Rencana
Indonesia untuk memperluas armada kekuatan tempur udaranya membuatnya tertarik
untuk membeli jet tempur F-15EX.
Indonesia
sudah mendatangani nota kesepahaman jet tempur F-15EX, tepat setahun lalu.
Menurut
laporan Defense News, pada 23 Agustus 2023 dengan judul "Indonesia akan
membeli jet tempur F-15 Boeing."
Pada
tanggal 21 Agustus 2023 lalu, Marsekal Angkatan Udara Yusuf Jauhari,yang
memimpin Badan Sarana Pertahanan di Kementerian Pertahanan Indonesia.
Melakukan
pertemuan dengan pejabat Boeing Mark Sears, yang menjabat sebagai wakil
presiden dan manajer program pesawat tempur Boeing.
Kemudian
menandatangani nota kesepahaman pada 21 Agustus yang mengonfirmasi rencana
pembelian 24 F-15.
Acara
tersebut berlangsung di fasilitas Boeing di St. Louis, Missouri, saat itu
Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto berkunjung.
Jet
tempur F-15 Indonesia akan dikenal sebagai jet tempur F-15IDN dan akan menjadi
versi F-15EX, yang saat ini dipesan oleh Angkatan Udara AS.
Dilaporkan
bahwa Boeing mengklaim F-15EX sebagai versi F-15 tercanggih yang pernah dibuat.
Jet
tempur ini memiliki kontrol penerbangan digital fly-by-wire, sistem peperangan
elektronik baru.
Kemudian
kokpit digital yang seluruhnya terbuat dari kaca, serta sistem misi dan
kemampuan perangkat lunak terbaru.
Namun,
meski sudah setahun berlalu pembelian jet tempur F-15EX belum terealisasi
hingga saat ini dan hanya sebatas penandatanganan MoU.
Menurut
penelusuran yang dilakukan Zona Jakarta, menemukan beberapa spekluasi mengenai
mandeknya pembelian F-15EX.
Laporan
Forecast Internasional, yang dikutip dari Defense Aerospace, pada 23 Agustus
2023, dalam artikel berjudul "Indonesia teken nota kesepahaman pembelian
F-15EX."
Menurut
keterangan, salah satu alasan kurangnya pesanan pasti mungkin adalah keuangan
Kementerian Pertahanan Indonesia.
Dengan
anggaran pertahanan di bawah 9 miliar dollar AS setara dengan sekitar 0,6
persen dari PDB.
Menurut
situs tersebut, kurangnya kapasitas kapitalisasi dapat menghalangi pembelian
pesawat tempur modern secara bersamaan.
Namun,
penjelasan yang lebih masuk akal adalah perlunya menyeimbangkan keuangan,
persyaratan infrastruktur, pelatihan pilot dan awak, serta transisi dari model
pesawat tempur lama ke model baru.
Hal
ini memerlukan sinkronisasi jadwal pengiriman untuk memastikan penggunaan
operasional setelah pesawat tempur baru dikirim dan mulai digunakan.
Meskipun
terdapat berbagai komentar dan laporan yang saling bertentangan mengenai apakah
Indonesia akan memilih satu di antara Rafale dan F-15EX, atau memilih keduanya.
Penandatanganan
nota Kesepahaman terbaru tampaknya menunjukkan bahwa opsi terakhir adalah
pilihan yang lebih disukai.
Sebelumnya,
pada saat kontrak Rafale gelombang pertama ditandatangani 10 Februari 2022,
Departemen Luar Negeri AS mengumumkan telah menyetujui potensi Penjualan
Militer Asing (FMS) antarpemerintah ke Indonesia hingga 36 jet tempur F-15ID.
Namun,
kesepakatan FMS yang diusulkan diperkirakan menelan biaya 13,9 miliar dollar AS
setelah semua peralatan terkait (kecuali rudal) diperhitungkan.
Kemudian,
sebuah laporan di Reuters pada 21 November 2022, mengindikasikan bahwa
negosiasi pengadaan F-15ID berada pada tahap lanjutan dan menunggu persetujuan
akhir dari pemerintah.