Pages

Saturday, August 14, 2010

Miftah, Siswa Pencipta Senpi

Monday, May 17, 2010


17 Mei 2010, Sidoarjo -- Miftah Yama Fauzan, 16, siswa kelas X SMAN I Sidoarjo meraih penghargaan Satya Lencana Wira Karya. Penghargaan itu diraihnya berkat prestasinya menciptakan senjata api (senpi) laras panjang bernama Electro Magnetic Gun-Maferix (EMG-M4). Penghargaan itu diterima bersama tiga siswa lainnya yang juga menjuarai International Confrence of Young Scientist (ICYS), di Istana Merdeka Jakarta, Selasa (11/5) lalu.

Satya Lencana Wira Karya itu langsung diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di sela puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional. Selain presiden, semua menteri hadir di acara tersebut. Miftah bercerita, dirinya seorang diri berangkat menuju Istana Merdeka setelah diberi tahu jika dirinya masuk dalam daftar penerima penghargaan tersebut. Senin (10/5) malam. Seorang staf Kementerian Pendidikan Nasional menghubunginya lewat ponsel mengabarkan berita tersebut.

Dalam acara tersebut, selain Miftah, ada 12 siswa yang menerima penghargaan tersebut dari presiden SBY. Diantaranya tiga siswa yang sama-sama menerima medali emas karena menjuarai ICYS, yang digelar di Sanur Bali, 12-17 April 2010 lalu. Ketiga kolega Miftah ini, yakni Andreas Widi, siswa SMA Santa Laurence Serpong Jabar, Florencia Vanya, siswa SMA Santa Laurence Serpong Bogor dan Ilham, siswa SMA Laboratorium School Jakarta. “Mereka juga meraih medali ICYS, sama seperti saya,”ungkapnya.

Penghargaan itu diraih Miftah berkat senpi ciptaannya yang meraih medali emas ICYS. Senpi laras panjang bernama Elektro Magnetic Gun-Maferix (EMG-M4) ini menyisihkan 104 peserta ICYS yang berasal dari 13 negara.

Surya

Seorang siswa SMAN 1 Sidoarjo, Miftah Yama Fauzan (16) menunjukkan senjata elektrik ciptaannya, saat Presentasi Inovasi Alat Tempur Tanpa Awak dan Produk Senjata, di Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya, Jumat (23/4). Miftah yang berhasil menyabet Juara 1 pada Lomba Penelitian Ilmiah Remaja Tingkat Dunia ke-17 atau 17th International Conference of Young Scientists (ICYS) yang berlangsung di Denpasar Bali pada 12-17 April 2010 tersebut, menciptakan Smart Electric Gun dengan Adaptive Bullet Speed. Senjata ciptaannya tersebut lebih hemat dalam hal operasional, dibandingkan senjata api yang memakai mesiu. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ss/pd/10)

23 April 2010, Surabaya -- Berawal dari keprihatinannya atas keterbatasan persenjataan TNI, mengantarkan MIFTAH YAMA FAUZAN (16) siswa SMAN 1 Sidoarjo menggondol medali emas dalam International Conference of Young Scientist (ICYS) 2010 di Bali beberapa waktu lalu. Proyeknya berjudul Development of Smart Electric Gun With Adaptive Bullet Speed mecoba untuk menciptakan senjata dengan operasional murah tapi efektif.

Caranya, dengan meniadakan serbuk mesiu dalam pelontaran proyektil peluru. Sebagai penggantinya, MIFTAH menggunakan sistem elektromagnetik. Sistem ini dipadukan dengan mekanisme sensor jarak untuk menentukan kekuatan lontaran peluru.

Masalah yang sering dihadapi dalam melakukan penembakan seringkali adalah peluru yang tidak mencapai sasaran karena targetnya terlalu jauh saat menggunakan peluru kaliber kecil dan sebaliknya target hancur berantakan saat digunakan peluru kaliber besar dengan sasaran yang dekat.

Untuk itu, diperlukan mekanisme khusus untuk mengukur jarak sasaran. MIFTAH menggunakan sensor untuk electric gun. Sensor ini bekerja dengan menangkap pantulan sinar laser yang ditembakkan dari bawah laras senjata, Informasi tentang jarak sasaran yang diterima sensor ini kemudian diterjemahkan untuk setting kumparan peluncur,. Di sini, peluncur peluru akan menyesuaikan daya dorongnya dengan jarak senjata ke target.

“Kekuatan lontaran peluru bisa kita sesuaikan, apakah untuk melumpuhkan saja atau mematikan. Semuanya tergantung pada kekuatan batere dan kapasitor. Untuk prototype ini saya gunakan batere 12 volt yang dikonversikan menjadi 300 volt dengan 6 kapasitor. Kalau mau lebih dahsyat lagi lontarannya, tinggal ditingkatkan spesifikasi batere dan kapasitor,” kata dia.

Dikatakan low cost gun karena memang biaya produksinya sangat murah. Untuk pengembangan senjata ini saja, MIFTAH hanya mengeluarkan kocek tak lebih dari Rp1 juta.

Berhasil mendapatkan emas di ICYS 2010, MIFTAH justru semakin bersemangat untuk menciptakan inovasi-inovasi baru di bidang persenjataan. Obsesi yang ingin diraihnya ke depan adalah menciptakan elegtromagnetic jamming gun yang bisa mengacaukan sistem telekomunikasi dan deteksi radar.

“Kalau militer Amerika Serikat membuatnya dalam bentuk bom electromagnetic, saya tertarik untuk membuat prototype gun karena lebih mudah dibawa,” paparnya.


suarasurabaya.net

No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK