Pages

Showing posts with label RUDAL BALISTIK INDONESIA IRAN. Show all posts
Showing posts with label RUDAL BALISTIK INDONESIA IRAN. Show all posts

Sunday, July 7, 2024

BRIN dan PT Dahana Sepakat Manfaatkan Propelan ISP-240 untuk Bahan Bakar Roket Pertahanan

 

08 Juli 2024

 

 


Uji coba roket RX122 (photo: BRIN)

Bogor - Humas BRIN. Pusat Riset Teknologi Roket Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjalin kesepakatan bersama dengan PT Dahana dan Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan tentang Pemanfaatan Prototipe Hasil Riset Pengembangan Propelan Impuls Spesifik (Isp) 240 untuk Bahan Bakar Roket Pertahanan Kaliber 122 mm Berdaya Jangkau Lebih Jauh. Kesepakatan bersama ini merupakan hasil riset dari program pendanaan Riset Inovatif Produktif (RISPRO) LPDP untuk komersialisasi menjadi prototipe produk.

 

Kesepakan tersebut ditandatangani oleh Kepala Pusat Riset Teknologi Roket BRIN, Arif Nur Hakim serta Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dahana, Suhendra Yusuf secara daring pada Rabu (8/5). Disaksikan juga oleh para periset Pusat Riset Teknologi Roket, perwakilan PT Dahana serta perwakilan LPDP.

 

Riset yang diketuai oleh Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Roket BRIN, Heri Budi Wibowo ini telah menghasilkan prototipe propelan Isp-240 yang telah diujicoba untuk roket RX-122 di Stasiun Peluncuran Roket Garut, Jawa Barat pada September 2023.

 

Propelan adalah bahan bakar atau sumber tenaga mesin roket. Propelan dengan kinerja baik adalah propelan yang memiliki nilai Impuls Spesifik (Isp) yang tinggi.

 

Kepala Pusat Riset Teknologi Roket BRIN, Arif Nur Hakim mengatakan tujuan dari riset propelan Isp-240 adalah untuk meningkatkan performa roket pertahanan kaliber 122 mm sehingga mampu mencapai jarak jangkau hingga 30 kilometer.

 

PT Dahana telah lama terlibat dalam pengembangan roket pertahanan baik roket RHan 122B, maupun RHan 450.

 

Arif menambahkan, riset peningkatan kualitas propelan dari Isp-220 menjadi Isp-240 akan diaplikasikan tidak hanya pada roket kaliber 122 mm saja, tetapi akan diaplikasikan untuk roket-roket pertahanan yang lainnya.

 

"BRIN melalui Pusat Riset Teknologi Roket dan PT Dahana sepakat untuk melanjutkan proses berikutnya, yaitu proses sertifikasi sehingga dapat dilakukan komersialisasi," terangnya.

 

Peneliti Ahli Utama sekaligus Profesor Riset Pusat Riset Teknologi Roket BRIN, Heri Budi Wibowo menyampaikan, prototipe ini akan dilanjutkan ke proses sertifikasi agar bisa menjadi produk komersial yang siap dijual dan digunakan pengguna.

 

"Propelan Isp-240 memiliki impuls spesifik 10 persen lebih tinggi dari yang biasa digunakan untuk roket pertahanan Rhan-122B. Dengan Isp-239 detik, pengujian roket RX-122 menghasilkan jarak rata-rata 28 kilometer. Dengan propelan Isp-240 ini, diharapkan ke depan bisa menggantikan propelan Isp-220 untuk meningkatkan roket pertahanan RHan-122B dari jarak rata-rata 23 kilometer menjadi 28 kilometer," jelasnya.

 

Heri mengungkapkan, peluncuran resmi prototipe propelan Isp-240 dan proses sertifikasi akan dilakukan pada 13 Mei 2024 di Gedung Energetic Material Center (EMC) PT Dahan, Subang, Jawa Barat. Peluncuran akan dihadiri Kepala Pusat Riset Teknologi Roket, Direktur PT Dahana, dan pejabat terkait lainnya

 

"Selambat-lambatnya setelah tiga tahun, maka produk propelan Isp-240 diharapkan sudah tersertifikasi dan siap untuk dikomersialisasi," pungkasnya.

 

(BRIN)

Thursday, July 4, 2024

Bagaimana Cara Kerja Rudal Balistik dan Jelajah?

 

Dalam banyak peperangan modern serangan diawali dengan meluncurkan rudal-rudal jarak jauh. Rudal atau peluru kendali dengan sasaran darat ditujukan untuk menghancurkan fasilitas-fasilitas militer yang vital, misalnya stasiun radar, pangkalan udara, fasilitas komunikasi, pembangkit listrik, depo bahan bakar, dan lain-lain.

Lalu, bagaimana rudal yang diluncurkan baik dari darat maupun kapal permukaan mampu dengan tepat dan akurat mengenai targetnya yang berjarak ratusan hingga kilometer?

Dilansir dari berbagai sumber, rudal atau peluru kendali adalah amunisi yang dilengkapi sistem pemandu dan pengendali sehingga bisa mengenai dengan tepat terhadap taget yang telah ditentukan. Rudal untuk target darat dapat diluncurkan dari darat, kapal permukaan, kapal selam maupun dari pesawat tempur. Berdasarkan lintasannya, rudal untuk target darat dibedakan menjadi rudal balistik dan jelajah.



Rudal balistik terbang menuju sasaran yang jauh dengan lintasan melengkung, mirip seperti lintasan peluru artileri. Untuk mencapai sasaran yang jauh, rudal ini perlu mencapai ketinggian tertentu, semakin jauh sasarannya dibutuhkan ketinggian yang lebih besar. Rudal balistik menggunakan tenaga pendorong berupa roket.

Sedangkan rudal jelajah atau cruise missile, lintasannya mendatar seperti pesawat terbang. Saat diluncurkan, rudal akan meluncur ke ketinggian tertentu kemudian terbang mendatar atau horizontal. Rudal jelajah diluncurkan dengan tenaga pendorong roket yang disebut sebagai booster. Setelah mencapai kecepatan yang dibutuhkan, tenaga pendorong beralih pada tenaga pendorong mesin jet. Adapun jenis mesin jet yang biasa digunakan seperti turbojet dan turbofan, untuk rudal hipersonik menggunakan mesin ramjet.

Kelebihan rudal jelajah adalah ketinggian terbangnya yang rendah sehingga saat masih di kejauhan, rudal ini tidak terdeteksi oleh radar musuh. Rudal bakal baru terdeteksi saat sudah mendekati sasaran dan musuh hanya memiliki waktu yang singkat untuk mencegatnya.

Terdapat beberapa sistem pengendali yang terpasang di rudal sebagai kunci untuk membidik sasaran secara tepat. Beberapa rudal modern menggunakan kombinasi dua atau lebih sistem pengendali. Yang pertama dan paling sederhana ialah Preset Guidance, sebelum rudal diluncurkan lintasan terbang rudal sudah ditentukan sebelumnya. Penentuan lintasan ini didasarkan pada jarak dan arah sasaran, diukur dari titik peluncuran. Rudal disetel agar terbang dengan lintasan tersebut.

Sistem ini contohnya terdapat di roket V-2 buatan Jerman yang digunakan pada Perang Dunia II. Agar rudal bisa terbang sesuai lintasan yang ditentukan, maka dalam roket ini terdapat perangkat giroskop dan akselerometer untuk mengukur perubahan arah dan posisi rudal. Arah terbang rudal dikendalikan menggunakan semacam sirip di bagian nozel. Sirip ini membelokkan arah semburan roket untuk menyetir arah terbang sesuai lintasan yang sudah terpasang.

Pengembangan dari Preset Guidance adalah Inertial Navigation System (INS). Perangkat yang berada di dalam rudal ini terus-menerus menghitung posisi rudal selama terbang. Di dalam perangkat INS terdapat komponen sensor berupa giroskop, akselerometer, timer serta komputer untuk pemrosesan data. Giroskop digunakan untuk mengukur rotasi atau perubahan arah dan posisi rudal yang membawanya. Komponen akselerometer mengukur percepatan atau perubahan kecepatan, baik akselerasi maupun perlambatan. Dengan menghitung antara percepatan dan waktu, maka didapatkan kecepatan terbang rudal, lalu arahnya diperoleh dari sensor pada giroskop.

Data-data dari perangkat sensor tersebut dihitung oleh komputer yang secara terus-menerus menghitung posisi rudal saat ini berdasarkan posisi sebelumnya. Metode ini disebut sebagai Dead Reckoning, yakni komputer pada rudal selalu mengetahui posisi rudal saat ini. Sistem navigasi seperti ini juga digunakan di kapal selam dalam laut.



Akurasi rudal dengan sistem pemandu INS sangat tergantung dari ketelitian sensor akselerometer dan giroskop di dalamnya. Perangkat INS terkadang dilengkapi dengan sensor barometrik altimeter dan magnetometer. Altimeter mengukur ketinggian berdasarkan tekanan barometrik atmosfer sedangkan magnetometer mengukur arah berdasarkan medan magnet bumi. Perangkat tambahan ini digunakan untuk koreksi. Perangkat INS modern menggunakan akselerometer dengan teknologi Micro-electromechanical Systems (MEMS) yang sangat sensitif. Giroskop saat ini menggunakan teknologi Solid-state Ring Laser Gyro atau Advance Inertial Reference Spare (AIRS). Melalui teknologi ini, tidak perlu lagi melakukan koreksi dengan altimeter dan magnetometer. Perangkat INS modern dapat mencapai akurasi dengan melenceng hanya beberapa meter pada jangkauan jarak di atas 10.000 kilometer.

Metode pemandu rudal berikutnya adalah menggunakan navigasi berbasis satelit. Yang paling umum adalah menggunakan GPS. Sistem navigasi satelit lainnya di antaranya Glonnas milik Rusia dan BeiDou milik Cina. Rudal dengan pengendali satelit seperti GPS dilengkapi dengan GPS receiver untuk mengetahui posisi rudal saat ini. GPS receiver yang digunakan pada rudal memiliki grade dengan akurasi yang sangat tinggi. Untuk dapat membidik sasaran secara tepat, koordinat sasaran diinput ke dalam sistem kendali rudal, komputer pengendali mengarahkan rudal menuju titik koordinat tersebut. Namun, sistem navigasi berbasis satelit ini dimiliki dan dioperasikan oleh negara-negara tertentu. GPS dimiliki oleh Amerika Serikat, Glonnas oleh Rusia, dan BeiDou dari Cina. Dalam kondisi perang, negara pemilik satelit dapat memblokir akses satelit navigasi sehingga tidak bisa digunakan oleh negara lain.

 

Selain itu, ada sistem pemandu Terrain Contour Matching (Tercom) yang digunakan pada banyak rudal jelajah. Misalnya, pada rudal BGM-109 Tomahawk. Rudal ini menemukan sasaran berdasarkan peta kontur yang dilewati. Jadi, agar bisa mencapai sasaran harus tersedia peta kontur atau peta perbedaan elevasi atau ketinggian permukaan bumi antara titik peluncuran dan lokasi sasaran. Saat ini, peta tersebut mudah didapatkan dari citra satelit. Rudal dengan sistem kendali Tercom dilengkapi dengan radar altimeter yang mengukur ketinggian permukaan bumi yang dilewati oleh rudal. Kemudian. hasil pengukuran kontur tersebut dibandingkan dengan peta kontur yang sudah diinput. Maka dengan membandingkan dan mencocokan peta kontur yang dilewati, rudal akan sampai pada sasarannya. Sistem ini juga memungkinkan rudal terbang mengikuti kontur bumi dengan ketinggian relatif rendah dan sulit terdeteksi oleh radar.

Versi pemandu rudal yang paling baru adalah menggunakan Digital Scene Matching Area Correlation (DSMAC). Rudal tidak hanya mencocokan kontur atau perbedaan elevasi, tetapi juga menyesuaikan citra digital atau penampakan gambar permukaan bumi yang dilewatinya. Dengan teknologi ini, jalur terbang rudal dapat berkelok-kelok mengikuti lembah untuk menghindari pantauan radar musuh. DSMAC juga lebih akurat membidik target yang spesifik. Untuk meningkatkan akurasi dan keandalan.

Namun, rudal seringkali menggunakan kombinasi beberapa sistem pemandu. Rudal jelajah modern umumnya menggunakan kombinasi sistem pemandu INS, Tercom, dan GPS. (Aini Tartinia)


sumber indonesiadefense.com

Thursday, December 15, 2011

Russia deploys new missile system in Chechnya



The missiles will be hooked up to Russia's Glonass sat-nav system
11:51 14/12/2011
MOSCOW, December 14 (RIA Novosti)
Tags: Barnaul-T missile systemOleg KochetkovRussiaMoscow
A new missile system has been deployed in Russia’s Northern Caucasus republic of Chechnya, a senior military official said on Wednesday.
The Barnaul-T system will be hooked up to Russia’s Glonass sat-nav system.
“The new system makes for better coordination of the actions of missile defenses on all levels, and also increases their mobility and durability during battle,” Lt. Col. Oleg Kochetkov told reporters.
The new system will track and coordinate information on airborne targets, Kochetkov added.

sumber : RIA NOVOSTI

Friday, October 1, 2010

PT. PINDAD Produksi Rudal Dalam Negeri Tahun 2012

Teknologi roket buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengalami kemajuan pesat. Setelah sebelumnya meluncurkan RX320 pada 2008,kini berhasil meluncurkan RX420.
SUKSES mengembangkan RX420, bukan lantas Lapan berpuas diri. Akhir tahun ini, Lapan kembali mendesain RX520. Roket yang lebih besar dan memiliki daya jangkau lebih jauh dibanding RX420.

Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Soewarto Hardhienata mengatakan, RX520 siap terbang akhir 2010. RX520 ini memiliki spesifikasi yang lebih hebat ketimbang RX420.Sesuai desain awal,RX520 memiliki kecepatan maksimal 1,7 km/detik. RX520 ini memiliki panjang hingga 8,8 meter dengan bahan bakar propelan padat seperti jenis roket lain.

“Daya jangkau roket RX520 mencapai 200 km.Ini lebih jauh dua kali lipat dibanding RX420,” ujar Soewarto kepada Seputar Indonesia. Hanya saja, teknologi roket yang dikembangkan Lapan tidak untuk kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Roket buatan Lapan hanya untuk keperluan sipil yang akan digunakan sebagai penunjang dalam mengorbitkan satelit.
Untuk diketahui, Kamis (2/7), Lapan berhasil meluncurkan RX420,roket terbesar yang dibuat lembaga antariksa Indonesia. Roket RX-420 adalah roket dengan diameter 420 mm,panjang 6 m dan berbobot 1 ton.Roket ini menggunakan bahan bakar solid-komposit yang ketika diluncurkan ke angkasa memiliki jangkauan 100 km dengan kecepatan hingga 4,5 mack atau 4,5 kali kecepatan suara.
Saat peluncuran, roket eksperimen RX420 berdiri dengan sudut elevansi 70 derajat di lapangan desa Cilautereun Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut. Tak beberapalama,suararoketmenderu, diiringi kepulan asap putih membumbung. Hanya dalam hitungan detik,roket melesat ke angkasa. Lapan sendiri konsentrasi dalam pembuatan roket untuk keperluan sipil. Nantinya roket-roket buatan Lapan tersebut akan digunakan sebagai penunjang dalam mengorbitkan satelit milik Indonesia.
“Kapasitas roket buatan Lapan memang untuk keperluan sipil. Jadi kami fokus dalam membuat roket untuk mengorbitkan satelit,”tandasnya. Meski demikian, teknologi roket yang dibuat Lapan ini sudah bisa dikembangkan untuk membuat senjata pelindung alutsista. Jika Departemen Pertahanan (Dephan) mau mengadopsi teknologi yang dimiliki Lapan sebagai roket berhulu ledak, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi satu kekuatan yang ditakuti oleh bangsa-bangsa lain.
Soewarto sendiri secara terbuka menerima jika Dephan ingin bekerja sama mengembangkan dalam pembuatan rudal balistik dengan jangkauan yang lebih jauh. Untuk saat ini,sesuai dengan tugasnya, Lapan hanya membuat roket untuk keperluan sipil. Teknologi roket yang dikembangkan Lapan, pada dasarnya merupakan dual use, di mana bisa dipakai untuk keperluan sipil maupun militer.
Namun, Lapan sendiri hanya mengembangkan roket untuk keperluan sipil karena sesuai dengan kewenangannya. Sementara itu, jika untuk keperluan militer diserahkan kepada Dephan. “Kami memang pernah bekerja sama membuat roket kaliber 122 untuk TNI AL, tapi kewenangan dari Lapan sejatinya bukan itu. Kami hanya mengembangkan roket pendorong untuk satelit. Untuk keperluan militer, biar Dephan yang bicara,”paparnya.
Jika saja Lapan dan Dephan bersinergi membuat rudal balistik memakai RX520, bukan tidak mustahil rudal tersebut mampu menjadi senjata yang takuti. Dengan daya jelajah mencapai 200 km,senjata balistik ini akan mampu melindungi pulau-pulau di Indonesia.Bahkan jika peluncuran di lakukan di Batam, bukan tidak mustahil bisa menembus hingga Malaysia dan Singapura. Ketua Pokja Pertahanan Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin mengatakan Indonesia memang sudah saatnya memiliki rudal berhulu ledak buatan sendiri.
Teknologi yang dimiliki Lapan, sudah bisa dipakai untuk membuat rudal balistik jarak menengah.“Indonesia harus mandiri. Dephan harus bekerja sama dengan Lapan membuat rudal berhulu ledak,”tuturnya. Tubagus mengatakan, keberhasilan Lapan menguji coba roketroketnya membuat Indonesia semakin ditakuti. Roket buatan Lapan tinggal dibekali hulu ledak di ujungnya dan menciptakan direksi untuk mengarahkan koordinat sasaran.

“Sebagai negara kepulauan,tentu dibutuhkan rudal yang mampu melindungi pulau – pulau tersebut dari serangan musuh,” lanjutnya. Roket buatan Lapan merupakan teknologi hasil ciptaan ilmuwan Indonesia. Lapan bahkan menciptakan bahan bakar racikan ilmuwan Indonesia yang tak kalah dibanding buatan ilmuwan luar negeri. Bahan bakar racikan ilmuwan Lapan tersebut bahkan telah diuji coba di rudal exocet TNI yang tak terpakai. Hasilnya, kecepatan rudal menjadi 2 kali lipat dibanding kecepatan dengan menggunakan bahan bakar rudal asal Prancis.
Amunisi Kaliber Besar
Sementara itu, PT Pindad sudah menguasai teknologi untuk amunisi kaliber kecil. Tahun tahun mendatang, PT Pindad akan mengembangkan amunisi kaliber besar. Menurut juru bicara PT Pindad Timbul Sitompul, amunisi kaliber 20 mm dan kaliber 120 mm telah dilakukan pengembangannya pada tahun 2009 ini. Kemudian pada 2010, PT Pindad merencanakan akan memproduksi amunisi kaliber 105 mm.
Selanjutnya pada 2011, akan dikembangkan warhead dan rudal dengan mode proximity fuse. Proximity fuse menyebabkan kepala rudal akan meledak pada jarak yang telah ditentukan dari target. Teknologi proximity fuse ini menggunakan kombinasi dari satu atau beberapa sensor di antaranya radar, sonar aktif, infra merah, magnet, foto elektrik.Tidak hanya itu, PT Pindad juga merencanakan akan memproduksi rudal darat pada tahun 2012 mendatang.
(Sumber : Sindo)

Rudal D230 Buatan PT Pindad Diuji Menristek
Harry Purwanto - detikSurabaya



Suasana Uji Coba Rudal D230/Harry Purwanto
Lumajang - Menristek Suharna Suryapranata melakukan uji coba rudal D230 buatan PT Pindad Malang. Dalam uji coba ini, rudal buatan dalam negeri ini mampu melesak sejauh 10 hingga 20 kilometer.

Rudak berkaliber 122 milimeter ini diuji coba di lapangan tembak Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Lumajang, Rabu (27/1/2010).

"Dengan uji rudal D230 buatan asli Indonesia, saya harapkan bisa memenuhi kebutuhan TNI dalam menjaga NKRI," kata Suharna Suryapranata pada sejumlah wartawan di lokasi uji coba.

Rudal D230 yang diuji coba ada 2 type, yakni RX1210 yang memilik berat 45 Kg, panjang 3 Meter, gaya dorong 1.000 Kilogram dan memiliki jangkuan 11 Km. Serta rudal Double Stage miliki berat 87 kilogram, panjang 4 meter, daya dorong 1.000-1.500 kg dan memiliki jangkuan 18 km.

Sementara, Dirut Pindad Malang, Adik Alfianto Sudarsono, mengatakan uji coba rudal ini dimaksudakan sekedar untuk kajian. Apabila hasilnya baik akan dilakukan produksi massal dan dijual.

"Semoga rudal D230 bisa menjadi senjata andalan TNI ke depan," ungkapnya.

Saat ini, PT Pindad Malang baru membuat 70 buah rudal D230. Jika dalam uji coba sudah baik, dan memenuhi kriteria, maka akan diprosuksi massal.

"Yang berminat rudal D230 masih TNI AL dan AD saja," ungkap Adik Alfianto.
(bdh/bdh)

detik


LAPAN Berhasil Luncurkan 12 Roket di Lumajang

0diggsdigg


LUMAJANG, KOMPAS.com - Sebanyak 12 roket buatan Lembaga Penerbangan dan Atariksa Nasional (LAPAN) meluncur di lapangan TNI AU di Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (27/1/2010). Roket-roket tersebut meluncur satu per satu mulai pagi hingga siang hari.

Peluncuran tersebut dilakukan dalam uji-coba yang dilakukan Kementerian Negara Riset dan Teknologi bersama dengan industri strategis. Hadir antara lain Menteri Negara Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, Direktur Teknologi dan Pengembangan Rekayasa PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Andi Alisjahbana, serta pejabat dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), PT Pindad, dan TNI. Bupati Lumajang Sjahrazad Masdar hadir pula dalam kesempatan itu.

Roket-roket yang diuji-coba berjenis D 230 kaliber 122 mm. Semuanya berkarakter dari tanah ke tanah dan tanpa kendali. Prototipenya meliputi RX 1210 dengan jarak luncur 14 kilometer (km), RX 1210/121 3 dengan jarak luncur 18 km, dan RX 2020 dengan jarak luncur hasil simulasi sejauh 48 km.

video

Uji-coba ini adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan teknologi di bidang roket. Pemerintah bersama dengan industri strategi bersinergi dalam hal ini untuk mengembangkan roket. Pemerintah mendukung dalam d ana riset, sedangkan produksinya dilakukan industri strategis, kata Suharna di sela-sela acara.

Andi Alisjahbana, menyatakan, tidak ada persoalan bagi kalangan industri strategis untuk memproduksi roket-roket tersebut. Pabrik yang selama ini sudah ada tinggal diperluas serta penyiapan tim teknis.

"Karena prototipe roket yang dikembangkan ini adalah yang memang banyak dibutuhkan, maka tinggal komitmen dari pemerintah untuk memproduksinya dalam volume yang banyak," kata Andi.

Kementerian Negara Riset dan Teknologi menargetkan untuk RX 1210 diproduksi 1.000 unit pada Juni 2010. Sementara untuk varian lainnya masih terus dalam pengembangan. Teknologi roket setidaknya digunakan dalam sistem pertahanan serta satelit.

Sumber : KOMPAS, Okezone

Wednesday, September 1, 2010

Peluru kendali balistik INDONESIA DAN IRAN

Peluru kendali balistik adalah peluru kendali yang terbang dalam ketinggian sub-orbit melalui jalur balistik. Rudal balistik hanya dapat dikendalikan dalam tahap peluncurannya saja. Rudal balistik pertama adalah roket V-2 yang dikembangkan oleh Nazi Jerman antara 1930-an dan 1940-an berdasarkan perintah dari Walter Dornberger. Uji coba V-2 yang pertama sukses adalah pada 3 Oktober 1942 dan mulai dioperasikan pada 6 September 1944 melawan Paris diikuti dengan serangan terhadap London 2 hari kemudian. Sampai berakhirnya perang pada Mei 1945, lebih dari 3000 V-2 telah ditembakkan.
Trayektori rudal balistik terdiri dari 3 tahap yaitu tahap peluncuran, tahap terbang bebas yang menghabiskan sebagian besar waktu terbang rudal dan tahap memasuki kembali atmosfir bumi. Rudal balistik dapat diluncurkan dari lokasi tetap atau kendaraan peluncur (TEL, kapal, pesawat dan kapal selam). Tahap peluncuran dapat berkisar dari sekian puluh detik sampai beberapa menit dan dapat terdiri sampai tiga tingkat roket. Ketika berada di sub-orbit dan tidak ada lagi dorongan, rudal memasuki tahap terbang bebas. Untuk mencapai jangkauan yang jauh, rudal balistik umumnya diluncurkan sampai ke sub-orbit. Peluru kendali balistik antar benua dapat mencapai ketinggian sekitar 1.200 km.

Jenis rudal

Rudal balistik bervariasi menurut penggunaan dan jangkauannya dan umumnya dibagi kedalam kategori menurut jangkauan.
Misil balistik jarak menengah dan pendek sering disebut sebagai misil balistik taktis atau teatrikal. Misil balistik jarak jauh umumnya dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir karena kapasitas muatnya sangat terbatas untuk peledak konvensional agar efisien. Menggunakan misil balistik dengan kemampuan jangkauan lebih jauh dari jarak target menjadi salah satu strategi untuk menyulitkan pertahanan. Contohnya, sebuah misil dengan jangkauan 3.000 km yang ditembakkan untuk target yang berjarak hanya 500 km dapat mencapai ketinggian yang lebih tinggi yaitu sekitar 1.200 km (secara kasar sama dengan ketinggian ICBM), dengan demikian misil tersebut akan menerjang target dengan kecepatan lebih dari 6 km/detik (Mach 17)

WIKIPEDIA

Indonesia Produksi Rudal Balistik(Jelajah)


Satellite Launch Vehicle Lapan (photo : Kaskus Militer)
Untuk menaikan performa kekuatan militer Republik Indonesia kita bisa meniru militer Iran,Korea Utara,India,Pakistan. Yaitu dengan membuat/memproduksi sendiri rudal jelajah yang bisa menjangkau seluruh kawasan ASEAN serta kawasan Australia.Makin sering kita lakukan uji coba daya jangkau rudal akan menaikan pamor & harga diri bangsa INDONESIA. DEPHANKAM harus bisa menujukan kepada rakyat Indonesia bahwa kita bisa membuat senjata berat high technologi sebagai alat pertahanan negara. Selama ini kita masih mengandalkan pembelian alat & senjata pertahanan negara dari negara lain dimana syarat-syarat pembelian senjata selalu ada perjanjian yang berkaitan dng hak asasi manusia dan yg paling parah kena sanksi embargo pembelian suku cadang ya sudah matilah kita.Hal seperti itu jangan terjadi lagi mari kita bangkit membangun pertahanan negara yang kuat dengan kemampuan kita sendiri, jangan selalu membebani APBN yg minim anggaran pertahananya.Lakukan reseach, bentuk lembaga khusus pembuatan rudal Balistik dan libatkan mahasiswa dan perguruan tinggi sebagai bahan kajian,libatkan BIN (Badan Intelejen Negara) mencari & mencuri tehnologi rudal negara lain.Saya yakin DEPHANKAM punya kemampuan untuk mewujudkan bahwa bangsa Indonesia punya kemampuan untuk memproduksi rudal balistik.

Roket Kendali Lapan (photo : Karbol-Militaryphotos)

http://www.dephan.go.id/modules.php?name=Feedback&op=viewarticle&opid=1395 

SOURSCE: INDONESIA DEFENCE

Tahun 2015, Rudal Balistik Iran Jangkau AS

0
0
Rate This
Quantcast

Sumber : http://www.antara.co.id/berita/1271830947/2015-rudal-balistik-iran-jangkau-as

 



Iran dapat membangun rudal balistik yang dapat menghantam Amerika Serikat tahun 2015, kata seorang pejabat AS kepada para anggota parlemen, Selasa.
Menjawab sebuah pertanyaan dalam dengar pendapat di Senat tentang kemampuan rudal Teheran, James Miller, deputi wakil menteri pertahanan untuk urusan kebijakan, mengatakan perkiraan sekarang menunjukkan “kemungkinan itu paling cepat tahun 2015.”
Tetapi ia mengatakan bahwa perkiraan itu adalah apabila ada “bantuan asing” untuk mungkinkan Iran meningkatkan teknologi rudalnya.
Sebuah laporan tahun lalu dari Pusat Intelijen Udara dan Ruang Angkasa Nasional Angkatan Udara AS mengatakan Iran dapat membangun sebuah rudal balistik antar benua yang dapat menghantam wilayah AS pada tahun 2015-2018, jika mendapat bantuan dari luar.
Para pengamat mengatakan kendaraan ruang angkasa Safir Iran, yang Teheran tempatkan di orbit Februari 2009, memiliki potensi diubah menjadi sebuah rudal jarak jauh.
Washington mengikuti dengan seksama program rudal Iran dan menyatakan ancaman-ancaman dari Teheran dan Korea Utara menjadi dorongan utama untuk membangun pertahanan pertahanan rudal bagi Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
Pemerintah AS juga menuduh Teheran berusaha secara tidak resmi untuk membangun senjata-senjata nuklir.
Millier mengkonfirmasikan perkiraan-perkiraan sebelumnya bahwa Iran akan dapat membangun sebuah sejata nuklir lebih dari satu tahun dan “mungkin lebih dari tiga tahun.”
Pekan lalu, Jenderal James Cartwright, wakil kepala Staf Gabungan AS, mengemukakan dalam dengar pendapat di Senat bahwa Iran dapat melakukan pengayaan uranium yang berstandar cukup tinggi bagi satu bom nuklir dalam satu tahun tetapi kemungkinan besar tidak dapat membuat satu senjata yang dapat digunakan dalam tiga sampai lima tahun.

http://joglopos.com/tahun-2015-rudal-balistik-iran-jangkau-as.htm

BERITA POLULER