Korea
Aerospace Industries (KAI) seolah terus meninggalkan Indonesia dalam
pengembangan jet tempur KF-21 Boramae yang didesain mengungguli Rafale. Indonesia
sebenarnya sudah melakukan kontrak dengan KAI untuk melakukan kerja sama
produksi K-21 Boramae.
Indonesia
sepakat memasok patungan sebensar 20 persen dan akan mendapatkan pesawat
beserta transfer teknologi. Namun, dalam perkembangannya, kerja sama ini
mengalami kemacetan karena ada perbedaan persepsi soal pendanaan.
Setelah
itu, KAI seolah meninggalkan Indonesia dan terus mengembangkan pesawat
tersebut. Bahkan, produksi jet tempur Korea itu terus digalakkan untuk memenuhi
permintaan Angkatan Udara Korea Selatan dan permintaan luar negeri.
Sebelumnya,
KF-21 Boramae didesain sebagai jet tempur generasi 4,5, setara jet tempur
Rafale buatan Dassault Aviation. Indonesia baru saja menyetujui untuk
mengakuisisi 42 Rafele dari Prancis. Ternyata, KF-21 Boramae terus dikembangkan
untuk mengungguli Rafale.
Dalam
wawancara dengan surat kabar Korea seperti dikutip defencesecurityasia.com, 4
Agustus 2024, CEO KAI, Kang Goo-young menyatakan, KF-21 akan mengungguli jet
tempur generasi 4,5 seperti Rafale atau Eurofighter Typhoon.
"Mengklasifikasi
KF-21 Boramae sebagai jet tempur generasi ke-4,5 menggarisbawahi kemampuannya.
Kalau diperbandingkan dengan jet tempur seperti Rafale dan Eurofighter Typhoon,
KF-21 lebih superior," kata Kang Goo-young.
"Bahkan,
saya menyatakan bahwa ini (KF-21) adalah jet tempur generasi 4,9, mendekati
kemampuan pesawat generasi 5 dalam hal performa dan kemampuannya,"
tegasnya.
Kang
goo-young menegaskan, kemampua Seksi Radar Jelajah atau Radar Cross Section
(RCS) yang dimiliki KF-21 dikembangkan KAI untuk lebih superior daripada jet
tempur generasi 4,5. Bahkann, kemampuan RCS KF-21 bersaing dengan yang dimiliki
pesawat tempur generasi ke-5.
Maka,
KAI yakin KF-21 Boramae akan lebih baik daripada pesawat semacam F-16, Rafale,
Eurofighter Typhoon, dan F-15. Kang Goo-young memberi catatan, KF-21
deikembangkan dengan Fourth Industrial Revolution Technologies, termasuk
Artificial Intelligence (AI) dan Big Data.
Sehingga,
KF-21 Boramae akan menjadi pesawat tempur modern yang memiliki perangkat
canggih. Dia juga menyebut bahwa pesawat seperti Rafale dan F-16 sebenarnya
hanya pesawat generasi ke-3 yang di-upgrade menjadi pesawat generasi 4,5.
Umur
kedua pesawat itu juga sudah tua dan hanya melakukan upgrading dari tahun ke
tahun. Pesawat F-16 Fighting Falcon dikembangkan Lockheed Martin dan pertama
kali diterbangkan pada 1974, hampir 50 tahun lalu. Sedangkan Rafale
dikembangkan Dassault Aviation dan pertama kali diterbangkan pada 1986 atau 38
tahun lalu.
Sedangkan,
KF-21 Boramae baru pertama kali diterbangkan pada 2022, atau dua tahun lalu. "KF-21
akan berevolusi menjadi pesawat generasi ke-5 dan memiliki potensi untuk
menjadi pesawat tempur generasi ke-6," tegas Kang Goo-young.
Dijelaskan
pula, KF-21 dilengkapi dengan radar Active Electronically Scanne Array (AESA)
dan berbagai sistem serta sensor modern. Kelebihan lain dari KF-21 adalah
biayanya lebih rendah 30 sampai 40 persen dibandingkan pesawat tempur sekelas. KF-21
Boramae melakukan penerbangan pertama pada 2022 dan terus dilakukan berbagai
percobaan hingga terbang selama 2.000 kali.
Selama
itu pula, berbagai ujian dilakukan hingga ditemukan berbagai terobosan yang
diperlukan untuk mendapatkan pesawat tempur KF-21 yang maksimal.H ingga saat
ini, pengembangan KF-21 sudah menacapai 80 persen.
KAI
akan memproduksi kelompok pertama 20 pesawat KF-21 generasi 4,5 untuk Angkatan
Udara Korea Selatan (ROKAF) yang diperkirakan selesai pada 2026. Sebanyak 20
unit KF-21 Block I yang diproduksi merupakan pesawat tempur yang didesain
melakukan misi udara-ke-udara.
Setelah
itu diikuti produksi 20 unit KF-21 Block II yang memiliki kemampuan misi
udara-ke-darat. Meski Indonesia belum bergerak untuk memperbaiki kontrak dalam
proyek KF-21, KAI menyatakan sudah memiliki potensi pasar luar negeri. Negara-negara
yang sudah menyatakan tertarik membeli KF-21 adalah malaysia, Filipina, Irak,
Polandia, dan Thailand. KF-21 akan dijual dengan harga 65 juta dolar AS atau
sekitar Rp 1 triliun.
Harga
ini jauh lebih murah daripada harga pesawat generasi 4,5 lainnya, sehingga akan
semakin diminati banyak negara. ***