Indonesia
diinfokan medapat tawaran untuk pengadaan jet tempur stealth/siluman KAAN setelah kunjungan kerja delegasi dari pihak turki Turki dalam hal ini kemhan turki ke
Kantor Kemhan RI beberapa waktu lalu.
namun Turki sendiri masih membuat pilihan apakah harus memilih menggunakan mesin F110
GE129 terlebih dahulu atau langsung menggunakan TF10000 sebagai mesin penopang
KAAN saat sudah diproduksi massal.
Kebimbangan
ini disinyalir turut mempengaruhi keputusan Indonesia setelah Turki menawarinya
untuk kesekian kali setelah pertengahan 2023 lalu. Sebagaimana diketahui,
Indonesia pernah menyatakan ketertarikannya untuk membeli KAAN yang
digadang-gadang bakal menjadi pesaing berat dari F-35.
"Kita
juga sedang menjajaki kerja sama dengan Turki yaitu mengembangkan jet tempur
generasi lima," kata Menhan Prabowo dikutip ZONAJAKARTA.com dari kanal
YouTube Garuda TV pada 16 Juni 2023. Namun karena satu dan lain hal, keinginan
tersebut sampai saat ini belum ditindaklanjuti dengan upaya untuk mencapai kata
sepakat.
Faktor
anggaran kerap disebut-sebut menjadi salah satu pemicunya. Selain itu, negeri
ini cenderung berfokus pada pelunasan 42 unit Rafale yang akhirnya tuntas
diselesaikan tepat 9 Januari 2024 lalu.
Apabila
dicermati lebih jauh, persoalan internal bukanlah semata-mata alasan Indonesia
untuk tidak buru-buru merespons tawaran jet tempur KAAN dari Turki. Bahkan
penawaran pesawat buatan Turkish Aerospace Industries (TAI) itu masih dihantui
oleh kebimbangan untuk menentukan mesin penopang dari pihak produsen.
Padahal
saat pesawat melakoni launching tepat 21 Februari 2024 lalu, Presiden Turki
Recep Tayyip Erdogan dibuat berdecak kagum atas performanya. Usut punya usut,
TF10000 yang digadang-gadang menjadi mesin penopang KAAN dengan spesifikasi
lebih canggih dan diproduksi Turki sendiri belum dipastikan kapan akan segera
memasuki tahap finishing.
Mesin
dengan daya dorong sebesar 6.000 lbf itu semula akan langsung dipasangkan
ketika KAAN nantinya diproduksi massal. Namun menurut pemberitaan laman Defence
Security Asia pada Minggu, 26 Mei 2024, Ankara kemudian masih terus
mengupayakan lisensi produksi F110 GE129 sebagai mesin penopang jet tempur
tersebut untuk tahap awal.
Sebab
mesin tersebut masih dianggap layak digunakan ketika pesawat melakukan uji coba
penerbangan perdana walau hanya sebatas mencapai kecepatan maksimum Mach 1,8.
Di
sisi lain Turki memang memiliki maksud terselubung di balik upayanya mengejar
lisensi produksi F110 GE129 dari General Electric. Tujuannya agar Negeri Seribu
Pagoda itu bisa menggunakannya pada 40 unit F-16 Block 70 alias Viper yang
mereka pesan akhir Januari 2024 lalu. Sehingga diharapkan kombinasi F-16 Viper
dengan KAAN akan menjadikan angkatan udara mereka semakin strong di kawasan
Mediterania.
Mengenai
mesin penopang KAAN yang akan digunakan Indonesia jika jadi membelinya, Turki
sampai saat ini belum bisa memberikan kejelasan lebih lanjut. Hanya saja
pilihan di antara F110 GE129 dan TF10000 menjadi sangat penting untuk
diperhatikan karena akan berpengaruh pada performa sekaligus harga yang harus
dibayarkan.
Jika
F110 GE129 hanya mampu membuat KAAN melaju hingga kecepatan Mach 1,8, tidak
demikian halnya dengan TF10000 karena mampu membuat pesawat yang sama bisa
mencapai kecepatan supersonik atau di atas Mach 3.
Andaikata
TAI selaku pabrikan pesawat memberikan opsi, Indonesia bisa memilih sesuai
kebutuhan tempur yang diperlukan TNI AU serta alokasi anggaran yang tersedia.
Bahkan
kombinasi dua opsi pun bisa diambil secara proporsional tergantung jumlah unit
pesawat yang dipesan. Terlepas dari polemik mesin yang bakal digunakan,
pembelian KAAN akan memberikan benefit yang luar biasa bagi kemajuan pertahanan
udara tanah air.
"Kerja sama dengan Turki dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan teknologi pertahanan, serta peningkatan kapasitas militer Indonesia, termasuk pertukaran pengetahuan dan pelajar militer," tutur Wamenhan RI Herindra dikutip dari laman kemhan.go.id pada Rabu, 22 Mei 2024.
ZONAJAKARTA