Pages

Saturday, July 6, 2024

China menawarkan kapal selam S26T kepada Indonesia dipersenjatai dengan Rudal Anti Kapal YJ 18

 


Penolakan Thailand terhadap tawaran kapal selam kelas Yuan S26T oleh China menjadi perhatian banyak media asing. Setelah ditolak Thailand, China menawarkan kapal selam S26T kepada Indonesia.  Kali ini Indonesia dinilai lebih beruntung ditawari kapal selam S26T terkait akses ke mesin dari perusahaan Jerman, yang sebelumnya belum ditolak oleh Thailand.

Dilansir dari Defence Security Asia edisi 4 Juli 2024, pejabat senior dari China State Shipbuilding Corporation (CSSC) dikabarkan telah mengunjungi Jakarta pada 28 Juni 2024 lalu.  Kedatangan CSSC tak lain yakni untuk menjual kapal selam diesel-listrik S26T kepada Indonesia, yang sebelumnya ditawarkan kepada Thailand.

Menurut portal pertahanan internasional Janes, pejabat dari perusahaan pembuat kapal China hadir di Kementerian Pertahanan (Kemhan) Republik Indonesia beberapa hari lalu untuk menyampaikan informasi tentang kapal selam tersebut.

Pejabat CSSC bertujuan untuk menjelaskan kepada Kemhan bahwa kapal selam S26T masih dapat dimodifikasi untuk memenuhi persyaratan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL). Awalnya, CSSC bermaksud menjual S26T ke Thailand, namun kesepakatan tersebut dibatalkan setelah negosiasi panjang antara kedua negara karena masalah mesin. Menurut Janes, pembuat kapal China meyakinkan Kemhan RI bahwa mereka tidak akan menghadapi pembatasan ekspor yang dialami oleh Thailand. Pejabat China menyatakan bahwa mereka dapat melengkapi S26T dengan mesin dari vendor pilihan pelanggan, termasuk produsen mesin Jerman MTU.

China juga membuat tawaran lebih menarik untuk Indonesia, di mana CSSC juga siap melengkapi kapal selam yang ditawarkan dengan rudal jelajah antikapal YJ-18.

Kapal selam S26T yang ditawarkan kepada Indonesia juga akan dilengkapi dengan sistem Air Independent Propulsion (AIP).

Dilansir dari laman Zona Militar edisi 5 Juli 2024, mengakui tantangan terkait pasokan mesin MTU yang menghambat akuisisi oleh Thailand, delegasi China meyakinkan Kemhan RI bahwa mereka tidak akan menghadapi masalah yang sama.

Intinya, hal ini menunjukkan bahwa CSSC telah mendapatkan kembali akses ke mesin dari perusahaan Jerman dan juga akan memberikan opsi dengan mesin CHD620 yang diproduksi secara lokal oleh perusahaan milik negara China.

Untuk mempermanis kesepakatan, CSSC dilaporkan menawarkan portofolio pertahanan Indonesia versi S26T yang mampu mengerahkan rudal antikapal YJ-18 dari tabung torpedonya.

Mengenal Rudal Anti Kapal YJ 18 Penopang Kapal Selam S26T Incaran Indonesia yang Bikin TNI AL Makin Strong.  Kemampuan ini melengkapi sistem Air-Independent Propulsion (AIP) yang telah diminta oleh Angkatan Laut Thailand, tanpa penyesuaian besar yang diharapkan pada desain kapal selam yang ada.

Awalnya Thailand berencana untuk menginvestasikan lebih dari 350 juta dolar untuk memperleh kapal selam kelas Yuan S26T, yang merupakan versi ekspor dari Type 039A dan awalnya seharusnya dilengkapi dengan mesin MTU.


Thailand Salah Kaprah Buru-buru Tolak Kapal Selam S26T China Yang Saat ini Ditawarkan Kepada Indonesia

Kontrak yang ditandatangani pada tahun 2017 itu menghadapi penundaan dan tantangan berulang kali terutama karena kendala politik yang diberlakukan oleh pemerintah Jerman pada pengiriman mesin ke China.

Pada bulan Mei 2024 lalu, proyek tersebut nampaknya kembali berjalan ketika Angkatan Laut Thailand mengumumkan rencana untuk melanjutkan pembelian dengan mengganti mesin Jerman dengan mesin pengganti China. Namun terbaru, kapal selam ini yang sekarang ditawarkan kepada Indonesia, membuat operasi Thailand mungkin telah gagal. (ZJ)

Media asing laporkan bahwa China belum lama ini telah tawarkan kapal selam diesel-listrik (SSK) S26T kepada Indonesia. Pihak China diketahui telah menemui Kemhan RI untuk memaparkan kapal selam buatannya.

“Kita mengkonfirmasi bahwa pejabat China State Shipbuilding Corporation (CSSC) berada di kantor Kemhan RI pada 28 Juli dan melakukan presentasi mengenai S26T SSK dan bagaimana kapal selam itu dapat disesuaikan untuk kebutuhan TNI AL”, jelas Janes dalam artikelnya berjudul “China again offers Thailand-ordered S26T submarine to Indonesia”, terbitan 3 Juli 2024. Tambahan informasi, S26T adalah varian ekspor dari kapal selam Yuan Kelas buatan CSSC. Namun yang menarik untuk dibahas, ini adalah kapal selam yang sebelumnya sempat ditawarkan kepada Thailand. Benar, beberapa tahun lalu China tawarkan kapal selam S26T/ Yuan Kelas ini kepada Thailand.

“Thailand menandatangani kontrak dengan China pada tahun 2017 untuk mengakuisisi kapal selam S26T senilai 350 juta US Dolar. Namun Thailand menolaknya padahal pengerjaan sudah selesai 50 persen”, jelas Defence Security Asia dalam artikel berjudul “ Ditolak Oleh Thailand, China Kini Cuba Jual Kapal Selam S26T Kelas-Yuan Pada Indonesia Pula”, 4 Juli 2024. Namun karena tidak sesuai dengan keinginannya, Thailand akhirnya menolak kapal selam tersebut.  Karena menurut kesepakatan, Thailand hanya mau kapal selam pesanannya memakai mesin buatan MTU 396 buatan Jerman.

Tapi China tidak bisa mengindahkan permintaan itu karena sanksi militer oleh Uni Eropa. Pada akhirnya China hanya bisa pasangkan mesin CHD 620 buatannya ke dalam kapal selam tersebut.  Karena masalah inilah, Thailand menolak untuk mengakuisisi kapal selam S26T. Tapi menurut Bulgarian Military, Thailand salah paham dan keburu menolak kapal selam itu.

Mengenal Rudal Anti Kapal YJ 18 Penopang Kapal Selam S26T Incaran Indonesia yang Bikin TNI AL Makin Strong

Indonesia kembali ditawari China untuk membeli kapal selam Kelas Yuan S26T setelah negara produsen pecah kongsi dengan Thailand.

Salah satu benefit yang ditawarkan China kepada Indonesia dari pembelian S26T adalah pemasangan rudal anti kapal YJ 18.

Serba-serbi mengenai YJ 18 sangat menarik untuk diulik lantaran rudal anti kapal ini diyakini dapat membuat TNI AL semakin strong jika S26T jadi dibeli Indonesia. Indonesia Jadi Pelarian Sengketa Kapal Selam antara China dan Thailand, Sampai Diiming-imingi Paket Rudal Anti Kapal.



 

Dilansir ZONAJAKARTA.com dari artikel berjudul "China again offers Thailand-ordered S26T submarine to Indonesia" yang dimuat laman Janes pada Rabu, 3 Juli 2024, tanda-tanda keseriusan China untuk menawarkan kembali S26T ke Indonesia dibuktikan langsung oleh China State Shipbuilding Corporation (CSSC) selaku pabrikan. CSSC bahkan sampai mengirimkan sejumlah perwakilan petingginya untuk berkunjung ke kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI pada akhir Juni 2024 lalu.

Saat mengunjungi kantor Kemhan RI, mereka turut menjelaskan benefit yang akan diperoleh republik ini apabila mau menerima tawaran Negeri Tirai Bambu membeli kapal selam buatannya. Salah satunya adalah kebebasan untuk menentukan sendiri mesin yang akan menopangnya.

Indonesia diketahui menginginkan agar kapal selam Kelas Yuan yang nantinya bakal mereka beli ditopang oleh mesin MTU dari Jerman.

Sehingga dampak dari embargo Uni Eropa yang melarang Berlin memasok mesinnya kepada Beijing yang menjadi penyebab batalnya kesepakatan dengan Thailand tidak akan dirasakan oleh negeri ini.

Selain diberikan kebebasan untuk menentukan mesin penopang secara mandiri, Indonesia juga memperoleh benefit lainnya dari China yang sangat menguntungkan bagi TNI AL ketika mengoperasikannya dalam sebuah operasi maritim.  Yakni dukungan persenjataan berupa rudal anti kapal YJ 18.  Rudal ini diyakini sangat mematikan sehingga akan membuat musuh berpikir seribu kali untuk merongrong keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Lantas seperti apa dan bagaimanakah YJ 18 yang dijanjikan China bakal menopang kapal selam S26T apabila Indonesia membelinya? Melansir laman Missile Threat, YJ 18 merupakan rudal jelajah anti kapal yang juga dapat difungsikan untuk melancarkan serangan darat. Rudal ini juga memiliki nama lain yakni CH-SS-NX-13.

Sebelum diperjualbelikan, pengembangan rudal tersebut dilakukan oleh Akademi Ketiga Perusahaan Sains dan Industri Dirgantara China (CASIC) sekira pertengahan 1990-an. Lalu memasuki tahun 2009, referensi terhadap program pengembangan rudal ini muncul dalam dokumen China yang mengeksplorasi persyaratan metalurgi.

Baru lima tahun setelahnya (2014), YJ 18 resmi diluncurkan kepada publik dalam sebuah parade dan dipublikasikan melalui media lokal dari negara produsen. Secara spesifikasi, YJ 18 mengalami peningkatan signifikan dibandingkan produk sejenis milik China yang sudah ada sebelumnya. Jangkauannya diketahui mampu mencapai dua kali lipat dari 3M-54 dan tiga kali lipat dari YJ-83 yakni pada kisaran 220 hingga 540 km.

Sehingga ini sangat mendukung strategi anti akses dan penolakan wilayah (A2/AD) yang lebih luas. Bagi negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu, hal tersebut sangat penting ketika mereka membutuhkannya untuk menaklukkan Amerika Serikat. Tidak mengherankan jika CSSC merancangnya secara spesial untuk mengalahkan sistem tempur AEGIS.

Itu pula alasan yang mendasari Tentara Pembebasan Rakyat Laut Tiongkok (PLAN) menempatkan YJ 18 pada kapal selam dan kapal permukaan yang mereka miliki. Dan mereka pun semakin percaya diri untuk meninggalkan YJ-62 sepenuhnya. Dari segi kecepatan, YJ 18 mampu melaju dengan Mach 0,8 untuk pelayaran dan Mach 2,5 hingga 3,0 untuk mode terminal.

Berat peluncurannya ditaksir kurang dari 1.579 kg dengan membawa hulu ledak high-explosive atau antiradiasi. Belum lagi jika bicara mengenai navigasi satelit dan panduan radar yang memandu ke mana rudal harus bergerak. Berkaca dari spesifikasi itu semua, Indonesia tak boleh menyia-nyiakannya karena ini akan menjadikan TNI AL semakin kuat dan disegani dunia. Lebih penting lagi dalam jangka panjang, kedaulatan perairan NKRI akan tetap terjaga.


sumber zonajakarta

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK

BERITA POLULER

BACA JUGA: