Menteri
Pertahanan Malaysia Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin mengumumkan pada 8
Oktober, bahwa Kuwait terbuka terhadap permintaan Malaysia untuk mengakuisisi
33 jet tempur F/A-18 C/D Hornet milik angkatan udaranya.
Namun,
akuisisi tersebut bergantung pada persetujuan dari Amerika Serikat dan juga
pada kelancaran program modernisasi Angkatan Udara Kuwait sendiri.
Program
modernisasi armada Kuwait, yang melibatkan Eurofighter Typhoon dan F/A-18E/F
Super Hornet, sejalan dengan jadwal akuisisi Malaysia yang prospektif.
Kuwait
berharap dapat merampungkan armada barunya pada tahun 2027. Hal ini berpotensi
memungkinkan pemindahan armada F/A-18 Hornet lamanya ke Malaysia.
Sebelumnya
pada 6 Oktober, Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin telah melakukan kunjungan
resmi ke Kuwait didampingi oleh Kepala Angkatan Udara Kerajaan Malaysia (RMAF)
Jenderal Tan Sri Asghar Khan Goriman Khan. Hal ini untuk memperkuat hubungan
pertahanan kedua negara.
Dalam
kunjungan tersebut dibahas potensi pengadaan F/A-18 Hornet dan kerja sama
pertahanan yang lebih luas antara Malaysia dan Kuwait.
Menindaklanjuti
hal itu, sebuah komite gabungan dengan pejabat dari kedua negara akan dibentuk
untuk mempercepat akuisisi setelah persyaratan terpenuhi.
Datuk
Nordin mencatat bahwa jika Malaysia tidak dapat memperoleh jet-jet ini dari
Kuwait, RMAF akan menghadapi penundaan tiga hingga empat tahun untuk
mendapatkan alternatif penggantinya.
Diketahui,
Malaysia pertama kali menyatakan minatnya untuk mengakuisisi Hornet F/A-18
milik Kuwait pada bulan Juni 2024, setelah evaluasi oleh tim teknis RMAF.
Saat
ini Armada Pesawat Tempur Serbaguna (MRCA) RMAF mencakup delapan Boeing F/A-18D
Hornet dan 18 Sukhoi Su-30MKM. Sementara armada MiG-29 telah dipensiunkan pada
tahun 2017