Pages

Thursday, July 4, 2024

Bagaimana Cara Kerja Rudal Balistik dan Jelajah?

 

Dalam banyak peperangan modern serangan diawali dengan meluncurkan rudal-rudal jarak jauh. Rudal atau peluru kendali dengan sasaran darat ditujukan untuk menghancurkan fasilitas-fasilitas militer yang vital, misalnya stasiun radar, pangkalan udara, fasilitas komunikasi, pembangkit listrik, depo bahan bakar, dan lain-lain.

Lalu, bagaimana rudal yang diluncurkan baik dari darat maupun kapal permukaan mampu dengan tepat dan akurat mengenai targetnya yang berjarak ratusan hingga kilometer?

Dilansir dari berbagai sumber, rudal atau peluru kendali adalah amunisi yang dilengkapi sistem pemandu dan pengendali sehingga bisa mengenai dengan tepat terhadap taget yang telah ditentukan. Rudal untuk target darat dapat diluncurkan dari darat, kapal permukaan, kapal selam maupun dari pesawat tempur. Berdasarkan lintasannya, rudal untuk target darat dibedakan menjadi rudal balistik dan jelajah.



Rudal balistik terbang menuju sasaran yang jauh dengan lintasan melengkung, mirip seperti lintasan peluru artileri. Untuk mencapai sasaran yang jauh, rudal ini perlu mencapai ketinggian tertentu, semakin jauh sasarannya dibutuhkan ketinggian yang lebih besar. Rudal balistik menggunakan tenaga pendorong berupa roket.

Sedangkan rudal jelajah atau cruise missile, lintasannya mendatar seperti pesawat terbang. Saat diluncurkan, rudal akan meluncur ke ketinggian tertentu kemudian terbang mendatar atau horizontal. Rudal jelajah diluncurkan dengan tenaga pendorong roket yang disebut sebagai booster. Setelah mencapai kecepatan yang dibutuhkan, tenaga pendorong beralih pada tenaga pendorong mesin jet. Adapun jenis mesin jet yang biasa digunakan seperti turbojet dan turbofan, untuk rudal hipersonik menggunakan mesin ramjet.

Kelebihan rudal jelajah adalah ketinggian terbangnya yang rendah sehingga saat masih di kejauhan, rudal ini tidak terdeteksi oleh radar musuh. Rudal bakal baru terdeteksi saat sudah mendekati sasaran dan musuh hanya memiliki waktu yang singkat untuk mencegatnya.

Terdapat beberapa sistem pengendali yang terpasang di rudal sebagai kunci untuk membidik sasaran secara tepat. Beberapa rudal modern menggunakan kombinasi dua atau lebih sistem pengendali. Yang pertama dan paling sederhana ialah Preset Guidance, sebelum rudal diluncurkan lintasan terbang rudal sudah ditentukan sebelumnya. Penentuan lintasan ini didasarkan pada jarak dan arah sasaran, diukur dari titik peluncuran. Rudal disetel agar terbang dengan lintasan tersebut.

Sistem ini contohnya terdapat di roket V-2 buatan Jerman yang digunakan pada Perang Dunia II. Agar rudal bisa terbang sesuai lintasan yang ditentukan, maka dalam roket ini terdapat perangkat giroskop dan akselerometer untuk mengukur perubahan arah dan posisi rudal. Arah terbang rudal dikendalikan menggunakan semacam sirip di bagian nozel. Sirip ini membelokkan arah semburan roket untuk menyetir arah terbang sesuai lintasan yang sudah terpasang.

Pengembangan dari Preset Guidance adalah Inertial Navigation System (INS). Perangkat yang berada di dalam rudal ini terus-menerus menghitung posisi rudal selama terbang. Di dalam perangkat INS terdapat komponen sensor berupa giroskop, akselerometer, timer serta komputer untuk pemrosesan data. Giroskop digunakan untuk mengukur rotasi atau perubahan arah dan posisi rudal yang membawanya. Komponen akselerometer mengukur percepatan atau perubahan kecepatan, baik akselerasi maupun perlambatan. Dengan menghitung antara percepatan dan waktu, maka didapatkan kecepatan terbang rudal, lalu arahnya diperoleh dari sensor pada giroskop.

Data-data dari perangkat sensor tersebut dihitung oleh komputer yang secara terus-menerus menghitung posisi rudal saat ini berdasarkan posisi sebelumnya. Metode ini disebut sebagai Dead Reckoning, yakni komputer pada rudal selalu mengetahui posisi rudal saat ini. Sistem navigasi seperti ini juga digunakan di kapal selam dalam laut.



Akurasi rudal dengan sistem pemandu INS sangat tergantung dari ketelitian sensor akselerometer dan giroskop di dalamnya. Perangkat INS terkadang dilengkapi dengan sensor barometrik altimeter dan magnetometer. Altimeter mengukur ketinggian berdasarkan tekanan barometrik atmosfer sedangkan magnetometer mengukur arah berdasarkan medan magnet bumi. Perangkat tambahan ini digunakan untuk koreksi. Perangkat INS modern menggunakan akselerometer dengan teknologi Micro-electromechanical Systems (MEMS) yang sangat sensitif. Giroskop saat ini menggunakan teknologi Solid-state Ring Laser Gyro atau Advance Inertial Reference Spare (AIRS). Melalui teknologi ini, tidak perlu lagi melakukan koreksi dengan altimeter dan magnetometer. Perangkat INS modern dapat mencapai akurasi dengan melenceng hanya beberapa meter pada jangkauan jarak di atas 10.000 kilometer.

Metode pemandu rudal berikutnya adalah menggunakan navigasi berbasis satelit. Yang paling umum adalah menggunakan GPS. Sistem navigasi satelit lainnya di antaranya Glonnas milik Rusia dan BeiDou milik Cina. Rudal dengan pengendali satelit seperti GPS dilengkapi dengan GPS receiver untuk mengetahui posisi rudal saat ini. GPS receiver yang digunakan pada rudal memiliki grade dengan akurasi yang sangat tinggi. Untuk dapat membidik sasaran secara tepat, koordinat sasaran diinput ke dalam sistem kendali rudal, komputer pengendali mengarahkan rudal menuju titik koordinat tersebut. Namun, sistem navigasi berbasis satelit ini dimiliki dan dioperasikan oleh negara-negara tertentu. GPS dimiliki oleh Amerika Serikat, Glonnas oleh Rusia, dan BeiDou dari Cina. Dalam kondisi perang, negara pemilik satelit dapat memblokir akses satelit navigasi sehingga tidak bisa digunakan oleh negara lain.

 

Selain itu, ada sistem pemandu Terrain Contour Matching (Tercom) yang digunakan pada banyak rudal jelajah. Misalnya, pada rudal BGM-109 Tomahawk. Rudal ini menemukan sasaran berdasarkan peta kontur yang dilewati. Jadi, agar bisa mencapai sasaran harus tersedia peta kontur atau peta perbedaan elevasi atau ketinggian permukaan bumi antara titik peluncuran dan lokasi sasaran. Saat ini, peta tersebut mudah didapatkan dari citra satelit. Rudal dengan sistem kendali Tercom dilengkapi dengan radar altimeter yang mengukur ketinggian permukaan bumi yang dilewati oleh rudal. Kemudian. hasil pengukuran kontur tersebut dibandingkan dengan peta kontur yang sudah diinput. Maka dengan membandingkan dan mencocokan peta kontur yang dilewati, rudal akan sampai pada sasarannya. Sistem ini juga memungkinkan rudal terbang mengikuti kontur bumi dengan ketinggian relatif rendah dan sulit terdeteksi oleh radar.

Versi pemandu rudal yang paling baru adalah menggunakan Digital Scene Matching Area Correlation (DSMAC). Rudal tidak hanya mencocokan kontur atau perbedaan elevasi, tetapi juga menyesuaikan citra digital atau penampakan gambar permukaan bumi yang dilewatinya. Dengan teknologi ini, jalur terbang rudal dapat berkelok-kelok mengikuti lembah untuk menghindari pantauan radar musuh. DSMAC juga lebih akurat membidik target yang spesifik. Untuk meningkatkan akurasi dan keandalan.

Namun, rudal seringkali menggunakan kombinasi beberapa sistem pemandu. Rudal jelajah modern umumnya menggunakan kombinasi sistem pemandu INS, Tercom, dan GPS. (Aini Tartinia)


sumber indonesiadefense.com

No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK

BERITA POLULER

BACA JUGA: