Prototipe ketiga dan kelima KF-21. Permasalah Korea-Indonesia terjadi bermula ketika ada dugaan insinyur Indonesia membocorkan program pemodelan desain 3D untuk KF-21 sehingga dilaporkan ke polisi (photo: Wiki)
Kepala Defense Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan telah memperdebatkan kemungkinan mengeluarkan Indonesia dari program pesawat tempur KF-21 bersama Korea Aerospace Industries.
Dalam sebuah wawancara dengan harian Korea JoongAngDaily, ketua DAPA Seok Jong-gun mengatakan bahwa partisipasi Jakarta yang berkelanjutan dapat bergantung pada hasil penyelidikan tentang dugaan para insinyur Indonesia yang diduga mencuri data program yang sensitif.
“Jika hasil investigasi menunjukkan bahwa telah terjadi kebocoran teknologi yang signifikan, kami akan mempertimbangkan kembali kerja sama dalam pengembangan bersama,” kata Seok.
“Kami akan terus berkoordinasi mengenai teknologi apa saja yang akan ditransfer ke Indonesia, namun sebenarnya teknologi tersebut baru akan ditransfer setelah pengembangan selesai pada tahun 2026. Hingga saat ini, hanya sebagian kecil dari teknologi yang telah ditransfer, dan masih pada tingkat yang belum sempurna. .”
Dugaan pencurian data oleh insinyur Indonesia yang bekerja di Korea Selatan pertama kali terungkap pada bulan
Januari. Insiden tersebut mengakibatkan penyelidikan oleh kontra intelijen Korea Selatan, dan penyelidikan polisi sedang dilakukan. Pada bulan Februari, laporan menyebutkan bahwa orang-orang Indonesia yang diduga bertanggung jawab telah dilarang meninggalkan Korea Selatan.
Wawancara ini menyentuh permasalahan lain yang menjadi kendala antara kedua mitra: keterlambatan pembayaran dari Indonesia. DAPA telah setuju untuk mengurangi kontribusi Indonesia sebesar 600 billion won dari sekitar 1.6 trillion won ($1.16 billion) yang awalnya disetujui untuk dibayarkan dalam program pembangunan sebesar 8,8 billion won.
Namun sebagai imbalan atas pengurangan pembayaran tersebut, Seok mengindikasikan bahwa DAPA memutuskan untuk menurunkan tingkat transfer teknologi.
“Dalam pengembangan bersama dengan Indonesia, kami menjanjikan transfer teknologi dan penyediaan prototipe sebagai imbalan atas kontribusi mereka, namun Indonesia berada dalam kondisi keuangan yang sulit, sehingga mereka hanya akan membayar 600 billion won dan menerima lebih sedikit,” katanya.
Mengingat status pembayaran Indonesia, Korea Selatan juga tidak mengikuti rencana sebelumnya untuk memberikan salah satu dari enam prototipe KF-21. Seok mengindikasikan bahwa Korea Selatan terpengaruh oleh pembayaran.
“Bagi kami, lebih penting untuk menyelesaikan pengembangan sistem KF-21 dengan benar pada tahun 2026, yang merupakan tenggat waktu yang dijadwalkan.”
Terlepas dari tantangan yang dihadapi kedua mitra, Seok menekankan bahwa Indonesia tetap merupakan pasar penting di jantung Asia Tenggara, dengan komitmen untuk membeli 48 KF-21 – yang disebut ‘IFX’ di Indonesia.
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK