Indonesia
dilaporkan telah menerima salah satu sistem rudal yang sebelumnya dipesannya
dari Turki.
Menurut
Defence Blog, pada 2 Agustus 2025, dalam artikel berjudul "Indonesia
menerima sistem rudal balistik KHAN pertama."
Mengungkapkan
bahwa, sistem rudal balistik KHAN, yang dikembangkan oleh Roketsan Turki,
terlihat di instalasi Angkatan Darat Indonesia di Kalimantan Timur.
Platform
rudal, yang diidentifikasi sebagai ITBM-600, terlihat di pangkalan Raipur A
dari Batalyon Artileri Lapangan ke-18 (Yonarmed 18/Buritkang Tenggarong) pada
tanggal 1 Agustus 2025.
Sebelumnya,
Indonesia telah melakukan penandatanganan kontrak dengan Turki pada tahun 2022,
untuk menerima sistem KHAN ITBM-600.
Merupakan
sebuah platform rudal balistik taktis berbasis teknologi Roketsan yang telah
terbukti.
Sistem ini
dipasang pada kendaraan mobilitas tinggi Tatra 8×8, yang memungkinkannya
beroperasi di berbagai medan dengan waktu persiapan minimal.Dirancang untuk
penyebaran cepat, sistem ini memberi Angkatan Darat Indonesia kemampuan
serangan presisi yang lincah dan lincah, yang sebelumnya tidak ada dalam
inventarisnya.
Sistem rudal
KHAN memiliki jangkauan hingga 280 kilometer, dan mampu memberikan serangan
dengan presisi tinggi terhadap target, dalam situasi perang yang kompleks.
Menurut
keterangan, senjata tersebut menyatakan bahwa sistem ini dipandu oleh rangkaian
navigasi hibrida yang menggunakan navigasi inersia berbantuan GPS dan GLONASS,
sehingga memungkinkan penargetan yang andal bahkan di lingkungan yang
diperebutkan.
Kehadiran
sistem rudal KHAN disebut juga bisa mempengaruhi kekuatan militer Indonesia.
Menurut
Defence Security Asia, pada 4 Agustus 2025, dalam artikel berjudul
"Indonesia Kerahkan Rudal Balistik KHAN: Perlombaan Rudal Asia Tenggara
Dimulai."
Akuisisi KHAN
oleh Indonesia merupakan pergeseran tektonik dalam doktrin strategis regional.
Dengan
geografi kepulauan yang luas mencakup lebih dari 17.000 pulau.
Indonesia
secara historis berfokus pada pertahanan pesisir, keamanan dalam negeri, dan
sistem permukaan-ke-permukaan jarak terbatas.
KHAN mengubah
persamaan itu sepenuhnya, dengan memperluas radius serangan Indonesia ke
sebagian besar Laut Cina Selatan, ke koridor maritim yang disengketakan.
Bahkan,
berpotensi hingga ke wilayah selatan negara tetangga jika pencegahan gagal.
Peningkatan
kemampuan ini secara efektif memperkenalkan potensi serangan kedua dalam postur
pasukan Indonesia.
Hal ini
memungkinkan opsi respons yang kredibel bahkan dalam skenario ancaman asimetris
atau hibrida.
Yang lebih
penting, hal ini memberi sinyal kepada musuh bahwa Indonesia bersedia dan mampu
mempertahankan kepentingan kedaulatannya.
Dengan
menggunakan platform serangan presisi canggih dan bukan hanya mengandalkan aset
angkatan laut atau udara.
sumber:zonajakarta
