terutama di Malaysia.
Terkait perbatasan dengan Malaysia, sejumlah wilayah perairan yang masih menjadi sengketa, antara lain, batas zona ekonomi eksklusif (ZEE) untuk Segmen Selat Malaka; batas laut wilayah Indonesia-Malaysia untuk Segmen Selat Malaka Selatan; batas laut wilayah di Segmen Selat Singapura meliputi wilayah perairan seputar Pulau Batam, Bintan, dan Johor (Malaysia); batas ZEE Indonesia-Malaysia untuk Segmen Laut China Selatan; dan batas laut wilayah, ZEE, serta landas kontinen di Segmen Laut Sulawesi.
Namun begitu, sejak lima tahun terakhir (per tahun 2005 hingga Oktober 2009), sudah ada 15 kali perundingan digelar pada tingkat teknis dan serangkaian pertemuan informal. Rencananya kedua negara telah menyepakati proses pembahasan dipercepat menyusul insiden kali ini, dari yang seharusnya Oktober mendatang menjadi 6 September 2010 dalam bentuk Joint Ministrial Committee.
Sepanjang sejarah, wilayah perairan Indonesia berubah-ubah luasnya, sesuai dengan rezim aturan yang berlaku pada masanya. Menurut pakar hukum kelautan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), Agus Brotosusilo, pada masa kolonialisasi Belanda, berlaku ketentuan Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie (TZMKO) 1939, yang dijiwai prinsip Mare Liberum (Freedom of The Sea) seorang genius hukum dan juga bapak hukum internasional asal Belanda, Hugo Grotius (1604).
Agus saat ini juga menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Ideologi dan Politik Kementerian Pertahanan RI. Dia juga penulis naskah Expose Hasil Delegasi Indonesia saat mengegolkan prinsip ”Archipelagic State” Nusantara pada United Nations Conference on the Law of the Sea (UNCLOS) tahun 1982.
Dengan TZMKO itu, wilayah perairan teritorial milik Indonesia hanya diukur dari 3 mil laut dari setiap pulau. Akibatnya, kepulauan Indonesia dikelilingi dan dipisahkan oleh wilayah laut bebas. Dengan ketentuan sama masih diberlakukan saat Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya, 17 Agustus 1945, total luas wilayahnya mencapai 100.000 kilometer persegi.
Pada 13 Desember 1957, pemerintah mendeklarasikan Wawasan Nusantara, dikenal dengan Deklarasi Djuanda. Deklarasi ini menetapkan kawasan perairan di bagian dalam kepulauan Indonesia otomatis menjadi bagian dari wilayah kedaulatan Indonesia. Sementara itu, ketentuan pengukuran 3 mil dari garis pantai setiap pulau diubah menjadi 12 mil.
Lebih lanjut pada April 1982 konsep Wawasan Nusantara diterima menjadi bagian konvensi hukum laut internasional hasil Konferensi PBB tentang hukum laut yang ketiga (UNCLOS).
Selain pengukuran 12 mil tadi, juga ditetapkan tentang kawasan ZEE yang cakupannya mencapai 200 mil dari garis pantai setiap pulau.
Untuk kawasan ZEE, kewenangan hanya sebatas mengelola dan memelihara kekayaan alam saja, sementara di wilayah 12 mil tadi Indonesia punya kedaulatan penuh di daratan, perairan wilayah, dan bahkan terhadap tanah di bawah permukaan air dan ruang udara yang ada di atasnya (sovereign rights).
Sejak Sipadan dan Ligitan
Memahami sejarah sekaligus aturan yang berlaku terkait penentuan teritorial perairan seperti itu adalah keharusan. Agus mencontohkan, Malaysia sebetulnya mengakui dan menjadi anggota UNCLOS. Namun, sejak kemenangan klaim mereka atas Pulau Sipadan dan Ligitan, beberapa tahun lalu, Malaysia semakin percaya diri dan berkeras tetap berpatokan pada peta wilayah yang dibuatnya sendiri tahun 1979 (klaim unilateral).
”Peta itu memasukkan sejumlah wilayah perairan kita, sesuai UNCLOS, ke dalam wilayah mereka. Maka itu, terjadi sejumlah sengketa akibat klaim sepihak tadi, seperti sebelumnya di perairan Ambalat dan kemarin di sekitar Pulau Bintan,” kata Agus.
”Sayangnya, saat insiden 13 Agustus kemarin itu, posisi kita lemah karena kapal KKP tidak dilengkapi GPS. Padahal, dengan UNCLOS, wilayah kita sudah jelas,” ujar Agus.
Akibatnya, menurut Agus, petugas KKP tidak bisa mengklaim kapal-kapal nelayan dan patroli Polis Marin Diraja Malaysia (PMDM) telah melanggar wilayah kita berdasarkan titik koordinat yang diketahui GPS tadi. Bahkan, dalam wilayah sengketa sekalipun dibenarkan jika kedua belah pihak saling beradu klaim sepanjang memang bisa membuktikannya.
”Kalau memang yakin dan tahu aturan hukumnya, tentu kita bisa dan berani bersikap tegas. Meskipun mereka enggak mengakui, ya, tetap harus diperjuangkan klaim kita tadi. Tidak cuma itu, kalau kita menguasai masalah, dalam perundingan pun kita bisa mengambil keuntungan dari situ dan bahkan bisa menekan pihak lawan,” ujar Agus.
Agus mencontohkan, saat ini Malaysia punya pembangkit listrik berkapasitas besar di wilayah Sarawak yang jika ingin disambungkan ke kawasan Semenanjung Malaysia, pastinya kabel bawah laut pembangkit listrik tersebut harus melalui wilayah perairan Indonesia.
Pembangkit tersebut pastinya tidak banyak berguna jika hanya digunakan di seputar wilayah Sarawak yang kebanyakan masih dikelilingi hutan. Dengan pengetahuan seperti itu, bisa saja, menurut Agus, Pemerintah Indonesia memanfaatkannya untuk menekan Malaysia.
Misalnya, boleh saja Malaysia memasang kabel dasar laut penghubung untuk mengalirkan listriknya ke wilayah semenanjung mereka, tetapi sebagai kompensasi, mereka harus mengakui kawasan yang dipersengketakan selama ini, seperti di kawasan tempat terjadi insiden kemarin, sebagai wilayah kedaulatan Indonesia.
Intinya, ujar Agus, dengan memahami dan menguasai aturan hukum yang berlaku serta dukungan peralatan dan personel memadai, Indonesia bisa saja menekan Malaysia untuk mengikuti kemauannya tanpa perlu bersikap emosional setiap kali terjadi insiden provokasi dan pelanggaran wilayah oleh negara jiran itu. (Wisnu Dewabrata)
KOMPAS
29 Agustus 2010 -- Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dunia. Secara fisik, dia punya panjang garis pantai mencapai 81.000 kilometer dengan jumlah pulau mencapai lebih dari 17.500 pulau. Luas daratan 1,9 juta kilometer persegi, sementara luas perairan 3,1 juta kilometer persegi.
Bukan perkara mudah menjaga wilayah seluas itu. Apalagi sebagai negara kepulauan yang letaknya berada di antara dua samudra dan dua benua, Indonesia berbatasan setidaknya dengan 10 negara, mulai dari Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Australia, Papua Niugini, Timor Leste, Palau, hingga India.
Belum semua wilayah perbatasan dengan negara-negara tadi sudah disepakati. Beberapa di antaranya tengah dirundingkan, sementara sebagian lain masih dalam perencanaan walau beberapa segmen kawasan sudah disepakati. Sejumlah kawasan perbatasan yang masih dalam sengketa berpotensi besar memicu persoalan, seperti terakhir terjadi di perairan sebelah utara Pulau Bintan, Kepulauan Riau.
Pada saat berpatroli dan berhasil menangkap lima kapal nelayan Malaysia yang tengah beroperasi secara ilegal, tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) malah ditangkap dan ditahan Polisi Marin Diraja Malaysia di sel tahanan mereka di Johor Bahru. Insiden itu memicu kemarahan.
Insiden perbatasan, terutama di wilayah perairan tersebut, memang rentan terjadi, mengingat setiap negara punya klaim wilayah sendiri. Dalam kasus itu, Indonesia berpegangan pada Peta 349 Tahun 2009, sementara Malaysia berpatokan pada peta tahun 1979. Keduanya sama-sama mengklaim secara unilateral (sepihak).
Proses perundingan dengan Malaysia sayangnya terkendala banyak persoalan. Indonesia masih harus menunggu tuntasnya proses perundingan atas klaim kepemilikan gugus karang South Ledge, antara Malaysia dan Singapura.
Perundingan lanjutan, menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, telah digelar berkali-kali sejak 1969, juga terkendala pergantian pejabat pemerintahan terkait, terutama di Malaysia.
Terkait perbatasan dengan Malaysia, sejumlah wilayah perairan yang masih menjadi sengketa, antara lain, batas zona ekonomi eksklusif (ZEE) untuk Segmen Selat Malaka; batas laut wilayah Indonesia-Malaysia untuk Segmen Selat Malaka Selatan; batas laut wilayah di Segmen Selat Singapura meliputi wilayah perairan seputar Pulau Batam, Bintan, dan Johor (Malaysia); batas ZEE Indonesia-Malaysia untuk Segmen Laut China Selatan; dan batas laut wilayah, ZEE, serta landas kontinen di Segmen Laut Sulawesi.
Namun begitu, sejak lima tahun terakhir (per tahun 2005 hingga Oktober 2009), sudah ada 15 kali perundingan digelar pada tingkat teknis dan serangkaian pertemuan informal. Rencananya kedua negara telah menyepakati proses pembahasan dipercepat menyusul insiden kali ini, dari yang seharusnya Oktober mendatang menjadi 6 September 2010 dalam bentuk Joint Ministrial Committee.
Sepanjang sejarah, wilayah perairan Indonesia berubah-ubah luasnya, sesuai dengan rezim aturan yang berlaku pada masanya. Menurut pakar hukum kelautan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), Agus Brotosusilo, pada masa kolonialisasi Belanda, berlaku ketentuan Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie (TZMKO) 1939, yang dijiwai prinsip Mare Liberum (Freedom of The Sea) seorang genius hukum dan juga bapak hukum internasional asal Belanda, Hugo Grotius (1604).
Agus saat ini juga menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Ideologi dan Politik Kementerian Pertahanan RI. Dia juga penulis naskah Expose Hasil Delegasi Indonesia saat mengegolkan prinsip ”Archipelagic State” Nusantara pada United Nations Conference on the Law of the Sea (UNCLOS) tahun 1982.
Dengan TZMKO itu, wilayah perairan teritorial milik Indonesia hanya diukur dari 3 mil laut dari setiap pulau. Akibatnya, kepulauan Indonesia dikelilingi dan dipisahkan oleh wilayah laut bebas. Dengan ketentuan sama masih diberlakukan saat Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya, 17 Agustus 1945, total luas wilayahnya mencapai 100.000 kilometer persegi.
Pada 13 Desember 1957, pemerintah mendeklarasikan Wawasan Nusantara, dikenal dengan Deklarasi Djuanda. Deklarasi ini menetapkan kawasan perairan di bagian dalam kepulauan Indonesia otomatis menjadi bagian dari wilayah kedaulatan Indonesia. Sementara itu, ketentuan pengukuran 3 mil dari garis pantai setiap pulau diubah menjadi 12 mil.
Lebih lanjut pada April 1982 konsep Wawasan Nusantara diterima menjadi bagian konvensi hukum laut internasional hasil Konferensi PBB tentang hukum laut yang ketiga (UNCLOS).
Selain pengukuran 12 mil tadi, juga ditetapkan tentang kawasan ZEE yang cakupannya mencapai 200 mil dari garis pantai setiap pulau.
Untuk kawasan ZEE, kewenangan hanya sebatas mengelola dan memelihara kekayaan alam saja, sementara di wilayah 12 mil tadi Indonesia punya kedaulatan penuh di daratan, perairan wilayah, dan bahkan terhadap tanah di bawah permukaan air dan ruang udara yang ada di atasnya (sovereign rights).
Sejak Sipadan dan Ligitan
Memahami sejarah sekaligus aturan yang berlaku terkait penentuan teritorial perairan seperti itu adalah keharusan. Agus mencontohkan, Malaysia sebetulnya mengakui dan menjadi anggota UNCLOS. Namun, sejak kemenangan klaim mereka atas Pulau Sipadan dan Ligitan, beberapa tahun lalu, Malaysia semakin percaya diri dan berkeras tetap berpatokan pada peta wilayah yang dibuatnya sendiri tahun 1979 (klaim unilateral).
”Peta itu memasukkan sejumlah wilayah perairan kita, sesuai UNCLOS, ke dalam wilayah mereka. Maka itu, terjadi sejumlah sengketa akibat klaim sepihak tadi, seperti sebelumnya di perairan Ambalat dan kemarin di sekitar Pulau Bintan,” kata Agus.
”Sayangnya, saat insiden 13 Agustus kemarin itu, posisi kita lemah karena kapal KKP tidak dilengkapi GPS. Padahal, dengan UNCLOS, wilayah kita sudah jelas,” ujar Agus.
Akibatnya, menurut Agus, petugas KKP tidak bisa mengklaim kapal-kapal nelayan dan patroli Polis Marin Diraja Malaysia (PMDM) telah melanggar wilayah kita berdasarkan titik koordinat yang diketahui GPS tadi. Bahkan, dalam wilayah sengketa sekalipun dibenarkan jika kedua belah pihak saling beradu klaim sepanjang memang bisa membuktikannya.
”Kalau memang yakin dan tahu aturan hukumnya, tentu kita bisa dan berani bersikap tegas. Meskipun mereka enggak mengakui, ya, tetap harus diperjuangkan klaim kita tadi. Tidak cuma itu, kalau kita menguasai masalah, dalam perundingan pun kita bisa mengambil keuntungan dari situ dan bahkan bisa menekan pihak lawan,” ujar Agus.
Agus mencontohkan, saat ini Malaysia punya pembangkit listrik berkapasitas besar di wilayah Sarawak yang jika ingin disambungkan ke kawasan Semenanjung Malaysia, pastinya kabel bawah laut pembangkit listrik tersebut harus melalui wilayah perairan Indonesia.
Pembangkit tersebut pastinya tidak banyak berguna jika hanya digunakan di seputar wilayah Sarawak yang kebanyakan masih dikelilingi hutan. Dengan pengetahuan seperti itu, bisa saja, menurut Agus, Pemerintah Indonesia memanfaatkannya untuk menekan Malaysia.
Misalnya, boleh saja Malaysia memasang kabel dasar laut penghubung untuk mengalirkan listriknya ke wilayah semenanjung mereka, tetapi sebagai kompensasi, mereka harus mengakui kawasan yang dipersengketakan selama ini, seperti di kawasan tempat terjadi insiden kemarin, sebagai wilayah kedaulatan Indonesia.
Intinya, ujar Agus, dengan memahami dan menguasai aturan hukum yang berlaku serta dukungan peralatan dan personel memadai, Indonesia bisa saja menekan Malaysia untuk mengikuti kemauannya tanpa perlu bersikap emosional setiap kali terjadi insiden provokasi dan pelanggaran wilayah oleh negara jiran itu. (Wisnu Dewabrata)
KOMPAS
Thursday, August 26, 2010
BUAH DARI SEBUAH EMBARGO NEGARA BARAT (USA) TERHADAP INDONESIA
TNI di embargo oleh Amerika Serikat sejak tahun 1998 membuat alutsista TNI kekurangan suku cadang, mulai dari sinilah INDONESIA khususnya TNI berfikir dan mencari alternati agar supaya ALUTSISTA TNI jangan merujuk satu negara saja, dan dari sinilah INDONESIA bangun dari mimpinya. diantaranya
MATRA UDARA
Dimatra udara PT Dirgantara Indonesia berhasil membuat pesawat CN 235 Military, CN 235 MPA, bahkan sekarang CN 235 MPA + Antisub marine dan PT DI berhasil membuat Helicopter serang, dan mampu membuat suku cadang F16 loocked martin, membuat sayap air bus, dan sekarang Indonesia melalui PT DI mengadakan kerjasama pembuatan jet tempur generasi KE 5 yang mempunyai teknologi siluman stealth dengan teman kita Kore Selatan dan produksi bersama T-50 golden eagle, dengan pakistan ditawari untuk produksi JF 17 thunder, dengan turki juga yang notabenenya turki mempunya lisensi untuk produksi suku cadang F16. bahkan PT DI sedang mengembangkan Hovercraft untuk TNI AD.
LAPAN berhasil membuat roket-roket jenis RX dan D230 berjarak 100 km 300 km 400 km yang berpandu laser bahkan dikembangkan menjadi 1000 km dengan program SLV untuk peluncuran satelit made in INDONESIA, bahkan LAPAN berhasil membuat satelit mikro rencananya tahun 2014.
PT PINDAD berhasil membuat rudal dari darat - kedarat , BPPT berhasil membuat pesawat UAV, LIPI berhasil membuat radar made in INDONESIA.
PT SARI BAHARI berhasil membuat bom P100 P200 untuk bom latih Jet tempur Shukoi
Untuk menutupi kekurangan industri pertahanan dalam negeri DI MATRA UDARA INDONESIA menggandeng kawan lamanya yaitu RUSSIA yang mempunya politik tanpa syarat "ada uang kami jual tanpa syarat apapun" INDONESIA memdapat pinjaman lunak dari RUSSIA alhasil masuklah 7 sukhoi 27,30 akan datang 3 sukhoi tiba INDONESIA sebelum september, Pembelian 12 kapal selam kelas kilo dan amur, 20 tank BMP 3, HELI SERANG, rudal rudal dari RUSSIA, INDONESIA MENGANDENG CINA, TURKI, KORSEL,PAKISTAN,INDIA.......
TOBE CONTINUE......KE MATRA DARAT DAN LAUT WUIIIH MAKIN SERU DEH DENGAN PERHELATAN INDUSTRI PERTAHANAN KITA
OLEH : INDRA WIJAYA
MATRA UDARA
Dimatra udara PT Dirgantara Indonesia berhasil membuat pesawat CN 235 Military, CN 235 MPA, bahkan sekarang CN 235 MPA + Antisub marine dan PT DI berhasil membuat Helicopter serang, dan mampu membuat suku cadang F16 loocked martin, membuat sayap air bus, dan sekarang Indonesia melalui PT DI mengadakan kerjasama pembuatan jet tempur generasi KE 5 yang mempunyai teknologi siluman stealth dengan teman kita Kore Selatan dan produksi bersama T-50 golden eagle, dengan pakistan ditawari untuk produksi JF 17 thunder, dengan turki juga yang notabenenya turki mempunya lisensi untuk produksi suku cadang F16. bahkan PT DI sedang mengembangkan Hovercraft untuk TNI AD.
LAPAN berhasil membuat roket-roket jenis RX dan D230 berjarak 100 km 300 km 400 km yang berpandu laser bahkan dikembangkan menjadi 1000 km dengan program SLV untuk peluncuran satelit made in INDONESIA, bahkan LAPAN berhasil membuat satelit mikro rencananya tahun 2014.
PT PINDAD berhasil membuat rudal dari darat - kedarat , BPPT berhasil membuat pesawat UAV, LIPI berhasil membuat radar made in INDONESIA.
PT SARI BAHARI berhasil membuat bom P100 P200 untuk bom latih Jet tempur Shukoi
Untuk menutupi kekurangan industri pertahanan dalam negeri DI MATRA UDARA INDONESIA menggandeng kawan lamanya yaitu RUSSIA yang mempunya politik tanpa syarat "ada uang kami jual tanpa syarat apapun" INDONESIA memdapat pinjaman lunak dari RUSSIA alhasil masuklah 7 sukhoi 27,30 akan datang 3 sukhoi tiba INDONESIA sebelum september, Pembelian 12 kapal selam kelas kilo dan amur, 20 tank BMP 3, HELI SERANG, rudal rudal dari RUSSIA, INDONESIA MENGANDENG CINA, TURKI, KORSEL,PAKISTAN,INDIA.......
TOBE CONTINUE......KE MATRA DARAT DAN LAUT WUIIIH MAKIN SERU DEH DENGAN PERHELATAN INDUSTRI PERTAHANAN KITA
OLEH : INDRA WIJAYA
Sunday, August 22, 2010
Pameran Hasil Inovasi Iptek Lapan Tampilkan Teknologi Dirgantara
Jakarta, Lapan.go.id, Lapan turut dalam pameran Hasil Inovasi Iptek yang berlangsung pada 9-11 Agustus di gedung BPPT, Jakarta. Pameran ini diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-15. Tema Hakteknas kali ini adalah Penguatan Sistem Inovasi Nasional. Sementara itu, tema yang diusung Lapan untuk kegiatan ini adalah Kuasai Teknologi Dirgantara sebagai Jati Diri Bangsa. Dalam pameran ini, Lapan menampilkan model berbagai hasil penelitian dan pengembangan kedirgantaraan. Model produk yang ditampilkan yaitu satelit mikro Lapan-Tubsat dengan skala 1:1, prototipe Roket Pengorbit Satelit (RPS), RX-100, RX-150, roket D230-RX 1210, dan roket D230 1213/1210. Selain model produk, Lapan juga menampilkan poster tentang radar transformer roket, satelit Lapan-Tubsat, Kompetisi Roket Indonesia, dan dasar-dasar teori roket. Audiovisual juga disertakan dalam pameran tersebut. Audiovisual tersebut merupakan dokumentasi uji terbang roket D230 1213/1210 dan RX-420 pada 2009 di Pameungpeuk, Jawa Barat. Pameran ini dibuka oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Drs. Suharna Surapranata, MT, Selasa (10/8). Saat sambutan pembukaan pameran, ia mengajak masyarakat untuk memanfaatkan peringatan Hakteknas ke-15 guna menjadikan teknologi karya anak bangsa sebagai gerakan nasional. Usai memberikan sambutan, Menristek mengunjungi berbagai gerai pameran. Pameran Hakteknas tersebut diikuti oleh tujuh industri, dua perguruan tinggi, serta 17 lembaga litbang pemerintah dan lembaga pemerintah nonkementerian. | ||
Sumber: Humas/EN | lapan |
Indonesia dan India Bentuk Komite Bilateral Antariksa
Bogor, Lapan.go.id, Sabtu (14/8), Perwakilan dari ISRO (lembaga antariksa India) mengunjungi Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara di Rancabungur, Bogor. Kunjungan ini merupakan rangkaian pembentukan komite bilateral antariksa. Komite tersebut terdiri dari Lapan dan ISRO. Kerja sama pembentukan komite tersebut ditandatangani oleh Sekretaris Utama Lapan, Dr. Bambang Koesoemanto, M. Sc. dan Direktur ISTRAC (jaringan komando dan tracking ISRO), SK Shivakumar. Penandatanganan berlangsung pada Joint Commitee Meeting Indonesia dan India di Bali, Senin (9/8). Pembentukan komite bilateral bidang antariksa tersebut merupakan suatu wujud implementasi dari kerjasama Indonesia dan India dalam bidang teknologi dan aplikasi antariksa. Dalam kegiatan tersebut, Indonesia mengajukan permohonan kepada India untuk memindahkan kepemilikan stasiun TT & C Lapan-ISRO di Biak kepada Indonesia. Menanggapi hal tersebut, India menyatakan bahwa proses perpindahan kepemilikan harus dilakukan pada tingkat pemerintahan. “Kemudian, dalam waktu dua bulan setelah diplomasi antarpemerintah, India akan menyiapkan proposal persetujuan untuk perpindahan stasiun TT & C, ujar Shivakumar. Untuk proses perpindahan kepemilikan, India meminta Indonesia untuk bekerja sama dalam beberapa bidang kedirgantaraan. Kerja sama tersebut meliputi identifikasi tempat pembangunan antena TT & C satelit baru dengan ketinggian 40 meter di Biak, pengoperasian stasiun bumi satelit yang dapat dipindahkan, perolehan data satelit penginderaan jauh IRS, Cartosat, dan Oceansat-2. Guna mewujudkan pembentukan komite bilateral ini, pihak ISRO berkunjung ke kantor Lapan di Biak dan Rancabungur. Dalam kunjungan di Rancabungur, Drs. Kepala Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara, Drs. Toto Marnanto Kadri, menjelaskan mengenai satelit-satelit yang dimiliki oleh Indonesia beserta program pembangunan satelit di Lapan. Kunjungan tersebut dilanjutkan dengan meninjau aktivitas kegiatan Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara. | ||
Sumber: Humas/JH/SF | lapan |
Dari Rami, Indonesia Mampu Produksi Pakaian Tentara
Indonesia ternyata bisa menciptakan perlengkapan perang secara mandiri. Ini diungkapkan Achmad Joing, salah satu peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) TNI di sela-sela acara R&D Ritech Expo 2010 di Jakarta, Sabtu (21/8/2010). Salah satunya yang paling sederhana adalah membuat pakaian tentara dari rami, pengganti kapas. Selama ini Indonesia selalu mengimpor kapas sebagai bahan baku kain. Namun, Balitbang TNI menemukan tanaman rami, yang tumbuh di dataran tinggi mempunyai kualitas lebih baik dari kapas. "Rami ini seratnya lebih halus dari kapas, lebih nyaman dipakai, lebih kuat, dan membuat suhu tubuh tetap rendah jadi tentara tidak kepanasan," ujar Achmad.
Pakaian ini telah diteliti dari tahun 2004 sampai 2007. Namun, ternyata Pemerintah Indonesia sampai saat ini masih enggan untuk menggunakan karya anak bangsa ini. Menurut Achmad, sejak dipasarkan tahun 2007, Pemerintah belum melirik pakaian ini, justru mereka mendapatkan pesanan tetap dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
"Pemerintah belum mau pakai ini, malahan yang beli ini adalah NATO, tiap tahun kita mendapatkan order sebanyak 30.000 setel pakaian tentara (topi, baju, celana, dan sepatu)," ujarnya.
Selain pakaian, putra Indonesia juga sudah mampu membuat laras untuk senjata api, baik laras pendek maupun laras panjang. Pesawat pengintai tanpa awak, alat komunikasi militer, panser militer, kapal patroli, sampai rompi antipeluru juga telah diciptakan dari tangan-tangan generasi muda Indonesia. "Semua terbukti lebih baik dan lebih murah," tegas Achmad.
Namun masalahnya, lanjut Achmad, pemerintah tidak memiliki goodwill untuk memberdayakan putra bangsa. "Laras saja kita beli dari Belgia, padahal kita sudah bisa buat laras sendiri yang lebih baik dan lebih murah, ini semua hanya karena tidak adanya goodwill dari pemerintah," ujarnya.(IRIB/Kompas)
Pakaian ini telah diteliti dari tahun 2004 sampai 2007. Namun, ternyata Pemerintah Indonesia sampai saat ini masih enggan untuk menggunakan karya anak bangsa ini. Menurut Achmad, sejak dipasarkan tahun 2007, Pemerintah belum melirik pakaian ini, justru mereka mendapatkan pesanan tetap dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
"Pemerintah belum mau pakai ini, malahan yang beli ini adalah NATO, tiap tahun kita mendapatkan order sebanyak 30.000 setel pakaian tentara (topi, baju, celana, dan sepatu)," ujarnya.
Selain pakaian, putra Indonesia juga sudah mampu membuat laras untuk senjata api, baik laras pendek maupun laras panjang. Pesawat pengintai tanpa awak, alat komunikasi militer, panser militer, kapal patroli, sampai rompi antipeluru juga telah diciptakan dari tangan-tangan generasi muda Indonesia. "Semua terbukti lebih baik dan lebih murah," tegas Achmad.
Namun masalahnya, lanjut Achmad, pemerintah tidak memiliki goodwill untuk memberdayakan putra bangsa. "Laras saja kita beli dari Belgia, padahal kita sudah bisa buat laras sendiri yang lebih baik dan lebih murah, ini semua hanya karena tidak adanya goodwill dari pemerintah," ujarnya.(IRIB/Kompas)
Indonesia Pun Tak Kalah Dari Iran
Srinti, pesawat tanpa awak hasil ciptaan putra Indonesia, diperkenalkan pada R&D Ritech Expo 2010, Sabtu (21/8/2010). Menurut Teguh, salah seorang engineer dari BPPT, Srinti adalah pesawat kelima yang telah dibuat BPPT. "Ini pengembangan yang kelima, sebelumnya ada Pelatuk, Wulung, Gagak, dan Alap-alap. Namun, walaupun sudah lima pesawat yang diciptakan, baru Srinti yang akan diberdayagunakan oleh pemerintah. Belum ada yang dipakai, baru Srinti ini yang rencananya akan dipakai pemerintah," ujar Armanto, salah seorang engineer lainnya.
Rencananya, pada bulan November nanti Srinti akan digunakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengawasan zona laut terluar Indonesia. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi lagi penerobosan kapal-kapal asing.
"Kita akan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengawasan laut terluar indonesia," ujar Armanto lebih lanjut.
Srinti berbahan bakar methanol seperti yang dipakai di pesawat aeromodelling. Jarak pengendalian maksimum Srinti adalah 45 km. Pengendalian pesawat menggunakan Ground Control Station (GCS).
GCS terdiri dari remote control yang digunakan saat lepas landas dan mendarat. Saat di udara, Srinti bergerak autonomus, sesuai titik-titik yang telah ditentukan di komputer. Pergerakan peswat ini menggunakan software Dynamic c# dengan prosesor Rabbit 4000 yang telah dikembangkan oleh tim BPPT. (Kompas.com)
Rencananya, pada bulan November nanti Srinti akan digunakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengawasan zona laut terluar Indonesia. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi lagi penerobosan kapal-kapal asing.
"Kita akan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengawasan laut terluar indonesia," ujar Armanto lebih lanjut.
Srinti berbahan bakar methanol seperti yang dipakai di pesawat aeromodelling. Jarak pengendalian maksimum Srinti adalah 45 km. Pengendalian pesawat menggunakan Ground Control Station (GCS).
GCS terdiri dari remote control yang digunakan saat lepas landas dan mendarat. Saat di udara, Srinti bergerak autonomus, sesuai titik-titik yang telah ditentukan di komputer. Pergerakan peswat ini menggunakan software Dynamic c# dengan prosesor Rabbit 4000 yang telah dikembangkan oleh tim BPPT. (Kompas.com)
Saturday, August 21, 2010
Srinti, Pesawat Bikinan Anak Negeri
Saturday, August 21, 2010
Pesawat tanpawak srinti diperkenalkan dalan R&D Ritech 2010 (21/08/2010). Pesawat ini rencananya akan digunakan kementerian kelautan dan perikanan untuk pengawasan laut indonesia. (Foto: KOMPAS/Remigius Septian)
21 Agustus 2010, Jakarta -- Srinti, pesawat tanpa awak hasil ciptaan putra Indonesia, diperkenalkan pada R&D Ritech Expo 2010, Sabtu (21/8/2010). Menurut Teguh, salah seorang engineer dari BPPT, Srinti adalah pesawat kelima yang telah dibuat BPPT.
"Ini pengembangan yang kelima, sebelumnya ada Pelatuk, Wulung, Gagak, dan Alap-alap. Namun, walaupun sudah lima pesawat yang diciptakan, baru Srinti yang akan diberdayagunakan oleh pemerintah. Belum ada yang dipakai, baru Srinti ini yang rencananya akan dipakai pemerintah," ujar Armanto, salah seorang engineer lainnya.
Rencananya, pada bulan November nanti Srinti akan digunakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengawasan zona laut terluar Indonesia. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi lagi penerobosan kapal-kapal asing.
"Kita akan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengawasan laut terluar indonesia," ujar Armanto lebih lanjut.
Srinti berbahan bakar methanol seperti yang dipakai di pesawat aeromodelling. Jarak pengendalian maksimum Srinti adalah 45 km. Pengendalian pesawat menggunakan Ground Control Station (GCS).
GCS terdiri dari remote control yang digunakan saat lepas landas dan mendarat. Saat di udara, Srinti bergerak autonomus, sesuai titik-titik yang telah ditentukan di komputer. Pergerakan peswat ini menggunakan software Dynamic c# dengan prosesor Rabbit 4000 yang telah dikembangkan oleh tim BPPT.
KOMPAS
21 Agustus 2010, Jakarta -- Srinti, pesawat tanpa awak hasil ciptaan putra Indonesia, diperkenalkan pada R&D Ritech Expo 2010, Sabtu (21/8/2010). Menurut Teguh, salah seorang engineer dari BPPT, Srinti adalah pesawat kelima yang telah dibuat BPPT.
"Ini pengembangan yang kelima, sebelumnya ada Pelatuk, Wulung, Gagak, dan Alap-alap. Namun, walaupun sudah lima pesawat yang diciptakan, baru Srinti yang akan diberdayagunakan oleh pemerintah. Belum ada yang dipakai, baru Srinti ini yang rencananya akan dipakai pemerintah," ujar Armanto, salah seorang engineer lainnya.
Rencananya, pada bulan November nanti Srinti akan digunakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengawasan zona laut terluar Indonesia. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi lagi penerobosan kapal-kapal asing.
"Kita akan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengawasan laut terluar indonesia," ujar Armanto lebih lanjut.
Srinti berbahan bakar methanol seperti yang dipakai di pesawat aeromodelling. Jarak pengendalian maksimum Srinti adalah 45 km. Pengendalian pesawat menggunakan Ground Control Station (GCS).
GCS terdiri dari remote control yang digunakan saat lepas landas dan mendarat. Saat di udara, Srinti bergerak autonomus, sesuai titik-titik yang telah ditentukan di komputer. Pergerakan peswat ini menggunakan software Dynamic c# dengan prosesor Rabbit 4000 yang telah dikembangkan oleh tim BPPT.
KOMPAS
Friday, August 20, 2010
Menristek dan Memperin buka R&D Ritech Expo 2010
Kepala BPPT, Marzan A Iskandar memegang prototipe Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) saat pembukaan pameran "Ritech 2010" di JCC, Senayan, Jakarta, Jumat (20/8). Expo tahunan ke-10 ini merupakan rangkaian Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 2010 hasil kerjasama Kementerian Riset dan Teknologi dan Kementerian Perindustrian dengan tema "Temukan Energi, Teknologi Nano Dalam Kehidupan". (Foto: ANTARA/Paramayuda/pd/10)
20 Agustus 2010, Jakarta -- Usaha bangsa Indonesia dalam percepatan pembangunan dan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dapat dilepaskan dari peran dan keterlibatan teknologi. Oleh karena itu Indonesia tidak cukup mengandalkan pertumbuhan ekonomi yang ditunjang keunggulan komparatif saja, namun perlu ditunjang pula oleh keunggulan kompetitif. Sebagai konsekuensinya, dominasi produk hasil industri yang selama ini berbasiskan sumber daya alam harus mulai dialihkan ke produk yang berbasiskan hasil inovasi.
Hal tersebut disampaikan Menristek, Suharna Surapranata dalam sambutannya pada Pembukaan R&D Ritech Expo 2010 yang diadakan di Jakarta Convention Center, pada Jumat 20 Agustus 2010. Turut hadir pada acara tersebut, Menteri Perindustrian, M.S. Hidayat, serta Kepala LPNK, perwakilan DPR dan duta besar negara sahabat.
Pada kesempatan tersebut, Menristek kembali menegaskan pentingnya sinergi antara lembaga riset dengan sektor industri. Berdasarkan pemetaan riset sesuai dengan Agenda Riset Nasional, sejauh ini banyak hasil riset hanya sampai pada tahap riset dasar dan riset terapan saja. Sedangkan untuk peningkatan kapasitas produksi dan percepatan difusi belum optimal karena lemahnya kolaborasi antara lembaga riset dan industri. Intermediasi antara keduanya perlu dibangun sehingga lembaga riset dapat menghasilkan produk yang diperlukan industri dan di sisi lain industri senantiasa mengkomunikasikan produk hasil riset yang mereka butuhkan. Bila kolaborasi keduanya ditunjang dengan komitmen pemerintah, maka tidak mustahil pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan dicapai. “Sinergi antar lembaga litbang, industri dan pemerintah atau yang biasa disebut dengan triple helix, bisa meningkatkan kemampuan kita untuk berkompetisi sehingga kita bisa menembus pasar dunia”, ujar Menristek.
Sementara itu, Menteri Perindustrian, MS Hidayat dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan R&D Ritech Expo diselenggarakan untuk menjawab rendahnya penerapan teknologi yang dihasilkan oleh lembaga litbang nasional pada dunia industri. Menperin berharap kegaitan ini dapat menjadi pendorong bagi masyarakat luas untuk lebih meningkatkan kemampuan produksi industri mereka dan makin memanfaatkan serta menerapkan hasil litbang yang telah dihasilkan oleh lembaga litbang. “Semoga RD Ritech expo mampu membuka lebih luas wawasan kita tentang kemampuan teknologi dalam negeri sehingga mampu memberikan sumbangan yang lebih nyata dalam pembangunan ekonomi nasional”, ujar Menperin.
Pameran R&D Ritech Expo 2010
R&D – RITECH Expo 2010 diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi selama 3 hari mulai 20 Agustus 2010 hingga 22 Agustus 2010. Pameran yang bertemakan “Inovasi Teknologi Menuju Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis Nanoteknologi” diikuti lebih dari 100 stand yang berasal dari lembaga litbang pemerintah, lembaga litbang industri, dan perguruan tinggi. Peserta pameran dibagi atas zona bidang fokus yaitu Zona Hankam 15 stand, teknologi informasi dan komunikasi 18 stand, material maju 17 stand, Kesehatan 12 stand, Energy 17 stand, Transportasi 11 stand dan Pangan 12 stand.
Selain pameran tematik nantoteknologi dan fokus litbang nasional, R&D Ritech Expo juga diisi dengan talkshow, karyawisata pelajar dan seminar yang merupakan tindak lanjut kerjasama Indonesia-Mesir di bidang pengembangan dan penerapan nanoteknologi.
Ristek
20 Agustus 2010, Jakarta -- Usaha bangsa Indonesia dalam percepatan pembangunan dan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dapat dilepaskan dari peran dan keterlibatan teknologi. Oleh karena itu Indonesia tidak cukup mengandalkan pertumbuhan ekonomi yang ditunjang keunggulan komparatif saja, namun perlu ditunjang pula oleh keunggulan kompetitif. Sebagai konsekuensinya, dominasi produk hasil industri yang selama ini berbasiskan sumber daya alam harus mulai dialihkan ke produk yang berbasiskan hasil inovasi.
Hal tersebut disampaikan Menristek, Suharna Surapranata dalam sambutannya pada Pembukaan R&D Ritech Expo 2010 yang diadakan di Jakarta Convention Center, pada Jumat 20 Agustus 2010. Turut hadir pada acara tersebut, Menteri Perindustrian, M.S. Hidayat, serta Kepala LPNK, perwakilan DPR dan duta besar negara sahabat.
Pada kesempatan tersebut, Menristek kembali menegaskan pentingnya sinergi antara lembaga riset dengan sektor industri. Berdasarkan pemetaan riset sesuai dengan Agenda Riset Nasional, sejauh ini banyak hasil riset hanya sampai pada tahap riset dasar dan riset terapan saja. Sedangkan untuk peningkatan kapasitas produksi dan percepatan difusi belum optimal karena lemahnya kolaborasi antara lembaga riset dan industri. Intermediasi antara keduanya perlu dibangun sehingga lembaga riset dapat menghasilkan produk yang diperlukan industri dan di sisi lain industri senantiasa mengkomunikasikan produk hasil riset yang mereka butuhkan. Bila kolaborasi keduanya ditunjang dengan komitmen pemerintah, maka tidak mustahil pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan dicapai. “Sinergi antar lembaga litbang, industri dan pemerintah atau yang biasa disebut dengan triple helix, bisa meningkatkan kemampuan kita untuk berkompetisi sehingga kita bisa menembus pasar dunia”, ujar Menristek.
Sementara itu, Menteri Perindustrian, MS Hidayat dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan R&D Ritech Expo diselenggarakan untuk menjawab rendahnya penerapan teknologi yang dihasilkan oleh lembaga litbang nasional pada dunia industri. Menperin berharap kegaitan ini dapat menjadi pendorong bagi masyarakat luas untuk lebih meningkatkan kemampuan produksi industri mereka dan makin memanfaatkan serta menerapkan hasil litbang yang telah dihasilkan oleh lembaga litbang. “Semoga RD Ritech expo mampu membuka lebih luas wawasan kita tentang kemampuan teknologi dalam negeri sehingga mampu memberikan sumbangan yang lebih nyata dalam pembangunan ekonomi nasional”, ujar Menperin.
Pameran R&D Ritech Expo 2010
R&D – RITECH Expo 2010 diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi selama 3 hari mulai 20 Agustus 2010 hingga 22 Agustus 2010. Pameran yang bertemakan “Inovasi Teknologi Menuju Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis Nanoteknologi” diikuti lebih dari 100 stand yang berasal dari lembaga litbang pemerintah, lembaga litbang industri, dan perguruan tinggi. Peserta pameran dibagi atas zona bidang fokus yaitu Zona Hankam 15 stand, teknologi informasi dan komunikasi 18 stand, material maju 17 stand, Kesehatan 12 stand, Energy 17 stand, Transportasi 11 stand dan Pangan 12 stand.
Selain pameran tematik nantoteknologi dan fokus litbang nasional, R&D Ritech Expo juga diisi dengan talkshow, karyawisata pelajar dan seminar yang merupakan tindak lanjut kerjasama Indonesia-Mesir di bidang pengembangan dan penerapan nanoteknologi.
Ristek
Monday, August 16, 2010
Menhan Launching Pembangunan Kapal Perang Tempur PKR Pertama di Indonesia
(Foto: Tri Kurniawan/okezone)
Launching pembangunan kapal perang PKR dengan tema “Persembahan Anak Bangsa Untuk Bumi Persada Indonesia” tersebut, ditandai dengan pembukaan secara simbolis Selubung Mock Up Kapal perang tempur PKR oleh Menhan. Hadir dalam acara tersebut Panglima TNI Djoko Santoso, Kasal Laksama TNI Agus Suhartono, Wamenhan Letjen TNI Sjafri Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A. dan Dirut PT. PAL Harsusanto serta sejumlah pejabat di jajaran Kemhan, Mabes TNI dan Mabesal.
Selain itu, hadir pula pejabat perwakilan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek, Kementerian BUMN, Bappenas dan Anggota Komisi I DPR RI serta perwakilan dari Damen di Indonesia.
Menhan dalam sambutannya mengatakan, setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Kemhan dapat me-launching pembangunan kapal perang PKR yang merupakan kapal perang tempur terbesar dan pertama yang akan dibangun di Indonesia yaitu di PT. PAL.
Menurut Menhan, launching pembangunan kapal perang PKR ini sangat penting, mengingat hal ini sejalan dengan salah satu prioritas pembangunan pada pemerintahan Kabinet Indonesia ke II yaitu membangun industri pertahanan dalam negari. Makna dari pembangunan industri pertahanan dalam negeri adalah semaksimal dan sedapat mungkin agar Alutsista TNI dibangun di dalam negeri.
“Launching pembangunan kapal perang PKR ini menjadi moment yang sangat penting, karena setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998, kemudian kita mencoba untuk membangun kembali industri pertahanan dalam negeri”, tambah Menhan.
Menhan mengatakan, pembangunan kapal perang PKR ini akan menjadi titik awal bangkitnya industri pertahanan dalam negeri khususnya industri kapal perang, dan selanjutnya diharapkan akan terus dapat membangun kapal sejenis ini berikutnya sehingga Indonesia di masa depan akan memiliki angkatan laut yang kuat.
Lebih lanjut Menhan menjelaskan, disamping digunakan untuk tugas – tugas tempur, kapal perang PKR juga diperlukan untuk memberikan deterrent effect atau efek gentar terhadap siapapun yang akan mencoba mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
Menhan menambahkan, kapal perang PKR ini juga dapat digunakan dalam peace keeping mission atau misi penjaga perdamaian. Dalam misi perdamaian, Indonesia tidak hanya mengirimkan pasukan dari TNI AD, tetapi juga telah mengirimkan kapal perang dalam suatu naval mission di Lebanon.
Pada waktu itu, dengan Sigma Kelas sudah cukup berhasil dan diakui oleh NATO bahwa kapal perang TNI AL telah memenuhi standar dari kapal - kapal perang NATO. Dengan kehadiran kapal perang PKR ini, menurut Menhan diharapkan nantinya akan menempatkan Indonesia pada kelas yang lebih tinggi dan terhormat dalam kancah di dunia Internasional.
Selain itu, dengan pembangunan kapal perang PKR yang akan dibuat PT. PAL, juga membuktikan bahwa pemerintah dalam hal ini Kemhan dan TNI berkomitmen dalam mewujudkan kebijakan pertahanan yang pro kesejahteraan. Melalui pembangunan kapal perang PKR di PT.PAL, industri pertahanan pendukung dalam negeri lainnya akan tumbuh yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyerapan tenaga kerja.
Menhan mengatakan, walaupun dalam pembangunan kapal perang PKR pertama ini masih ada beberapa kekurangan yang harus terus diperbaiki, namun hal ini merupakan langkah perjalanan yang besar bagi industri pertahanan dalam negeri. “Walaupun di tempat lain pembangunan kapal perang PKR seperti ini sudah dilakukan, tetapi ini membuktikan bahwa suatu saat nanti Indonesia akan dapat tampil dan kuat di laut dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI”, tambah Menhan.
Mengakhiri sambutannya, Menhan menyampaikan rasa bangga dan terimakasih kepada semua pihak baik Panglima TNI, Kasal dan tim yang dipimpin oleh Sekjen Kemhan yang telah bekerja keras bertahun - tahun dalam mempersiapkan dan mewujudkan pembangunan kapal perang PKR. Bertepatan dengan ulang tahun Kemerdekaan RI ke 65, ini adalah wujud persembahan dari anak bangsa di sektor pertahanan, seluruh jajaran Kemhan dan TNI.
Sementara itu, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A saat membacakan narasi pembangunan kapal perang PKR mengatakan, dalam mewujudkan cita –cita mulia dan sebagai dedikasi kepada bangsa Indonesia, Kemhan dengan segenap stake holder berupaya mewujudkan pembangunan kapal perang tempur jenis PKR yang terbesar yang akan dibangun di industri pertahanan dalam negeri. Hal ini juga sebagai apresiasi industri pertahanan dalam berkontribusi guna pemenuhan kebutuhan Alutsista.
Lebih lanjut Sekjen Kemhan menjelaskan, desain kapal PKR ini telah mempertimbangkan dalam pemenuhan tuntutan operasional yang meliputi perkembangan lingkungan strategis, konsep pembangunan trimatra TNI dan program kemandirian Alutsista melalui Transfer of Knolage (TOK) dan Transfer of Technology (TOT).
Sementara itu dalam rancang bangun telah ditetapkan kriteria antara lain mampu dioperasikan sampai dengan batas terluar zona ekonomi eksklusif, memiliki fire power handal dan mampu menimbulkan dampak penangkalan, memiliki teknologi Senkomlek terkini dan terintegrasi serta dapat diup-grade sesuai dengan perkembangan teknologi dan mampu melaksanakan tugas – tugas SAR.
Sekjen Kemhan menambahkan, sasaran yang ingin dicapai adalah diharapkan PT. PAL sebagai industri strategis pertahanan dapat secara mandiri mampu mendesain dan memproduksi kapal jenis PKR, fregat dan kapal atas air lainnya.
Sekjen Kemhan mengatakan, pembangunan kapal PKR ini merupakan persembahan anak bangsa kepada bumi persada Indonesia dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 65 Tahun 2010 yang diharapkan akan meningkatkan posisi tawar dan daya saing bangsa Indonesia.
Proses pembangunan kapal perang PKR
Pembangunan kapal perang PKR ini diawali dengan pengajuan pengadaan satu buah kapal perang jenis PKR oleh TNI AL kepada Kemhan dan selanjutnya diproses melalui mekanisme yang ada dalam pengadaan Alutsista TNI.
Pembuatan kapal perang tersebut dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri yang akan bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender sebagai bagian dari alih teknologi. Berdasarkan perhitungan PT. PAL yang berbasis di Surabaya untuk pembuatan kapal perang PKR yang pertama dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun.
Sebelumnya Kemhan juga telah menentukan negara Belanda dari tiga negara Eropa lainnya yang diusulkan menjadi rekan kerja, yakni Belanda, Italia dan Rusia. Di dalam ketetapan program pembangunan kapal perang jenis PKR tersebut, pihak Kemhan dan TNI AL telah mempersyaratkan kepada pemenang tender, dalam hal pembangunan kapal perang PKR pertama dilaksanakan sepenuhnya di PT. PAL dengan maximizing local content (porsi PT.PAL). Hak patent dari desain kapal perang PKR yang dipersenjatai dengan berbagai jenis Rudal menjadi milik bersama Kemhan dan pemenang tender.
Selain itu, Kemhan dan PT. PAL memiliki hak untuk menjual kapal yg sama ke negara ASEAN dan Asia, serta bila pemenang dari tender pembangun kapal perang PKR menjual kapal yg sama, PT. PAL mempunyai hak untuk men-supply engine room section dan accommodation section dalam rangka ‘ co-production ‘.
Beberapa hal lainnya yang mendukung program pembuatan kapal perang PKR tersebut, yakni kapal perang jenis PKR dibangun di divisi kapal perang, dimana manajemen & organisasi proyek yang meliputi engineering, procurement, construction dan finance dikelola secara terpisah dari kegiatan korporasi PT.PAL.
Proses pembangunan kapal perang PKR ini juga didasari oleh adanya suatu komitmen penuh dari pihak manajemen, karyawan PT. PAL serta para stake holder. Disamping itu diperlukan juga suatu komitmen investasi secara jelas dari partner untuk peningkatan kapasitas & fasilitas produksi divisi kapal perang.
Seleksi khusus dari setiap sumber daya manusia sebagai pelaksana yang terlibatpun di dalam proyek pembangunan kapal perang PKR tersebut juga harus sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
Spesikasi kapal perang PKR
Kapal perang jenis PKR yang akan dibuat di Indonesia oleh PT. PAL dirancang dapat digunakan dalam beberapa misi operasi antara lain peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal. Di samping itu kapal perang PKR tersebut dilengkapi dengan Rudal SAM, SSM dan Rudal anti kapal selam.
Spesifikasi dari kapal perang PKR tersebut antara lain memiliki panjang keseluruhan ± 105 meter, lebar ± 14 meter, kedalaman ± 8,8 meter, kecepatan (max / cruiser / ekon) ± 30/18/14 kn dengan kekuatan mesin utama ± 4 x 9.240 hp.
Kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan radar untuk mendeteksi kapal selam dan pesawat udara, perlengkapan persenjataan diantaranya meriam kaliber 76 sampai 100 mm dan kaliber 20 sampai 30 mm, peluncur rudal ke udara dan senjata torpedo serta perlengkapan pendukung lainnya. Kapal ini juga dilengkapi dengan fasilitas helipad di deck kapal.
DMC
okezone
berita hankam
Tuesday, August 17, 2010
17 Agustus 2010, Jakarta -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro me-launching pembangunan kapal perang tempur jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) yang merupakan kapal perang tempur tpertama dan terbesar yang akan dibuat di Indonesia, Senin (16/8) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Pembuatan kapal perang PKR tersebut akan dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender.Launching pembangunan kapal perang PKR dengan tema “Persembahan Anak Bangsa Untuk Bumi Persada Indonesia” tersebut, ditandai dengan pembukaan secara simbolis Selubung Mock Up Kapal perang tempur PKR oleh Menhan. Hadir dalam acara tersebut Panglima TNI Djoko Santoso, Kasal Laksama TNI Agus Suhartono, Wamenhan Letjen TNI Sjafri Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A. dan Dirut PT. PAL Harsusanto serta sejumlah pejabat di jajaran Kemhan, Mabes TNI dan Mabesal.
Selain itu, hadir pula pejabat perwakilan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek, Kementerian BUMN, Bappenas dan Anggota Komisi I DPR RI serta perwakilan dari Damen di Indonesia.
Menhan dalam sambutannya mengatakan, setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Kemhan dapat me-launching pembangunan kapal perang PKR yang merupakan kapal perang tempur terbesar dan pertama yang akan dibangun di Indonesia yaitu di PT. PAL.
Menurut Menhan, launching pembangunan kapal perang PKR ini sangat penting, mengingat hal ini sejalan dengan salah satu prioritas pembangunan pada pemerintahan Kabinet Indonesia ke II yaitu membangun industri pertahanan dalam negari. Makna dari pembangunan industri pertahanan dalam negeri adalah semaksimal dan sedapat mungkin agar Alutsista TNI dibangun di dalam negeri.
“Launching pembangunan kapal perang PKR ini menjadi moment yang sangat penting, karena setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998, kemudian kita mencoba untuk membangun kembali industri pertahanan dalam negeri”, tambah Menhan.
Menhan mengatakan, pembangunan kapal perang PKR ini akan menjadi titik awal bangkitnya industri pertahanan dalam negeri khususnya industri kapal perang, dan selanjutnya diharapkan akan terus dapat membangun kapal sejenis ini berikutnya sehingga Indonesia di masa depan akan memiliki angkatan laut yang kuat.
Lebih lanjut Menhan menjelaskan, disamping digunakan untuk tugas – tugas tempur, kapal perang PKR juga diperlukan untuk memberikan deterrent effect atau efek gentar terhadap siapapun yang akan mencoba mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
Menhan menambahkan, kapal perang PKR ini juga dapat digunakan dalam peace keeping mission atau misi penjaga perdamaian. Dalam misi perdamaian, Indonesia tidak hanya mengirimkan pasukan dari TNI AD, tetapi juga telah mengirimkan kapal perang dalam suatu naval mission di Lebanon.
Pada waktu itu, dengan Sigma Kelas sudah cukup berhasil dan diakui oleh NATO bahwa kapal perang TNI AL telah memenuhi standar dari kapal - kapal perang NATO. Dengan kehadiran kapal perang PKR ini, menurut Menhan diharapkan nantinya akan menempatkan Indonesia pada kelas yang lebih tinggi dan terhormat dalam kancah di dunia Internasional.
Selain itu, dengan pembangunan kapal perang PKR yang akan dibuat PT. PAL, juga membuktikan bahwa pemerintah dalam hal ini Kemhan dan TNI berkomitmen dalam mewujudkan kebijakan pertahanan yang pro kesejahteraan. Melalui pembangunan kapal perang PKR di PT.PAL, industri pertahanan pendukung dalam negeri lainnya akan tumbuh yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyerapan tenaga kerja.
Menhan mengatakan, walaupun dalam pembangunan kapal perang PKR pertama ini masih ada beberapa kekurangan yang harus terus diperbaiki, namun hal ini merupakan langkah perjalanan yang besar bagi industri pertahanan dalam negeri. “Walaupun di tempat lain pembangunan kapal perang PKR seperti ini sudah dilakukan, tetapi ini membuktikan bahwa suatu saat nanti Indonesia akan dapat tampil dan kuat di laut dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI”, tambah Menhan.
Mengakhiri sambutannya, Menhan menyampaikan rasa bangga dan terimakasih kepada semua pihak baik Panglima TNI, Kasal dan tim yang dipimpin oleh Sekjen Kemhan yang telah bekerja keras bertahun - tahun dalam mempersiapkan dan mewujudkan pembangunan kapal perang PKR. Bertepatan dengan ulang tahun Kemerdekaan RI ke 65, ini adalah wujud persembahan dari anak bangsa di sektor pertahanan, seluruh jajaran Kemhan dan TNI.
Sementara itu, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A saat membacakan narasi pembangunan kapal perang PKR mengatakan, dalam mewujudkan cita –cita mulia dan sebagai dedikasi kepada bangsa Indonesia, Kemhan dengan segenap stake holder berupaya mewujudkan pembangunan kapal perang tempur jenis PKR yang terbesar yang akan dibangun di industri pertahanan dalam negeri. Hal ini juga sebagai apresiasi industri pertahanan dalam berkontribusi guna pemenuhan kebutuhan Alutsista.
Lebih lanjut Sekjen Kemhan menjelaskan, desain kapal PKR ini telah mempertimbangkan dalam pemenuhan tuntutan operasional yang meliputi perkembangan lingkungan strategis, konsep pembangunan trimatra TNI dan program kemandirian Alutsista melalui Transfer of Knolage (TOK) dan Transfer of Technology (TOT).
Sementara itu dalam rancang bangun telah ditetapkan kriteria antara lain mampu dioperasikan sampai dengan batas terluar zona ekonomi eksklusif, memiliki fire power handal dan mampu menimbulkan dampak penangkalan, memiliki teknologi Senkomlek terkini dan terintegrasi serta dapat diup-grade sesuai dengan perkembangan teknologi dan mampu melaksanakan tugas – tugas SAR.
Sekjen Kemhan menambahkan, sasaran yang ingin dicapai adalah diharapkan PT. PAL sebagai industri strategis pertahanan dapat secara mandiri mampu mendesain dan memproduksi kapal jenis PKR, fregat dan kapal atas air lainnya.
Sekjen Kemhan mengatakan, pembangunan kapal PKR ini merupakan persembahan anak bangsa kepada bumi persada Indonesia dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 65 Tahun 2010 yang diharapkan akan meningkatkan posisi tawar dan daya saing bangsa Indonesia.
Proses pembangunan kapal perang PKR
Pembangunan kapal perang PKR ini diawali dengan pengajuan pengadaan satu buah kapal perang jenis PKR oleh TNI AL kepada Kemhan dan selanjutnya diproses melalui mekanisme yang ada dalam pengadaan Alutsista TNI.
Pembuatan kapal perang tersebut dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri yang akan bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender sebagai bagian dari alih teknologi. Berdasarkan perhitungan PT. PAL yang berbasis di Surabaya untuk pembuatan kapal perang PKR yang pertama dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun.
Sebelumnya Kemhan juga telah menentukan negara Belanda dari tiga negara Eropa lainnya yang diusulkan menjadi rekan kerja, yakni Belanda, Italia dan Rusia. Di dalam ketetapan program pembangunan kapal perang jenis PKR tersebut, pihak Kemhan dan TNI AL telah mempersyaratkan kepada pemenang tender, dalam hal pembangunan kapal perang PKR pertama dilaksanakan sepenuhnya di PT. PAL dengan maximizing local content (porsi PT.PAL). Hak patent dari desain kapal perang PKR yang dipersenjatai dengan berbagai jenis Rudal menjadi milik bersama Kemhan dan pemenang tender.
Selain itu, Kemhan dan PT. PAL memiliki hak untuk menjual kapal yg sama ke negara ASEAN dan Asia, serta bila pemenang dari tender pembangun kapal perang PKR menjual kapal yg sama, PT. PAL mempunyai hak untuk men-supply engine room section dan accommodation section dalam rangka ‘ co-production ‘.
Beberapa hal lainnya yang mendukung program pembuatan kapal perang PKR tersebut, yakni kapal perang jenis PKR dibangun di divisi kapal perang, dimana manajemen & organisasi proyek yang meliputi engineering, procurement, construction dan finance dikelola secara terpisah dari kegiatan korporasi PT.PAL.
Proses pembangunan kapal perang PKR ini juga didasari oleh adanya suatu komitmen penuh dari pihak manajemen, karyawan PT. PAL serta para stake holder. Disamping itu diperlukan juga suatu komitmen investasi secara jelas dari partner untuk peningkatan kapasitas & fasilitas produksi divisi kapal perang.
Seleksi khusus dari setiap sumber daya manusia sebagai pelaksana yang terlibatpun di dalam proyek pembangunan kapal perang PKR tersebut juga harus sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
Spesikasi kapal perang PKR
Kapal perang jenis PKR yang akan dibuat di Indonesia oleh PT. PAL dirancang dapat digunakan dalam beberapa misi operasi antara lain peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal. Di samping itu kapal perang PKR tersebut dilengkapi dengan Rudal SAM, SSM dan Rudal anti kapal selam.
Spesifikasi dari kapal perang PKR tersebut antara lain memiliki panjang keseluruhan ± 105 meter, lebar ± 14 meter, kedalaman ± 8,8 meter, kecepatan (max / cruiser / ekon) ± 30/18/14 kn dengan kekuatan mesin utama ± 4 x 9.240 hp.
Kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan radar untuk mendeteksi kapal selam dan pesawat udara, perlengkapan persenjataan diantaranya meriam kaliber 76 sampai 100 mm dan kaliber 20 sampai 30 mm, peluncur rudal ke udara dan senjata torpedo serta perlengkapan pendukung lainnya. Kapal ini juga dilengkapi dengan fasilitas helipad di deck kapal.
DMC
okezone
berita hankam
Menhan Launching Pembangunan Kapal Perang Tempur PKR Pertama di Indonesia
Tuesday, August 17, 2010
(Foto: Tri Kurniawan/okezone)
17 Agustus 2010, Jakarta -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro me-launching pembangunan kapal perang tempur jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) yang merupakan kapal perang tempur tpertama dan terbesar yang akan dibuat di Indonesia, Senin (16/8) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Pembuatan kapal perang PKR tersebut akan dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender.
Launching pembangunan kapal perang PKR dengan tema “Persembahan Anak Bangsa Untuk Bumi Persada Indonesia” tersebut, ditandai dengan pembukaan secara simbolis Selubung Mock Up Kapal perang tempur PKR oleh Menhan. Hadir dalam acara tersebut Panglima TNI Djoko Santoso, Kasal Laksama TNI Agus Suhartono, Wamenhan Letjen TNI Sjafri Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A. dan Dirut PT. PAL Harsusanto serta sejumlah pejabat di jajaran Kemhan, Mabes TNI dan Mabesal.
Selain itu, hadir pula pejabat perwakilan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek, Kementerian BUMN, Bappenas dan Anggota Komisi I DPR RI serta perwakilan dari Damen di Indonesia.
Menhan dalam sambutannya mengatakan, setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Kemhan dapat me-launching pembangunan kapal perang PKR yang merupakan kapal perang tempur terbesar dan pertama yang akan dibangun di Indonesia yaitu di PT. PAL.
Menurut Menhan, launching pembangunan kapal perang PKR ini sangat penting, mengingat hal ini sejalan dengan salah satu prioritas pembangunan pada pemerintahan Kabinet Indonesia ke II yaitu membangun industri pertahanan dalam negari. Makna dari pembangunan industri pertahanan dalam negeri adalah semaksimal dan sedapat mungkin agar Alutsista TNI dibangun di dalam negeri.
“Launching pembangunan kapal perang PKR ini menjadi moment yang sangat penting, karena setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998, kemudian kita mencoba untuk membangun kembali industri pertahanan dalam negeri”, tambah Menhan.
Menhan mengatakan, pembangunan kapal perang PKR ini akan menjadi titik awal bangkitnya industri pertahanan dalam negeri khususnya industri kapal perang, dan selanjutnya diharapkan akan terus dapat membangun kapal sejenis ini berikutnya sehingga Indonesia di masa depan akan memiliki angkatan laut yang kuat.
Lebih lanjut Menhan menjelaskan, disamping digunakan untuk tugas – tugas tempur, kapal perang PKR juga diperlukan untuk memberikan deterrent effect atau efek gentar terhadap siapapun yang akan mencoba mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
Menhan menambahkan, kapal perang PKR ini juga dapat digunakan dalam peace keeping mission atau misi penjaga perdamaian. Dalam misi perdamaian, Indonesia tidak hanya mengirimkan pasukan dari TNI AD, tetapi juga telah mengirimkan kapal perang dalam suatu naval mission di Lebanon.
Pada waktu itu, dengan Sigma Kelas sudah cukup berhasil dan diakui oleh NATO bahwa kapal perang TNI AL telah memenuhi standar dari kapal - kapal perang NATO. Dengan kehadiran kapal perang PKR ini, menurut Menhan diharapkan nantinya akan menempatkan Indonesia pada kelas yang lebih tinggi dan terhormat dalam kancah di dunia Internasional.
Selain itu, dengan pembangunan kapal perang PKR yang akan dibuat PT. PAL, juga membuktikan bahwa pemerintah dalam hal ini Kemhan dan TNI berkomitmen dalam mewujudkan kebijakan pertahanan yang pro kesejahteraan. Melalui pembangunan kapal perang PKR di PT.PAL, industri pertahanan pendukung dalam negeri lainnya akan tumbuh yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyerapan tenaga kerja.
Menhan mengatakan, walaupun dalam pembangunan kapal perang PKR pertama ini masih ada beberapa kekurangan yang harus terus diperbaiki, namun hal ini merupakan langkah perjalanan yang besar bagi industri pertahanan dalam negeri. “Walaupun di tempat lain pembangunan kapal perang PKR seperti ini sudah dilakukan, tetapi ini membuktikan bahwa suatu saat nanti Indonesia akan dapat tampil dan kuat di laut dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI”, tambah Menhan.
Mengakhiri sambutannya, Menhan menyampaikan rasa bangga dan terimakasih kepada semua pihak baik Panglima TNI, Kasal dan tim yang dipimpin oleh Sekjen Kemhan yang telah bekerja keras bertahun - tahun dalam mempersiapkan dan mewujudkan pembangunan kapal perang PKR. Bertepatan dengan ulang tahun Kemerdekaan RI ke 65, ini adalah wujud persembahan dari anak bangsa di sektor pertahanan, seluruh jajaran Kemhan dan TNI.
Sementara itu, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A saat membacakan narasi pembangunan kapal perang PKR mengatakan, dalam mewujudkan cita –cita mulia dan sebagai dedikasi kepada bangsa Indonesia, Kemhan dengan segenap stake holder berupaya mewujudkan pembangunan kapal perang tempur jenis PKR yang terbesar yang akan dibangun di industri pertahanan dalam negeri. Hal ini juga sebagai apresiasi industri pertahanan dalam berkontribusi guna pemenuhan kebutuhan Alutsista.
Lebih lanjut Sekjen Kemhan menjelaskan, desain kapal PKR ini telah mempertimbangkan dalam pemenuhan tuntutan operasional yang meliputi perkembangan lingkungan strategis, konsep pembangunan trimatra TNI dan program kemandirian Alutsista melalui Transfer of Knolage (TOK) dan Transfer of Technology (TOT).
Sementara itu dalam rancang bangun telah ditetapkan kriteria antara lain mampu dioperasikan sampai dengan batas terluar zona ekonomi eksklusif, memiliki fire power handal dan mampu menimbulkan dampak penangkalan, memiliki teknologi Senkomlek terkini dan terintegrasi serta dapat diup-grade sesuai dengan perkembangan teknologi dan mampu melaksanakan tugas – tugas SAR.
Sekjen Kemhan menambahkan, sasaran yang ingin dicapai adalah diharapkan PT. PAL sebagai industri strategis pertahanan dapat secara mandiri mampu mendesain dan memproduksi kapal jenis PKR, fregat dan kapal atas air lainnya.
Sekjen Kemhan mengatakan, pembangunan kapal PKR ini merupakan persembahan anak bangsa kepada bumi persada Indonesia dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 65 Tahun 2010 yang diharapkan akan meningkatkan posisi tawar dan daya saing bangsa Indonesia.
Proses pembangunan kapal perang PKR
Pembangunan kapal perang PKR ini diawali dengan pengajuan pengadaan satu buah kapal perang jenis PKR oleh TNI AL kepada Kemhan dan selanjutnya diproses melalui mekanisme yang ada dalam pengadaan Alutsista TNI.
Pembuatan kapal perang tersebut dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri yang akan bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender sebagai bagian dari alih teknologi. Berdasarkan perhitungan PT. PAL yang berbasis di Surabaya untuk pembuatan kapal perang PKR yang pertama dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun.
Sebelumnya Kemhan juga telah menentukan negara Belanda dari tiga negara Eropa lainnya yang diusulkan menjadi rekan kerja, yakni Belanda, Italia dan Rusia. Di dalam ketetapan program pembangunan kapal perang jenis PKR tersebut, pihak Kemhan dan TNI AL telah mempersyaratkan kepada pemenang tender, dalam hal pembangunan kapal perang PKR pertama dilaksanakan sepenuhnya di PT. PAL dengan maximizing local content (porsi PT.PAL). Hak patent dari desain kapal perang PKR yang dipersenjatai dengan berbagai jenis Rudal menjadi milik bersama Kemhan dan pemenang tender.
Selain itu, Kemhan dan PT. PAL memiliki hak untuk menjual kapal yg sama ke negara ASEAN dan Asia, serta bila pemenang dari tender pembangun kapal perang PKR menjual kapal yg sama, PT. PAL mempunyai hak untuk men-supply engine room section dan accommodation section dalam rangka ‘ co-production ‘.
Beberapa hal lainnya yang mendukung program pembuatan kapal perang PKR tersebut, yakni kapal perang jenis PKR dibangun di divisi kapal perang, dimana manajemen & organisasi proyek yang meliputi engineering, procurement, construction dan finance dikelola secara terpisah dari kegiatan korporasi PT.PAL.
Proses pembangunan kapal perang PKR ini juga didasari oleh adanya suatu komitmen penuh dari pihak manajemen, karyawan PT. PAL serta para stake holder. Disamping itu diperlukan juga suatu komitmen investasi secara jelas dari partner untuk peningkatan kapasitas & fasilitas produksi divisi kapal perang.
Seleksi khusus dari setiap sumber daya manusia sebagai pelaksana yang terlibatpun di dalam proyek pembangunan kapal perang PKR tersebut juga harus sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
Spesikasi kapal perang PKR
Kapal perang jenis PKR yang akan dibuat di Indonesia oleh PT. PAL dirancang dapat digunakan dalam beberapa misi operasi antara lain peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal. Di samping itu kapal perang PKR tersebut dilengkapi dengan Rudal SAM, SSM dan Rudal anti kapal selam.
Spesifikasi dari kapal perang PKR tersebut antara lain memiliki panjang keseluruhan ± 105 meter, lebar ± 14 meter, kedalaman ± 8,8 meter, kecepatan (max / cruiser / ekon) ± 30/18/14 kn dengan kekuatan mesin utama ± 4 x 9.240 hp.
Kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan radar untuk mendeteksi kapal selam dan pesawat udara, perlengkapan persenjataan diantaranya meriam kaliber 76 sampai 100 mm dan kaliber 20 sampai 30 mm, peluncur rudal ke udara dan senjata torpedo serta perlengkapan pendukung lainnya. Kapal ini juga dilengkapi dengan fasilitas helipad di deck kapal.
DMC
okezone
berita hankam
Launching pembangunan kapal perang PKR dengan tema “Persembahan Anak Bangsa Untuk Bumi Persada Indonesia” tersebut, ditandai dengan pembukaan secara simbolis Selubung Mock Up Kapal perang tempur PKR oleh Menhan. Hadir dalam acara tersebut Panglima TNI Djoko Santoso, Kasal Laksama TNI Agus Suhartono, Wamenhan Letjen TNI Sjafri Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A. dan Dirut PT. PAL Harsusanto serta sejumlah pejabat di jajaran Kemhan, Mabes TNI dan Mabesal.
Selain itu, hadir pula pejabat perwakilan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek, Kementerian BUMN, Bappenas dan Anggota Komisi I DPR RI serta perwakilan dari Damen di Indonesia.
Menhan dalam sambutannya mengatakan, setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Kemhan dapat me-launching pembangunan kapal perang PKR yang merupakan kapal perang tempur terbesar dan pertama yang akan dibangun di Indonesia yaitu di PT. PAL.
Menurut Menhan, launching pembangunan kapal perang PKR ini sangat penting, mengingat hal ini sejalan dengan salah satu prioritas pembangunan pada pemerintahan Kabinet Indonesia ke II yaitu membangun industri pertahanan dalam negari. Makna dari pembangunan industri pertahanan dalam negeri adalah semaksimal dan sedapat mungkin agar Alutsista TNI dibangun di dalam negeri.
“Launching pembangunan kapal perang PKR ini menjadi moment yang sangat penting, karena setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998, kemudian kita mencoba untuk membangun kembali industri pertahanan dalam negeri”, tambah Menhan.
Menhan mengatakan, pembangunan kapal perang PKR ini akan menjadi titik awal bangkitnya industri pertahanan dalam negeri khususnya industri kapal perang, dan selanjutnya diharapkan akan terus dapat membangun kapal sejenis ini berikutnya sehingga Indonesia di masa depan akan memiliki angkatan laut yang kuat.
Lebih lanjut Menhan menjelaskan, disamping digunakan untuk tugas – tugas tempur, kapal perang PKR juga diperlukan untuk memberikan deterrent effect atau efek gentar terhadap siapapun yang akan mencoba mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
Menhan menambahkan, kapal perang PKR ini juga dapat digunakan dalam peace keeping mission atau misi penjaga perdamaian. Dalam misi perdamaian, Indonesia tidak hanya mengirimkan pasukan dari TNI AD, tetapi juga telah mengirimkan kapal perang dalam suatu naval mission di Lebanon.
Pada waktu itu, dengan Sigma Kelas sudah cukup berhasil dan diakui oleh NATO bahwa kapal perang TNI AL telah memenuhi standar dari kapal - kapal perang NATO. Dengan kehadiran kapal perang PKR ini, menurut Menhan diharapkan nantinya akan menempatkan Indonesia pada kelas yang lebih tinggi dan terhormat dalam kancah di dunia Internasional.
Selain itu, dengan pembangunan kapal perang PKR yang akan dibuat PT. PAL, juga membuktikan bahwa pemerintah dalam hal ini Kemhan dan TNI berkomitmen dalam mewujudkan kebijakan pertahanan yang pro kesejahteraan. Melalui pembangunan kapal perang PKR di PT.PAL, industri pertahanan pendukung dalam negeri lainnya akan tumbuh yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyerapan tenaga kerja.
Menhan mengatakan, walaupun dalam pembangunan kapal perang PKR pertama ini masih ada beberapa kekurangan yang harus terus diperbaiki, namun hal ini merupakan langkah perjalanan yang besar bagi industri pertahanan dalam negeri. “Walaupun di tempat lain pembangunan kapal perang PKR seperti ini sudah dilakukan, tetapi ini membuktikan bahwa suatu saat nanti Indonesia akan dapat tampil dan kuat di laut dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI”, tambah Menhan.
Mengakhiri sambutannya, Menhan menyampaikan rasa bangga dan terimakasih kepada semua pihak baik Panglima TNI, Kasal dan tim yang dipimpin oleh Sekjen Kemhan yang telah bekerja keras bertahun - tahun dalam mempersiapkan dan mewujudkan pembangunan kapal perang PKR. Bertepatan dengan ulang tahun Kemerdekaan RI ke 65, ini adalah wujud persembahan dari anak bangsa di sektor pertahanan, seluruh jajaran Kemhan dan TNI.
Sementara itu, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A saat membacakan narasi pembangunan kapal perang PKR mengatakan, dalam mewujudkan cita –cita mulia dan sebagai dedikasi kepada bangsa Indonesia, Kemhan dengan segenap stake holder berupaya mewujudkan pembangunan kapal perang tempur jenis PKR yang terbesar yang akan dibangun di industri pertahanan dalam negeri. Hal ini juga sebagai apresiasi industri pertahanan dalam berkontribusi guna pemenuhan kebutuhan Alutsista.
Lebih lanjut Sekjen Kemhan menjelaskan, desain kapal PKR ini telah mempertimbangkan dalam pemenuhan tuntutan operasional yang meliputi perkembangan lingkungan strategis, konsep pembangunan trimatra TNI dan program kemandirian Alutsista melalui Transfer of Knolage (TOK) dan Transfer of Technology (TOT).
Sementara itu dalam rancang bangun telah ditetapkan kriteria antara lain mampu dioperasikan sampai dengan batas terluar zona ekonomi eksklusif, memiliki fire power handal dan mampu menimbulkan dampak penangkalan, memiliki teknologi Senkomlek terkini dan terintegrasi serta dapat diup-grade sesuai dengan perkembangan teknologi dan mampu melaksanakan tugas – tugas SAR.
Sekjen Kemhan menambahkan, sasaran yang ingin dicapai adalah diharapkan PT. PAL sebagai industri strategis pertahanan dapat secara mandiri mampu mendesain dan memproduksi kapal jenis PKR, fregat dan kapal atas air lainnya.
Sekjen Kemhan mengatakan, pembangunan kapal PKR ini merupakan persembahan anak bangsa kepada bumi persada Indonesia dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 65 Tahun 2010 yang diharapkan akan meningkatkan posisi tawar dan daya saing bangsa Indonesia.
Proses pembangunan kapal perang PKR
Pembangunan kapal perang PKR ini diawali dengan pengajuan pengadaan satu buah kapal perang jenis PKR oleh TNI AL kepada Kemhan dan selanjutnya diproses melalui mekanisme yang ada dalam pengadaan Alutsista TNI.
Pembuatan kapal perang tersebut dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri yang akan bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender sebagai bagian dari alih teknologi. Berdasarkan perhitungan PT. PAL yang berbasis di Surabaya untuk pembuatan kapal perang PKR yang pertama dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun.
Sebelumnya Kemhan juga telah menentukan negara Belanda dari tiga negara Eropa lainnya yang diusulkan menjadi rekan kerja, yakni Belanda, Italia dan Rusia. Di dalam ketetapan program pembangunan kapal perang jenis PKR tersebut, pihak Kemhan dan TNI AL telah mempersyaratkan kepada pemenang tender, dalam hal pembangunan kapal perang PKR pertama dilaksanakan sepenuhnya di PT. PAL dengan maximizing local content (porsi PT.PAL). Hak patent dari desain kapal perang PKR yang dipersenjatai dengan berbagai jenis Rudal menjadi milik bersama Kemhan dan pemenang tender.
Selain itu, Kemhan dan PT. PAL memiliki hak untuk menjual kapal yg sama ke negara ASEAN dan Asia, serta bila pemenang dari tender pembangun kapal perang PKR menjual kapal yg sama, PT. PAL mempunyai hak untuk men-supply engine room section dan accommodation section dalam rangka ‘ co-production ‘.
Beberapa hal lainnya yang mendukung program pembuatan kapal perang PKR tersebut, yakni kapal perang jenis PKR dibangun di divisi kapal perang, dimana manajemen & organisasi proyek yang meliputi engineering, procurement, construction dan finance dikelola secara terpisah dari kegiatan korporasi PT.PAL.
Proses pembangunan kapal perang PKR ini juga didasari oleh adanya suatu komitmen penuh dari pihak manajemen, karyawan PT. PAL serta para stake holder. Disamping itu diperlukan juga suatu komitmen investasi secara jelas dari partner untuk peningkatan kapasitas & fasilitas produksi divisi kapal perang.
Seleksi khusus dari setiap sumber daya manusia sebagai pelaksana yang terlibatpun di dalam proyek pembangunan kapal perang PKR tersebut juga harus sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
Spesikasi kapal perang PKR
Kapal perang jenis PKR yang akan dibuat di Indonesia oleh PT. PAL dirancang dapat digunakan dalam beberapa misi operasi antara lain peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal. Di samping itu kapal perang PKR tersebut dilengkapi dengan Rudal SAM, SSM dan Rudal anti kapal selam.
Spesifikasi dari kapal perang PKR tersebut antara lain memiliki panjang keseluruhan ± 105 meter, lebar ± 14 meter, kedalaman ± 8,8 meter, kecepatan (max / cruiser / ekon) ± 30/18/14 kn dengan kekuatan mesin utama ± 4 x 9.240 hp.
Kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan radar untuk mendeteksi kapal selam dan pesawat udara, perlengkapan persenjataan diantaranya meriam kaliber 76 sampai 100 mm dan kaliber 20 sampai 30 mm, peluncur rudal ke udara dan senjata torpedo serta perlengkapan pendukung lainnya. Kapal ini juga dilengkapi dengan fasilitas helipad di deck kapal.
DMC
okezone
berita hankam
Sunday, August 15, 2010
CN-235 Akan Dipamerkan di “Expo Indonesia 2010″ Banglades
Jakarta – Dalam soal penguasaan teknologi canggih, bangsa Indonesia telah lama mampu mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain yang telah lebih dahulu menikmati kemajuan itu. Penguasaan teknologi canggih tersebut bahkan jauh sebelum ini, telah mendapat pengakuan bangsa-bangsa di dunia.
Salah satu produk teknologi canggih kebanggaan hasil karya putra-putri Indonesia itu adalah pesawat CN-235. Pesawat produksi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang berlokasi di Bandung itu, rencananya akan ikut meramaikan “Expo Indonesia 2010″ yang diadakan pada 11-13 Mei 2010, di Banglades.
Sejumlah negara telah menggunakan pesawat CN-235 baik versi sipil maupun versi militer diantaranya Venezuela, Philipina, Thailand, Korea, Malaysia, Pakistan, Uni Emirat Arab, Brunai, Bukina, dan Indonesia sendiri.
Selain CN-235, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) juga memproduksi jenis pesawat yang lebih besar yakni N-250. Untuk jenis helikopter, PTDI juga memproduksi jenis NBell-412, NAS-332 Super Puma, dan NBO-105 CB/S.
Dengan keikutsertaan CN-235 di Expo Indonesia 2010 yang mengambil tema Integrated Expo 2010: Discover Indonesia, the Beauty Unlimited tersebut, diharapkan keunggulan bangsa Indonesia dapat lebih dikenal oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Menurut Duta Besar RI untuk Banglades di Dhaka, Zet Mirzal Zainuddin yang disampaikan di Jakarta beberapa waktu lalu, mengemukakan bahwa pameran tersebut akan juga menampilkan berbagai produk ekspor dari industri strategis dan nonstrategis Indonesia.
Sementara produk dari industri strategis yang ditampilkan pada pameran itu, selain produk dari CN-235 dari PT DI, juga ditampilkan produk kebanggan Indonesia lain seperti dari industri peralatan kendaraan militer dari PT PINDAD, serta gerbong kereta api buatan PT INKA.
http://www.maiwanews.com/berita/cn-235-akan-dipamerkan-di-expo-indonesia-2010-banglades/
Salah satu produk teknologi canggih kebanggaan hasil karya putra-putri Indonesia itu adalah pesawat CN-235. Pesawat produksi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang berlokasi di Bandung itu, rencananya akan ikut meramaikan “Expo Indonesia 2010″ yang diadakan pada 11-13 Mei 2010, di Banglades.
Sejumlah negara telah menggunakan pesawat CN-235 baik versi sipil maupun versi militer diantaranya Venezuela, Philipina, Thailand, Korea, Malaysia, Pakistan, Uni Emirat Arab, Brunai, Bukina, dan Indonesia sendiri.
Selain CN-235, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) juga memproduksi jenis pesawat yang lebih besar yakni N-250. Untuk jenis helikopter, PTDI juga memproduksi jenis NBell-412, NAS-332 Super Puma, dan NBO-105 CB/S.
Dengan keikutsertaan CN-235 di Expo Indonesia 2010 yang mengambil tema Integrated Expo 2010: Discover Indonesia, the Beauty Unlimited tersebut, diharapkan keunggulan bangsa Indonesia dapat lebih dikenal oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Menurut Duta Besar RI untuk Banglades di Dhaka, Zet Mirzal Zainuddin yang disampaikan di Jakarta beberapa waktu lalu, mengemukakan bahwa pameran tersebut akan juga menampilkan berbagai produk ekspor dari industri strategis dan nonstrategis Indonesia.
Sementara produk dari industri strategis yang ditampilkan pada pameran itu, selain produk dari CN-235 dari PT DI, juga ditampilkan produk kebanggan Indonesia lain seperti dari industri peralatan kendaraan militer dari PT PINDAD, serta gerbong kereta api buatan PT INKA.
http://www.maiwanews.com/berita/cn-235-akan-dipamerkan-di-expo-indonesia-2010-banglades/
Malaysia Akan Beli Panser Buatan Pindad Lagi Setelah Beli 30 Unit
Panser Anoa buatan Indonesia By PT PINDAD
maiwanews – Sektor industri pertahanan yang di zaman Soeharto yang masuk dalam industri strategis, terbukti bisa diandalkan sebagai salah satu komoditi eksport guna meningkatkan penerimaan negara. Apalagi, produk industri pertahanan adalah produk teknologi tinggi, sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri bangsa di mata internasional.Setelah pemesanan 30 buah panser buatan Pindad oleh pemerintah Malaysia, kini negara tetangga itu kembali akan memesan sejumlah kendaraan tempur yang telah mendapat kepercayaan untuk dipakai oleh pasukan pemelihara perdamaian PBB dari Indonesia di Libanon. Nilai order Malaysia kali ini mencapai USD80 Juta.
Keingginan Malaysia membeli lagi panser Pindad itu merupakan salah satu wujud kesepakatan kerja sama di sektor pertahanan dan automotif antara Indonesia dan Malaysia. “Kita ada pertemuan dengan Menteri Pertahanan dan Menteri BUMN. Industri panser kita sedang dapat order dari Malaysia,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat di Jakarta, Rabu, 9 Juni 2010.
Pembicaraan antara kedua negara telah dilakukan, selanjutnya tinggal menunggu keputusan pemerintah Malaysia, apakah keputusan yang diambil adalah memilih panser buatan Pindad. Keputusan itu tergantung kepada Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Tun Razak.
Malaysia sudah mengirim tim ke Pindad untuk mempelajari produksi dan pelayanan purnajual serta sistem pembayaran. “Semua sudah selesai dan kami sudah memberikan laporan kepada PM Najib Tun Razak untuk menentukan Malaysia akan membeli panser dari mana,” kata Ahmad Zahid Hamidi, Menteri Pertahanan Malysia.
Syarat pembelian yang diajukan pemerintah Malaysia yaitu 25 persen pembelian panser itu dilakukan dengan sistem barter, telah disetujuai pemerintah Indonesia. Produk barter Malaysia yang diajukan adalah mobil andalan buatan Malaysia, Proton.
http://www.maiwanews.com/berita/malaysia-akan-beli-panser-buatan-pindad-lagi/
Keingginan Malaysia membeli lagi panser Pindad itu merupakan salah satu wujud kesepakatan kerja sama di sektor pertahanan dan automotif antara Indonesia dan Malaysia. “Kita ada pertemuan dengan Menteri Pertahanan dan Menteri BUMN. Industri panser kita sedang dapat order dari Malaysia,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat di Jakarta, Rabu, 9 Juni 2010.
Pembicaraan antara kedua negara telah dilakukan, selanjutnya tinggal menunggu keputusan pemerintah Malaysia, apakah keputusan yang diambil adalah memilih panser buatan Pindad. Keputusan itu tergantung kepada Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Tun Razak.
Malaysia sudah mengirim tim ke Pindad untuk mempelajari produksi dan pelayanan purnajual serta sistem pembayaran. “Semua sudah selesai dan kami sudah memberikan laporan kepada PM Najib Tun Razak untuk menentukan Malaysia akan membeli panser dari mana,” kata Ahmad Zahid Hamidi, Menteri Pertahanan Malysia.
Syarat pembelian yang diajukan pemerintah Malaysia yaitu 25 persen pembelian panser itu dilakukan dengan sistem barter, telah disetujuai pemerintah Indonesia. Produk barter Malaysia yang diajukan adalah mobil andalan buatan Malaysia, Proton.
http://www.maiwanews.com/berita/malaysia-akan-beli-panser-buatan-pindad-lagi/
Saturday, August 14, 2010
Kompetisi Roket Indonesia (KORINDO) 2010, 31 Roket Diluncurkan
29 Juni 2010, Bantul -- Kompetisi Roket Indonesia (KORINDO) 2010 yang diikuti 40 tim dari 38 perguruan tinggi ternyata menarik minat pengamat dan ilmuwan Jepang maupun Malaysia. Ilmuwan Jepang yang tergabung dalam Asia-Pasifik Regional Space Agency Forum (APRSAF) khusus menyaksikan kompetisi roket yang digelar di Bantul itu.
"Saya sangat senang mendapatkan kesempatan untuk dapat menghadiri KORINDO," kata Co-chairman of Space Education and Awareness Working Group, Takashi Kubota dari Jepang, mewakili APRSAF, usai pembukaan Minggu yang dirilis kemendiknas, Senin (28/6).
Takashi menilai, ajang Kompetisi Roket ini akan meningkatkan kesadaran publik akan keuntungan dan pentingnya pendidikan kedirgantaraan. Selain itu, kata dia, untuk mempromosikan bidang kedirgantaraan kepada para generasi muda. Hadir juga sebagai pengamat tiga dosen dari Universiti Kebangsaan Malaysia yaitu Wayan Suparta, Geri Gopir, dan Helmi Sanusi.
Acara pembukaan dilanjutkan dengan demo peluncuran roket yang membawa spanduk KORINDO 2010. Disusul roket kedua dan ketiga, demo membawa muatan robotik dari Akademi Angkatan Udara dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Selanjutnya, kompetisi diawali dengan peluncuran roket BAROK dari Politeknik Banyuwangi, ASTEROID (Ciung Wanara) dari Politeknik Negeri Bandung, RU-ITek dari STMIK Teknokrat, dan Posedon dari Institut Pertanian Bogor.
Tribun news
Monday, June 28, 2010
Sejumlah memasang roket yang akan diluncurkan saat digelar Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010 di Pantai Pandansimo, Bantul, Yogyakarta, Minggu (27/6). Korindo 2010 yang diselenggarakan pada tanggal 26 - 28 Juni '10 merupakan ajang kompetisi di bidang rancang bangun muatan roket bagi mahasiswa Indonesia, dan kompetisi kali ini diikuti oleh 31 tim terseleksi dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. (Foto: ANTARA/Noveradika/ss/hp/10)
28 Juni 2010, Yogyakarta -- Sebanyak 31 roket berhasil diluncurkan dalam Kompetisi Roket Indonesia 2010 yang diselenggarakan di Pantai Pandansimo, Bantul, DI Yogyakarta, Minggu (27/6). Kompetisi tersebut diikuti 31 tim dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Roket tersebut masing-masing panjangnya 1,2 meter dan diameter 70 mm. Daya jangkauan maksimum 700 meter dan pencapaian ketinggian bisa 400 meter. Peluncuran dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), sedangkan mahasiswa peserta kompetisi menyiapkan muatan roket berupa alat sensor untuk mengukur suhu udara, kelembaban, dan akselerasi roket. Data kemudian dikirimkan ke stasiun pemantau.
Data kemudian dicocokkan dengan data lain yang dimiliki Lapan. Tim yang mencapai tingkat akurasi tertinggi merupakan tim yang akan menang.
Kebangkitan roket
Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata menyebutkan, kompetisi ini sebagai ajang kebangkitan roket Indonesia. Kebangkitan itu ditandai pula pada awal 2011 nanti, Lapan akan meluncurkan roket hingga ketinggian 630 kilometer. Peluncuran ini untuk mengorbitkan Satelit Lapan-Orari sebagai satelit mitigasi bencana, yaitu satelit kembar dengan orbit ekuatorial yang mengantisipasi terputusnya saluran telekomunikasi saat terjadi bencana di Indonesia.
”Pengembangan roket ini bukan terletak pada persoalan ketertinggalan atau ketidakmampuan kita, tetapi pada sinergi dana ataupun institusinya. Sekarang bisa diwujudkan dan sekarang ini masa kebangkitan roket Indonesia,” kata Suharna kepada wartawan setelah membuka Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010.
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Pendidikan Nasional Suryo Hapsoro menyebutkan, untuk menunjang kegiatan Korindo ini, kementeriannya mengalokasikan dana Rp 1,2 miliar.
Korindo diawali pada 2007 sebagai hasil kerja sama Lapan dengan TNI Angkatan Udara, Universitas Gadjah Mada, dan Pemerintah Kabupaten Bantul. Kementerian Pendidikan Nasional mulai bergabung pada 2009. Sinergi dana ataupun sumber daya manusia di antara berbagai institusi terkait semacam ini yang diharapkan Suharna.
Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan Soewarto Hardhienata mengungkapkan, minat generasi muda terhadap peroketan kini mulai meningkat.
Soewarto mengatakan, penilaian Korindo 2010 mengacu pada rekayasa mahasiswa dalam membentuk muatan nano di bawah 5 kilogram berisikan teknologi sensor meteorologi. Roket pembawa muatan disiapkan Lapan dengan bahan bakar propelan yang dibikin Lapan sendiri.
Kepala Pusat Teknologi Dirgantara Terapan Lapan, Rika Andiarti, sedang menerangkan bagian-bagian roket yang akan diluncurkan pada Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Suhana Suryapranata. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Roket buatan mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, sedang ditempatkan pada alat luncur. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Salah satu dari 31 roket yang siap diluncurkan dalam Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Roket lain, buatan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta, sedang ditempatkan pula pada alat luncur. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Petugas Lapan sedang memeriksa roket buatan mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Kota Serang, Banten. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Jajaran roket buatan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia yang akan diluncurkan. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
KOMPAS/detikFoto
28 Juni 2010, Yogyakarta -- Sebanyak 31 roket berhasil diluncurkan dalam Kompetisi Roket Indonesia 2010 yang diselenggarakan di Pantai Pandansimo, Bantul, DI Yogyakarta, Minggu (27/6). Kompetisi tersebut diikuti 31 tim dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Roket tersebut masing-masing panjangnya 1,2 meter dan diameter 70 mm. Daya jangkauan maksimum 700 meter dan pencapaian ketinggian bisa 400 meter. Peluncuran dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), sedangkan mahasiswa peserta kompetisi menyiapkan muatan roket berupa alat sensor untuk mengukur suhu udara, kelembaban, dan akselerasi roket. Data kemudian dikirimkan ke stasiun pemantau.
Data kemudian dicocokkan dengan data lain yang dimiliki Lapan. Tim yang mencapai tingkat akurasi tertinggi merupakan tim yang akan menang.
Kebangkitan roket
Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata menyebutkan, kompetisi ini sebagai ajang kebangkitan roket Indonesia. Kebangkitan itu ditandai pula pada awal 2011 nanti, Lapan akan meluncurkan roket hingga ketinggian 630 kilometer. Peluncuran ini untuk mengorbitkan Satelit Lapan-Orari sebagai satelit mitigasi bencana, yaitu satelit kembar dengan orbit ekuatorial yang mengantisipasi terputusnya saluran telekomunikasi saat terjadi bencana di Indonesia.
”Pengembangan roket ini bukan terletak pada persoalan ketertinggalan atau ketidakmampuan kita, tetapi pada sinergi dana ataupun institusinya. Sekarang bisa diwujudkan dan sekarang ini masa kebangkitan roket Indonesia,” kata Suharna kepada wartawan setelah membuka Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010.
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Pendidikan Nasional Suryo Hapsoro menyebutkan, untuk menunjang kegiatan Korindo ini, kementeriannya mengalokasikan dana Rp 1,2 miliar.
Korindo diawali pada 2007 sebagai hasil kerja sama Lapan dengan TNI Angkatan Udara, Universitas Gadjah Mada, dan Pemerintah Kabupaten Bantul. Kementerian Pendidikan Nasional mulai bergabung pada 2009. Sinergi dana ataupun sumber daya manusia di antara berbagai institusi terkait semacam ini yang diharapkan Suharna.
Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan Soewarto Hardhienata mengungkapkan, minat generasi muda terhadap peroketan kini mulai meningkat.
Soewarto mengatakan, penilaian Korindo 2010 mengacu pada rekayasa mahasiswa dalam membentuk muatan nano di bawah 5 kilogram berisikan teknologi sensor meteorologi. Roket pembawa muatan disiapkan Lapan dengan bahan bakar propelan yang dibikin Lapan sendiri.
Kepala Pusat Teknologi Dirgantara Terapan Lapan, Rika Andiarti, sedang menerangkan bagian-bagian roket yang akan diluncurkan pada Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Suhana Suryapranata. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Roket buatan mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, sedang ditempatkan pada alat luncur. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Salah satu dari 31 roket yang siap diluncurkan dalam Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Roket lain, buatan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta, sedang ditempatkan pula pada alat luncur. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Petugas Lapan sedang memeriksa roket buatan mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Kota Serang, Banten. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Jajaran roket buatan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia yang akan diluncurkan. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
KOMPAS/detikFoto
Lapan Targetkan Mampu Orbitkan Satelit Sendiri
Roket LAPAN RX-420 diluncurkan di Garut tahun lalu. (Foto: daylife/getty images)
26 Juni 2010, Bantul -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menargetkan pada 2010 sudah mampu mengorbitkan satelit sendiri, kata Kepala Pusat Teknologi Terapan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr Rika Andiarti di sela penyelenggaraan Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010 di Pantai Pandansimo, Bantul, Yogyakarta, Sabtu.
"Saat ini kami sedang mempersiapkan dengan matang rencana peluncuran roket pengorbit satelit. Saat ini mungkin baru akan meluncurkan satelit "Nano" dengan berat di bawah 10 kilogram," katanya.
Menurut Rika Andiarti , satelit "nano" ini dapat difungsikan untuk pemantauan suhu udara maupun kelembabab udara dan -data kecil atau sederhana yang disesuaikan dengan kemampuan satelit.
"Ke depan kami targetkan mampu mengorbitkan satelit berukuran besar seperti yang digunakan untuk keperluan telekomunikasi dan lainnya," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan berbagai persiapan uji coba peluncuran roket pengorbit satelit.
"Lima tahun ke depan kami harus sudah mampu memproduksi roket peluncur satelit berukuran besar, sehingga Indonesia tidak lagi meminta bantuan negara lain untuk mengorbitkan satelit," kata Rika .
Jamin keamanan
Sementara itu, Wakil Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Dr Djamasri menambahkan, dengan mengorbitkan sendiri atelit maka keamanan negara akan lebih terjamin.
"Saat ini Indonesia masih meminta bantuan negara lain untuk mengorbitkan satelit, dan ini sangat rawan karena muatan roket dan satelit bisa disusupi kepentingan negara pengorbit satelit," katanya.
Profesor Djamasri mengatakan, teknologi kedirgantaraan khusunya tentang roket sangat bermanfaat dan bisa untuk berbagai kepentingan seperti mitgasi bencana. Teknologi kedirgantaraan juga sangat mendukung untuk kepentingan pertahanan Indonesia .
"Jika dari Pantai Pandansimo, Kabupaten Bantul kita mampu membuat roket dengan daya luncur antara 3.000 hingga 5.000 kilometer maka pertahanan akan semakin kokoh dan negara lain tidak akan seenaknya," katanya.
ANTARA News
26 Juni 2010, Bantul -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menargetkan pada 2010 sudah mampu mengorbitkan satelit sendiri, kata Kepala Pusat Teknologi Terapan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr Rika Andiarti di sela penyelenggaraan Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010 di Pantai Pandansimo, Bantul, Yogyakarta, Sabtu.
"Saat ini kami sedang mempersiapkan dengan matang rencana peluncuran roket pengorbit satelit. Saat ini mungkin baru akan meluncurkan satelit "Nano" dengan berat di bawah 10 kilogram," katanya.
Menurut Rika Andiarti , satelit "nano" ini dapat difungsikan untuk pemantauan suhu udara maupun kelembabab udara dan -data kecil atau sederhana yang disesuaikan dengan kemampuan satelit.
"Ke depan kami targetkan mampu mengorbitkan satelit berukuran besar seperti yang digunakan untuk keperluan telekomunikasi dan lainnya," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan berbagai persiapan uji coba peluncuran roket pengorbit satelit.
"Lima tahun ke depan kami harus sudah mampu memproduksi roket peluncur satelit berukuran besar, sehingga Indonesia tidak lagi meminta bantuan negara lain untuk mengorbitkan satelit," kata Rika .
Jamin keamanan
Sementara itu, Wakil Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Dr Djamasri menambahkan, dengan mengorbitkan sendiri atelit maka keamanan negara akan lebih terjamin.
"Saat ini Indonesia masih meminta bantuan negara lain untuk mengorbitkan satelit, dan ini sangat rawan karena muatan roket dan satelit bisa disusupi kepentingan negara pengorbit satelit," katanya.
Profesor Djamasri mengatakan, teknologi kedirgantaraan khusunya tentang roket sangat bermanfaat dan bisa untuk berbagai kepentingan seperti mitgasi bencana. Teknologi kedirgantaraan juga sangat mendukung untuk kepentingan pertahanan Indonesia .
"Jika dari Pantai Pandansimo, Kabupaten Bantul kita mampu membuat roket dengan daya luncur antara 3.000 hingga 5.000 kilometer maka pertahanan akan semakin kokoh dan negara lain tidak akan seenaknya," katanya.
ANTARA News
Lapan Siapkan Lokasi di Pulau Enggano
26 Mei 2010, Jakarta -- Dengan mempertimbangkan faktor keamanan saat peluncuran roket Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional akan memindahkan tempat peluncuran wahana antariksa tersebut ke Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu. Untuk tujuan itu telah ada persetujuan dari pemerintah daerah setempat.
Kepala Lapan Adi Sadewo Salatun hari Selasa (25/5) mengatakan, pemindahan itu juga dilatarbelakangi kondisi sekitar lokasi peluncuran yang lama yang berada di daerah Pamengpeuk, Provinsi Jawa Barat. Pamengpeuk kini telah padat menjadi daerah permukiman.
”Pemindahan itu berkaitan dengan rencana Lapan untuk meluncurkan satelit yang berukuran lebih besar, yang memerlukan zona aman atau bebas yang lebih luas,” kata Adi.
Perairan bebas
Pulau Enggano yang terletak di selatan perairan Provinsi Bengkulu relatif lebih aman karena di arah selatan menghadap perairan bebas. Namun, Adi juga melihat ada faktor yang kurang menguntungkan di pulau itu, yaitu aktivitas kegempaan di pulau kecil itu tergolong tinggi.
Karena itu, peluncuran roket akan menggunakan kendaraan peluncur roket atau satelit (satellite launch vehicle/SLV).
”Pembuatan roket akan dilakukan di Pusat Pembuatan Roket di Pulau Jawa,” kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lapan Bambang Tedjasukmana. Untuk transportasi SLV dan roket itu Lapan akan bekerja sama dengan mitra terkait yang memiliki sarana kapal memadai.
Adi mengharapkan, lokasi peluncuran roket dari pulau tersebut sudah dapat terlaksana tahun depan. Rencananya, akan diluncurkan roket eksperimen berdiameter 550 mm. Akhir tahun ini direncanakan RX-550 akan menjalani uji statik.
Untuk mengarah pada peluncuran roket berkapasitas menengah itu, lanjut Bambang, akan dilakukan peremajaan prasarana yang ada, antara lain, yaitu mesin pembuat bahan bakar roket. Selama ini yang dilakukan hanya sebatas memodifikasi peralatan yang telah usang.
Menurut Adi, proses pembuatan bahan bakar roket atau propelan merupakan kunci yang menentukan unjuk kerja roket ketika diluncurkan, terutama terhadap daya dorongnya.
Terkait dengan peluncuran roket tersebut, lanjut Adi, Lapan mengalokasikan sebagian besar dana untuk pembangunan fasilitas peroketan dan sisanya untuk mempersiapkan peluncuran satelit kembar Lapan A-2 dan Lapan A-3 yang menggunakan roket Indian Space Research Organization (ISRO) dari India. Peluncuran akan dilakukan tahun depan.
KOMPAS
Miftah, Siswa Pencipta Senpi
Monday, May 17, 201017 Mei 2010, Sidoarjo -- Miftah Yama Fauzan, 16, siswa kelas X SMAN I Sidoarjo meraih penghargaan Satya Lencana Wira Karya. Penghargaan itu diraihnya berkat prestasinya menciptakan senjata api (senpi) laras panjang bernama Electro Magnetic Gun-Maferix (EMG-M4). Penghargaan itu diterima bersama tiga siswa lainnya yang juga menjuarai International Confrence of Young Scientist (ICYS), di Istana Merdeka Jakarta, Selasa (11/5) lalu.
Satya Lencana Wira Karya itu langsung diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di sela puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional. Selain presiden, semua menteri hadir di acara tersebut. Miftah bercerita, dirinya seorang diri berangkat menuju Istana Merdeka setelah diberi tahu jika dirinya masuk dalam daftar penerima penghargaan tersebut. Senin (10/5) malam. Seorang staf Kementerian Pendidikan Nasional menghubunginya lewat ponsel mengabarkan berita tersebut.
Dalam acara tersebut, selain Miftah, ada 12 siswa yang menerima penghargaan tersebut dari presiden SBY. Diantaranya tiga siswa yang sama-sama menerima medali emas karena menjuarai ICYS, yang digelar di Sanur Bali, 12-17 April 2010 lalu. Ketiga kolega Miftah ini, yakni Andreas Widi, siswa SMA Santa Laurence Serpong Jabar, Florencia Vanya, siswa SMA Santa Laurence Serpong Bogor dan Ilham, siswa SMA Laboratorium School Jakarta. “Mereka juga meraih medali ICYS, sama seperti saya,”ungkapnya.
Penghargaan itu diraih Miftah berkat senpi ciptaannya yang meraih medali emas ICYS. Senpi laras panjang bernama Elektro Magnetic Gun-Maferix (EMG-M4) ini menyisihkan 104 peserta ICYS yang berasal dari 13 negara.
Surya
Seorang siswa SMAN 1 Sidoarjo, Miftah Yama Fauzan (16) menunjukkan senjata elektrik ciptaannya, saat Presentasi Inovasi Alat Tempur Tanpa Awak dan Produk Senjata, di Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya, Jumat (23/4). Miftah yang berhasil menyabet Juara 1 pada Lomba Penelitian Ilmiah Remaja Tingkat Dunia ke-17 atau 17th International Conference of Young Scientists (ICYS) yang berlangsung di Denpasar Bali pada 12-17 April 2010 tersebut, menciptakan Smart Electric Gun dengan Adaptive Bullet Speed. Senjata ciptaannya tersebut lebih hemat dalam hal operasional, dibandingkan senjata api yang memakai mesiu. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ss/pd/10)
23 April 2010, Surabaya -- Berawal dari keprihatinannya atas keterbatasan persenjataan TNI, mengantarkan MIFTAH YAMA FAUZAN (16) siswa SMAN 1 Sidoarjo menggondol medali emas dalam International Conference of Young Scientist (ICYS) 2010 di Bali beberapa waktu lalu. Proyeknya berjudul Development of Smart Electric Gun With Adaptive Bullet Speed mecoba untuk menciptakan senjata dengan operasional murah tapi efektif.
Caranya, dengan meniadakan serbuk mesiu dalam pelontaran proyektil peluru. Sebagai penggantinya, MIFTAH menggunakan sistem elektromagnetik. Sistem ini dipadukan dengan mekanisme sensor jarak untuk menentukan kekuatan lontaran peluru.
Masalah yang sering dihadapi dalam melakukan penembakan seringkali adalah peluru yang tidak mencapai sasaran karena targetnya terlalu jauh saat menggunakan peluru kaliber kecil dan sebaliknya target hancur berantakan saat digunakan peluru kaliber besar dengan sasaran yang dekat.
Untuk itu, diperlukan mekanisme khusus untuk mengukur jarak sasaran. MIFTAH menggunakan sensor untuk electric gun. Sensor ini bekerja dengan menangkap pantulan sinar laser yang ditembakkan dari bawah laras senjata, Informasi tentang jarak sasaran yang diterima sensor ini kemudian diterjemahkan untuk setting kumparan peluncur,. Di sini, peluncur peluru akan menyesuaikan daya dorongnya dengan jarak senjata ke target.
“Kekuatan lontaran peluru bisa kita sesuaikan, apakah untuk melumpuhkan saja atau mematikan. Semuanya tergantung pada kekuatan batere dan kapasitor. Untuk prototype ini saya gunakan batere 12 volt yang dikonversikan menjadi 300 volt dengan 6 kapasitor. Kalau mau lebih dahsyat lagi lontarannya, tinggal ditingkatkan spesifikasi batere dan kapasitor,” kata dia.
Dikatakan low cost gun karena memang biaya produksinya sangat murah. Untuk pengembangan senjata ini saja, MIFTAH hanya mengeluarkan kocek tak lebih dari Rp1 juta.
Berhasil mendapatkan emas di ICYS 2010, MIFTAH justru semakin bersemangat untuk menciptakan inovasi-inovasi baru di bidang persenjataan. Obsesi yang ingin diraihnya ke depan adalah menciptakan elegtromagnetic jamming gun yang bisa mengacaukan sistem telekomunikasi dan deteksi radar.
“Kalau militer Amerika Serikat membuatnya dalam bentuk bom electromagnetic, saya tertarik untuk membuat prototype gun karena lebih mudah dibawa,” paparnya.
suarasurabaya.net