Pages

Sunday, June 30, 2024

Media Korsel Bocorkan Tiga Versi Terbaru KF-21 Boramae, Intip Spesifikasinya yang Makin Canggih

 


Korea Selatan tak hentinya mengembangkan pesawat tempur KF-21 Boramae menjadi versi terbaru.

Salah satu media Korea Selatan mengabarkan upaya Korea Aerospace Industries (KAI) yang tengah mengerjakan tiga versi baru dari KF-21 Boramae.

Dilansir dari Biz.HanKook via Top War, modifikasi KF-21 Boramae versi baru tersebut bakal berupa pesawat peperangan elektronik, pesawat tempur dengan kemmapuan yang ditingkatkan, dan versi ekspor.



Pengembangan tersebut saat ini didanai sendiri oleh KAI. Versi pertama yakni KF-21EA (Electronic Attack) dikatakan harus menjadi analog dari EA-18G Growler yang diproduksi untuk Angkatan Laut Amerika Serikat.



KF-21EA diasumsikan akan dibangun berdasarkan modifikasi dua kursi dari KF-21B, dengan awak kdua adalah operator sistem elektronik.

Rencananya, KF-21EA akan membawa tiga kontainer peperangan elektronik, di tiang depan dan di sling di bawah sayap, dan dua kontainer peperangan elektronik di ujung sayap.



KF-21EA akan dipersenjatai dengan rudal yang mirip dengan anti radar AARGM-ER.

Versi kedua ialah KF-21EX mewakili evolusi radikal dari KF-21 Boramae menuju pesawat generasi kelima, yang sebelumnya iterasi ini disebut KF-21 Block 3.



Hal ini harus dicapai terutama dengan melengkapi pesawat dengan ruang senjata yang mampu menampung 4 rudal peluncuran udara jarak jauh Meteor atau 8 rudal udara-ke-permukaan.

Direncanakan juga untuk memasang radar dengan AFAR dan sistem pertahanan udara baru, serta memperluas kemampuan yang berpusat pada jaringan.



KF-21EX akan menjadi bagian dari sistem tempur NACS (Next Air Combat System) yang sedang dikembangkan oleh KAI, yang melibatkan integrasi pesawat tempur berawak, UAV serang, dan satelit.

Ini merupakan program jangka panjang yang dijadwalkan selesai pada tahun 2039. Pengembangan KF-21EX sendiri diharapkan selesai pada tahun 2036.



Kemudian versi ketiga ada versi ekspor KF-21SA yang memiliki arsitektur paling terbuka agar dapat memberikan peluang luas untuk mengintegrasikan berbagai sistem elektronik dan senjata ke dalam pesawat tempur atas permintaan pelanggan potensial.

Sementara itu diketahui beberapa waktu lalu bahwa KAI telah mengumumkan produksi gelombang pertama 20 unit KF-21 Boramae.

 


 

KF-21 Boramae telah dijadwalkan akan beroperasi untuk Angkatan Udara Korea Selatan (ROKAF) pada tahun 2026.

Dilansir dari Defence Security Asia, kontrak senilai 1,41 miliar dolar untuk produksi KF-21 Boramae Block 10 ini telah ditandatangani antara KAI dan Defense Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan.

"Berdasarkan perjanjian ini, KAI akan memproduksi 20 unit jet tempur, beserta penyediaan dukungan logistik, manual teknis, dan pelatihan. Pesawat-pesawat ini akan beroperasi untuk ROKAF pada akhir tahun 2026," menurut laporan dari media Korea Selatan.



Media juga mengabarkan bahwa program pengembangan pesawat tempur KF-21 Boramae saat ini dilaporkan telah selesai 80 persen.

KAI telah membidik beberapa negara sebagai calon pelanggan KF-21 Boramae. Terutama yang sudah menggunakan pesawat tempur ringan FA-50/T-50 seperti Thailand, Filipina, Irak, Polandia, dan Malaysia.

Dengan perkiraan harga satuan sebesar 65 juta dollar, seperti yang dilaporkan oleh media pertahanan internasional, KF-21 Boramae (kemungkinan Block 1) dibanderol lebih rendah dibandingkan dengan pesawat tempur generasi 4,5 lainnya seperti Rafale dan Eurofighter Typhoon. (ZJ)





sumber zonajakarta

 

 

 

 

HISTORI : TURKI, INDONESIA KEMBANGKAN TEKNOLOGI PESAWAT F-16

 


HISTORI

Pemerintah Indonesia dan Turki sepakat melakukan kerjasama bilateral di bidang industri pertahanan. Di antaranya, Indonesia melalui PT Dirgantara Indonesia (DI) akan membantu memodifikasi pesawat terbang Turki untuk keperluan patroli maritim.

Selain itu, Indonesia juga menjajaki untuk bisa mendapatkan perangkat komponen pesawat tempur jenis F16, Hercules dan keperluan pertahanan lainnya. Nota kerjasama ini dilakukan sebagai rangkaian kerja dalam kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Turki pada 27-28 Juni.

"Indonesia akan membantu memodifikasi pesawat sejenis CN235 milik Turki untuk dijadikan pesawat patroli maritim. Ini patut kita banggakan karena industri pesawat terbang kita mendapat pengakuan dari negara seperti Turki," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Ankara, Turki, Senin malam waktu setempat (28/6).

Bagi Indonesia, tambah Purnomo, kerjasama ini tergolong penting mengingat Turki merupakan negara anggota pakta pertahanan atlantik utara (NATO) yang memiliki persenjataan yang cukup maju. Teknologi industri pertahanan negara yang juga anggota G20 ini termasuk yang terbaik di dunia, mengingat persenjataan yang dimiliki Turki masuh dalam nomor dua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat.

Selain membantu memodifikasi pesawat patroli maritim, Indonesia juga menjajaki bisa mendapatkan komponen atau suku cadang untuk pesawat tempur F16 yang selama ini masih tergantung dari produsen asal pesawat tersebut, yaitu Amerika Serikat. "Turki sudah bisa membuat F16, bahkan pesawat tempur terbaru F35. Ini harus kita manfaatkan agar kita bisa mendapat kemudahan untuk mendapat komponen pesawat. Selama ini, komponen pesawat F16 kita tergantung AS, dan kalau diboikot pasti kita akan kesulitan merawat dan memperbaiki pesawat F16 milik kita," kata Purnomo yang juga baru mengunjungi pasukan perdamaian Indonesia yang berada di Libanon.

Menurutnya, bukan tanpa alasan jika Turki memiliki industri pertahanan yang sangat maju mengingat letak Turki yang strategis berbatasan dengan negara-negara Asia dan Eropa. "Karena posisi yang diapit banyak negara dan berpotensi konflik di perbatasan, maka Turki mengembangkan industri pertahanannya dengan sangat maju," kata mantan menteri enetrgi dan sumber daya mineral ini.


indonesiadefense.blogspot.com


3 Hal Ini Bikin India Lolos dari Jeratan CAATSA Meski Beli S-400 Buatan Rusia

 


Sebagai salah satu pengguna sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia, India seolah tak ingin puas hanya menjadi konsumen.

India bahkan berniat untuk mengajukan kerja sama dengan Rusia agar bisa memproduksi S-400 di negeri sendiri.

Terlepas dari itu semua, ada beberapa hal yang membuat India sebagai pengguna S-400 berhasil lolos dari jeratan sanksi The Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) yang dibuat Amerika Serikat.

Berikut tiga hal yang membuat India lolos dari CAATSA meski membeli S-400 dari Rusia:

1. Penerapan CAATSA yang Tidak Konsisten

Dari laman Bulgarian Military melalui artikel berjudul "India inching closer to production and service of S-400 (SA-21)" yang terbit pada Sabtu, 29 Juni 2024, rencana pembelian S-400 oleh India sempat mendapat pertentangan dari Amerika Serikat. Washington bahkan sempat mengancam New Delhi dengan sanksi serupa yang juga dialami Turki.

Ketika Ankara membeli sistem pertahanan udara tersebut, mereka langsung dicoret dari proyek F-35 meski pada akhirnya embargo itu dicabut.

Akan tetapi faktanya, sampai sekarang Negeri Anak Benua itu belum menerima sanksi serupa dengan negara lain yang membeli produk alutsista Moskow.

Dengan alasan serupa, Indonesia masih ragu-ragu untuk membeli jet tempur buatan Su-35 dari Rusia karena di sisi lain masih membutuhkan produk alutsista dari Amerika Serikat. Meski demikian, ada beberapa metode yang membuat sebuah negara lolos dari sanksi CAATSA meski membeli persenjataan dari musuh Negeri Paman Sam.

Menurut artikel yang dimuat laman ORF Online pada 25 Februari 2021 dengan judul "India’s Purchase of the S-400: Understanding the CAATSA Conundrum", sanksi CAATSA semata-mata hanya digunakan untuk membendung hegemoni Rusia dan sekutunya namun tidak dengan negara mitranya.

2. Kepentingan Amerika Serikat di Asia Selatan

Amerika Serikat rupanya juga memiliki kepentingan di Asia Selatan sehingga tidak bisa serta-merta menjatuhkan sanksi kepada India.

Pasalnya mereka sedang bersitegang dengan China sebagai salah satu negara super power dunia. Washington merupakan bekingan India, sementara Pakistan didukung penuh oleh Beijing.

Melansir laman asiapacific.ca dalam artikel berjudul "Balancing Tides: India’s Competition with China for Dominance of the Indian Ocean Region" yang terbit pada 24 April 2024, New Delhi melakukan reorientasi strategis dalam percaturan geopolitiknya demi melindungi kawasan Samudera Hindia yang merupakan haknya.

 

Sehingga salah satu langkahnya tidak hanya sebatas mengamankan wilayah perairan negaranya dari ancaman negara tetangga yang dibekingi Negeri Tirai Bambu, namun juga mengelabui regulasi CAATSA dengan syarat selama itu menguntungkan kepentingan Negeri Paman Sam.

Sikap resistensi India dengan China inilah yang membuat Amerika Serikat membiarkan pembelian S-400 maupun kerja sama pengadaan alutsista dengan Rusia tetap terjadi.

3. Benefit yang Ditakuti Pakistan

Faktor teknis menjadi pertimbangan kuat bagi India sehingga tidak ada alasan untuk menolak tawaran pembelian S-400 dari Rusia.

Bulgarian Military dalam artikelnya yang berjudul "India inching closer to production and service of S-400 (SA-21)" menyampaikan bahwa akuisisi sistem pertahanan udara tersebut juga disertai dengan benefit berupa transfer teknologi hingga perakitan spare part di dalam negeri.

Bahkan ada ide untuk mengajukan kerja sama dengan Moskow agar unit S-400 bisa diproduksi di New Delhi. Ide tersebut muncul lantaran pemerintah setempat mempertanyakan keterlambatan pengiriman spare part dari negara pimpinan Presiden Vladmir Putin itu pada tahun 2023.

Dengan diberikannya lisensi untuk memproduksi S-400 beserta spare part pendukungnya di negeri sendiri, India tidak hanya akan memperoleh skill tambahan yang menjadi pijakan agar lebih mandiri dalam hal produksi alutsista.

Lebih dari itu, mereka bisa menggunakannya sewaktu-waktu jika Pakistan yang mendapat dukungan kuat dari China mencoba menebar ancaman melalui jalur udara.


ZONAJAKARTA

 

Kunjungan Kasau ke Baykar Technology: Eksplorasi Teknologi UAV dan Kecerdasan Buatan

 30 Juni 2024

 

Kunjungan delegasi TNI AU ke Baykar Technologies, Turkiye mendapat penjelasan tentang HALE UCAV Bayraktar Akinci (all photos: TNI AU) 

Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI M. Tonny Harjono, S.E., M.M., beserta delegasi TNI Angkatan Udara (TNI AU) mengunjungi Baykar Technology, Istanbul, Sabtu (29/6/24). 



Dalam kunjungan ini, Kasau menerima presentasi Baykar Technology, salah satu perusahaan teknologi yang memiliki spesialisasi dalam Pesawat Terbang Tanpa Awak Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI).

 

 

Selama kunjungan, Kasau juga berkesempatan mengunjungi fasilitas Baykar di Corlu dan menyaksikan demonstrasi penerbangan Bayraktar Akinci.


 

Baykar Technologies dikenal sebagai pengembang UAV terkemuka dengan teknologi canggih, yang telah berperan penting dalam mendukung kemampuan pertahanan Turki.

 

 

Kunjungan ini merupakan komitmen TNI Angkatan Udara untuk terus mengembangkan diri sebagai angkatan udara yang modern, sejalan dengan tekad Kasau, AMPUH (Adaptif, Modern, Peofesional, Unggul, Humanis).

 

Sumber (TNI AU)

Korsel Ungkap Kelanjutan Kesepakatan Iuran KF-21 Boramae dengan Indonesia Kedua Negara Sedang Diskusikan Hal Ini

 


Beberapa waktu lalu, Indonesia dan Korea Selatan sedang dalam negosiasi terkait penyelesaian iuran KF-21 Boramae.  Menurut situs berita Munhwa, mengatakan pada 9 Mei 2024 bahwa Indonesia mengajukan untuk meminta penyesuaian iuran.

Hal ini dilakukan untuk menindaklanjuti kerja sama Indonesia-Korsel dalam kerja sama pembuatan jet tempur KF-21 Boramae.  Dilaporkan bahwa Indonesia sebelumnya tergabung dalam proyek ini dengan nilai kontribusi sebesar 20%.  Jatah iuran Indonesia awalnya adalah 1,6 triliun won.  Kemudian, Indonesia meminta penyesuaian untuk membayar iurannya 600 miliar won sampai tenggat waktu 2026.

Sementara itu permintaan Indonesia tersebut sedang dipertimbangkan oleh pemerintah Korsel apakah akan menerima permintaan Indonesia tersebut atau tidak. Sejauh ini, Korea Selatan telah memberikan update terbaru mengenai situasi terkait pembicaraan dengan Indonesia.

Dilaporan situs berita Yohnap News Agency, pada 29 Juni 2024, Kementerian Luar Negeri mengumumkan bahwa kedua negara sedang menjalin komunikasi yang erat. Yaitu mengenai proyek pesawat tempur Korea KF-21 Boramae, yang baru-baru ini diminta oleh Indonesia untuk disesuaikan bagiannya. Seorang pejabat dari Kementerian Luar Negeri bertemu dengan wartawan pada tanggal 9 Juni 2024 memberikan pernyataannya.

"Korea dan Indonesia terus melanjutkan komunikasi dan konsultasi yang erat antara otoritas terkait untuk dengan lancar menyelesaikan proyek kerja sama strategis seperti pengembangan bersama jet tempur," katanya.

Baru-baru ini, pemerintah memutuskan untuk menerima usulan Indonesia untuk mengurangi kontribusi pengembangan KF-21 dari 1,6 triliun won menjadi 600 miliar won.

indonesia akan menanggung sekitar 1,7 triliun won (kemudian dikurangi menjadi sekitar 1,6 triliun won). Nilainya 20% dari total biaya pengembangan KF-21 pada bulan Januari 2016. Namun hingga pengembangan selesai pada bulan Juni 2026, Korsel hanya akan menyediakan teknologi terkait dengan nilai yang setara.

Namun, alih-alih membayar 600 miliar won, yang merupakan sepertiga dari jumlah yang dijanjikan baru-baru ini. Pada tahun 2026, Indonesia mengusulkan untuk menerima transfer teknologi sebesar itu saja.  Noh Ji-man, kepala divisi pesawat tempur Korea DAPA, menjelaskan dalam pengarahan. 

"Kami sedang mengejar rencana untuk menyesuaikan skala nilai transfer (terkait teknologi) ke Indonesia sejalan dengan besarnya penyesuaian kontribusi," katanya.

sumber Zonajakarta

Saturday, June 29, 2024

India Selangkah Lagi Bakal Terlibat dalam Produksi S-400 Bareng Rusia Lengkap dengan Benefit Berikut Ini

 


Sistem pertahanan udara S-400 terus menunjukkan kemajuannya di pasar internasional.  India selangkah lagi bakal menyepakati kerja sama Rusia sebagai negara produsen S-400 untuk ikut terlibat dalam proses produksi.

Bahkan tidak hanya produksi S-400, Rusia juga turut memberikan sejumlah benefit bagi India jika bersedia untuk bekerja sama.

dari laman Bulgarian Military melalui artikel berjudul "India inching closer to production and service of S-400 (SA-21)" yang terbit pada Sabtu, 29 Juni 2024, rencana produksi bersama S-400 oleh India dan Rusia ini akan dilaksanakan melalui sebuah joint venture antara perusahaan lokal dengan Almaz-Antey.  Tujuannya agar penggunaan sistem pertahanan udara ini oleh New Delhi dapat berjalan lebih optimal.

Pembicaraan perusahaan lokal dengan Almaz-Antey yang sedang berlangsung akan segera memasuki tahap akhir.

Jika kerja sama ini berhasil disepakati, kedua perusahaan akan bahu-membahu dalam memasok komponen pendukungnya.

Tak hanya itu, kedua negara bahkan sudah membahas rencana pembuatan spare part S-400 di India.

"Ya, kita berbicara tentang pembuatan suku cadang di India," kata Sergey Chemezov mewakili Rostec dikutip dari laman Bulgarian Military pada Sabtu, 29 Juni 2024.

Perlu diketahui bahwa sebelum adanya rencana kerja sama produksi S-400, Rusia sudah terlebih dahulu menjual lisensi dua produk alutsistanya untuk diproduksi di India.  Antara lain jet tempur Su-30 dan tank T-90.  Tak hanya itu, kedua negara saat ini juga berkolaborasi dalam pembuatan rudal BrahMos yang berhasil diekspor ke Filipina.  Keinginan India untuk membeli S-400 sudah ada sejak 2015 silam.

Karena itulah, Negeri Anak Benua tersebut langsung bergegas menyelesaikan kontrak pembelian senilai 5,43 miliar dolar AS saat menerima kunjungan Presiden Rusia Vladmir Putin tahun 2023 lalu. Dalam perjalanannya, pembelian S-400 oleh India sempat mendapat pertentangan dari Amerika Serikat.

Negeri Paman Sam bahkan sempat mengancam akan menjatuhkan sanksi berdasarkan regulasi The Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA). Namun faktanya sampai sekarang, hal itu tidak pernah terjadi.  Bahkan Washington terkesan membiarkan ketika New Delhi justru membantu mengekspor BrahMos ke Filipina.  Sebab Manila sendiri juga mendapat bekingan dari Barat untuk menghadapi ancaman China di Laut Natuna Utara.

Di sisi lain, keinginan India untuk menjalin kerja sama produksi S-400 dengan Rusia juga memiliki alasan tersendiri.

Melansir laman The Defense Post dalam artikel berjudul "Russia Delays S-400 Air Defense System Delivery to India by 2 Years" yang terbit pada 21 Maret 2024, dua skuadron sistem pertahanan udara tersebut dikabarkan bakal tertunda pengirimannya hingga 2026 jika pengadaannya dilakukan dengan skema impor.

Padahal Moskow sempat menjanjikan pengiriman tiga skuadron pertama pada tahun 2023 lalu.Kemudian sisanya menyusul pada tahun ini sesuai dengan kesepakatan. 

Situasi perang di Ukraina menjadikan segala rencana yang sudah disusun terhambat. Karena itulah India berinisiatif untuk memperoleh lisensi atau menjalin kerja sama produksi agar pengadaannya bisa sedikit dipercepat. Apalagi Rusia sudah menawarkan benefit bahwa proses produksi disertai dengan pengadaan spare part. 


SUMBER ZONAJAKARTA

Pindad-John Cockerill Defence (JCD) Bahas Kerja Sama Jangka Panjang

 

Pindad-John Cockerill Defence di Eurosatory 2024 (photos: Pindad)

 

PT Pindad bersama rombongan Delegasi juga melakukan kunjungan kerja ke beberapa mitra strategis industri pertahanan global yang berpartisipasi pada Eurosatory seperti Arquus, JCD, Nexter KNDS dan lain-lain. Arquus adalah perusahaan industri pertahanan Perancis yang bergerak di bidang sistem rantis dan telah mendukung produksi kendaraan PT Pindad dalam penyediaan power pack untuk APC Anoa 6x6 dan Badak 6x6. Sedangkan John Cockerill Defence (JCD) merupakan perusahaan industri pertahanan Belgia yang telah menjadi mitra kerja sama teknologi PT Pindad dalam pengembangan produk senjata turret 90 mm pada Badak 6x6 dan turret 105 mm pada Harimau.

 

 

Tank Harimau yang digunakan TNI AD menggunakan turret 105mm produksi JCD (photo: Pindad)

 

Pada kesempatan itu, Pindad juga membahas lebih lanjut kerja sama jangka Panjang antara Pindad - JCD dalam mendukung senjata turret 105 mm medium tank Harimau, Transfer of Technology (ToT) dari JCD kepada Pindad termasuk rencana development versi light tank dari Harimau. Pindad juga memperoleh paparan terkait simulator untuk meningkatkan kemampuan TNI dalam performa menembak melalui simulasi berbagai medan perang.

 

 

Badak FSV yang digunakan TNI AD menggunakan turret 90mm produksi JCD (photo: Pindad)

 

JCD juga menginformasikan akuisisi terhadap Arquus yang merupakan manufaktur kendaraan tempur. Keduanya merupakan perusahaan yang telah memiliki kerja sama jangka panjang dengan Pindad. Dengan bergabungnya JCD dan Arquus diharapkan akan semakin mempererat hubungan kerja sama dengan Pindad.

 

sumber (Pindad)

Friday, June 28, 2024

Korea Selatan Akhirnya Mulai Produksi 20 Unit Pertama KF-21 Boramae Setelah Sekian Lama Menunggu

 


Progres proyek jet tempur generasi 4,5 KF-21 Boramae satu per satu mulai menunjukkan kemajuannya.  Baru-baru ini Korea Selatan telah mengonfirmasi bahwa proses produksi KF-21 Boramae sudah resmi dimulai. Untuk tahap awal, produksi dimulai sebanyak 20 unit KF-21 Boramae terlebih dahulu.

Dari laman Defence Security Asia pada Jumat, 28 Juni 2024 dalam artikel berjudul "South Korea Begins Production of First Batch of 20 KF-21 “Boramae” Fighter Jets", kepastian mengenai produksi 20 unit pertama KF-21 Boramae dikonfirmasi secara langsung oleh Korea Aerospace Industries (KAI) selaku pabrikan.

Ini merupakan tindak lanjut atas kontrak penjualan yang disepakati KAI dengan Defense Acquisition Program Administration (DAPA), sebuah lembaga yang berwenang mengurus transaksi jual beli alutsista Korea Selatan senilai 1,41 miliar dolar AS. Nantinya 20 unit pesawat ini akan digunakan untuk kebutuhan operasional Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) pada tahun 2026 mendatang.  KAI nantinya tidak hanya menyuplai unit jet tempur semata.

Pabrikan juga turut memberikan benefit lainnya berupa dukungan logistik, manual teknis, hingga pelatihan pilot. Sehingga penggunaannya oleh ROKAF nantinya benar-benar maksimal sesuai ekspektasi.

Menurut informasi dari laman koreaaero.com, KF-21 Boramae sangat diperlukan Korea Selatan lantaran usia jet tempur lawas F-4 dan F-5 yang diimpor dari Amerika Serikat sudah semakin uzur.  Kedua pesawat itu akan dipensiunkan paling lambat tahun 2032 mendatang.  Sehingga proses produksi KF-21 Boramae harus dipercepat meski terdapat sejumlah kendala di sana-sini.

Semula rencana produksi KF-21 Boramae batch pertama untuk ROKAF yang dilaksanakan pada tahun ini berjumlah 40 unit. Dalam perkembangannya, jumlah tersebut dikurangi menjadi 20 unit karena satu dan lain hal.  Meski demikian, kerja sama yang solid dengan para stakeholder menjadi kunci yang mampu membawa progres proyek tersebut mencapai tahapan ini.

"Berdasarkan perjanjian ini, KAI akan memproduksi 20 unit jet tempur, serta memberikan dukungan logistik, manual teknis, dan pelatihan. Pesawat ini akan beroperasi untuk ROKAF pada akhir tahun 2026," ujar Presiden KAI Kang Goo Young dalam keterangan persnya.

Selain itu, KAI juga mengonfirmasi bahwa kerja sama dengan Hanwha Systems juga telah diteken sebagai supplier untuk komponen radar active electronically scanned array (AESA).

Ini membuktikan bahwa Korea Selatan tidak hanya sanggup berdikari dalam produksi jet tempur namun juga komponen penunjangnya.  Bahkan kemandirian Negeri Ginseng berpotensi besar menciptakan daya tarik tersendiri di mata dunia.

Baru-baru ini, sempat beredar kabar mengenai adanya penjualan dokumen teknologi KF-21 Boramae secara ilegal oleh segelintir oknum melalui saluran Telegram.

Melansir laman Eurasian Times dalam artikel berjudul "US allegedly pilfered sensitive KF-21 data to bolster F-35 sales" yang terbit pada Rabu, 26 Juni 2024, saluran penjualan secara online tersebut diketahui beroperasi sejak Agustus 2023 lalu.

Hingga saat ini identitas pelaku masih terus diburu oleh aparat berwenang. Jika pelaku terbukti bersalah, Korea Selatan akan menjeratnya dengan ancaman pidana penjara maksimal sepuluh tahun atau denda senilai 1 miliar won.  Sebelumnya pada Februari 2024, Seoul juga dirundung masalah lantaran adanya dugaan pencurian data penting KF-21 Boramae yang menyeret nama dua orang insinyur asal Indonesia.  Situasi bahkan semakin runyam lantaran DAPA mengetahui bahwa Indonesia belum menyelesaikan sepenuhnya kewajiban pembayaran dari proyek pesawat ini. Beruntungnya negeri ini masih diberi kesempatan hingga 2026 untuk melunasi pembayaran bahkan diberikan diskon atas utang yang belum terbayar.


Sumber Zonajakarta

 

AS Serahkan CN235 MPA TUDM Hasil Modifikasi Indonesia ke Malaysia

 


Indonesia memang sudah lihai memodifikasi dan upgrade CN235 ke berbagai versi. Indonesia bisa saja membuat CN235 menjadi pesawat gunship. Bisa juga membuat CN235 menjadi pesawat Reconnaissance. Turki malah merombak radikal CN235 miliknya. Mereka Turki menamai CN235 Meltem II, Meltem II menjadi pesawat intai strategis berkemampuan mengerikan.  Ia dilengkapi berbagai sensor untuk menangkap berbagai obyek baik di permukaan laut, darat dan udara.

Turki membuat Meltem II untuk beroperasi di laut Hitam, laut Marmara, laut Tengah dan Aegea. Pasalnya di sana bercokol berbagai kapal perang dari negara-negara kuat seperti Yunani, Israel, Rusia, Spanyol, Inggris hingga Italia. Wajar jika Turki mengoperasikan platform pesawat MPA sekelas Meltem II.

"Program Meltem II, yang mulai berlaku pada bulan September 2002, adalah sistem untuk memberikan kemampuan Patroli Maritim (MPA) dan Pengawasan Maritim (MSA) kepada sembilan platform CN-235 yang diproduksi di Perusahaan kami untuk Komando Angkatan Laut (Naval Forces Command) dan proyek integrasi Komando Penjaga Pantai (S.G.K.)," jelas Tusas, perusahaan pertahanan Turki yang memodifikasi CN235.

Tusas mengandeng Thales mengintegrasikan segala sistem di CN235 Meltem II.  Kolaborasi ini memungkinkan CN235 mencapai potensi maksimumnya sebagai pesawat intai maritim. "Kontraktor utama program ini adalah THALES Airborne Systems (TAS) dan Perusahaan kami bertindak sebagai subkontraktor yang bertanggung jawab atas pemasangan sistem penting dalam proyek tersebut.

Turkish Aerospace Industries (TUSAŞ), yang merancang sistem distribusi dan manajemen tenaga listrik PDMS, peralatan penerangan dan kabin dalam lingkup program, juga bertanggung jawab atas dokumentasi teknis dan pelatihan dalam lingkup semua bagian rinci, peralatan kabel, pembuatan alat. , modifikasi pesawat dan dukungan logistik terintegrasi," jelasnya. Unit Meltem II bisa dijadikan contoh bagi Indonesia bila ingin memodifikasi CN235 nya.

 


Sementara itu sampai saat ini CN235 versi paling canggih yang dimiliki Indonesia ialah tipe 220 NG MPA. Ia sudah dibekali dengan rdar intai maritim AN/APS-13 untuk mendeteksi target ratusan kilometer jauhnya.

"CN235-220 NG MPA (Maritime Patrol Aircraft) adalah pesawat angkut militer sedang yang dikembangkan dari basis pesawat CN235-220 NG yang secara khusus difungsikan sebagai pesawat patroli maritim.

CN235-220 NG MPA dilengkapi dengan radar intai maritim AN/APS-13C(V)3 OceanEye untuk mendeteksi obyek di permukaan laut, yang memiliki fitur IFF (Identification Friend of Foe), ASuW (Anti-Surface Warfare), small target detection, GMTI (Ground-Moving Target Indicator) dan SAR transpoder detection." jelas KKIP.

Rupanya kemampuan CN235 MPA membuat Malaysia kesengsem. Malaysia pun memodifikasi 3 unit CN235 VVIP nya ke versi MPA di PTDI. 

Biaya modifikasi CN235 TUDM ditanggung oleh AS sebagai wujud bantuan dari Washington kepada Malaysia.

"Upacara Serah Terima Penyelesaian Modifikasi Pesawat MSA CN235-220M dari Pemerintah Amerika Serikat yang diwakili oleh Yang Mulia Edgard D. Kagan, Duta Besar Amerika Serikat Untuk Malaysia kepada Pemerintah Malaysia yang diwakili oleh Panglima Angkatan Udara Jenderal Tan Sri Dato ' Sri Mohd Asghar Khan bin Goriman Khan RMAF dilaksanakan di Pangkalan Udara Subang," lapor akun FB TUDM pada 28 Juni 2024. Nama program bantuan ini ialah Maritime Security Initiative (MSI). 

PTDI diserahi tugas dari AS untuk mengupgrade CN235 TUDM.

Program upgrade pesawat 'Maritime Surveillance Aircraft (MSA)' di bawah 'Maritime Security Initiative (MSI)' untuk pesawat CN235-220M milik Royal Malaysian Air Force (TUDM) telah dimulai pada tahun 2018 hingga 2023. Tiga (3) CN235 Pesawat -220M dari Skn No 1 yang diupgrade menjadi MSA dikirim secara bertahap ke PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang merupakan Original Equipment Produsen (OEM) untuk melakukan upgrade pesawat tersebut," bebernya.

Kini berkat upgrade yang dilakukan Indonesia, CN235 MPA TUDM Malaysia siap mengawasi Beting Patinggi Ali dari pencerobohan kapal China.*


SUMBER ZONAJAKARTA

 

Wednesday, June 26, 2024

F-15EX Incaran Indonesia Akan Memiliki Karakteristik Jet Tempur Generasi Keenam

 


Semua bermula pada Julli 2020, di mana Angkatan Udara Amerika menginginkan varian terbaru dari F-15, yaitu F-15EX yang kita kenal sekarang.

Varian pertama, F-15 nyatanya sudah terbang sejak 1972 dan menjadi salah satu jet tempur andalan Angkatan Udara Amerika. Saat ini, hampir 500 unit F-15 yang beroperasi bersama Angkatan Udara Amerika.

Tidak mau meninggalkan jet tempur yang punya perjalanan perang yang memuaskan, maka lahirkan varian teranyar darinya yaitu F-15EX. Pertanyaannya, mengapa Amerika tetap menginginkan F-15EX padahal sudah memilih jet tempur generasi kelima yang jauh lebih canggih? Paling tidak alasannya ada dua menurut National Interest terbitan 14 Februari 2024.

Pertama, kehadiran F-15EX adalah untuk memberikan bantuan kepada armada jet tempur lawas (khususnya varian terdahulu F-15) Angkatan Udara Amerika. Jet-jet tempur tua ini sudah berdinas selama lebih dari tiga dekade, dan harus diakui perlu diganti.

Alasan kedua adalah untuk melengkapi kekuatan dari jet tempur generasi kelima yang sudah ada. F-15EX menutupi kekurangan dari jet tempur generasi kelima, yaitu soal performa dan daya serang.

Di lapangan, jet tempur generasi kelima akan lebih sering berperan sebagai pemantau alih-alih eksekutor. Sementara F-15EX datang dengan segudang rudalnya untuk melepaskan serangan. Tidak cukup sampai di sana, Angkatan Udara Amerika menginginkan hal lebih dari armada F-15EX.

Menurut kabar terbaru, F-15EX dipersiapkan untuk mengemban misi-misi masa depan non-tradisional. “Angkatan Udara Amerika sedang mengincar kemungkinan misi non-tradisional untuk Boeing F-15EX”, jelas The War Zone pada artikel “F-15EX Testers Are Now Preparing The Eagle II For Rapidly Adapting To New Missions”, 25 Juni 2024.

Lebih spesifik, kemampuan non-tradisional yang dimaksud memiliki karakteristik jet tempur generasi keenam. Salah satu kemampuan jet tempur generasi keenam adalah beroperasi bersama sistem tak berawak.

“Misi-misi masa depan tersebut dapat mencakup pengoperasian F-15EX sebagai simpul komando dan kontrol, platform untuk senjata berukuran besar dan berpotensi sebagai pendorong utama dalam konsep angkatan udara untuk kerja sama berawak-tanpa awak”, sambungnya.

Karena memang benar, beroperasi bersama sistem tak berawak atau drone adalah kemampuan dari jet tempur generasi keenam. 

Saat ini, Amerika sedang mengembangkan Next Generation Air Dominance (NGAD) atau jet tempur generasi keenam. Tidak ada pihak manapun yang bisa menjelaskan lebih detail dari program NGAD ini karena sangat dirahasiakan.  Namun ada beberapa yang bisa terjelaskan dari program NGAD ini, salah satunya dia dapat beroperasi bersama drone, atau mereka menyebutnya loyak wingman.

“Jet tempur generasi keenam akan dilengkapi dengan sistem nirawak tipe loyal wingman, sistem komando, kontrol, dan komunikasi yang canggih”, jelas Airforce Technology, dalam artikel berjudul “Next Generation Air Dominance Programme”, 8 Maret 2024.

Amerika menyebut loyal wingman ini dengan CCA, diasumsikan akan ada dua drone untuk setiap NGAD. “CCA akan terbang bersama NGAD atau secara otonom, sehingga menyediakan massa yang terjangkau dalam skenario pertempuran. CCA akan terbang dengan menerima perintah dari pilot NGAD. Oleh karena itu, drone loyal wingman ini memiliki sensor canggih, sistem peperangan elektronik, sampai amunisi”, pungkasnya. Indonesia sepertinya mengambil pilihan tepat dengan memutuskan untuk membawa pulang F-15EX.

Agustus 2023 lalu, Menhan Prabowo Subianto mendatangi marka Boeing di St. Louis, Missouri membahas soal pengadaan jet tempur ini. Pulang membawa hasil, Prabowo melaporkan bahwa Indonesia telah menandatangani MoU pengadaan jet tempur itu. Di dalam MoU, Indonesia diketahui berniat untuk pulangkan total 24 unit F-15EX.

“Penandatanganan MoU atas komitmen pembelian 24 unit F-15 EX. Jet tempur ini akan melindungi dan mengamankan negara kita dengan segala kemampuannya”, ucap Prabowo di Instagram pribadinya, 22 Agustus 2023. Menurut kabar terakhir, pihak Boeing menjelaskan soal kelanjutan pengadaan 24 unit F-15EX pesanan Indonesia. Pada 10 Juni lalu, Country Managing Director Boeing Indonesia, Zaid Alami menjelaskan soal kelanjutan pengadaan 24 unit F-15EX pesanan Prabowo.

Menurut penjelasan Country Managing Director Boeing Indonesia, Zaid Alami, pesanan Indonesia sudah dalam tahap terakhir. “Boeing hampir menyelesaikan 24 jet tempur F-15EX pesanan Menhan Prabowo Subianto. Alami membenarkan bahwa perusahaannya sedang dalam tahap akhir memenuhi pesanan Indonesia untuk jet tempur canggih itu”, jelas Army Recognition pada 12 Juni 2024.

Kendati demikian, orang penting Boeing ini belum mengungkap mekanisme pembayaran atas pengadaan F-15EX Indonesia.

 

“Produksi jet tempur ini akan dilakukan di fasilitas Boeing di St. Louis, Missouri. Kendati demikian, Alami tidak mengungkap rincian keuangan pembelian tersebut”, pungkasnya.

 

 

SUMBER ZONAJAKARTA

Di Hari Pahlawan 11 November 2019, PTDI Terbangkan “Ferry Flight” (Lagi) NC212i Pesanan Thailand

 



Bertepatan dengan Hari Pahlawan, PTDI kembali lakukan ekspor dalam kegiatan ferry flight 1 (satu) unit pesawat terbang NC-212i untuk Ministry of Agriculture and Cooperatives (MOAC) Thailand dari Hanggar Delivery Center PT DI menuju Nakhon Sawan Air Base, Muang, Nakhon Sawan, Thailand, yang direncanakan akan tiba pada 11 November 2019.

Pesawat NC212i yang dikirimkan hari ini melengkapi kontrak pengadaan 2 (dua) unit pesawat terbang NC-212i antara PTDI dengan A.I.C.E. Enterprises (Thai) Co.,Ltd. dengan end user Department of the Rain Making and Agricultural Aviation, MOAC Thailand.

Pesawat terbang NC-212i pertama telah dilakukan ferry flight pada 22 Oktober 2019. Dan pada hari ini dilakukan kembali ferry flight pesawat terbang NC-212i kedua yang penyerahannya dilakukan lebih cepat sebulan jadi jadwal sesuai kontrak yaitu Desember 2019. Sehingga total 2 unit pesawat NC-212i telah dikirimkan kepada Ministry of Agriculture and Cooperatives (MOAC) Thailand.

Dikutip dari siaran pers PT DI, disebutkan Capt. Zulda Hendra sebagai Pilot In Command dan Capt. Billy Yudha Firmansyah se-bagai Copilot menerbangkan pesawat NC-212i dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Bandara Hang Nadim, Batam, dan dilanjutkan ke Nakhon Sawan Air Base, Muang, Nakhon Sawan, Thailand, sebagai destinasi terakhir.

Pesawat NC212i tersebut akan melakukan Final Acceptance oleh Department of the Rain Making and Agricultural Aviation, MOAC Thailand, pad 12 November 2019.

Meski didapuk untuk operator sipil, namun NC-212i pesanan Thailand ini dapat digunakan sebagai passenger transport, VIP, cargo, rain making, troop/paratroop transport dan medical evacuation.

Adapun operator dalam negeri yang menggunakan pesawat NC-212 series adalah TNI AU, TNI AD, TNI AL, Kepolisian, BPPT, dimana pesawat NC-212 series tersebut digunakan untuk pesawat angkut sipil, militer dan Maritime Surveillance Aircraft (MSA). Sedangkan operator luar negerinya adalah negara Thailand untuk pesawat angkut militer dan modifikasi cuaca (rain making), Filipina dan Vietnam untuk pesawat angkut militer.

Adapun kebutuhan pesawat NC-212i dunia untuk 10 tahun ke depan yakni sebanyak 255 unit. Rencana ekspansi PT DI kedepannya adalah pada Asia Pasifik dan Afrika. PT DI akan meningkatkan kapasitas produksi pesawat NC-212i yang semula 4 pesawat per tahun, menjadi 6 pesawat per tahun, yang akan dimulai pada tahun depan untuk memenuhi target kebutuhan NC-212i selama 10 tahun ke depan. (Bayu Pamungkas)


SUMBER : PT DIRGANTARA INDONESIA

 

Kunjungan Defence Attache Tour 2024 Diakhiri ke PT DI dan PT Len Industri

 



Bandung – Di hari terakhir kegiatan Defence Attache Tour 2024, 24 Atase Pertahanan dari negara sahabat yang dipimpin Plt. Dirkersinhan Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI Airlangga melanjutkan kunjungan ke Industri Pertahanan Indonesia ke PT Dirgantara Indonesia (DI) dan PT Len Industri, di Bandung, Kamis (6/6).

“Senang sekali bisa berkumpul di PT DI, industri dirgantara Indonesia yang merupakan simbol inovasi bangsa kita di bidang penerbangan dalam kesempatan Tur Atase Pertahanan,” kata Brigjen TNI Airlangga saat berkunjung ke PT DI.

PT DI secara konsisten menunjukkan kemampuannya untuk mendorong batas-batas inovasi dan memberikan solusi kelas dunia yang memenuhi beragam kebutuhan pelanggannya. PT DI terkenal unggul dalam desain, pengembangan, dan manufaktur pesawat baik di dalam negeri maupun internasional. Dari pesawat komuter sipil hingga platform militer yang canggih.

Oleh karena itu, Plt. Dirkersinhan mendorong agar atase pertahanan memanfaatkan sepenuhnya kesempatan tur ini untuk menjalin hubungan dengan PT Dirgantara Indonesia dan menjajaki potensi kerja sama.

Kemudian saat berkunjung ke PT Len Industri, Brigjen TNI Airlangga menyampaikan bahwa PT Len Industri secara konsisten telah menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi beragam kebutuhan pertahanan Indonesia.


“Dari pemancar radio hingga sistem persinyalan kereta api, dari sistem elektronika daya untuk kereta listrik hingga teknologi pertahanan mutakhir,” tambah Brigjen TNI Airlangga.

Secara keseluruhan, kunjungan ini memberikan wawasan berharga mengenai kemampuan pertahanan, keahlian teknologi, dan kontribusi Indonesia terhadap keamanan regional.

Di akhir kegiatan Defence Attache Tour 2024, Kementerian Pertahanan berharap kepada para atase pertahanan dapat mengambil banyak manfaat, dan memperkaya pemahaman mengenai industri pertahanan Indonesia, serta memperkuat hubungan bilateral dan multilateral yang sudah terjalin. (Biro Humas Setjen Kemhan)


sumber Kemenham

Jepang Rela Berikan Fregat Mogami Kualitas Terbaik dan Tercanggih Asal Indonesia Mau Membelinya

 

Jepang siap bangun fregat mogami tercanggihnya demi Indonesia

Demi mencapai tujuan untuk memuluskan rencana Jepang menjual Fregat Mogami ke Indonesia sejumlah kebijakan dilakukan.

Menurut laporan Yomiuri Shimbun, setelah Perang Dunia II Jepang membentuk sistem pertahanan nasional dengan sebutan "Konstitusi Perdamaian" sebagai intinya.

Hal ini membuat perkembangan industri militer sangat dibatasi kekuatan yang dapat digunakan dalam perang luar negeri.

Hal ini menyebabkan Jepang merumuskan "Tiga Prinsip Ekspor Senjata", yang merupakan pilar inti dari strategi pertahanan restriktif Jepang.

Namun, dengan perubahan yang terus-menerus dalam situasi internasional dan pemulihan kekuatan nasional yang komprehensif secara terus-menerus.

Konsep strategis Jepang telah mengalami perubahan besar, dan ambisinya untuk menjadi "negara normal" secara bertahap semakin meluas.

Jepang percaya bahwa larangan ekspor senjata telah menjadi hambatan penting bagi negara tersebut untuk menjadi kekuatan politik dan militer.

Hal ini membuat Jepang harus mempercepat revisi prinsip-prinsip ekspor senjata dan melonggarkan ekspor senjata dan peralatannya.

Pada tahun 2014, pemerintahan Abe merumuskan "Tiga Prinsip Transfer Peralatan Pertahanan" untuk menggantikan "Tiga Prinsip Ekspor Senjata" yang asli dan dengan jelas.

Karena menganggap ekspor senjata dan kerja sama industri militer yang "memenuhi syarat" dan telah menjalani "tinjauan ketat" membuat Jepang diizinkan untuk mengekspor senjata, peralatan dan teknologi militer.

Dengan tujuan penyelamatan jiwa, transportasi, pengawasan dan pembersihan ranjau telah secara signifikan menurunkan ambang batas bagi Jepang untuk mengekspor senjata, peralatan dan teknologi militer dan menciptakan kondisi untuk ekspor orang Jepang.

Mneurut laporan News CCTV, dalam situasi ini Jepang telah menjadikan negara-negara Asia Tenggara sebagai fokus penjualan senjatanya, terutama empat negara Indo-Pasifik seperti Vietnam, Malaysia, India, dan Indonesia.

Jepang telah secara aktif mengumpulkan niat pembelian dan kebutuhan khusus negara-negara tersebut dan menentukannya model produk ekspor tertentu.

 

Dalam cara mengekspor senjata, Jepang juga mengadopsi metode yang pertama mudah dan kemudian sulit.

 

Pertama-tama Jepang berencana mengekspor peralatan militer serang tidak mematikan dan non-aktif termasuk pesawat angkut militer, pesawat amfibi, pesawat patroli maritim, dan radar kinerja tinggi dan kemudian mengekspornya.

Sebagai terobosan awal, setelah terobosan bertahap dalam senjata pertahanan, beberapa senjata berskala besar dan ofensif akan secara bertahap dipromosikan ke dunia luar, termasuk senjata serangan mematikan seperti jet tempur berperforma tinggi dan AIP.

Pada tahun 2020, kader Pasukan Bela Diri Maritim Jepang dan penanggung jawab Mitsubishi Heavy Industries, produsen kapal fregat besar.

Secara khusus mengunjungi Indonesia untuk mencari cara mengekspor peralatan militer atau mentransfer teknologi militer ke Indonesia.

Dari sudut pandang Indonesia, karena garis pantainya yang panjang dan ancaman keamanan maritim yang besar, angkatan lautnya sebagian besar melakukan misi lepas pantai, beroperasi hingga Laut Cina Selatan.

Dalam pernyataannya Jepang menyodorkan Fregat Mogami yang dinegosiasikan kedua pihak kali ini merupakan generasi baru "kapal perang sci-fi" siluman yang diluncurkan oleh Mitsubishi Corporation Jepang.

Konsep desainnya sangat canggih dan memiliki berbagai performa tinggi seperti kemampuan pembersihan ranjau menggunakan kendaraan tak berawak. Kapal ini berfokus pada pengendalian laut, anti-kapal selam dan tahan ranjau serta memiliki kemampuan pertahanan udara yang kuat.


SUMBER ZONAJAKARTA

 

Tuesday, June 25, 2024

Dipelototi Dunia, China Diam-diam Segera Menyelesaikan Proyek Pesawat Generasi ke-6


Rekaan pesawat tempur generasi ke-6 China, j-20, dengan komputer beradasarkan informasi yang sudah berkembang. Pesawat J-20 ini mirip dengan pesawat tempur generasi ke-6 yang sedang dikembangkan Amerika Serikat. (Weibo)


Rencana China memproduksi pesawat tempur generasi ke-6 J-20 terus mendapat sorotan dunia dan diperkirakan dalam waktu dekat sudah terwujud.  Saat ini memang ada beberapa negara yang mengembangkan pesawat tempur tercanggih generasi ke-6. Selain China, negara yang serius mengembangkan jet tempur masa depan itu adalah Amerika, Rusia, Prancis dan Jerman, Spanyol dan Italia, Jepang, serta Inggris.

Pergerakan China paling rahasia dan sulit diungkap, meski nama pesawat itu sudah diketahui, yakni J-20. Namun, akhir-akhir ini China mengindikasikan segera melahirkan jet tempur generasi ke-6 itu, mendahului negara lain.  Sebenarnya, kecurigaan China akan mencuri start dalam pengembangan jet tempur generasi ke-6 sudah muncul dalam pembicaraan di media sosial di WeChat pada Januari 2019.

Setelah itu, banyak yang meragukan kesiapan China melahirkan jet tempur generasi ke-6 dalam waktu dekat. Prediksi itu menguat setelah pilot pengujian pesawat J-20, Li Gang, menceritakan perkembangan proyek pesawat generasi ke-6 China itu.  "Saat teknologi aviasi negara kami berkembang pesat, jet generasi berikutnya akan lahir dalam waktu dekat," katanya kepada China Central TV (CCTC), seperti dikutip warriormaven.com, 12 Juni 2024. Dalam artikelnya Senin (14/6/2024), Defense News mengutip pernyataan penulis militer China, Rick Joe.  Menurutnya, sebuah citra satelit menunjukkan ada pesawat tak berekor terlihat di fasilitas Chengdu Aerospace pada Oktober 2021.  Bahkan, kata Rick Joe, sangat mungkin pesawat itu sudah diuji coba untuk terbang.

Pendapatnya selaras dengan pernyataan Li Gang.  Jika citra satelit itu benar, maka pesawat generasi ke-6 China mirip dengan pesawat generasi ke-6 yang sedang dirancang Amerika Serikat.

Amerika berencana memproduksi Next Generation Air Dominance (NGAD) juga dengan bentuk tanpa ekor. Bahkan, Amerika sudah merancang anggaran yang diperkirakan menghabiskan 16 miliar dolar AS (sekitar Rp 262,4 triliun).

Bedanya, Amerika sedang memiliki masalah anggaran, sementara China sedang mengalami kemajuan ekonomi yang pesat dalam beberapa tahun terakhir.  Sehingga, China begitu agresif mengembangkan pesawat tempur baik darat, laut, maupun udara, termasuk megaproyek jet tempur generasi ke-6.

Rick Joe menilai, pesawat generasi baru China akan menggunakan teknologi serba baru dengan kemampuan siluman termodern.

Sebagai pesawat modern, J-20 bakal dilengkapi senjata laser dan peluru kendali hipersonik.  Seperti halnya rancangan negara lain, China sangat mungkin membuat pesawat J-20 bisa dikenalikan pilot atau tanpa awak.

"Saya bisa katakan, China sudah di jalur realisasi pesawat generasi ke-6," kata Rick Joe. Namun, ketika diwawancara Defense News, Direktur Institut Studi Aerospace Angkatan Udara China, Brendan Mulvaney, tidak sependapat.

Menurutnya, proyek China dalam membangun pesawat generasi ke-6 masih lama.  China bisa merealisasikan pesawat J-20, katanya, bisa butuh waktu 20 tahun lagi.  Ia menilai, China masih kesulitan mengembangkan mesin pesawat generasi ke-6 yang supercanggih dan cepat. Tapi, akhirnya ini hanya masalah sains. Saya katakan, penelitian fisika juga sedang berkembang di Berlin, sama halnya di Beijing. Jika melakuka usaha keras dan memiliki waktu yang cukup, Anda akan bisa membuat mesin aerospace utamanya untuk kepentingan militer," terangnya.

Sumber Zonajakarta

BERITA POLULER

BACA JUGA: