Pages

Saturday, June 22, 2024

Korea Selatan Sudah Siapkan Varian Ekspor KF-21 Boramae, Meninggalkan Indonesia Bukan Pilihan Bijak Bagi Seoul

 


Menurut kabar terbaru, Korea Selatan tengah mempersiapkan tiga varian berbeda dari KF-21 Boramae.

“Jet tempur modern Korea Selatan KF-21 Boramae akan dibentuk untuk tiga varian berbeda, yaitu EA, EX, dan SA”, jelas Alert 5 dalam artikel berjudul “South Korea unveils diverse variants for KF-21 Boramae fighter”, 21 Juni 2024.

Tiga varian ini dibuat dengan tujuan untuk memperkuat kekuatan Korea Selatan, dan membuka potensi ekspor.

Namun varian yang kita bahas kali ini adalah KF-21 SA, yaitu versi yang dibangun untuk memenuhi pasar ekspor.

KF-21 SA akan disesuaikan dengan kebutuhan calon pembeli, artinya senjata maupun peralatan internal lainnya bisa dikustomisasi.

Melihat upaya di atas, Korea Selatan memang ingin mencapai potensi ekspor untuk KF-21 Boramae.

Maka dari itu, meninggalkan Indonesia di tengah jalan bukanlah langkah yang strategis.

Sebagai pengingat, Indonesia adalah mitra satu-satunya Korea Selatan membangun jet tempur ini.

Sebagai mitra, salah satu tanggung jawab Indonesia adalah ikut membiayai mega proyek tersebut.

Menurut kesepakatan awal, Indonesia menyumbang 20 persen atau sekitar 1,3 triliun Won dari total biaya pengembangan KF-21 Boramae.

Karena ikut bayar, ada beberapa keuntungan Indonesia bermitra dalam proyek ini. Seperti, Indonesia dijanjikan transfer teknologi KF-21 Boramae.Makanya, beberapa insinyur Indonesia diterbangkan langsung ke Seoul ikut mengembangkan jet tempur itu.

Insinyur Indonesia diperbolehkan mengintip teknologi KF-21 Boramae di level tertentu. Selain itu, Indonesia juga menjadi tujuan ekspor pertama KF-21 Boramae saat memasuki tahap produksi massal.

Namun karena satu dan lain hal, Indonesia gagal/menunda melunasi tanggung jawabnya.  Menurut kabar terakhir, Indonesia baru membayar 278,3 miliar Won miliar Won.

 

Lama tidak bersuara, pihak Indonesia pun memberi kejelasan mengenai kelanjutan pembayaran tersebut.

Pada bulan Mei lalu, Kemhan RI meminta penyesuaian pembayaran kepada pemerintah Korea Selatan atas biaya pengembangan jet tempur tersebut.

“Kami minta penyesuaian pembayaran agar sejalan dengan kemajuan kerja sama yang telah dan masih akan berjalan bersama Korea Selatan”, ucap Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kemhan RI Brigadir Jenderal TNI Edwin Adrian Sumantha kepada Antara pada 7 Mei 2024.

Edwin pun menjelaskan mengapa Indonesia memutuskan untuk menunda melunasi tanggung jawabnya.

klaimnya, Indonesia tidak mendapat apa yang dijanjikan di awal sebagai satu-satunya mitra Korea Sekatan dalam proyek ini.

Seperti, Indonesia tidak sepenuhnya mendapatkan transfer teknologi jet tempur tersebut.

“Terdapat beberapa program yang tidak diikuti oleh teknisi kita, alhasil pembayaran juga perlu disesuaikan. Adalah wajar dan sesuai dengan prinsip akuntabilitas, jika program tidak diikuti oleh teknisi Indonesia maka kita tidak perlu menanggung biaya sepenuhnya”, pungkas Edwin.

Pihak Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) Korea Selatan pun angkat suara terkait penyesuaian pembayaran ini.

Karena permintaan itu, DAPA mengaku menghadapi kesulitan keuangan dan masalah kepercayaan dengan Indonesia.

“Pengembangan jet tempur KF-21 Boramae menghadapi tekanan finansial akibat berkurangnya kontribusi dari Indonesia”, jelas Aero Time dalam artikel berjudul “South Korea’s KF-21 project faces financial strain, trust issues with Indonesia”, 13 Juni 2024.

Oleh karena itu, Korea Selatan akan berhati-hati mengambil langkah untuk melanjutkan proyek KF-21 Boramae bersama Indonesia.

“Kita tidak boleh ditusuk dari belakang lagi, dan itu tidak akan terjadi”, ucap Kepala DAPA, Seok Jong-gun.

Alhasil, Korea Selatan juga akan menghitung seberapa besar transfer teknologi yang akan Indonesia terima pasca permintaan penyesuaian pembayaran.

 

 


 

Kendati demikian, DAPA mengaku tetap harus memenuhi permintaan Indonesia demi keuntungan di masa depan.

Melalui sebuah wawancara, Kepala DAPA, Seok, tetap ingin mengekspor KF-21 Boramae ke Indonesia

“Kita perlu mempertimbangkan status Indonesia di ASEAN, Indonesia berpartisipasi dalam produksi massal untuk 48 unit. Artinya, Indonesia menjadi pasar ekspor pertama”, ucapnya, dikutip Korea JoongAng Daily dalam artikel berjudul “ KF-21 joint development with Indonesia could be reconsidered: DAPA chief”, 11 Juni 2024.

Memastikan KF-21 Boramae langsung mendapat pasar di luar Korea Selatan, penting bagi Seoul demi keuntungan di masa depan.

“Jika kita mempertimbangkan aspek strategis seperti ekspor industri pertahanan lainnya di masa mendatang, ini bisa sangat bermanfaat bagi kita. Saya pikir ini bisa menjadi semacam daya ungkit untuk keuntungan kita dalam proses pembayaran kontribusi di masa mendatang”, pungkas Seok.


Sumber Zonajakarta

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK

BERITA POLULER

BACA JUGA: