Pages

Showing posts with label KFX. Show all posts
Showing posts with label KFX. Show all posts

Sunday, August 4, 2024

Keterlibatan Indonesia Tak Kunjung Berlanjut, KF-21 Boramae Mengungguli Rafale dan Eurofighter Typhoon

 


Korea Aerospace Industries (KAI) seolah terus meninggalkan Indonesia dalam pengembangan jet tempur KF-21 Boramae yang didesain mengungguli Rafale. Indonesia sebenarnya sudah melakukan kontrak dengan KAI untuk melakukan kerja sama produksi K-21 Boramae.

Indonesia sepakat memasok patungan sebensar 20 persen dan akan mendapatkan pesawat beserta transfer teknologi. Namun, dalam perkembangannya, kerja sama ini mengalami kemacetan karena ada perbedaan persepsi soal pendanaan.

Setelah itu, KAI seolah meninggalkan Indonesia dan terus mengembangkan pesawat tersebut. Bahkan, produksi jet tempur Korea itu terus digalakkan untuk memenuhi permintaan Angkatan Udara Korea Selatan dan permintaan luar negeri.

Sebelumnya, KF-21 Boramae didesain sebagai jet tempur generasi 4,5, setara jet tempur Rafale buatan Dassault Aviation. Indonesia baru saja menyetujui untuk mengakuisisi 42 Rafele dari Prancis. Ternyata, KF-21 Boramae terus dikembangkan untuk mengungguli Rafale.

Dalam wawancara dengan surat kabar Korea seperti dikutip defencesecurityasia.com, 4 Agustus 2024, CEO KAI, Kang Goo-young menyatakan, KF-21 akan mengungguli jet tempur generasi 4,5 seperti Rafale atau Eurofighter Typhoon.

"Mengklasifikasi KF-21 Boramae sebagai jet tempur generasi ke-4,5 menggarisbawahi kemampuannya. Kalau diperbandingkan dengan jet tempur seperti Rafale dan Eurofighter Typhoon, KF-21 lebih superior," kata Kang Goo-young.

"Bahkan, saya menyatakan bahwa ini (KF-21) adalah jet tempur generasi 4,9, mendekati kemampuan pesawat generasi 5 dalam hal performa dan kemampuannya," tegasnya.

Kang goo-young menegaskan, kemampua Seksi Radar Jelajah atau Radar Cross Section (RCS) yang dimiliki KF-21 dikembangkan KAI untuk lebih superior daripada jet tempur generasi 4,5. Bahkann, kemampuan RCS KF-21 bersaing dengan yang dimiliki pesawat tempur generasi ke-5.

Maka, KAI yakin KF-21 Boramae akan lebih baik daripada pesawat semacam F-16, Rafale, Eurofighter Typhoon, dan F-15. Kang Goo-young memberi catatan, KF-21 deikembangkan dengan Fourth Industrial Revolution Technologies, termasuk Artificial Intelligence (AI) dan Big Data.

Sehingga, KF-21 Boramae akan menjadi pesawat tempur modern yang memiliki perangkat canggih. Dia juga menyebut bahwa pesawat seperti Rafale dan F-16 sebenarnya hanya pesawat generasi ke-3 yang di-upgrade menjadi pesawat generasi 4,5.

 

 

Umur kedua pesawat itu juga sudah tua dan hanya melakukan upgrading dari tahun ke tahun. Pesawat F-16 Fighting Falcon dikembangkan Lockheed Martin dan pertama kali diterbangkan pada 1974, hampir 50 tahun lalu. Sedangkan Rafale dikembangkan Dassault Aviation dan pertama kali diterbangkan pada 1986 atau 38 tahun lalu.

Sedangkan, KF-21 Boramae baru pertama kali diterbangkan pada 2022, atau dua tahun lalu. "KF-21 akan berevolusi menjadi pesawat generasi ke-5 dan memiliki potensi untuk menjadi pesawat tempur generasi ke-6," tegas Kang Goo-young.

Dijelaskan pula, KF-21 dilengkapi dengan radar Active Electronically Scanne Array (AESA) dan berbagai sistem serta sensor modern. Kelebihan lain dari KF-21 adalah biayanya lebih rendah 30 sampai 40 persen dibandingkan pesawat tempur sekelas. KF-21 Boramae melakukan penerbangan pertama pada 2022 dan terus dilakukan berbagai percobaan hingga terbang selama 2.000 kali.

Selama itu pula, berbagai ujian dilakukan hingga ditemukan berbagai terobosan yang diperlukan untuk mendapatkan pesawat tempur KF-21 yang maksimal.H ingga saat ini, pengembangan KF-21 sudah menacapai 80 persen.

KAI akan memproduksi kelompok pertama 20 pesawat KF-21 generasi 4,5 untuk Angkatan Udara Korea Selatan (ROKAF) yang diperkirakan selesai pada 2026. Sebanyak 20 unit KF-21 Block I yang diproduksi merupakan pesawat tempur yang didesain melakukan misi udara-ke-udara.

Setelah itu diikuti produksi 20 unit KF-21 Block II yang memiliki kemampuan misi udara-ke-darat. Meski Indonesia belum bergerak untuk memperbaiki kontrak dalam proyek KF-21, KAI menyatakan sudah memiliki potensi pasar luar negeri. Negara-negara yang sudah menyatakan tertarik membeli KF-21 adalah malaysia, Filipina, Irak, Polandia, dan Thailand. KF-21 akan dijual dengan harga 65 juta dolar AS atau sekitar Rp 1 triliun.

Harga ini jauh lebih murah daripada harga pesawat generasi 4,5 lainnya, sehingga akan semakin diminati banyak negara. ***

Sunday, May 26, 2024

Kemhan RI Semprot Media Korsel Terkait Pembayaran Jet Tempur KF-21, Tegaskan Bukan Pengurangan Tetapi Penyesuaian



Kementerian Pertahanan RI dikabarkan meminta koreksi terhadap terminologi yang mengemuka di media Korea Selatan terkait persoalan pembayaran iuran KF-21.Istilah pasti terkait pengadaan iuran pemerintah Indonesia terhadap proyek jet tempur KF-21 ada 'penyesuaian pembayaran'.Jadi bukan 'pemotonan pembayaran' seperti yang selama ini beredar luas di jaga maya.

Jadi bukan 'pemotonan pembayaran' seperti yang selama ini beredar luas di jaga maya.



Sebelumnya, media Korea Selatan Yonhap News menyebutkan bahwa Indonesia telah meminta pengurangan kontribusi kerja sama produksi jet tempur KF-21.

Sementara Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) Korea Selatan mengatakan dalam konferensi pers bahwa pihak Indonesia mengusulkan penyesuaian kontribusi menjadi 600 miliar won pada tahun 2026, ketika pengembangan sistem KF-21 selesai.

DAPA pun mengungkap sedang melakukan penyesuaian terhadap 600 miliar won, yang bisa dibayar oleh Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah Korea Selatan memutuskan menerima usulan Indonesia untuk mengurangi kontribusi pengembangan pesawat tempur KF-21 dari 1,6 triliun won menjadi 600 miliar won.

Seorang pejabat dari DAPA mengatakan, "Sama sekali tidak mungkin (Indonesia) mengambil teknologi senilai 1,6 triliun won dengan hanya membayar 600 miliar won."

Pejabat tersebut mengatakan bahwa penyediaan prototipe KF-21, yang awalnya di pengembalian pembayaran kontribusi, juga akan dikaji ulang dari awal.

Awalnya diputuskan untuk memberikan satu dari enam prototipe KF-21 ke Indonesia.

Akan tetapi dijelaskan bahwa prototipe mungkin tidak diberikan karena penurunan kontribusi   


sumber zonajakarta


Sunday, August 5, 2012

TNI Segera Diperkuat Pesawat Tempur IFX/KFX Generasi 4,5 Semi Stealth



 
Metrotvnews.com, Jakarta: Modernisasi militer terus diupayakan oleh pemerintah. Dalam waktu dekat, dua unit pesawat tempur KFX/IFX Generasi 4,5 akan tiba di Tanah Air.

"Sekarang sedang dalam pembuatan di Korea Selatan di mana 27 teknisi dari Indonesia juga ikut di sana. Sudah tujuh bulan ini mereka di sana, ada dari PT Dirgantara Indonesia, ITB, dan TNI-AU. Akhir tahun ini akan tiba dua unit," ujar Kapuskom Kementerian Pertahanan Brigjen Hartind Asrin di Jakarta, Jumat (3/8).



 Jet Tempur KFX/IFX gen 4,5 ( Semi Stealth )  itu, kata dia, merupakan pengembangan teknologi Jet tempur generasi 4 yang sudah dimiliki Indonesia saat ini. "Tentu saja ini ada kemajuan dalam teknologi, baik dari sisi daya jelajah, kecepatan, manuver yang lebih canggih. diatas F16 blok 52 dibawah F-35 yang dimiliki Amerika Serikat saat ini," jelas Asrind.

Ia menambahkan, pabrikan di Korea Selatan secara keseluruhan sedang mengerjakan 50 unit Jet tempur KFX/IFX yang rencananya selesai pada 2050. "Dalam kesepakatan, untuk kita jumlahnya 50unit IFX, itu pengerjaannya sampai 2050. Jadi kita tunggu saja," tambahnya.


Asrin menjelaskan, pengadaan pesawat tempur itu sejalan dengan Rencana Strategis Pengembangan Postur Pertahanan Nasional yang mengutamakan modernisasi militer pada alat utama sistem persenjataan (alutsista) bergerak seperti pesawat tempur, main battle tank, dan kapal selam. "Kita tidak bisa main-main dengan pertahanan. Kalau alat-alat pertahanan semakin canggih, kita juga akan makin disegani," tandas Asrin.
sumber : METRO TV

Thursday, July 12, 2012

KFX/IFX C100,C200 DAN PERBANDINGANNYA










 





  Jakarta - Korea Selatan beberapa waktu lalu merilis rendering pesawat tempur dan mesin pesawat tempur KFX C100 dan KFX C200.


Gambar Pesawat Tempur KFX C100 Dan C200


Gambar Perbandingan Pesawat KFX C200, KFX C100


Gambar Payload Senjata KFX C100


Gambar Payload Senjata KFX C100


Gambar Payload Senjata KFX C200



Gambar Payload Senjata KFX C200



Gambar Mesin F414 Pesawat Tempur KFX   
 

Tuesday, July 10, 2012

KFX C100/C200












Gambar perbandingan dengan F-35







 
SUMBER : F16.NET,MEDIA CINA

Thursday, May 31, 2012

Prototipe Jet Tempur KFX/IFX Siap 2013

IFX/KFX/F-33 STEALTH
Jet tempur Gen 4,5 Stealth (siluman) KFX/IFX/F33

Jurnas.com | PEMBUATAN pesawat jet tempur Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) yang dilakukan bersama Korea Selatan terus mengalami perkembangan. Hingga saat ini, tim dari kedua negara tengah mengerjakan Technical Development Test (TDT).

Diharapkan prototipe pesawat tersebut telah jadi 2013. “Hingga saat ini TDT berjalan baik, dan tak mundur dari waktu yang ditentukan. Kalaupun mundur akan kami kejar,” kata Sekjen Kemhan Marsdya Eris Herryanto di Kantor Kementerian Pertahanan Jakarta, Kamis (24/5).

Selanjutnya, para teknisi yang mengerjakan pembangunan pesawat akan memasuki Engineering Manufacturing Development (EMD). Sesuai rencana, fase EMD ini akan dikerjakan pada 2013. “Di tahun itu, telah ada enam unit prototipe pesawat KFX/IFX,” katanya.

Untuk mengerjakan pembangunan pesawat dengan skema joint production ini, Indonesia telah mengirimkan 40 orang teknisinya ke Korea pertengahan tahun lalu. Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan pesawat ini mencapai US$8 miliar (sekitar Rp72 triliun). Indonesia mendapat porsi anggaran sebanyak US$1,6 miliar.

Pengembangan teknologi ini akan berlangsung selama 8 tahun hingga 2020. Persiapan produksi pesawat jet tempur baru dilakukan setelah 2020.
 
sumber : JURNAS

Thursday, December 22, 2011

Pusat Desain & Pengembangan Jet Tempur KF-X/IF-X Diresmikan





BANDUNG - Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsdya TNI Eris Herryanto, meresmikan kantor Design Centre Program Pengembangan Pesawat Tempur KF-X/IF-X, Kamis (22/12) di Gedung Pusat Teknologi PT. Dirgantara Indonesia, Bandung.

Peresmian ditandai dengan penandatangan prasasti oleh Sekjen Kemhan yang didampingi Dirjen Potensi Pertahanan Kemhan Pos M. Hutabarat, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemhan Edi S Siradj dan Direktur PT.Dirgantara Indonesia Budi Santoso.

Design Centre ini dibangun sebagai tempat back up dan mirroring system dalam pembangunan teknologi pesawat KF-X/IF-X. Program pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X merupakan program kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Korea.

Program yang berada dibawah koordinasi Kementerian Pertahanan ini melibatkan TNI AU, PT.Dirgantara Indonesia, Perguruan Tinggi, Kementerian Riset dan Teknologi dan BPPT. Pesawat KF-X/IF-X adalah pesawat tempur multi-role generasi 4.5 dan rencananya bakal siap produksi pada 2020.

Sekjen Kemhan dalam sambutannya mengatakan, Design Center ini dibangun selain sebagai backup kegiatan para Enginer Indonesia yang tergabung dalam Tim Enginering di CRDC Korea, juga digunakan untuk memberikan pengalaman kepada pada insinyur-insinyur muda Indonesia untuk dapat terlibat kemudian memahami dan juga sebagai penerus di kemudian hari.

Design Center ini dibangun dengan inventasi yang tidak sedikit, oleh karena itu diharapkan ini menjadi tempat bagi Tim KF-X/IF-X dalam mengintegrasikan kemampuan dan engineringnya baik yang ada di CRDC Korea maupun di PT. Dirgantara Indonesia, guna mendapatkan hasil yang maksimal terhadap design pesawat tempur KF-X/IF-X yang akan dibuat.

Sekjen Kemhan mengungkapkan telah mendapat laporan bahwa Insinyur-Insinyur Indonesia tidak juga kalah dengan insinyur dari Korea. Insinyur Indonesia yang terlibat dalam pekerjaan technology development di CRDC Korea bahkan dalam beberapa sub keahlian mereka memimpin.

Oleh karena itu, pada kesempatan tersebut Sekjen Kemhan menyampaikan rasa bangsa saya dan terimkasih kepada insinyur yang dikirim mudah mudahan kedepan bisa memberikan motivasi kepada kita semua didalam menjalankan program.



Sekjen kembali menegaskan bahwa program pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X ini merupakan program nasional dan menjadi program kebanggaan bangsa Indonesia. Kesuksesan program ini akan menjadi kesuksesan bersama, memang sebagai ujung tombang adalah PT. Dirgantara Indonesia, namun peran dari semua pihak juga sangat diperlukan baik itu dari Kementerian Ristek, BPPT, ITB atau Universitas lain yang mendukung.

Sekjen Kemhan lebih lanjut menegaskan, kemampuan dalam pembuatan pesawat tempur mempunyai nilai yang sangat strategis, karena tidak banyak negara yang mampu membuat pesawat tempur dan pesawat tempur ini masih akan terus digunakan oleh negara-negara didalam membangun kekuatan pertahanannya.

Mungkin pada awal-awal sekarang ini dirasa masih terasa berat untuk mengikuti kegiatan di dalam pengembangan pesawat KF-X/IF-X, namun kalau melihat kedepan mungkin ini akan menjadi solusi Indonesia dalam memperkuat pertahanan. Karena kalau pertahanan kita kuat salah satunya dibackup dengan kemampuan pesawat tempur maka diplomasi dan perekonomian Indonesia bisa berjalan akan baik.

“Ini pemikiran saya mengapa sangat strategis kita harus berhasil didalam meningkatkan kemampuan kita membuat pesawat tempur kedepan, dibuatnya Design Center untuk membackup agar secepatnya kita mendapatkan alih teknologi dari negara yang sudah lebih maju dari kita. Sehingga kedepan kita bisa mandiri didalam mendukung kebutuhan pertahanan khususnya pesawat tempur”, tambah Sekjen Kemhan

Mengakhiri sambutannya Sekjen kembali menekankan kembali kepada Tim KF-X/IF-X untuk memaksimalkan keberadaan Design Center ini dalam mendukung Tim Enginering Indonesia di CRDC Korea dan sekaligus Tim Enginering di Indonesia yang sudah mulai dirintis pembentukannya.

Sumber : DMC

Monday, October 24, 2011

KF-X/IF-X, Jet Siluman Buatan Indonesia-Korsel


DARI sekian banyak alutsista yang ada, pesawat tempur merupakan salah satu yang menjadi ujung tombak kekuatan angkatan udara. Dalam doktrin perang modern, kemampuan pesawat tempur bisa menjadi salah satu penentu jalannya peperangan. Armada pesawat tempur yang tangguh menjadi unsur yang penting dalam suatu operasi militer (pertahanan).
Berbeda dari pesawat terbang yang biasa digunakan oleh ka­langan sipil, pesawat tempur modern yang digunakan militer saat ini harus memiliki beberapa kriteria wajib, seperti memiliki kemampuan siluman (stealth) yang berguna untuk mengurangi kemungkinan terdeteksinya pesawat oleh radar musuh, avionik yang canggih atau kelincahan bermanuver untuk menghindar dari kejaran pesawat tempur musuh.
Bagi dunia penerbangan militer, pesawat tempur siluman memang sedang menjadi pembicaraan hangat. Lalu apa itu pesawat tempur siluman?
Pesawat tempur siluman merupakan pesawat tempur yang mampu menyerap dan membelokkan gelombang radar, dengan cara membuat desain pesawat yang minus lekukan yang fungsinya adalah memperkecil sudut-sudut tajam yang bisa ditangkap oleh radar sehingga memperkecil Radar Cross Section (RCS) dan membuatnya lebih sulit untuk dideteksi.
Hal inilah yang mendasari pesawat siluman memiliki bentuk yang aneh tidak seperti biasanya. Pesawat siluman sebenarnya tidak 100% tidak bisa terdeteksi radar. Tetapi karena memiliki RCS yang kecil, maka di layar radar hanya tampak seperti gerombolan burung. Teknologi siluman pertama kali dikembangkan oleh seorang ilmuwan Rusia, Dr Pyotr Ufimtsev pada tahun 1966.
Pada saat ini ada beberapa negara yang sudah mengembangkan pesawat tempur mutakhir berteknologi siluman, mereka berlomba membuat pesawat tempur dengan teknologi yang lebih maju dari yang lainnya. Untuk urusan pesawat tempur siluman, Amerika Serikat menjadi negara yang paling rajin mengembangkannya. Ada beberapa pesawat mutakhir milik Amerika Serikat yang masuk kategori ini, yaitu pesawat F-117 Nighthawk, F-22 Raptor, JSF F-35 Universal Fighter, dan Bomber B-2 Spirit.
Kemudian ada Rusia yang juga tak mau kalah dalam membuat pesawat tempur siluman. Rusia sebetulnya sudah mulai membuat program pesawat tempur siluman pada era Uni Soviet, dengan menyiapkan 2 jet tempurnya, yakni MIG 1.44 dan Su-47 Berkut (artinya: Elang Emas). Tapi dalam perjalanannya program pesawat silumannya terseok-seok. Barulah pada masa kepemimpinan Presiden Vladimir Putin, program ini dilanjutkan kembali. Kemudian lahirlah jet tempur siluman Sukhoi T-50 yang merupakan hasil kerja sama antara Rusia dengan India. Jet tempur ini dirancang mampu menyaingi F-22 Raptor dan JSF F-35 Universal Fighter.
Yang terakhir dan yang paling menggegerkan dunia kedirgantaran adalah munculnya China yang berhasil membuat pesawat tempur siluman J-20 Black Eagle sekaligus membuktikan sebagai negara superpower baru, khususnya di bidang teknologi dirgantara. Namun diyakini pesawat tempur tersebut menggunakan teknologi yang dimiliki Amerika Serikat. China diduga ''mencuri'' teknologi stealth dari pesawat tempur siluman F-117 Nighthawk milik AS yang ditembak jatuh pada tanggal 27 Maret 1999 dalam perang Kosovo.
Transfer Teknologi
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki lebih dari 13.000 pulau dan berpenduduk lebih dari 200 juta, memiliki armada pesawat tempur yang andal adalah mutlak hukumnya. Hal ini tentu saja untuk melindungi dan menjaga kedaulatan Indonesia dari ancaman negara lain. Ancaman yang muncul setidaknya hingga beberapa tahun ke depan, memang bukan invasi langsung negara lain. Namun, tidak berarti hal itu menurunkan program pembangunan kekuatan pertahanan udara di tubuh TNI AU.
Indonesia pernah merasakan pengalaman pahit ketika Amerika Serikat melakukan embargo militer terhadap Indonesia dari tahun 1999 hingga 2005 atas pelanggaran Hak Asasi Manusia, sehingga membuat sistem persenjataan TNI lumpuh dan sistem peralatan militernya lemah.
Hal ini dikarenakan sebagian besar pengadaan sistem persenjataan dan peralatan militer Indonesia, termasuk pesawat tempurnya, berorientasi ke negara Barat, sehinggq banyak pesawat tempur milik TNI didominasi oleh pesawat tempur buatan Amerika Serikat. Guna menutup kebutuhan alutsistanya, Indonesia kemudian mencari sumber alternatif lain dalam pengadaan pesawat tempurnya, baik yang dibeli dari negara lain seperti pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-27SK dan Su-30MK dari Rusia.
Lambat laun muncul keinginan dari pemerintah untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan perlatan tempurnya dengan memberdayakan dan memanfaatkan industri pertahanan nasional secara maksimal. Berbeda dari alutsista impor, alutsista buatan bangsa sendiri ini akan memberikan kekuatan yang tidak bisa ''dibaca'' negara asing.
Impor alutsista oleh suatu negara memudahkan bagi negara lain untuk ''membaca'' kekuatannya. Itulah alasan pentingnya membuat sendiri alutsista ataupun teknologi pertahanan lainnya. Pengadaan dari luar negeri hanya diarahkan pada jenis alutsista yang belum bisa diproduksi di dalam negeri dengan tetap menerapkan program alih teknologi (transfer of technology/ ToT) yang menyertakan industri pertahanan nasional.
Lebih dari itu, kemampuan Indonesia memproduksi alutsista secara mandiri akan meningkatkan kemandirian bangsa sehingga menguFangi ketergantungan kita terhadap persenjataan buatan negara lain. Dan yang tak kalah penting,  menghindari ''setiran'' negara penjual senjata. Sebagaimana kita tahu selama ini, negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat dan Eropa seringkali menetapkan banyak syarat dan embel-embel dalam proses penjualan senjata produksi mereka.
Atas dasar kebutuhan itulah, Indonesia berkeinginan untuk mengembangkan sebuah pesawat tempur bagi kebutuhan TNI AU. Peluang itu datang tatkala Korea Selatan mengalami krisis pengadaan pesawat tempur yang rata-rata sudah memasuki usia tua serta besarnya kebutuhan dana untuk pengembangan pesawat tempur baru, sehingga mau tidak mau Negeri Ginseng pun berusaha mencari mitra dalam pengembangan pesawat tempurnya.
Akhirnya, Korea Selatan menawarkan kepada Indonesia untuk mengembangkan pesawat tempur canggih _afi kebutuhan Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) dan Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara (TNI-AU). Tawaran itu diterima Pemerintah Indonesia karena menilai Korsel memiliki _engalaman cukup tinggi dalam memproduksi pesawat tempur. Selain itu, Korsel juga bersedia untuk melakukan transfer of technology. Padahal tidak semua negara bersedia kerja sama dengan transfer of technology.
Kecenderungan Korsel untuk memilih Indonesia sebagai mitra utama bukan tanpa sebab. Kedekatan kerja sama pertahanan antara Indonesia-Korsel sudah terjalin lama. Selama ini kedua negara sudah terlibat dalam saling beli peralatan pertahanan. Sebagai contoh, Indonesia, mempercayakan Overhaul Kapal Selam tipe 209 yang dioperasikan TNI AL kepada Korsel. Indonesia juga membeli 4 kapal LPD (Landing Platform Dock) yang dua di antaranya dibuat di PT PAL.
Hubungan kedua negara dalam bidang kedirgantaraan juga sudah terjalin lama, ditandai dengan pembelian pesawat latih KT-1B Wong Bee oleh Indonesia dan pembelian pesawat CN-235 oleh Korsel.
Indonesia melalui PT Dirgantara Indonesia (PT DI) telah memiliki banyak pengalaman dalam memproduksi pesawat terbang seperti CN-235 dan N-250, serta sempat memproduksi komponen pesawat tempur F-16, meliputi wing flaperon, vertical finskin, forward engine access door, main landing gear door, weapon pylon dan fuel tank pylon.
Alasan lainnya Indonesia dipilih Korsel karena memiliki kedekatan dengan banyak negara berkembang.
 Pasar dari pesawat tempur ini yang utama adalah negara berkembang dan Indonesia sebagai negara berkembang memiliki banyak kolega dengan negara-negara lain. (Yudi Supriyono-24)

Sunday, October 23, 2011

SEOUL AIR SHOW: Sneak-peek of K-FX cockpit



KFX cockpit.jpgTucked into a corner of the Samsung Thales exhibit booth was a small room labeled "Next Generation Aircraft Display". Inside was a demonstration cockpit, and a clue to one of the key pieces of South Korea's indigenous K-FX stealth fighter. An attendant who spoke only slightly more English than we can speak Korean seemed to express that this was a new KF-16 cockpit. But the image on the large area display showing a fighter with canards and a canted tail gave the secret away. This was the locally developed cockpit concept for the fighter South Korea hopes to develop by 2020.

KFX cockpit close-up.jpg

BERITA POLULER