Pages

Showing posts with label SEMENANJUNG KOREA. Show all posts
Showing posts with label SEMENANJUNG KOREA. Show all posts

Thursday, April 12, 2012

Roket Korea Utara Jatuh di Laut

Moksa Hutasoit - detikNews
Jumat, 13/04/2012 07:52 WIB

Seoul Korea Utara akhirnya meluncurkan roket jarak jauhnya meski mendapat kecaman. Namun peluncuran itu tidak berjalan mulus. Roket tersebut jatuh di tengah laut.

Informasi yang dikutip dari Reuters, Jumat (13/4/2012), Menteri Pertahanan Jepang, Naoki Tanaka, memastikan roket tersebut memang sempat berada di udara selama satu menit. Tidak lama berselang, roket itu pun jatuh di laut.

"Tidak berdampak pada wilayah Jepang," kata Tanaka.

Sementara itu, pejabat-pejabat militer Amerika Serikat juga percaya kalau Korut sudah gagal dengan peluncuran roketnya. Korut meluncurkan roketnya dari stasiun peluncuran satelit Sohae di bagian utara negara itu, yang berdekatan dengan perbatasan Korea Utara dengan China. Demikian informasi yang diambil dari ABCnews.

Roket itu diluncurkan pada pukul 07:39 waktu setempat. Padahal wacana Korut ini sempat mendapat reaksi negatif dari dunia.
 

Thursday, November 17, 2011

Korut uji coba rudal di Laut Kuning


Rabu, 16 November 2011 11:13 WIB | 1753 Views
Ilustrasi Ujicoba Rudal Balistik (Istimewa)
Berita Terkait
Seoul (ANTARA News) - Korea Utara baru-baru ini melakukan uji tembak rudal baru dari udara-ke-kapal di Laut Kuning, mendorong Korea Selatan untuk meningkatkan pertahanan anti-udaranya, kata laporan berita Rabu.

"Uji tembak rudal dari udara-ke-kapal yang dilakukan militer Korea Utara dari pesawat pembom IL-28, sekali dilakukan pada Oktober dan lainnya pada awal bulan ini," kata sumber pemerintah seperti dikutip kantor berita Yonhap.

Juru bicara kementerian pertahanan menolak untuk mengomentari laporan tersebut.

Rudal-rudal itu adalah versi modifikasi dari rudal dari darat-ke-kapal Styx yang disebarkan Utara di sepanjang pantai barat, dengan jangkauan tembak 40 kilometer (25 mil), kata laporan itu.

"Jika Korea Utara menembakkan rudal udara-ke-kapal dari pesawat pembom IL-28 dekat Garis Batas paling Utara (NLL), hal itu akan menimbulkan ancaman besar terhadap kapal-kapal patroli kita dan manuver kapal-kapal perusak di NLL selatan," kata sumber Korea Selatan itu.

"Penguasa militer sedang memperkuat pertahanan anti-serangan udara di darat dan di kapal," kata sumber itu tanpa memberikan rincian.

Korea Utara tidak mengakui NLL sebagai perbatasan laut yang sah ketika pihaknya secara sepihak dipaksa menarik diri oleh Komando PBB yang dipimpin AS setelah Perang Korea.

Bentrokan-bentrokan angkatan laut yang mematikan meletus dekat garis batas itu pada tahun 1999, 2002 dan 2009.

Ketegangan-ketegangan meningkat ketika Korea Selatan menuduh Korea Utara menggelamkan kapal perangnya, Cheonan, di dekat perbatasan yang disengketakan dan menewaskan 46 pelaut pada Maret 2010.

Hubungan mereka memburuk lebih lanjut setelah Korea Utara membombardir pulau Yeonpyeong di perbatasan selatan dan menewaskan empat warga Korea Selatan pada November 2010.

Setelah serangan itu, Korea Selatan dilaporkan mengerahkan rudal-rudal darat-ke-udaranya, Cheonma, di pulau Yeonpyeong dan Baengnyeong.

Dalam beberapa bulan terakhir ini telah ada tanda-tanda meredanya ketegangan itu.

Seoul mengganti menteri garis keras yang bertanggung jawab atas hubungan lintas perbatasan dan telah menyampaikan bantuan medis kepada tetangganya itu.
(ANT)

ANTARA

Wednesday, June 8, 2011

Korut Diam-Dam Ujicoba Rudal di Laut Kuning

 Korea Utara mengujicoba rudal jarak dekat barunya pekan lalu. Kantor berita AFP dari Seoul hari ini (Rabu, 8/6) melaporkan, ini merupakan ujicoba rudal pertama kalinya oleh Korea Utara dalam 19 bulan terakhir.
Pada saat yang sama, kantor berita Yonhap juga mengutip keterangan sumber-sumber intelejen melaporkan, "Korut pertengahan pekan lalu, mengujicoba rudal jarak dekat KN-06 di Laut Kuning."
Sumber itu menambahkan bahwa tampaknya dalam ujicoba tersebut, Korea Utara berusaha meningkatkan daya tempuh rudal itu. Menteri Pertahanan Korea Selatan, menolak berkomentar tentang berita tersebut.
(IRIB/MZ/SL)


IRIB

Thursday, April 7, 2011

Korsel Terima 2 F-15SK dari Boeing



7 April 2011, Daegu -- (Berita HanKam): Boeing mengirimkan dua jet tempur F-15K Slam Eagles ke Angkatan Udara Republik Korea. Kedua pesawat mendarat di Lanud Daegu pada 15 Maret, diberangkatkan dari St Louis 8 Maret dan terbang non-stop melalui Palmdale, Kalifornia, Lanud Hickam di Hawaii dan Lanud Anderson di Guam.

Boeing telah menyerahkan 6 pesawat dari 21 F-15K yang dipesan dibawah kontrak Next Fighter II pada 2010. 13 pesawat akan diserahkan pada April 2012.

6 F-15K dijadwalkan berpartisipasi pada latihan udara di Lanud Nellis, Nevada pada awal 2012.

F-15K varian dari F-15E yang telah teruji di medan tempur. Pesawat dilengkapi teknologi terbaru dan dapat digunakan hingga 2040 dengan penambahan dan peningkatan teknologi. Boeing telah menyerahkan 40 pesawat dibawah program Next Fighter I pada Oktober 2008.

Sumber: Boeing
Berita HanKam

Wednesday, March 2, 2011

Korsel Akan Terima Pesawat Pengintai Berdaya Jelajah Tinggi


Boeing 737 AEW&C (photo : AlastairBor)


Seoul, (Analisa)

Korea Selatan (Korsel) akan menerima pesawat pengintai canggih dari perusahaan penerbangan Amerika Serikat (AS), Boeing, pada tahun ini, kata pejabat setempat, Rabu (2/3).

Pesawat modifikasi Boeing 737 Airborne Early Warning and Control (AEW&C) akan dikirim ke angkatan udara Korsel pada Juli, kata jurubicara kementerian pertahanan. Mereka telah menyelesaikan uji terbang dan sekarang dalam tahap evaluasi akhir, katanya.

Sisa tiga pesawat lain dari kesepakatan pada 2006 senilai 1,6 miliar dolar AS akan dikirimkan pada akhir 2012, katanya. Pejabat militer mengatakan pesawat tersebut akan memperkuat kemampuan Seoul dalam mengintai keadaan udara Korea Utara (Korut). Korsel tidak memiliki perangkat pengawasan berdaya jelajah tinggi dan mengandalkan pesawat pengintai AS, yang berpangkalan di Okinawa, Jepang.

Pesawat AEW&C memiliki berbagai kemampuan kendali dan sistem radar canggih, yang dapat mengawasi secara bersamaan sasaran udara dan laut serta mengarahkan pesawat tempur jet dan kapal laut untuk melawan sasaran tersebut. Pesawat itu memiliki kemampuan jelajah tinggi hingga 12.400 meter dan mengangkut dua pilot serta 10 awak.(Ant/AFP)

HARIAN ANALISA MEDAN

Sunday, February 27, 2011

Korut Ancam Bumihanguskan Korsel


korut_rudalscudPyongyang, Seruu.com - Korea Utara mengancam akan menjadikan Seoul sebagai "lautan api" sebagai respon terhadap latihan-militer-bersama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan. Ancaman disampaikan akibat semakin gencarnya latihan perang gabungan Korsel dan AS di semenanjung Korea, Minggu (27/2).
Pihak Korut merasa latihan perang gabungan Korsel-AS merupakan bentuk intimidasi. Ancaman baru Korut itu dipastikan akan kembali meningkatkan suhu politik di semenanjung Korea. Korut juga menuduh AS dan Korsel tengah merencanakan penyerangan dan invasi ke Korut.

Dalam ancaman lewat televisi pemerintah itu, Korut juga menyebutkan akan menyerang Korsel tanpa ampun. Bahkan, Korut sesumbar bakal mengubah Kota Seoul menjadi lautan api.  Pyongyang juga mengancam akan melepaskan tembakan ke seberang daerah-perbatasan yang tegang antara kedua Korea jika Korea Selatan terus meluncurkan balon-balon propaganda.
Baru-baru ini Korea Selatan menerbangkan balon-balon yang membawa pamflet-pemflet tentang revolusi yang terjadi baru-baru ini di Mesir -- berita seperti itu dilarang di Korea Utara. Hubungan Korsel dan Korut terakhir sempat memanas pada November tahun lalu. Saat itu, Korut menembakkan rudal ke pulau terluar Korsel dan menewaskan empat orang. 

SERUU.COM

Thursday, February 17, 2011

AS dan Korsel Umumkan Latihan Perang Bersama

Latihan tahunan bernama sandi Key Resolve dan Foal Eagle itu akan dimulai pada tanggal 28 Februari dan berlangsung hingga bulan April.
Kapal AL Korea Selatan ikut partisipasi dalam latihan perang dengan Amerika. (foto: dok)
Foto: AP
Kapal AL Korea Selatan ikut berpartisipasi dalam latihan perang dengan Amerika. (foto: dok)

Amerika dan Korea Selatan mengatakan akan memulai babak baru latihan militer bulan ini.
Para pejabat mengatakan, Selasa, latihan tahunan bernama sandi Key Resolve dan Foal Eagle itu akan dimulai pada tanggal 28 Februari dan berlangsung hingga bulan April. Menurut laporan, Korea Utara telah diberitahu mengenai rencana ini.
Jenderal Walter Sharp yang memimpin pasukan gabungan Amerika Korea Selatan mengatakan 12.800 tentara Amerika dan sekitar 200 ribu tentara Korea Selatan akan berlatih menanggapi “sejumlah skenario realistis setelah mengalahkan serangan konvensional.”
Media Korea Selatan melaporkan satu skenario melibatkan resiko ketidakstabilan di Korea Utara jika pemimpin negara itu Kim Jong-il meninggal dan anaknya, Kim Jong-un, tidak dapat memegang kontrol.

VOA

Wednesday, January 19, 2011

AS "Dirayu" Tingkatkan Jangkauan Rudal Korsel


0diggsdigg

Rudal Korea Selatan.

SEOUL, RABU - Korea Selatan berencana meningkatkan daya jangkau peluru kendali yang mereka miliki untuk mengantisipasi sikap agresif negara tetangga, Korea Utara.

Upaya itu juga sekaligus untuk meningkatkan efek penggentar bagi Korut. Untuk merealisasikan niat tersebut, Korsel akan bekerja sama dan berkonsultasi dengan negara sekutunya, Amerika Serikat.

Langkah negosiasi dilaporkan sudah digelar kedua negara sejak akhir tahun lalu. Jika jadi dilakukan, daya jelajah peluru kendali Korsel bakal meningkat dari hanya mencapai radius 300 kilometer menjadi lebih dari 1.000 kilometer.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Rabu (19/1), menolak berkomentar. Namun, Perdana Menteri Korsel Han Seung-soo pernah menyampaikan di depan parlemen Korsel soal pentingnya upaya tersebut, apalagi menyusul langkah uji coba peluncuran peluru kendali Korut pada April 2009.

Sayangnya isu itu tidak mengemuka dan berlanjut dalam pertemuan keamanan bilateral tahun 2009. Ketika itu AS khawatir upaya tersebut hanya akan memicu perlombaan senjata di kawasan timur laut Asia.

Akan tetapi, isu tersebut kembali mencuat dan dinilai mendesak untuk segera direalisasikan, terutama pasca-serangan terhadap kapal perang Korsel, diduga dilakukan Korut. Dalam insiden itu 46 prajurit Angkatan Laut Korsel tewas.

Serangan Korut kembali terjadi saat mereka menyerang Pulau Yeonpyeong, Korsel, dan menewaskan empat orang dengan tembakan ratusan peluru artileri meriam Korut.

Saat ini diyakini Korut memiliki sedikitnya 1.000 peluru kendali dengan berbagai macam tipe dan 800 peluru kendali balistik. Kebanyakan dari peluru kendali itu diarahkan langsung ke Seoul atau ke sejumlah daerah lain di Korsel. Sejumlah peluru kendali Korut diketahui memiliki daya jelajah menengah, hingga 3.000 kilometer.

Hal itu berarti Korut memiliki kemampuan ”menghajar” basis militer AS yang ada di Jepang dan di Guam. Pada April 2009 Korut menguji coba tiga peluru kendali balistik antarbenua mereka. Salah satu peluru kendali itu melintas terbang di atas wilayah udara Jepang dan mendarat di Samudra Pasifik.

Dalam tur kunjungan kawasannya pekan lalu, Menteri Pertahanan AS Robert Gates memperkirakan dalam lima tahun mendatang Korut sudah menguasai peluru kendali balistik antarbenua, yang mampu menjangkau negaranya. Dari sanalah kemudian muncul pernyataan Gates bahwa Korut telah menjadi ancaman langsung bagi AS.

Lebih lanjut, untuk bisa menjalankan rencananya meningkatkan daya jelajah peluru-peluru kendalinya, Korsel harus terlebih dahulu mendapat persetujuan AS untuk merevisi pakta perjanjian bilateral kedua negara, yang ditetapkan tahun 2001. Dalam pakta itu disebutkan, peluru kendali balistik Korsel dibatasi hanya memiliki daya jelajah maksimal 300 kilometer dan membawa bahan peledak sampai 500 kilogram.

”Saat ini pembicaraan tentang hal itu masih sangat awal dan dini, terutama untuk bisa mengetahui apakah rencana tersebut bisa dilakukan atau tidak,” ujar salah seorang sumber dari dalam pemerintahan Korsel.

Selama ini AS menjamin pertahanan Korsel dengan menggelar 30.000 personel pasukan militernya di kawasan tersebut.

Sumber: KOMPAS

Monday, January 10, 2011

Korsel dan Jepang Tandatangani Nota Kerjasama Militer

Menteri Pertahana Korea Selatan, Kim Kwan-jin bertemu dengan sejawatnya dari Jepang, Toshimi Kitazawa membahas kerjasama militer kedua negara. Kim Kwan-jin dan Kitazawa Senin (10/1) bertemu di Seoul, Korsel membicarkan upaya peningkatan kerjasa bilateral di bidang militer. Demikian lapor Kantor Berita Xinhua.
Dalam pertemuan tersebut keduanya juga menandatangani sejumlah nota kerjasama militer dan menyampaikan kekhawatirannya soal keamanan kawasan.
Sejumlah laporan menyebutkan agenda utama perundingan keduanya membahas mekanisme penyimpanan data dan informasi militer. Media massa Jepang menepis sejumlah pemberitaan soal kemungkinan penandatanganan nota kesepahaman militer bersama antara Seoul dan Tokyo guna meningkatkan kerjasama militer kedua negara. (IRIB/Xinhua/MF/PH)
irib

Sunday, January 9, 2011

Korsel Pasang Sensor Bawah Laut Dekat Korut

Seoul  (ANTARA News) - Militer Korea Selatan akan memasang sensor bawah laut dekat perbatasan lautnya dengan Korea Utara untuk mengantisipasi serangan kapal selam dari seterunya itu, menurut laporan pada Senin.

Harian bisnis The Maeil mengatakan militer Korsel berencana untuk menempatkan sensor itu di pulau terluar yang berada di Laut Kuning, tempat pertempuran luat berdarah pada 1999, 2002 dan November 2009.

Sebuah korvet Korsel tenggelam dekat wilayah perbatasan yang masih dalam sengketa pada Maret tahun lalu, yang menurut Korsel merupakan serangan torpedo dari kapal selam Korut, sebuah tuduhan yang dibantah Pyongyang. Tenggelamnya kapal itu merenggut nyawa 46 orang.

Pada November tahun lalu Korut juga membombardir Pulau Yeonpyeong yang menewaskan empat orang termasuk warga sipil.

"Kami merencanakan untuk menempatkan sejumlah sensor bawah laut guna meningkatkan kapabilitas pertahanan di kepulauan penting timur laut seperti Baengnyeong dan Yeonpyeong menyusul penenggelaman kapal perang Cheonan," kata seorang perwira militer yang tidak diidentifikasi seperti dikutip koran itu.

Pusat kontrol yang akan memantau sensor tersebut akan ditempatkan di pulau Baengnyeong, titik terdekat dengan perbatasan Korut, tulisnya.

Namun kementerian pertahanan menolak berkomentar terhadap laporan itu dengan menyebut informasi semacam itu tergolong rahasia.

Ketegangan lintas perbatasan kedua Korea semakin akut sejak bombardir Korut terhadap pulau Yeonpyeong.

Sejak itu Korsel telah menggelar sejumlah latihan militer, baik laut maupun daratan, termasuk sebuah latihan besar yang melibatkan Amerika Serikat, dalam upaya untuk unjuk kekuatan terhadap Pyongyang.(*)

ANTARA

Korsel Tolak Tawaran Dialog Korut

Seoul (ANTARA News) - Korea Selatan pada Senin menyatakan penolakannya atas tawaran dialog terbaru dari Korea Utara, seraya mengatakan bahwa negara itu harus dinilai berdasarkan tindakannya bukan kata-katanya.

Korut membuat penawaran resmi pada Sabtu untuk sebuah pembicaraan pembukaan dan tanpa syarat dalam beberapa minggu kedepan, sebagaimana dikutip dari AFP.

Tawaran terbaru tersebut diikuti dengan redanya ketegangan di Semenanjung Korea, yang sempat memuncak kala Korut membombardir sebuah pulau di perbatasan Korsel pada 23 November serta menewaskan empat orang, termasuk warga sipil.

Namun Kementerian Urusan Unifikasi Korsel, yang menangani hubungan lintas perbatasan, menolak upaya terbaru Korut untuk memulihkan ketegangan itu.

"Sulit menilai apakah tawaran dialog itu merupakan sesuatu yang tulus atau bukan, pertama-tama Korut sebaiknya menunjukkan dulu keseriusannya tentang denuklirisasi," kata juru bicara kementerian Chun Hae-Sung.

"Korea Utara harus mengambil langkah bertanggung jawab yang dapat diterima warga kami terkait pembombardiran November dan penenggelaman kapal Korsel pada Maret tahun lalu," katanya.

"Pintu dialog akan terbuka bila Korut telah menunjukkan sikap yang tulus," katanya.

Korsel mengatakan bahwa Korut menembakkan torpedo ke kapal mereka di perairan sengketa dekat perbatasan Laut Kuning yang merengut 46 nyawa, sebuah tuduhan yang dibantah Pyongyang.

Ketegangan antar kedua negara semakin akut sejak aksi bombardir Korut yang merupakan serangan pertama terhadap wilayah sipil Korsel sejak perang kedua negara pada 1950-1953. Korsel telah menggelar sejumlah latihan militer sebagai aksi balasan dan unjuk kekuatan.

Komite untuk Reunifikasi Perdamaian Ibu Pertiwi di Pyongyang pada Sabtu mengatakan tidak ada syarat yang diajukan Korut untuk dialog tersebut sehingga tidak perlu ada keraguan atas kesungguhan niat mereka.
(ANT/A024)
ANTARA

USS CARL VINSON CSG TO VISIT REPUBLIC OF KOREA





The USS Carl Vinson Carrier Strike Group (CSG) will visit the Republic of Korea (ROK) Jan. 11.

USS Carl Vinson (CVN 70) and USS Bunker Hill (CG 52) will visit Busan; USS Gridley (DDG 101) and USS Stockdale (DDG 106) will visit Chinhae.

The Carl Vinson CSG is conducting a regularly scheduled deployment to the Western Pacific. While in port, the crews will participate in community service projects, as well as sporting events, with the ROK Navy.

"Regular visits to ports in this region are an important part of our presence and engagement here. We are not only allies but we've been fortunate to forge real friendships with the Korean people," said Rear Adm. Samuel Perez, Carl Vinson CSG commander. "Through the events we have planned in Busan and Chinhae, our Sailors are looking forward to learning more about this wonderful culture and strengthening an already healthy relationship."

In addition to the surface ships attached to the strike group, Carl Vinson is home to Destroyer Squadron 1 and Carrier Air Wing 17, which includes: the "Red Lions" of Helicopter Anti-submarine Squadron 15; the "Fighting Redcocks" of Strike Fighter Squadron (VFA) 22; the "Fists of the Fleet" of VFA 25; the "Sunliners" of VFA 81; the "Stingers" of VFA 113; the "Rawhides" of Fleet Logistics Support Squadron 40; the "Garudas" of Electronic Attack Squadron 134; and the "Tigertails" of Carrier Airborne Early Warning Squadron 125.

"For many of our Sailors, this will be their first visit to a foreign land," said Perez. "We feel very fortunate that they'll be able to experience that here and build relationships they'll remember for years to come."

The U.S. Navy maintains a robust forward presence in the Asia-Pacific region, utilizing both forward deployed naval forces in Japan and Guam, as well as rotationally deployed forces from the continental United States and Hawaii.

Carrier Strike Group 1 was formally established October 1, 2009, and led Carl Vinson and Bunker Hill when the ships supported disaster response and humanitarian operations in Haiti in 2010.

This is Bunker Hill's first deployment since it underwent cruiser modernization, the first Ticonderoga-class guided-missile cruiser to complete its mid-life modernization.

This is Stockdale's maiden deployment, and Carl Vinson's first deployment to 7th Fleet since 2005.

AMR

Jepang Gelar Latihan AL

Jepang Gelar Latihan AL
Tokyo (ANTARA News) - Angkatan Laut Pasukan Bela Diri Jepang Senin menggelar latihan perang di Laut China Timur yang melibatkan kapal-kapal perang Amerika Serikat, kata Kementerian Pertahanan Jepang.

USS Carl Vinson (CVN-70), salah satu supercarrier kelas Nimitz Angkatan Laut AS yang mampu membawa 90 pesawat jet tempur dan helikopter, dan beberapa kapal perusak AS berpartisipasi dalam pelatihan itu, yang diadakan di barat pulau Kyushu, kata kementerian.RIA Novosti-OANA

Saluran TV Jepang NHK mengatakan bahwa latihan ini ditujukan untuk menghalangi operasi angkatan laut yang mungkin dilakukan Korea Utara dan China.

Ketegangan di Semenanjung Korea tetap tinggi setelah penembakan terhadap pulau utara Korea Selatan Yeonpyeong pada November, yang menewaskan empat orang termasuk warga sipil.

Pada Desember, Seoul mengadakan latihan militer besar-besaran yang melibatkan ratusan personil militer dan lebih dari 100 jenis senjata, termasuk tank, rudal anti-tank, helikopter dan jet tempur.

Korea Utara kemudian memperingatkan lawan atas "perang suci" yang akan digelarnya mungkin akan menggunakan penangkis nuklir.

Sebelumnya pada Januari, Pyongyang mengusulkan Seoul untuk memulai perundingan "tanpa syarat" untuk memperbaiki hubungan yang tegang antara kedua negara.
(ANT/A024)
antara

Friday, January 7, 2011

South Korean Defense Unveils White Paper 2010

South Korean Defense Unveils White Paper 2010


Defense & Security News — By KoreanInformation on January 7, 2011 4:39 am 
 North Korea's forces now number more than 200,000 men, an increase of 20,000 compared to 2008, the South Korean Ministry of Defense said on Dec. 30 in its biennial white paper.
The paper also said that the North now has 4,100 tanks, 200 more than 2008, and has constantly been developing new submarine models as well as ballistic missiles and chemical warfare agents to upgrade its capabilities in asymmetric warfare.
"We have explained overall South Korean defense policy in detail regarding security conditions including North Korean threat, basis for defense policy, omnidirectional military combat readiness, period adjustment to the wartime operational command transition and defense reform," said Chang Gwang-il, deputy minister for policy at the ministry. "As the military unveils more transparent defense to the public, we expect that people can gain deep understanding and trust toward the military."
The white paper said that North Korean special forces could infiltrate rear region of South Korea and attack major targets, assassinate key figures and stir the region.
The number of North Korean Special Operations troops rose to 180,000 in 2008 from 120,000 in 2006, the paper said. It also said most of tanks among additional 200 are believed to be used weapons.
The paper clearly stated that the North Korean regime and its military are enemies of South Korea as long as they keep on practicing provocations and threats like the sinking of Cheonan and the shelling of Yeonpyeong Island.
Related to defense reform, the paper included specific way of reforming defense structure and defense operational system to an advanced level in order to build 21-century advanced military capabilities.
In addition, the white paper made clear that Dokdo Island is undeniably belongs to South Korean territory by showing photos and maps related to the island.
The paper is the second one to be released in Lee Myung-bak administration and it is the 19th paper since it was first published in 1967. It will be distributed to the National Assembly, media institutions, government offices, educational institutions and libraries across the nation to make people understand the reality of national defense.
The whole context of the paper will also be updated online on the Defense Ministry homepage at www.mnd.go.kr. 

DEFENCE TALK

Korean, US forces lower alert status: report

Korean, US forces lower alert status: report


SEOUL (AFP) – North Korea has lowered its military alert status to a pre-crisis level, prompting similar moves by Seoul and US forces as tensions on the Korean peninsula showed signs of easing, a report said Friday.
Yonhap news agency quoted unidentified South Korean government sources as saying that the North recently lifted a special alert it issued on November 21 for its military forces on the coast near the disputed sea border.
"The North Korean military recently withdrew an order for special military readiness it had issued in connection with our Hoguk military drills," a source was quoted as saying.
The South Korean military and US forces in South Korea had consequently reduced their own alert status by one notch to a normal level, the source said.
A defence ministry spokesman declined to comment on the report.
Cross-border tensions have been high since the North shelled South Korea's frontline Yeonpyeong island on November 23, following angry protests at the South's military training near the disputed sea border.
The North also raised security fears that month by disclosing a uranium enrichment plant to visiting US experts.
But after a difficult year on the Korean peninsula, 2011 started on a more peaceful note.
The North began the year calling for improved relations with Seoul, while South Korean President Lee Myung-Bak Monday also reached out, saying he was open to talks and offering closer economic ties.
Efforts to resume long-stalled nuclear disarmament talks with the North also gained momentum as Beijing urged dialogue and Pyongyang signalled it was willing to return to the negotiating table.
In an unusually cordial statement, carried by its KCNA agency, North Korea said Wednesday the communist nation "courteously proposes having wide-ranging dialogue and negotiations".
Pyongyang is "ready to meet anyone anytime anywhere", it said, calling for "unconditional and early opening of talks" among officials with "real power and responsibility".
South Korean officials were dismissive of the comments.
"In light of the contents and form of the offer, it cannot be seen as a sincere, official proposal for dialogue," Vice Unification Minister Um Jong-Sik said on KBS radio.
The North had regularly issued similar statements in the past as part of its long-standing strategy to drive a wedge between the South Korean government and its people, he said.
He said the North should show seriousness of purpose by acting on its obligations under a 2005 agreement on denuclearization and apologising for the November shelling and the sinking of a South Korean warship last year.
But Chosun Sinbo, a pro-Pyongyang newspaper published for Koreans living in Japan, said the North's offer was serious.
"It is natural to see that the bold offer for dialogue and negotiations reflect the leader's own decision," said the paper, which faithfully echoes Pyongyang's view.
"South Korean authorities must accept the seriousness in purpose contained in the overture... Now it's time that the South had to come forward," it added.

DEFENCE TALK

Tuesday, January 4, 2011

Korsel Kirim Pesawat Anti-kapal Selam

Korsel Kirim Pesawat Anti-kapal Selam
(ANTARA News/Lukisatrio)
Seoul (ANTARA News) - Korea Selatan mengirimkan lima pesawat patroli anti-kapal selam untuk menjaga kemungkinan potensi serangan Korea Utara, menurut satu laporan Selasa, di tengah tingginya ketegangan di perbatasan laut yang disengketakan.

Pihak militer Sabtu mengirimkan lima pesawat pengintai P-3CK sebagai tambahan 11 pesawat anti-kapal selam yang telah beroperasi mematroli pantai timur dan lepas laut barat, kata surat kabar JoongAng Ilbo, sebagaimana dikutip dari AFP.

Langkah itu "bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi kapal-kapal selam setelah terjadinya serangan kapal selam Korea Utara terhadap kapal perang Cheonan," kata surat kabar itu mengutip seorang pejabat militer.

Seoul, merujuk pada hasil investigasi multinasional, menyalahkan Pyongyang menorpedo kapal perangnya, Cheonan, pada Maret 2010, yang menewaskan 46 pelaut, namun tuduhan tersebut dibantah keras Korea Utara.

"Dengan pengiriman tambahan pesawat pengintai maritim itu kami bisa mengintensifkan pemantauan gerakan-gerakan kapal selam Korea Utara di Laut Timur dan Laut Kuning," kata pejabat itu.

Pesawat tersebut, yang dijuluki "pembunuh kapal selam" berkemampuan mendeteksi dan menyerang kapal-kapal selam, menjadi bagian dalam latihan-latihan militer besar termasuk pelatihan angkatan laut bersama dengan Amerika Serikat pada Juli lalu, menurut surat kabar itu.

Seorang juru bicara angkatan laut membenarkan laporan itu kepada AFP, namun menolak memberikan detilnya.

Ketegangan militer lintas perbatasan meningkat setelah Pyongyang menembaki artileri pada pulau perbatasan Yeonpyeong di Laut Kuning pada November lalu, yang menewaskan empat warga Korea Selatan termasuk dua penduduk sipil.

Korea Selatan telah menggelar sebuah latihan militer yang mencemaskan, termasuk satu bersama-sama dengan AS, dalam unjuk kekuatan terhadap tetangga komunisnya, yang tidak menindaklanjuti dengan ancaman serangan baru yang mematikan.

Meskipun terjadi ketegangan, Presiden Korea Selatan Lee Myung-Bak Senin menghubungi Korea Utara, mengatakan bahwa Seoul terbuka untuk pembicaraan dan menawarkan hubungan ekonomi lebih erat.

Pada pidato kebijakan Tahun Baru-nya, hanya beberapa hari setelah Pyongyang menyerukan hubungan membaik pada tahun 2011, Lee juga mendesak Korea Utara untuk meninggalkan "petualangan militer."

Korea Utara, dalam tajuk bersama media pemerintah tentang Tahun Barunya Sabtu mengatakan, ketegangan "harus dijinakkan sedini mungkin," menekankan dialog dan kerjasama "harus dipromosikan secara proaktif."
(ANT/A024)
 Antara

Sunday, December 26, 2010

Korsel Siapkan Pelatihan Militer di 23 Tempat


Korsel Siapkan Pelatihan Militer di 23 Tempat
Seoul (ANTARA News) - Korea Selatan (Korsel) siap melakukan pelatihan menembak di laut di 23 tempat mulai Senin tetapi tidak di dekat daerah-daerah perbatasan laut yang disengketakan dengan Korea Utara, demikian keterangan militer Korsel.

Militer berencana akan melakukan pelatihan dengan menggunakan peluru tajam di pantai sekitar semenanjung Korea 27-31 Desember, kata Gabungan Kepala staf, Ahad.

Tetapi, pihak militer menjelaskan, pelatihan menembak itu tidak akan diselenggarakan dekat perbatasan maritim dengan Korea Utara (Korut) di Laut Kuning,kata pemerintah.

"Ini adalah bagian dari pelatihan reguler yang melibatkan pasukan angkatan darat, laut dan udara... dan Badan Pembangunan Pertahanan yang dikelola pemerintah juga akan melakukan uji coba amunisi di lepas pantai barat," kata juru bicara Gabungka Kepala Staf (JCS) kepada AFP.

Seoul pada 20 Desember melakukan pelatihan artileri menggunakan peluru tajam di Yeonpyeong, satu pulau perbatasan yang ditembaki Korut dalam satu serangan yang menewaskan empat warga Korsel termasuk dua warga sipil.

Pelatihan pertama menggunakan peluru tajam di pulau itu sejak serangan 23 November itu menimbulkan kemarahan Pyongynag, kendatipun tidak akan melakukan tindakan balasan.

Ketegangan lintas perbatasan tidak mereda sejak penembakan bulan lalu itu, serangan pertama terhadap satu daerah sipil sejak Perang Korea 1950-1953 berakhir.

Pyongyang mengatakan pihaknya akan melakukan pembalasan atas satu latihan menembak Korsel yang peluru-pelurunya jatuh di dalam perairan yang diklaimnya adalah wilayah Korut.
(Uu.H-RN/H-AK/P003)
 Antara

Sunday, December 19, 2010

Korsel tetap gelar latihan militer di perbatasan


BBCIndonesia.com - detikNews

latihan perang korsel
Korut mengecam latihan perang Korsel di wilayah sengketa

Militer Korea Selatan tetap akan menggelar latihan perang di satu pulau di dekat wilayah laut yang dipersengkatakan Korsel dan Korea Utara.

Kepastian latihan serangan artileri tersebut dilaporkan kantor berita Korsel, ketika Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menggelar sidang membahas ketegangan di Semenanjung Korea.

"Militer memutuskan menggelar latihan menembak hari ini," kata seorang sumber militer kepada kantor berita Korsel, Yonhap.

"Kapan latihan itu dimulai, semuanya tergantung cuaca di lapangan."

Sikap Rusia

Seorang fotografer kantor berita AFP mengatakan ia mendengar pengumuman dari aparat di Pulau Yeonpyong melalui pengeras suara bahwa akan ada latihan perang hari Senin (20/12).

Di wilayah sengketa itulah Korut bulan lalu melakukan serangan artileri ke Pulau Yeonpyong yang menewaskan dua marinir dan dua warga sipil Korsel, setelah Korsel menggelar latihan perang yang diikuti oleh marinir yang bertugas di pulau tersebut.

Pyongyang beralasan mereka menyerang Yeonpyong karena Korsel menjatuhkan bom di perairan Korut.

Pemerintah Korut telah memperingatkan tentang potensi bahaya dari latihan perang yang dilakukan Korsel.

Pertemuan di Dewan Keamanan diusulkan oleh Rusia, yang mengatakan PBB sebaiknya resmi mendesak pemerintah di Pyongyang dan Seoul untuk menahan diri.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mengatakan akan lebih baik bila Korsel tidak menggelar latihan militer ketika situasi tengah memanas.

(bbc/bbc)

Friday, December 17, 2010

Korut Ancam Serang Korsel

Seoul/Beijing (ANTARA News) - Korea Utara pada hari Jumat mengatakan akan melancarkan serangan ke Korea Selatan jika latihan perang yang direncanakan Seoul di satu pulau yang disengketakan tetap dilakukan. Korut  bahkan mengatakan akan memberi n tanggapan yang lebih kuat ketimbang penembakan bulan lalu.

Pengumuman yang disiarkan kantor berta Korea Utara (Korut) KCNA itu dikeluarkan saat Korea Selatan (Korsel) bersiap-siap untuk melakukan latihan militer dengan menggunakan peluru tajam di pulau Yeonpyeong, dekat satu perbatasan militer yang disengketakan dengan Korut. Latihan ini untuk pertama kali sejak baku tembak artileri November.

Latihan miiter Korsel itu akan diselenggarakan 18-21 Desember.

"Serangan itu akan meningkatkan situasi lebih serius ketimbang 23 November dalam hal kekuatan dan luas serangan itu," kata KCNA.

Korut mengatakan serangannya terhadap pulau Yeonpyeong pada 23 November adalah untuk menanggapi "provokasi-provokasi" Korsel.

Peringatan Korut itu muncul setelah Seoul berjanji akan melakukan tanggapan yang lebih keras setiap serangan lebih jauh terhadap wilayahnya. Penembakan terhadap pulau itu adalah pertama kali sejak Perang Korea 1950-1953 bahwa Korut menyerang wilayah Korsel.

China, pendukung utama Korut, mengatakan bahwa Pyongyang berjanji akan menahan diri dan ancaman serangan baru Korut itu datang saat China mengemukakan kepada Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat James Steinberg bahwa kedua negara besar itu harus bekerja sama lagi untuk meredakan ketegangan di semenanjung Korea.

ANTARA

Wednesday, December 15, 2010

South Korea holds mass civil defence drill amid tension

South Korea holds mass civil defence drill amid tension

More Army News

Army News — By Agence France-Presse on December 15, 2010
SEOUL: South Korea launched its biggest-ever civil defence drill amid high tensions over North Korea's deadly artillery attack last month and its nuclear programmes.
Sirens wailed across the country at 2:00 pm (0500 GMT) on Wednesday to signal the start of the 15-minute exercise. Most traffic quickly halted on Seoul's main street, Sejongno, and elsewhere in the bustling city centre.
The National Emergency Management Agency (NEMA) said the nationwide evacuation drill was the first of its kind since a civil defence law was passed in 1975.
Under the scenario, 12 jet fighters were to scream overhead to simulate air strikes by the North and pedestrians were to be ushered into shelters.
Pavements quickly emptied in the capital but it was not immediately clear how many took refuge in shelters.
"The special nationwide evacuation drill is aimed at dealing effectively with a real situation like North Korea's artillery attack on Yeonpyeong Island," NEMA said in a statement.
"Public concern has been growing over North Korea's provocations," it said, citing continued military threats, high tensions in the Yellow Sea near the disputed border and the possibility of a third nuclear test by Pyongyang.
The North's November 23 bombardment of the border island killed four people including civilians. It was the first attack on civilian-populated areas since the 1950-53 war.
According to plans for the drill, all road and pedestrian traffic in cities was to be halted for 15 minutes. School classes were to be suspended, with students and teachers told to take shelter.
People at home were advised to switch off gas and electricity and move into underground shelters. Residents of high-rise buildings were urged to take the stairs instead of elevators.
Ships and airline flights were not affected. Trains and cars using expressways were urged to slow down.
At seven Seoul subway stations, training involving firefighters, soldiers and government officials was to be conducted. NEMA was to check emergency kits at 25,724 state-designated shelters nationwide.
In the border city of Paju, stage agencies were to conduct training against a mock attack by North Korean chemical weapons.
South Korea, which has remained technically at war with the communist North since their conflict 60 years ago, usually conducts much smaller drills involving the sounding of sirens several times a year.
In recent years, these have been widely ignored by the public.

DEFENCE TALK

BERITA POLULER