Pages

Showing posts with label INDUSTRI MILITER INDONESIA. Show all posts
Showing posts with label INDUSTRI MILITER INDONESIA. Show all posts

Wednesday, June 26, 2024

Kunjungan Defence Attache Tour 2024 Diakhiri ke PT DI dan PT Len Industri

 



Bandung – Di hari terakhir kegiatan Defence Attache Tour 2024, 24 Atase Pertahanan dari negara sahabat yang dipimpin Plt. Dirkersinhan Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI Airlangga melanjutkan kunjungan ke Industri Pertahanan Indonesia ke PT Dirgantara Indonesia (DI) dan PT Len Industri, di Bandung, Kamis (6/6).

“Senang sekali bisa berkumpul di PT DI, industri dirgantara Indonesia yang merupakan simbol inovasi bangsa kita di bidang penerbangan dalam kesempatan Tur Atase Pertahanan,” kata Brigjen TNI Airlangga saat berkunjung ke PT DI.

PT DI secara konsisten menunjukkan kemampuannya untuk mendorong batas-batas inovasi dan memberikan solusi kelas dunia yang memenuhi beragam kebutuhan pelanggannya. PT DI terkenal unggul dalam desain, pengembangan, dan manufaktur pesawat baik di dalam negeri maupun internasional. Dari pesawat komuter sipil hingga platform militer yang canggih.

Oleh karena itu, Plt. Dirkersinhan mendorong agar atase pertahanan memanfaatkan sepenuhnya kesempatan tur ini untuk menjalin hubungan dengan PT Dirgantara Indonesia dan menjajaki potensi kerja sama.

Kemudian saat berkunjung ke PT Len Industri, Brigjen TNI Airlangga menyampaikan bahwa PT Len Industri secara konsisten telah menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi beragam kebutuhan pertahanan Indonesia.


“Dari pemancar radio hingga sistem persinyalan kereta api, dari sistem elektronika daya untuk kereta listrik hingga teknologi pertahanan mutakhir,” tambah Brigjen TNI Airlangga.

Secara keseluruhan, kunjungan ini memberikan wawasan berharga mengenai kemampuan pertahanan, keahlian teknologi, dan kontribusi Indonesia terhadap keamanan regional.

Di akhir kegiatan Defence Attache Tour 2024, Kementerian Pertahanan berharap kepada para atase pertahanan dapat mengambil banyak manfaat, dan memperkaya pemahaman mengenai industri pertahanan Indonesia, serta memperkuat hubungan bilateral dan multilateral yang sudah terjalin. (Biro Humas Setjen Kemhan)


sumber Kemenham

Tuesday, November 13, 2012

Indodefence 2012 : Sodoran Baru dari Industri Pertahanan Nasional


Kapal tanker/Bantu Cair Minyak 93 meter yang sedang dibikin di galangan DKB untuk TNI AL (photo : Defense Studies)

Membandingkan pameran Indodefence 2012 terhadap perhelatan yang sama dua tahun sebelumnya, terasa sekali bedanya, disamping jumlah pesertanya yang lebih banyak, pada business day terasa sekali stan-stan yang ada ramai dikunjugi kalangan bisnis dan militer dari dalam negeri maupun negara-negara tetangga.

Industri pertahanan nasional, baik BUMN (state owned) maupun swasta juga tampil lebih baik dari tahun lalu, banyak sodoran produk baru pada pameran kali ini, lebih khusus lagi adalah bagi industri pertahanan swasta Indonesia yang pada pameran kali ini banyak yang mengambil stan-stan besar.

Matra Darat
Kendaraan taktis dengan payload 2,5 ton yang akhirnya diberi nama Komodo oleh Presiden SBY (photo : Defense Studies)

Pindad selain mengusung panser kanon menampilkan juga kendaraan taktis 4x4 yang akhirnya diberi nama Komodo oleh Presiden, rencananya Komodo dibuat dalam beberapa varian yaitu : V1 untuk Intai, V2 untuk APC, V3 untuk Komando, V4 untuk angkut rudal Mistral dan V5 sebagai varian khusus. Kendaraan ini diharapkan dapat mengikuti jejak kesuksesan panser Anoa 6x6.
Acmat VLRA 4x4 truk taktis dengan payload 2,5 ton yang sekarang diageni oleh SSE (photo : Defense Studies)

SSE yang beberapa waktu lalu telah berhasil mengeksport produknya ke Srilanka, kali ini tampil agak berbeda, selain mengusung kendaraan taktis kelas ringan P2 dalam versi Commando (payload 1,0 ton) dan APC (payload 1,5 ton) dengan versi digital camo, kali ini juga memperluas lini usahanya dalam bidang pesawat tanpa awak IPCD dan menjadi agen untuk kendaraan truk Prancis Acmat VLRA
Kendaraan taktis 2,0 ton hasil kerja Working Group II ini masih terus diuji-coba dan belum mempunyai nama (photo : Defense Studies)

Pada pameran statis tampil juga prototipe kendaraan taktis 4x4 hasil kerja dari Working Group II, tampilan kendaraan ini telah mengalami face-lift dibanding prototipe sebelumnya. Dua kendaraan diturut-sertakan dalam pameran ini. Sekedar catatan, Panser Anoa 6x6 juga lahir melalui Working Group seperti ini, tepatnya adalah Working Group I.
Matra Laut
Strategic Sealift Vessel, kapal yang diajukan PT Pal untuk mengikuti tender di  Filipina (photo : Defense Studies)
PT. Pal menampilkan model-model kapal yang sedang diproduksi, terlihat model kapal PKR-105, KCR-60, dan Kapal Selam U-209 1400 Mod. Kapal Strategic Sealift Vessel, hasil modifikasi LPD yang tetap menggunakan heli deck dan well dock yang ditawarkan kepada pemerintah Filipina juga ditampilkan.
Haluan kapal PKR-105 yang  persenjataannya telah mengalami beberapa perubahan (photo : Defense Studies)
Model kapal PKR-105 yang dipamerkan adalah versi yang sedang dibangun untuk TNI AL, sedikit berbeda dengan model yang dibawa Damen Schelde 2 tahun lalu. Sebagaimana diketahui Kementerian Pertahanan dan DSNS akhirnya menyepakati hanya satu kapal fregat yang dibangun dengan pola kerja sama dengan PT. Pal. Jika dalam model sebelumnya adalah versi untuk peperangan bawah air (dilengkapi anti-submarine rocket) maka versi yang dibangun sekarang ini telah mengalami perubahan, kanon utamanya Oto Melara 76mm diganti tipe stealth cupola, CIWS Phalanx di bagian belakang diganti menjadi Oerlikon Millenium 35mm yang dipasang menggantikan posisi anti-submarine rocket. Oerlikon Millenium 35mm ini mempunyai amunisi jenis AHEAD (Advanced Hit Efficiency And Destruction), selain untuk melawan rudal yang mendekat juga dapat difungsikan sebagai air defense. Rudal permukaan ke udara tetap menggunakan MBDA Aster 15 dengan jangkauan 30km.
LCU 1.500 ton untuk TNI AD dari DKB (photo : Defense Studies)
PT. DKB menampilkan beberapa model kapal yang sedang dibangun termasuk kapal LST 117 meter pesanan TNI AL. Untuk pertama-kalinya model kapal tanker yang sedang dibangun untuk TNI AL juga ditampilkan, kapal ini mempunyai panjang 93 meter, lebih kecil dibandingkan KRI Arun 903 yang mempunyai panjang 140 meter. Meskipun LCU 1.000 ton pesanan TNI AD penyelesainnya mundur karena menunggu prioritas anggaran, namun konsep LCU selanjutnya dimunculkan oleh DKB, kali ini yang ditampilkan adalah LCU 1.500 ton.
Palindo Marine yang mendapatkan pesanan enam Kapal Cepat Rudal KCR-40 saat ini tengah mebuji coba KRI 643 Beladau dan saat ini unit ke-4 sedang dalam taraf pengerjaan, juga ditampilkan Combat Boat 58 (18 meter) dan PC-43 utuk Bakorkamla..
Fire Support Vessel X-18 FSV dari Lundin Industry Invest/North Sea Boats (photo : Defense Studies)
Lundin Industry Invest (North Sea Boats) yang namanya mendunia karena keberhasilannya membuat kapal cepat rudal KRI Klewang dengan telnologi stealth, selain menampilkan model kapal tersebut juga mengenalkan beberapa konsep baru dengan berbasis pada teknologi catamaran. Fire Support Vessel X-18 FSV merupakan kapal kecil 18 m berlambung catamaran yang mengusung kanon  90-105 mm. Dengan kecepatan 30 knot maka wahana ini dapat membantu pendaratan amfibi dengan memberikan bantuan tembakan ke pantai.
Fast PatrolBoat 60m dari PT Tesco Indomaritim (photo : Defense Studies)

Galangan Tesco Indomaritim banyak menampilan konsep Fast Patrol Boat (28, 43, hingga 60 meter). Untuk FPB-60 dalam rancangannya terdapat heli deck di bagian buritan.
LCU untuk mendaratkan MBT Leopard 2 (photo : Defense Studies)
Setelah sukses membuat LCU untuk mengangkut mobil peluncur roket RM-70 Grad milik Marinir kali ini Tesco juga menampilkan rancangan berupa LCU untuk membawa MBT Leopard, kelak Leopard dapat dibawa oleh LPD dan didaratkan dengan LCU ini.


CN-235 ASW (photo : Defense Studies)

Matra Udara

PT DI selain punya produk baru berupa pesawat angkut medium CN-295, kali ini juga membawa model pesawat CN-235 ASW. Pengalaman engineer PT DI dalam proyek Meltem II di Turki menjadikan pengalaman berharga untuk terus mengembangkan pesawat ASW ini. Meskipun pada bodinya tertulis TNI AL namun tipe inilah yang ditawarkan untuk Filipina lengkap dengan MAD (magnetic anomaly detector) boom di bagian ekor dan torpedo di sayapnya. Adapun yang saat ini dibangun untuk TNI AL sekarang bukan versi ASW namun versi surveillance. PT DI juga siap seandainya TNI AL ingin pesawat ASW dengan platform yang mempunyai jarak jangkau lebih jauh maka PT DI akan mengajukan CN-295 ASW bagi TNI AL.

Persenjataan, Elektonika, dan Instrumentasi

Brosur Seahake torpedo kelas berat dengan logo Atlas Elektronik dan PT DI (photo : Defense Studies)

Melalui divisi persenjatannya kita kenal PT DI sebagai pembuat berdasar lisensi atas torpedo kelas berat SUT, jangan kaget bila dalam pameran kali ini PT DI menawarkan 3 torpedo sekaligus : SUT, Seahake Mod4 dan Seaspider yang dibuat oleh Atlas Elektronik (sebelumnya AEG Aktiengesellschaft Marinetechnik beralih menjadi STN-Atlas Elektronik Underwater Technology dan akhirnya menjadi Atlas Elektronik) German.

Seahake Mod4 merupakan varian akhir dari SUT yang lisensinya diperoleh PT DI pada tahun 1986. Jika PT DI memperoleh lisensi Seahake Mod4 yang mempunyai jangkauan 50 km maka tinggal selangkah lagi untuk bekerjasama dengan Atlas Elektronik untuk  torpedo Seahake Mod4 ER. Sebagaimana diberitakan pada uji coba Mei 2012, maka rekor torpedo saat ini dipegang oleh Seahake Mod4 ER yang dapat menghancurkan sasaran pada jarak 140 km.

Seaspider adalah torpedo pertama yang dibuat untuk anti torpedo. Sistem torpedo ini bereaksi cepat terhadap torpedo yang mendekat dan efektif melawan semua jenis torpedo. Ada dua varian peluncur torpedo ini dari kapal permukaan. Tidak dijelaskan apakah Sehake dan Seaspider ini akan diakuisi oleh TNI AL atau tidak.

PT Pindad menampilkan varian senjata SS2 termasuk varian terbaru SS2V5, juga senapan runduk, pistol dan bom.  PT Sari Bahari juga turut memamerkan bom produksinya yang terdiri dari P-100, P-25, dan roket FFAR
Combat Management System pada KRI Yos Suedarso (photo : Defense Studies)
Menarik disimak adalah aplikasi Combat Management System pada KRI Yos Soedarso yang telah menggunakan produk CMS PT Len dan lulus pada uji penembakan yang diadakan di Pulau Gundul. Dengan keberhasilan ini maka CMS produkasi LEN akan digunakan pada tiga fregat sejenis lainnya.
LenLink tactical data link buatan PT Len (photo : Defense Studies)
PT Len juga berhasil membuat peralatan untuk pertukaran data dari udara, permukaan, dan bawah air. LenLINK demikian namanya, untuk menjamin tingkat keamanan dan kehandalan dalam pengiriman data dimungkinkan untuk dilakukan customisasi protocol dan algoritma enkripsi.
Electronic Support Measures (photo : Defense Studies)
Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi/PPET-LIPI yang selalu hadir dalam pameran Indodefence, kali ini menghadirkan Coastal Radar dan Electronic Support Measures untuk kapal kombatan. ESM adalah alat untuk memperoleh data/parameter signal elektronik beserta analisanya dari kapal musuh.
Road map PT Inti untuk menguasai teknologi radar (photo : Defense Studies)

Dalam aplikasi radar untuk militer, PT Inti juga tidak mau ketinggalan, dapat dilihat dengan jelas mengenai visi PT Inti untuk menguasai teknologi radar dimulai dari navigation radar, ground surveillance radar, missile tracker radar, airborne surveillance radar, dan weather radar.

CMI Teknologi yang telah bekerjasama dengan Lockheed Martin juga tampil pada pameran kali ini. Perusahaan yang bergerak dalam microwave dan RF modul ini terpilih oleh Lockheed Martin untuk turut serta dalam pembuatan radar pertahanan udara TPS-77 dan FPS-117.

Kokpit upgrade pesawat tempur F-5 (photo : Defense Studies)
Perusahaan yang berbasis di Surabaya yang telah dipilih untuk menjadi rekanan dalam integrasi radar sipil dan militer yaitu PT. Infoglobal pada pameran kali ini menampilkan kokpit pesawat tempur F-5 yang telah diupgrade. Perusahaan melihat peluang karena TNI berniat memperpanjang usia pakai F-5 Tiger hingga tahun 2020.

UAV taktis dan untuk keperluan surveillance dari IPCD-SSE (photo : Defense Studies)

IPCD-SSE tampil dalam Indodefence 2012 membawa dua tipe SUAV (small UAV), pesawat tanpa awak ini diperuntukkan bagi kegiatan riset, surveillance, reconnaisance, bahkan dimungkinkan sebagai target dan decoy. Tactical UAV dengan MTOW 2 kg dapat membawa beban 0,5kg sedangkan Surveillance UAV mempunyai MTOW hingga 6 kg dan dapat membawa beban hingga 1 kg.


(Defense Studies)

Sunday, September 9, 2012

Pesawat C-295 TNI AU Akan Tiba Di Tanah Air Tanggal September

JAKARTA : Empat penerbang TNI Angkatan Udara dari Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma akan tiba di Jakarta dengan membawa pesawat C-295 tanggal 21 September mendatang. Keempat penerbang itu yakni Letkol Pnb Elistar Silaen Komandan Skadron Udara 2 Lanud Halim, Mayor Pnb Destianto, Mayor Pnb Trinanda dan Kapten Pnb Reza Fahlifie.

Saat ini mereka masih berada di Air Bus Military, Sevilla, Spanyol untuk menjalani Training dengan menggunakan pesawat C-295 Air Bus Military selama kurang lebih tiga Bulan dari Bulan Juli sampai September 2012.

"Saat ini program training kami sudah melaksanakan latihan simulator sebanyak 48 jam, mulaidari tanggal 5 Sepember kami sudah flight training degan pesawat C-295 Air Bus Military , dan rencana training sampai dengan tgl 14 September" ujar Komandan Skadron 2 Letkol Pnb Elistar Silaen.

Lebih lanjut Komandan Skadron Elistar, mengatakan bahwa latihan training masing-masing pilot dilaksanakan Enam jam terbang. "Rencana ferry pesawat C- 295 Air Bus Military sementara tanggal 17 September dan tiba di Indonesia tanggal 21 September" ujarnya.

Selain Penerbang TNI Angkatan Udara dua penerbang Test Pilot dari PT Dirgantara Indonesia (DI) Ester Gayatri saleh dan Novirsta Mafriando Rusli serta satu Flight Test Engineer Heru Riadhi Soenardi juga melakukan training dengan menggunakan pesawat C-295 di Air Bus Military, Sevilla, spanyol.

Pesawat C-295 buatan Air Bus Military yang bekerja sama dengan PT DI direncanakan akan memperkuat jajaran TNI Angkatan Udara di Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma menggantikan operasional pesawat F-27 yang belum lama dinyatakan tidak boleh terbang.  


Sumber : Kompas

Kesuksesan Senjata Pindad Di Dunia Internasional

Industri pertahanan militer Indonesia bukan hanya mulai menggeliat, tapi mulai beranjak menunjukkan kemampuannya. Beberapa negara di belahan dunia, jatuh hati pada produk senjata dan alat transportasi militer buatan Indonesia.

Salah satu produk senjata Indonesia yang menjadi buruan luar negeri adalah produks PT Pindad Indonesia. Tak hanya negara-negara ASEAN, kini senjata serta beberapa produk dari Pindad mulai masuk ke sejumlah negara di Afrika Asia Timur.

Malaysia, Brunei Darussalam, Uganda, Timor Leste, serta Irak merupakan daftar negara yang siap mengantre produk-produk buatan pabrikan Bandung, Jawa Barat itu.

Banyak alasan mereka mempercayakan Indonesia, khususnya Pindad untuk memperkuat militer negaranya. Berikut penjelasan Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Soedarsono, saat wawancara khusus VIVAnews, Kamis 30 Agustus 2012 di Bandung: 

Sejak kapan Pindad promosi senjata?

PT Pindad saat ini tengah gencar melakukan program promosi ke sejumlah negara di benua Afrika. Kegiatan promosi  dilakukan dengan pemerintah, karena pemerintah melakukan promosi ke beberapa negara terkait industri pertahanan yang ada di Indonesia.

Produk-produk Pindad yang dilirik oleh negara seperti Irak dan Iran itu dikarenakan produk kita sangat simple, sederhana serta ringan. Jika dibandingkan dengan produk-produk Eropa yang karakteristiknya berat bodi dan tidak ringan, Irak menilai senjata Indonesia ringan dan santai dibawanya.

Negara mana saja yang pernah memesan produk Pindad? 

Sejumlah negara melirik industri militer Indonesia. Negara-negara balkan bahkan berminat dengan senjata produk Pindad. Penjajakan dengan negara Irak sendiri misalnya, sebenarnya sudah dilakukan sejak pendudukan Amerika berakhir tahun 2003 lalu.

Sejak saat itu pemerintah definitif Irak mencoba melakukan komunikasi dengan pemerintah RI. Komunikasi saat itu baru sebatas penjajakan tentang kerjasama berbagai hal. Baru untuk permasalahan industri pertahanan dibahas secara intensif sejak tahun 2008. Kebetulan saya juga menjadi Ketua Tim Koordinator kerjasama industri pertahanan ini dengan Irak.

Terakhir dari pihak Irak kesini 2004 awal kalau tidak salah. Kami sendiri baru pulang dari Irak 4 hari sebelum lebaran kemarin. Hasilnya, alhamdulilah positif bahwa Irak siap menjajaki secara serius tak hanya dengan Pindad, melainkan dengan seluruh industri Militer di Indonesia.

Apakah Irak dan negara lain akan memesan dalam jumlah besar?

Rencananya memang Irak akan bekerjasama dalam jumlah besar dengan Indonesia, tak hanya Pindad yang mendapatkan proyek besar dari Irak. PT PAL, PT DI (Dirgantara Indonesia), serta beberapa sentra industri kemiliteran menjadi tujuan Irak dalam membangkitkan kembali sistem pertahanan militernya.

Setelah perayaan HUT TNI ke-67 pada Oktober mendatang, Irak dipastikan akan memulai era baru kemiliterannya. Dalam perayaan HUT TNI Oktober 2012 mendatang akan ditampilkan hasil karya anak negeri dalam hal industri militer di hadapan Perdana Menteri Irak.

Selain Irak, negara mana lagi yang berminat? 

Uganda dan Timor Leste kini tengah menjajaki hal serupa. Namun kedua negara tersebut hanya menjajaki indutsri militer saja. Kalau untuk Irak sejauh ini belum ada deal apapun, baru sebatas proses. Sedangkan yang sudah penjajakan intensif serta uji coba alat yakni Uganda dan Timor Leste. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini akan deal.

Jenis produk Pindad apa saja yang diminati? 

Dari pertemuan pertengahan Agustus lalu, yang paling diminati Irak adalah Senjata Serbu 2 Pindad (SS 2) serta Panser Angkut  Anoa dan panser serbu Anoa. 
Pilihan pada Panser Anoa dan SS2 karena Irak butuh senjata serbu ringan dan Panser yang bisa melakukan perang di dalam kota, dimana letak geografis Irak menjadi alasan pihak pemerintah Irak jatuh hati pada SS2 dan Anoa.

Apakah SS2 produk sendiri atau komponennya masih impor?

Kalau untuk SS2 yamg kita produksi hari ini merupakan asli produk Indonesia seluruhnya, berbeda dengan SS1 sebelumnya kami hanya mendapat under license-nya saja. Kami bangga dengan produk asli ini yang bisa menembus pasar dunia. Memang keseluruhan dilakukan oleh tenaga ahli dari dalam negeri, sisanya dibantu konsultan dari luar negeri.

Selain SS2 dan Panser, produk apa lagi yang diminati?

Tidak hanya Pindad yang sedang dalam hal penjajakan dengan Irak. PT PAL, PT DI, industri helm perang, rompi anti peluru, industri parasut, baju perang Hamatex Sritex, PT Jangkar, serta tenda pleton juga akan dijajaki Irak guna membangun sistem pertahanan militernya.

Ada sekitar 10 industri pertahanan di Indonesia yang akan dijajaki Irak. Informasi dari pemerintah sendiri tak hanya industri militer yang dijajaki industri lainnya seperti infrastruktur kota serta perminyakan juga akan dijajaki dalam waktu bersamaan dengan penjajakan Industri militer.

Bagaimana peran pemerintah  dalam pemasaran ke luar negeri serta sokongan modal? 

Kerjasama ini antar pemerintah atau Government to Governtment. G to G itu menguntungkan. Kenapa? selain legalitas, aspek pencairan dana juga lebih cepat karena pencairan dilakukan langsung oleh Pindad dengan negara tujuan tidak melalui broker.



Sumber : Vivanews 
 

Indonesia Jerman Jajaki Kerjasama Alih Teknologi Tank Medium

Pemerintah Indonesia menjajaki kemungkinan melakukan kerja sama alih teknologi pembuatan tank medium dengan Jerman sebagai bagian dari pengadaan 100 unit tank tempur utama (MBT) Leopard.

Jika proses ini lancar, Indonesia ke depan bakal memproduksi tank medium merujuk pada Marder 1A3 milik Jerman. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsdya TNI Eris Herryanto mengatakan, pemerintah sekarang ini dalam proses pembicaraan agar bisa dilakukan kerja sama alih teknologi pembuatan tank medium Marder 1A3 dari Jerman.“Semua pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) ada transfer of technology (alih teknologi/ToT),” tandas Eris di Jakarta kemarin.


Meskipun sekarang ini Indonesia tidak sedang melakukan pembelian tank medium tersebut, proses alih teknologi tetap memungkinkan dilakukan.Hanya, hal itu bergantung proses pembicaraan antarkedua negara. “Ini masih proses. Itu nanti merupakan bagian dari pengadaan MBT Leopard,”katanya. Dia mengaku, pemerintah telah mengajukan permohonan resmi kepada pemerintah Jerman agar hal tersebut disetujui.“ Kita masih akan bicarakan lagi ke mereka.Saya belum bisa menyampaikan keputusannya,” imbuh Eris.

Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menyatakan, pihaknya belum mengetahui rencana pemerintah tersebut. Namun, secara umum dia menyambut baik jika langkah alih teknologi pembuatan tank medium itu betul-betul bisa direalisasikan. Tubagus mengatakan, pihaknya akan menyetujui bilamana kerja sama yang dilakukan bisa memberikan keuntungan bagi badan usaha milik negara (BUMN) industri pertahanan. Apalagi dengan memproduksi tank medium,kebutuhan alutsista TNI ke depan tidak lagi bergantung pada asing.“Bisa juga untuk dijual. Ada nilai tambah ekonominya,”ujarnya.

Di samping itu, memproduksi tank medium juga akan menguntungkan dari segi strategi pertahanan sebab tank-tank jenis inilah yang sebenarnya sangat cocok untuk karakter geografis Indonesia.



Sumber : Sindo
 
 

Wednesday, September 5, 2012

Arab Saudi Akan Beli Senjata Buatan Indonesia


"Mereka tertarik senjata kita karena kualitasnya internasional."


Senapan Serbu atau SS2 produksi PT Pindad
Senapan Serbu atau SS2 produksi PT Pindad (PT Pindad)

VIVAnews - Kualitas persenjataan buatan dalam negeri mulai menarik bagi negara-negara lain. Irak sudah hampir pasti memborong senjata dan peralatan militer buatan Indonesia.

Juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Hartind Asrin, menyatakan, tak hanya Irak, beberapa negara lainnya seperti Iran, Uganda, Kongo dan Arab Saudi juga tertarik untuk membeli senjata buatan Indonesia.

"Mereka tertarik dengan senjata kita karena kualitasnya sudah internasional," ujar Hartind kepada VIVAnews, Senin 3 September 2012.

Sama dengan Irak, Arab Saudi awalnya akan membeli senjata Senapan Serbu 2 atau SS2 yang diproduksi oleh PT Pindad (Baca kelebihan SS2 di sini). Utusan dari negara calon pembeli sudah mengunjungi langsung PT Pindad.

"Irak bisa jadi tahun ini realisasinya. Kalau Arab Saudi mudah-mudahan tahun depan. Saat ini sudah ada pembicaraan-pembicaraan," katanya.

Kualitas senjata buatan Indonesia, lanjut Hartind, juga dibuktikan dengan prestasi Tentara Nasional Indonesia dalam beberapa lomba menembak internasional.

Seperti diantaranya dalam Lomba Tembak Internasional Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2012. Di ajang ini, TNI Angkatan Darat meraih juara umum dengan mengalahkan negara-negara besar seperti, tuan rumah Australia, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Selandia Baru.
Ajang AASAM 2012 juga diikuti oleh negara-negara ASEAN seperti, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, dan Timor-Leste. Jepang menjadi peserta baru pada AASAM kali ini. Lebih dari 300 petembak ikut serta mewakili militer masing-masing negara.

"Kita sudah mengalahkan anggota-anggota NATO dalam lomba-lomba tembak. Karena kualitas senjata kita juga yang menentukan," katanya.

Oleh karena itu, dia menyambut baik ketertarikan negara-negara tetangga untuk membeli senjata produksi dalam negeri.

sumber : VIVA NEWS

Tuesday, September 4, 2012

Irak Akan Borong Senjata Pindad, PAL dan PT DI

Industri pertahanan Irak-RI mulai dibahas insentif pada 2008.


Direktur Pindad, Adik A Soedarson (kanan) memegang senjata buatan Pindad
Direktur Pindad, Adik A Soedarson (kanan) memegang senjata buatan Pindad (Antara/ Ujang Zaelani)

VIVAnews - Senjata produksi Indonesia sesungguhnya sudah diakui dunia. Banyak negara yang membeli termasuk Irak, negeri 1001 malam yang masih bergolak sepeninggal Sadam Hussein. Proses penjajakan jual beli senjata dengan negeri itu sudah dimulai semenjak masa pendudukan Amerika berakhir pada 2003 lalu.  Sesudah melewati proses yang panjang,  Irak akhirnya memutuskan siap memborong senjata produksi Indonesia.
Kisah penjajakan jual beli senjata dengan Irak itu dituturkan Direktur Utama PT Pindad, Adik Afianto kepada VIVAnews.com.  Komunikasi dengan pemerintah Irak, katanya, sudah berlangsung lama. "Komunikasi saat itu baru sebatas penjajakan tentang kerjasama berbagai hal," katanya. Adik menjadi  Ketua Tim Koordinator Kerjasama Industri Pertahanan ini dengan Irak.

Puncak dari negosiasi itu adalah ketika Perdana Menteri Irak berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu. Dia datang untuk memastikan penjajakan kerjasama itu. Sesudah itu negosiasi kemudian dilakukan di level teknis.
Adik dan timnya baru pulang dari Irak empat hari sebelum Lebaran kemarin.
"Alhamdulilah Irak serius dan tidak hanya dengan Pindad, melainkan dengan seluruh industri militer di Indonesia," kata Adik.

Irak memang berencana membeli alutsista dalam jumlah besar dari sejumlah industri strategis di Indonesia. Tidak hanya Pindad, tapi  PT PAL Indonesia (Persero), PT Dirgantara Indonesia, serta beberapa sentra industri kemiliteran lain.

Berapa jumlah senjata yang akan diborong? Adik  belum bisa mempublikasikannya. Tapi jenis senjata yang akan dibeli sudah ada dalam daftar. Adik sendiri yakin Irak akan berpaling ke Indonesia dalam hal kerjasama industri militer.
 

Friday, July 20, 2012

Sukhoi Tertarik Pesawat Buatan PT DI

Sukhoi Tertarik Pesawat Buatan PT DI
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Tamu undangan melihat dari dekat pesawat CN235 110 KCG 4 Maritime Patrol Aircraft (MPA) pesanan Badan Penjaga Pantai Korea Selatan atau Korea Coast Guard (KCG) yang akan diterbangkan ke Gimpo Korea Selatan seusai serah terima yang dihadiri Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Syamsudin bersama Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Young Sun dan Direktur Utama PTDI Budi Santoso di Hanggar Fixed Wing PT DI KP II, Kota Bandung, Jumat (9/3/2012). Pesawat ini merupakan pesawat ke empat (terakhir) yang dikirimkan PT Dirgantara Indonesia untuk diserahkan secara resmi kepada Pemerintah Korea Selatan dengan total nilai kontrak untuk empat pesawat KCG itu mencapai 94,5 juta dolar AS. Dengan penyerahan pesawat KCG keempat tersebut sekaligus melengkapi sebanyak 12 pesawat CN235 yang dibeli Pemerintah Korea Selatan dari PT DI. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) mengajukan desain pesawat untuk perusahaan penerbangan Sukhoi. Rencananya pengajuan desain tersebut telah diberikan kepada pihak Sukhoi pada awal tahun.
"Kita lagi mengajukan penawaran untuk mereka, gambara awal tahun ini, mereka melakuka test flight perkenalan karyawan kami juga ikut karena telat,"ujar Direktur Utama PT DI Budi Santoso, di Kementerian BUMN, Kamis (19/7/2012).
Menurut Budi Santoso, kalau pihak Sukhoi tertarik dengan model-model pesawat buatan Indonesia. Sukhoi mengakui kehebatan pesawat buatan Indonesia dari contoh Airbus.
"Mereka percaya Indonesia berepa jenis pesawat kita punya keunggulan. Mereka tahunya dari Airbus. Jadi kalau kita tidak mengirim ke mereka ya pesawat mereka nggak jadi,"ungkap Budi Santoso.

Budi Santoso menjelaskan, untuk membangun satu komponen pesawat pihak Sukhoi memerlukan waktu satu sampai dua pesawat bikin toolingnya. Untuk peralatannya, Budi mengatakan, produksinya perlu satu sampai dua tahun karena beda dengan bikin kapal.
"Biasanya kita buat perlu satu sampai dua tahun. Kalau sukhoi, perlu 40 sampai 60 pesawat dalam setahun, bagian belakangnya pesawat, ekornya pesawat, mudah-mudahan bisa jalan,"papar Budi Santoso. (*)

sumber : TRIBUN

Thursday, July 5, 2012

EADS dan Albatross Aviation Jajaki Kerjasama dengan PT DI


04 Juli 2012

Komponen sayap pesawat (IOFLE) yang dipesan untuk pesawat AIRBUS A380 seri terbaru di PT Dirgantara Indonesia (photo : Antara)

Konsorsium Eropa Jajak Kerja Sama dengan PT DI

Bandung, (ANTARA) - PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan konsorsium industri dirgantara Eropa, EADS, sedang menjajaki peningkatan kerja sama untuk menjadikan industri dirgantara kebanggaan bangsa ini sebagai pemasok komponen skala besar.

"Kami melihat itu sebagai tantangan, peluang bisnis besar yang harus diambil," kata Asisten Dirut PTDI Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan yang merangkap Pembina Komunikasi Perusahaan, Sonny Saleh Ibrahim, di Bandung, Rabu.

EADS (European Aeronautic Defence and Space Company) adalah perusahaan industri dirgantara Eropa hasil penggabungan dari Arospatiale-Matra (Perancis), Dornier GmbH dan DaimlerChrysler Aerospace AG (DASA) dari Jerman, dan Construcciones Aeronuticas SA (CASA) dari Spanyol.

Sonny mengatakan EADS saat ini sedang melaksanakan program regionalisasi industrinya dengan sasaran sampai 50 persen pembuatan komponen-komponen produknya dilakukan langsung di kawasan pemasaran. Untuk Asia-Pasifik, EADS mempertimbangkan PTDI.

EADS sudah yakin akan kompetensi kami karena jalinan kerjasama yang sudah berjalan 35 tahun terakhir, kata Sonny dengan menambahkan saat ini saja PTDI sudah sibuk melakukan pengiriman komponen-komponen kebutuhan Airbus setiap minggunya.

Mengenai rencana peningkatan kerja sama itu, Sonny menambahkan EADS pada Senin 11 Juni lalu mengutus dua petingginya ke PTDI, Philippe Advani (Vice President Global Sourcing Network) dan Pierre Guillet (Deputy President Director for Marketing Survey).

Advani dan Pierre Guillet disertai 20 kepala perwakilan EADS dari berbagai negara. "Ini menunjukkan EADS serius untuk meningkatkan kerjasamanya dengan PTDI," kata Sonny yang mengungkapkan kini PTDI sudah membuat lebih 20 jenis komponen dan berusaha meningkatkannya menjadi 60 komponen.

Rombongan diterima Andi Alisjahbana, Direktur Aerostructures, Budiman Saleh, Direktur Aircraft Integration dan Dita Ardonni Jafri, Direktur Teknologi dan Pengembangan. Mereka diajak melihat fasilitas dan kapabilitas PTDI mengerjakan pembuatan komponen pesawat CN235 dan berbagai komponen pesanan Airbus.

Dengan pihak EADS, PTDI saat ini mengerjakan komponen-komponen pesawat-pesawat unggulannya. Dalam proyek A-380, PTDI sebagai pemasok tunggal untuk komponen pentingnya Inboard Outer Fixed Leading Edge (IOFLE) yang merupakan bagian akar dari sayapnya, dan A-380 tidak akan bisa terbang tanpa komponen buatan PTDI ini.

Komponen IOFLE ini dikerjakan PTDI sesuai dengan kontrak yang telah dibuat antara PTDI pada tahun 2002 untuk 300 pengiriman. Saat ini, PTDI telah mengapalkan 125 kiriman setara dengan 36 persen dari jumlah kontrak. Target rencana pengiriman 36 set per tahun.

Dalam proyek A-320/A-321, PTDI bahkan selain membuat (manufacturing) juga perakitan (assembling) untuk D-Nose, Pylon dan Leading Edge yang telah dilakukan kontrak kerjasamanya pada tahun 2005 dan berakhir pada tahun 2015 dengan pengiriman komponen sebanyak 365 set per tahun.

Dalam proyek pesawat penumpang masa depan A-350, PTDI mengerjakan komponen untuk Root End Fillet Fairing (REFF) untuk pemesanan sebanyak 805 total pengiriman dengan perencanaan pengiriman 51 set per tahunnya. Kontrak kerjasama telah dilakukan PTDI dengan Spirit AeroSystem , Inggris, sejak tahun 2010.

Khusus untuk Airbus A350, PTDI juga sudah mendapatkan pekerjaan rancang bangun (engineering-designing).

Albatross Aviation Swiss

Pengalaman yang dipunyai oleh Albatross Aviation yang dapat diaplikasikan di Indonesia adalah perawatan helikopter Bell 412, Mi-2, Mi-17, Mi-24/Mi-35, dan Enstrom)

Pada hari yang sama, perusahaan Albatros Aviation (Swiss) mengunjungi PTDI dan disambut Budi Wuraskito (Direktur Aerocraft Services). Albatros menjajaki PTDI sebagai mitra perawatan pesawat terbang dan mesin pesawat terbang, khususnya helikopter untuk kawasan Amerika Latin, Afrika dan Asia.

"Mereka sempat terkagum-kagum ketika meninjau fasilitas dan kapabilitas PTDI, karena kemampuan dan permesinan yang kita miliki tidak seperti yang pernah terbayangkan sebelumnya akan sebesar yang mereka saksikan sendiri," kata Sonny.

Monday, June 18, 2012

Investor Bahan Baku Peledak Inginkan Kemudahan Investasi dan Perijinan


Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro (Tengah), General Manager Operation PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) Indra Prasetya (kiri), Direktur PT KNI Chrisna Deva (kiri dua) dan Direktur Utama PT KNI Antung Pandoyo (kanan dua) saat meresmikan pabrik amonium nitrat PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur, Jumat (15/6). Peresmian ini menandai mulai dioperasikannya pabrik AN terbesar di Indonesia dan memastikan kesiapan pabrik Amonium Nitrat (AN) yang memiliki kapasitas produksi Amonium Nitrat 300.000 MT/tahun untuk mendukung industri pertambangan Indonesia. Pabrik KNI yang merupakan salah satu industri strategis dibawah pengawasan Kementerian Pertahanan ini juga akan mengurangi ketergantungan akan impor Amonium Nitrat (AN) dan akan menghemat devisa negara.(Foto: inilah/andi Anwar)

16 Juni 2012, Jakarta: Pengusaha bahan baku peledak meminta sejumlah kemudahan untuk berinvestasi di sektor interview. Kementerian Pertahanan akan merivisi Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengaturan, pembinaan dan Pengembangan Badan usaha Peledak Komersial.

"Kami menerima banyak masukkan," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Bontang kepada Tempo, Jumat, 15 Juni 2012. Purnomo menerima sembilan pengusaha yang terkait bahan peledak dan lima importir. "Diantaranya kemudahan investasi dan perijinan."

Purnomo berjanji akan menindaklanjuti permintaan pengusaha ini. Pemerintah akan menyiapkan draft revisi peraturan ini. Namun Menteri Purnomo belum bisa memastikan kapan revisi ini akan dirampungkan. "Belum kami putuskan," kata dia.

Menteri Pertahanan sebelumnya mendorong badan usaha milik negara dan swasta untuk memproduksi bahan baku peledak atau ammonium nitrat. Permintaan ini disampaikan saat meresmikan PT Kaltim Nitrate Indonesia. Hingga saat ini hanya ada dua pabrik di dalam negeri yang memproduksi ammonium nitrat yaitu PT Multi Nitrotama Kimia dan PT Kaltim Nitrate Indonesia.

Saat ini Kementerian Pertahanan sedang mempelajari proposal pembangunan pabrik dari PT Batuta. Dia berharap, dengan semakin banyaknya produsen bahan baku peledak, ketergantungan impor bisa dikurangi. Dia berharap, pabrik yang beroperasi di Kalimantan Timur untuk terus memperbesar kapasitas. Menurut Purnomo, ekspansi ini perlu dilakukan karena potensi pasokan gas di wilayah ini sangat tinggi.

Sumber: TEMPO

Presiden Direktur PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) Antung Pandoyo, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, dan Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Awang Faroek Ishak, saat peresmian pabrik Amonium Nitrat (AN) terbesar di Indonesia, di kawasan Kaltim Industrial Estate, Tursina, Bontang, Jumat (15/6/2012) pagi. Peresmian ini menandai mulai dioperasikannya pabrik AN terbesar di Indonesia dan memastikan kesiapan pabrik AN yang memiliki kapasitas produksi Amonium Nitrat 300.000 MT/tahun untuk mendukung industri pertambangan Indonesia. (Foto: okezone)

16 Juni 2012, Bontang: Pemerintah menargetkan nilai investasi industri pertahanan nasional bisa mencapai sekitar Rp100 triliun dalam waktu lima tahun. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pihaknya akan terus mendorong masuknya investasi di industri pertahanan, baik oleh swasta maupun badan usaha milik negara (BUMN).

Nilai investasi industri pertahanan tersebut terdiri atas berbagai macam sektor seperti alat utama sistem senjata (alutsista), pabrik peluru kendali (rudal), dan bahan peledak berkekuatan rendah atau amonium nitrat. Peningkatan investasi juga akan menaikkan devisa negara. Menurutnya, target tersebut bisa terpenuhi tidak hanya melalui pembangunan pabrik baru, tapi juga penambahan investasi serta kapasitas produksi.

Dia mencontohkan, pabrik amonium nitrat PT KNI yang senilai Rp4 triliun. ”Saat ini kapasitas produksinya 300.000 ton per tahun, sebelumnya hanya sekitar 120.000-150.000 ton per tahun,” kata Purnomo seusai peresmian pabrik amonium nitrat PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur,kemarin. Purnomo memperkirakan, kebutuhan amonium nitrat nasional terus meningkat menjadi 800.000 ton per tahun pada 2014-2015.

Saat ini kebutuhan amonium nitrat sekitar 600.000 ton per tahun. ”Ditambah produksi MNK (PT Multi Nitrotama Kimia) di Cikampek, Karawang, Jawa Barat, produksi dalam negeri menjadi lebih besar,”ucapnya. Saat ini hanya ada dua pabrik amonium nitrat di dalam negeri yakni PT KNI dan PT MNK.Sebenarnya ada satu lagi perusahaan BUMN di Bontang yakni PT Dahana, namun hingga kini masih belum diketahui secara jelas soal investasinya.

Lebih lanjut Purnomo menjelaskan, saat ini investor lainnya yakni PT Batuta tengah menjajaki investasi pembangunan pabrik amonium nitrat di Bontang.Dia mengaku sudah menerima proposal rencana investasi PT Batuta. Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak menambahkan, pihaknya mendukung investor di Bontang dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif, keamanan berinvestasi, menjamin kepastian hukum, serta mempermudah perizinan.

Awang mengungkapkan, Bontang menempati urutan kelima dari 33 provinsi terkait penanaman modal asing (PMA), nomor tiga untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN), dan masuk dalam 10 besar regional champion investasi. Dia menyebutkan, realisasi investasi di Bontang tahun lalu mencapai Rp38 triliun, melampaui target awal Rp32 triliun.” Tahun ini kami targetkan Rp42 triliun.Termasuk industri batubara. Dua blok migas sedang dikembangkan,”ucapnya.

Direktur Utama PT KNI Antung Pandoyo optimistis, perusahaan yang dia pimpin bakal menjadi produsen amonium nitrat terbesar di Indonesia, bahkan mungkin Asia Tenggara. PT KNI akan berperan penting sebagai aset nasional untuk melayani industri pertambangan di dalam negeri. Pembangunan pabrik tersebut juga akan menghemat devisa negara hingga USD150 juta. ”USD150 juta asumsinya harga USD500 per ton. Itu dikali 300.000 ton. Kalau harga USD600, akan lebih besar,”tandasnya.

Sumber: SINDO

Thursday, May 24, 2012

Indonesia dan Korea Selatan Bahas Kerjasama ToT Industri Pertahanan



24 Mei 2012, Jakarta: Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) bersama dengan Korea Selatan melalui Defense Acquisition Program Administration (DAPA) telah mengadakan pertemuan untuk pertama kalinya guna membahas kerjasama Transfer of Technology ( ToT) di bidang industri pertahanan. Kerjasama ToT tersebut dibahas dalam pertemuan Defense Industry Cooperation Committee (DICC) Ke-1 yang berlangsung selama dua hari dari tanggal 21 hingga 22 Mei 2012.

“Maksud dan tujuan pertemuan DICC adalah membicarakan mengenai masalah- masalah industri pertahanan yang sedang dilakukan saat ini. Dengan pertemuan seperti ini kita menyamakan bagaimana pelaksanaan ToT kedepan”, jelas Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.IP, M.A., usai mendampingi Menhan Purnomo Yusgiantoro menerima Commissioner of DAPA Noh Dae-lae selaku Ketua Delegasi DICC Korea Selatan, Kamis Sore (24/5) di kantor Kemhan, Jakarta.

Lebih lanjut Sekjen menjelaskan bahwa Indonesia dan Korea Selatan mempunyai sistem yang berbeda, contohnya bahwa industri pertahanan di Korea Selatan adalah murni swasta, sedangkan di Indonesia adalah BUMN. Sehingga, dalam kerjasama ini, dengan status dan karakter yang berbeda maka dalam kerjasama ada hal - hal yang perlu didiskusikan.

Kedua negara sepakat bahwa kerjasama ToT bukan berfokus pada hasil, tetapi berdasarkan proses. Menurut Sekjen Kemhan proses ini penting supaya Indonesia dapat mendapatkan teknologi dan berinovasi terhadap teknologi. Selama ini banyak kegiatan kerjasama pertahanan antara kedua negara khususnya industri pertahanan yang memuat kerjasama ToT antara lain kerjasama pesawat tempur KFX / IFX, pembuatan kapal LPD, dan dalam waktu kedepan ada kerjasama kapal selam. Ada juga kerjasama kendaraan tempur Tarantula yang sudah mulai dikerjakan bersama dan beberapa peralatan - peralatan lainnya seperti komunikasi.

Terkait dengan kerjasama pesawat tempur KFX / IFX, Sekjen Kemhan mengatakan saat ini sudah pada phase Technical Development (TD) dan ini akan berakhir pada akhir tahun 2012. Tahun 2013 kerjasama akan masuk pada phase Enginering Mannufacturing Development (EMD). Pada phase EMD, kedua negara akan membuat prototype pesawat yang direncanakan akan dibuat 6 buah. Untuk phase TD saat ini sudah berjalan sesuai dengan rencana.

Pada awalnya teknisi - teknisi dari Indonesia memang belum seimbang dengan teknisi dari Korea Selatan, namun dengan berjalannya phase TD ini sudah mengurangi gap kemampuan dari teknisi Indonesia dengan teknisi dari Korea Selatan.

Sekjen Kemhan lebih lanjut mengatakan, dalam kerjasama ToT dengan Korea Selatan ini, ada yang harus dipersiapkan oleh Indonesia antara lain sarana prasarana, SDM dan Manajemen. Indonesia tentunya akan berupaya untuk melengkapinya khususnya di bidang sarana dan prasarana agar alih tekonologi ini dapat berjalan baik.

 “Tentunya ini tanggung jawab pemerintah dan industri untuk bisa menyiapkan sarana dan prasarana, sedangkan SDM kita mencari yang sudah ada saat untuk kita tingkatkan kemampuannya”, tambah Sekjen Kemhan.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Commissioner of DAPA Noh Dae-lae mengatakan pada pertemuan DICC Ke- 1 ini telah dibahas lebih detail mengenai ToT atau pelaksanaan local production secara lebih dalam.

Menurutnya, kerjasama kedua negara sudah berjalan cukup baik hingga sekarang dan pihaknya yakin kedepannya akan mampu berjalan lebih baik lagi. Hal ini diyakininya karena kebijakan revitalisasi industri pertahanan yang di bawah Presiden SBY memiliki arah yang sama dengan kebijakan yang dipegang teguh oleh pemerintah Korea. “Oleh karena itu kedepannya Korea Selatan berharap hubungan kerjasama antara kedua negara dapat maju dengan cepat, ”tambahnya.

Sumber: DMC

Hibah 25 Tank LVT Korsel Tunggu Izin AS

24 Mei 2012
Indonesia telah menerima 10 LVT-7 hibah dari Korea dari rencana 35 unit (photo : dixie)
Jakarta, InfoPublik - Kembali Indonesia akan menerima hibah 25 tank amphibi Landing Vehicle Tracked (LVT) dari Korea Selatan untuk digunakan oleh Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Namun, prosesnya masih menunggu izin dari Amerika Serikat, pembuat tank tersebut.
"Hibah 25 unit alat tempur LVT itu harus mendapatkan izin dari Amerika Serikat, karena LVT itu merupakan buatan Amerika," jelas Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono usai mengikuti sidang Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), di PT PAL Indonesia (Persero), Surabaya, Jawa Timur, Rabu (23/5).
Menurut Panglima TNI, Indonesia sebelumnya juga telah mendapatkan 10 unit LVT dari Korea Selatan, namun di Korsel masih ada 25 unit lagi yang masih layak digunakan dan dihibahkan. "Saat ini sedang diproses untuk mohon dihibahkan pada Indonesia tapi pelaksanaan hibah ini pun harus seizin Amerika. Kita masih menunggu keputusan dari Kemhan Korea dan Amerika Serikat apakah menyetujui untuk dihibahkan ke Indonesia atau tidak," kata Panglima.
Mengenai pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) di dalam negeri, Panglima TNI selaku anggota KKIP, mengatakan, PT PAL sebagai "Lead Integrator" sangat penting untuk diberikan dukungan dalam mewujudkan pembangunan kapal, baik Kapal Cepat Rudal (KCR), Perusak Kapal Rudal (PKR) maupun kapal angkut. "KCR 40M sudah selesai dibangun dan ada beberapa unit. PT PAL juga akan membangun 6 unit KCR-60M dan kapal 105 M, yakni PKR," katanya.
Terkait pembelian Tiga Kapal Selam Korea, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan, tiga unit kapal masih dalam proses pembangunan yang dilakukan oleh Korsel dan PT PAL. "Kapal selam pertama akan dilakukan oleh Korsel. Yang kedua separuh-separuh antara Korsel dan PT PAL dan ketiga dibangun di PT PAL. Ini harus dibahas kembali karena harus dilihat kesiapan PT PAL sendiri," katanya.
Pasalnya, kata Menhan yang juga selaku Ketua KKIP, peralatan untuk pembangunan kapal selam itu tidak mudah, sehingga harus terus dibicarakan, sementara proses dari pembuatan ini tetap berjalan.
Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin menyebutkan proyek kapal selam ini ada dua macam, yakni pengadaannya dan transfer of technology-nya. "Kalau pengadaannya kan sudah selesai dan kita telah kontrak. Ini akan berjalan sekaligus," tuturnya.
Namun, dalam ToT, ada tiga tahapan, yakni pembangunan kapal selam di Korea, separuh-separuh antara Korsel dan PT PAL, dan PT PAL sendiri. "Sejak fase pertama kita sudah melibatkan tenaga-tenaga teknis yang kita kirim dari Indonesia yakni PT PAL ke Korea. Yang menjadi tantangan apabila kita ingin masuk ke fase ketiga, infrastruktur yang ada di PT PAL harus dipersiapkan karena membangun kapal selam memiliki infrastruktur tersendiFi dan yang paling penting, harus didukung oleh anggaran yang perlu dipersiapkan. Kemhan juga tengah membicarakan bagaimana kesiapan PT PAL yang terdiri dari Meneg bumn, dan tentunya yang ahli dalam kontrak Kemhan," urainya.(dry)

BERITA POLULER