Pages

Sunday, June 23, 2024

F-22 Raptor Pesawat Siluman AS Pecah Telor Mampir di Indonesia, TNI AU Ternyata Emban Tugas Ini di Pitch Black 2024 Australia

 


F-22 Raptor Pesawat Siluman AS Pecah Telor Mampir di Indonesia, TNI AU Ternyata Emban Tugas Ini di Pitch Black 2024 Australia.  Tak heran jika F-22 Raptor pesawat siluman kini pecah telor akan mendarat di Indonesia, TNI AU ternyata salah satu peserta di ajang latihan Pitch Black yang bergengsi yang diselenggarakan di Australia.

 

Dikutip Zonajakarta.com dari situs Royal Australian Air Force (RAAF) , Pitch Black merupakan latihan penggunaan kekuatan besar multi-nasional dua tahunan selama tiga minggu yang dilakukan terutama dari Pangkalan RAAF Darwin dan Pangkalan RAAF Tindal.  Latihan seperti ini sangat penting untuk memastikan Angkatan Udara tetap siap memberikan respons kapan pun Pemerintah Australia memerlukannya.

 

Pelatihan dan integrasi kekuatan yang terjadi pada latihan ini secara langsung mendukung kemampuan RAAF dalam melakukan operasi. Latihan Pitch Black menampilkan serangkaian ancaman simulasi dan realistis yang dapat ditemukan di lingkungan ruang pertempuran modern dan merupakan kesempatan untuk menguji dan meningkatkan integrasi kekuatan, dengan memanfaatkan salah satu wilayah pelatihan udara terbesar di dunia.

 

Menurut rilis Australian Government pada 15 Februari 2024, Latihan Militer Pitch Black 2024 (PBK24) adalah latihan militer besar Australia dan Internasional yang menggabungkan berbagai aktivitas terbang taktis di seluruh Australia utara selama periode 15 Juli hingga 1 Agustus 2024.

 

Untuk memastikan keselamatan publik dan memenuhi tujuan pelatihan, sejumlah besar area terlarang dan berbahaya militer akan diaktifkan. Selain itu, prosedur pendukung, seperti jendela prioritas MIL di Bandar Udara Darwin dan saran mengenai kebutuhan bahan bakar tambahan, diperlukan untuk mengakomodasi operasi jet cepat dengan kepadatan tinggi yang memiliki daya tahan terbatas.

 

Prosedur-prosedur ini berkaitan untuk memastikan bahwa lalu lintas militer dan sipil dapat dikelola dengan aman dengan tantangan tambahan pekerjaan landasan pacu Darwin yang dijadwalkan sepanjang tahun 2024.

 

Waktunya telah ditentukan melalui konsultasi dengan ATC Darwin dan Bandara Internasional Darwin (DIA), dan telah disetujui. dirancang untuk memastikan kesenjangan yang cukup untuk semua jenis lalu lintas untuk difasilitasi dalam jam ATC.

 

Selain itu, pesawat milik pasukan militer Australia dan Internasional akan melakukan flypast di atas Pantai Mindil sebagai bagian dari acara komunitas lokal pada malam hari Kamis tanggal 18 Juli.

 

Untuk menjamin keselamatan penerbangan, pesawat yang tidak berpartisipasi tidak akan dapat lepas landas atau mendarat di Darwin selama durasi flypast, atau operasi terbang dengan Zona Kontrol selama periode ini (durasi 90 menit).  Penerbangan prioritas, seperti penerbangan dengan keadaan darurat yang dinyatakan, atau untuk mendukung perlindungan jiwa dan harta benda (MEDEVAC, SAR) harus difasilitasi jika aman untuk dilakukan.

 

 

 

 

 

Meski pemerintah Australia awalnya menjadwalkan acara latihan Pitch Black 2024 pada 15 Juli hingga 1 Agustus 2024, namun dalam konferensi perencanaan final jadwal nampaknya dimajukan.

 

Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari akun Instagram @militer.udara pada 21 April 2024 menyebut latihan multinasional Pitch Black 2024 yang akan dilaksanakan di RAAF Base Darwin pada tanggal 12 Juli 2024 hingga 3 Agustus 2024 mendatang sudah memasuki tahap Final Planning Conferrence.

 

TNI AU Bukan Sekedar Peserta, Indonesia Didapuk Jadi Komandan Misi Pimpin 150 Pesawat Asing di Pitch Black 2024 Australia

 

Delegasi TNI AU yang terlibat dalam tahap finalisasi planning latihan ini diantaranya Letkol Pnb Ripdho Utomo, Mayor Pnb Ferry Rachman, Kapten Pnb Windi Darmawan dan Lettu Pnb Sulistyo Laksono Cahyo selaku Ops Planner, kemudian Kapten Tek Farid A. Winasis selaku Logs Planner serta didampingi Atase udara Kolonel Nav Mohammad Jausan, S.Pd., M.Eng. sebagai security advisor. Pada latihan ini, penerbang TNI AU akan berkesempatan menjadi Mission Commander dalam sebuah misi latihan Large Force Employment dan memimpin lebih dari 150 pesawat tempur Multinational. 1100 sorties penerbangan dan 4500 personel dilibatkan dalam latihan yang berlangsung selama 3 minggu ini.

 

Latihan ini juga merupakan sarana untuk menunjukan kemampuan TNI Angkatan Udara demi mewujudkan TNI AU yang AMPUH (Adaptif, Modern, Profesional, Unggul dan Humanis) dalam menjaga kedaulatan NKRI dan stabilitas keamanan di kawasan.


sumber Zona jakarta


BACA JUGA PICT BLACK 2012

Two Australian No. 77 Squadron F/A-18 Hornet Aircraft welcome Indonesian Air Force (TNI AU) Sukhoi Su-30 & Su-27 Flanker aircraft into Darwin to participate in Exercise Pitch Black 2012

 

 

 

 

 

 

Langkah Korea Selatan Siapkan Varian Ekspor KF-21 Boramae Bakal Jadi Angin Segar Bagi Timur Tengah

 


Kepastian tanggal produksi massal KF-21 Boramae dari pihak Korea Selatan masih terus dinanti-nanti.  Akan tetapi di sisi lain Korea Selatan mulai menyiapkan sebuah langkah maju.  Di mana varian ekspor tengah disiapkan yang bakal menjadi angin segar bagi negara importir khususnya Timur Tengah.

 

dari laman Alert 5 pada Jumat, 21 Juni 2024 dalam artikel berjudul "South Korea unveils diverse variants for KF-21 Boramae fighter", sejumlah sumber lokal menyebut bahwa Korea Aerospace Industries (KAI) akan menyiapkan jet tempur kekiniannya dalam tiga varian produk berbeda.

 

Yang pertama tentunya adalah KF-21 EA sebagai varian utama di mana bakal dioperasikan oleh Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF). Kemudian ada varian KF-21 EX yang merupakan peningkatan dari varian pertama atau yang disebut juga dengan KF-21 Boramae versi generasi kelima. Sementara KF-21 SA sendiri dirancang sebagai varian ekspor yang nantinya ditujukan untuk para importir. Walau terbagi dalam tiga varian, jarak perbedaan di antara ketiganya tidak terlalu tajam.

 

Sehingga ada jaminan bagi importir terhadap quality control yang diberikan oleh pabrikan. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) nantinya akan menerima varian KF-21 SA jika kontrak pembelian KF-21 Boramae benar-benar disepakati.

 

Apalagi spesifikasinya dinilai sangat mendekati dengan yang digunakan oleh ROKAF. Meski demikian varian tersebut akan diberlakukan penyesuaian spesifikasi tergantung kebutuhan setiap negara pengguna.

 

Terlepas dari pencapaian spektakuler ini, terdapat sebuah masalah besar di balik pengembangan KF-21 Boramae dalam tiga varian dasar berbeda. Karena masih dalam tahap awal, dibutuhkan penelitian lebih lanjut beserta pendanaannya sebelum pengembangan skala penuh dimulai.

 

"Ketiga versi tersebut baru memulai penelitian dasar mengenai kelayakan pengembangan. Diperlukan waktu lebih dari sepuluh tahun untuk menerima desain rinci dan biaya pengembangan dan melanjutkan ke pengembangan skala penuh," kata anggota Forum Keamanan Pertahanan Korea Kim Min Seok dikutip dari laman Aero Time pada Jumat, 21 Juni 2024.

 

Terlepas dari kapan produksi massal akan dimulai, pengembangan berkelanjutan sangat penting bagi pihak Korea Selatan. Tujuannya untuk memastikan agar KF-21 Boramae selalu kompetitif di pasar ekspor.

 

Melansir laman Defence Security Asia dalam artikel berjudul "Momentum Grows For Saudi Arabia, UAE to Join South Korea’s KF-21 “Boramae” Development" yang terbit pada Minggu, 16 Juni 2024, belakangan ini dua negara Timur Tengah yakni Arab Saudi dan UEA tengah berupaya untuk memperoleh kontrak pembelian KF-21 Boramae yang juga diminati Indonesia. Sinyal ketertarikan tersebut menguat pasca kunjungan pemimpin kedua negara tersebut ke Korea Selatan. Kunjungan mereka kemudian ditindaklanjuti dengan kerja sama strategis antara masing-masing negara dengan Negeri Ginseng di bidang pertahanan. 

 

 

UEA menyepakatinya pada tahun 2022, disusul kemudian Arab Saudi setahun setelahnya (2023). Di balik kesepakatan tersebut, terdapat kesediaan untuk membeli sistem pertahanan udara KM-SAM II dari negara yang sama.

Artinya ini merupakan langkah awal bagi Seoul untuk menancapkan pengaruhnya di kawasan Timur Tengah dalam hal ekspor alutsista.

 

Menarik untuk ditunggu seperti apa kinerja Timur Tengah jika nantinya benar-benar membeli varian ekspor dari KF-21 Boramae.***


sumber Zonajakarta

 

 

 

Saturday, June 22, 2024

Korea Selatan Sudah Siapkan Varian Ekspor KF-21 Boramae, Meninggalkan Indonesia Bukan Pilihan Bijak Bagi Seoul

 


Menurut kabar terbaru, Korea Selatan tengah mempersiapkan tiga varian berbeda dari KF-21 Boramae.

“Jet tempur modern Korea Selatan KF-21 Boramae akan dibentuk untuk tiga varian berbeda, yaitu EA, EX, dan SA”, jelas Alert 5 dalam artikel berjudul “South Korea unveils diverse variants for KF-21 Boramae fighter”, 21 Juni 2024.

Tiga varian ini dibuat dengan tujuan untuk memperkuat kekuatan Korea Selatan, dan membuka potensi ekspor.

Namun varian yang kita bahas kali ini adalah KF-21 SA, yaitu versi yang dibangun untuk memenuhi pasar ekspor.

KF-21 SA akan disesuaikan dengan kebutuhan calon pembeli, artinya senjata maupun peralatan internal lainnya bisa dikustomisasi.

Melihat upaya di atas, Korea Selatan memang ingin mencapai potensi ekspor untuk KF-21 Boramae.

Maka dari itu, meninggalkan Indonesia di tengah jalan bukanlah langkah yang strategis.

Sebagai pengingat, Indonesia adalah mitra satu-satunya Korea Selatan membangun jet tempur ini.

Sebagai mitra, salah satu tanggung jawab Indonesia adalah ikut membiayai mega proyek tersebut.

Menurut kesepakatan awal, Indonesia menyumbang 20 persen atau sekitar 1,3 triliun Won dari total biaya pengembangan KF-21 Boramae.

Karena ikut bayar, ada beberapa keuntungan Indonesia bermitra dalam proyek ini. Seperti, Indonesia dijanjikan transfer teknologi KF-21 Boramae.Makanya, beberapa insinyur Indonesia diterbangkan langsung ke Seoul ikut mengembangkan jet tempur itu.

Insinyur Indonesia diperbolehkan mengintip teknologi KF-21 Boramae di level tertentu. Selain itu, Indonesia juga menjadi tujuan ekspor pertama KF-21 Boramae saat memasuki tahap produksi massal.

Namun karena satu dan lain hal, Indonesia gagal/menunda melunasi tanggung jawabnya.  Menurut kabar terakhir, Indonesia baru membayar 278,3 miliar Won miliar Won.

 

Lama tidak bersuara, pihak Indonesia pun memberi kejelasan mengenai kelanjutan pembayaran tersebut.

Pada bulan Mei lalu, Kemhan RI meminta penyesuaian pembayaran kepada pemerintah Korea Selatan atas biaya pengembangan jet tempur tersebut.

“Kami minta penyesuaian pembayaran agar sejalan dengan kemajuan kerja sama yang telah dan masih akan berjalan bersama Korea Selatan”, ucap Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kemhan RI Brigadir Jenderal TNI Edwin Adrian Sumantha kepada Antara pada 7 Mei 2024.

Edwin pun menjelaskan mengapa Indonesia memutuskan untuk menunda melunasi tanggung jawabnya.

klaimnya, Indonesia tidak mendapat apa yang dijanjikan di awal sebagai satu-satunya mitra Korea Sekatan dalam proyek ini.

Seperti, Indonesia tidak sepenuhnya mendapatkan transfer teknologi jet tempur tersebut.

“Terdapat beberapa program yang tidak diikuti oleh teknisi kita, alhasil pembayaran juga perlu disesuaikan. Adalah wajar dan sesuai dengan prinsip akuntabilitas, jika program tidak diikuti oleh teknisi Indonesia maka kita tidak perlu menanggung biaya sepenuhnya”, pungkas Edwin.

Pihak Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) Korea Selatan pun angkat suara terkait penyesuaian pembayaran ini.

Karena permintaan itu, DAPA mengaku menghadapi kesulitan keuangan dan masalah kepercayaan dengan Indonesia.

“Pengembangan jet tempur KF-21 Boramae menghadapi tekanan finansial akibat berkurangnya kontribusi dari Indonesia”, jelas Aero Time dalam artikel berjudul “South Korea’s KF-21 project faces financial strain, trust issues with Indonesia”, 13 Juni 2024.

Oleh karena itu, Korea Selatan akan berhati-hati mengambil langkah untuk melanjutkan proyek KF-21 Boramae bersama Indonesia.

“Kita tidak boleh ditusuk dari belakang lagi, dan itu tidak akan terjadi”, ucap Kepala DAPA, Seok Jong-gun.

Alhasil, Korea Selatan juga akan menghitung seberapa besar transfer teknologi yang akan Indonesia terima pasca permintaan penyesuaian pembayaran.

 

 


 

Kendati demikian, DAPA mengaku tetap harus memenuhi permintaan Indonesia demi keuntungan di masa depan.

Melalui sebuah wawancara, Kepala DAPA, Seok, tetap ingin mengekspor KF-21 Boramae ke Indonesia

“Kita perlu mempertimbangkan status Indonesia di ASEAN, Indonesia berpartisipasi dalam produksi massal untuk 48 unit. Artinya, Indonesia menjadi pasar ekspor pertama”, ucapnya, dikutip Korea JoongAng Daily dalam artikel berjudul “ KF-21 joint development with Indonesia could be reconsidered: DAPA chief”, 11 Juni 2024.

Memastikan KF-21 Boramae langsung mendapat pasar di luar Korea Selatan, penting bagi Seoul demi keuntungan di masa depan.

“Jika kita mempertimbangkan aspek strategis seperti ekspor industri pertahanan lainnya di masa mendatang, ini bisa sangat bermanfaat bagi kita. Saya pikir ini bisa menjadi semacam daya ungkit untuk keuntungan kita dalam proses pembayaran kontribusi di masa mendatang”, pungkas Seok.


Sumber Zonajakarta

 

 

 

 

 

Friday, June 21, 2024

Indonesia Berkesempatan Kedatangan Siluman F-22 Raptor Sebelum Berhenti Berdinas

 


Kabar mengejutkan bagi Indonesia di mana salah satu jet tempur paling fenomenal akan mendarat di tanah air.

Jet tempur yang dimaksud adalah F-22 Raptor, jet tempur yang pertama kali dikategorikan sebagai generasi kelima di dunia.

 

Sebagai pengingat, kemampuan inti dari jet tempur generasi kelima adalah siluman yang membuatnya sulit terdeteksi radar musuh.

Menurut kabar, sebanyak enam F-22 Raptor Angkatan Udara Amerika akan mendarat di Bali.

 

“Enam F-22 Raptor dari 27th Fighter Squadron akan transit di Indonesia setelah berpartisipasi dalam latihan militer multinasional Pitch Black 24 di Australia pada bulan Agustus mendatang”, jelas TNI AU di Instagram pada 19 Juni 2024.

 

Fun fact, ini adalah pertama kalinya jet tempur siluman itu berkunjung ke Indonesia.

 

“Kunjungan ini menandai momen bersejarah, karena pertama kalinya F-22 Raptor mendarat di Indonesia”, sambungnya.

Selain menjadi momen untuk pertama kalinya, kedatangan F-22 Raptor juga menjadi kesempatan berharga bagi Indonesia.

 

Pasalnya, Angkatan Udara Amerika sudah beberapa kali berupaya untuk menghentikan masa dinas jet tempurnya ini meski dihalau oleh Kongres.

 

Mengutip artikel Defence Security Asia berjudul “Tentera Udara Amerika Mahu Tamatkan Khidmat 32 Buah F-22 “Raptor”, Tapi Kongres Bangkang”, menjelaskan bahwa Kongres menolak menghentikan layanan F-22 Raptor.

 

“Angkatan Udara Amerika berupaya mempensiunkan beberapa F-22 Raptor mulai tahun 2030, namun tindakan itu dihalangi oleh anggota Kongres”, jelasnya pada 20 Juni 2024.

 

Sebagai gambaran, Amerika memang tengah mempersiapkan jet tempur pengganti F-22 Raptor, yaitu Next Generation Air Dominance (NGAD).

 

“F-22 Raptor akan berusia 40 tahun di 2030, dan dia tidak akan relevan lagi saat itu. Makanya, kami memperlakukan F-22 sebagai jembatan menuju NGAD”, jelas Letnan Jenderal Clinton Hinote, dikutip Defense News dalam artikel “The F-22 will go away, eventually. But not before the Air Force gets comfortable with its successor”, 14 Mei 2021.

 

Bagi Hinote jelas, alasan mengapa F-22 Raptor memang perlu dipensiunkan. Jet tempur ini memiliki keterbatasan dalam mengemban misi, ditambah perawatannya yang sangat tinggi.

 

“F-22 Raptor memiliki jarak jelajah yang relatif pendek, hanya 1.850 mil laut padahal sudah membawa dua tangki bahan bakar eksternal, jumlah persenjataannya juga kecil”, sambung Hinote.


sumber Zonajakarta

Thursday, June 20, 2024

Raja Salman Batal Beli Bila Korsel Mendepak Indonesia dari Program KF-21 Boramae

 


Korea Selatan tengah mempertimbangkan masak-masak untuk mengeluarkan Indonesia dari program KF-21 Boramae.  Alasan Korsel mengeluarkan Indonesia karena adanya tudingan pencurian data KF-21 Boramae. Tudingan pencurian data KF-21 Boramae yang diduga dilakukan insinyur Indonesia cukup membuat Korsel resah.

Akan tetapi sampai saat ini tak ada titik terang apakah insinyur Indonesia benar mencuri data KF-21 Boramae atau tidak.  Tudingan Korsel kepada Indonesia sangat serius. Bila tak terbukti bisa saja pemerintah Indonesia mengambil tindakan drastis yang akan mempengaruhi hubungan diplomatik antar kedua negara.

Sejatinya Korsel ingin mencari rekanan lain di KF-21 Boramae. Agar tidak tergantung dari iuran modal Indonesia. Uni Emirat Arab (UEA) disebut tertarik masuk ke program KF-21 Boramae. Ada pula Arab Saudi yang menyatakan ingin bergabung dalam proyek KF-21 Boramae.

"Korea Selatan disebut-sebut tengah mengintensifkan upaya untuk menarik perhatian dua negara Teluk Arab yang kaya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk menjadi mitra dalam program pengembangan pesawat tempur generasi 4,5 yang tengah dikembangkannya, KF-21 Boramae," lapor Defence Security Asia.

Manajer Regional KAI untuk Asia, Park Sangshin sudah mengetahui kabar di atas. Ia hanya mengatakan jika pengembangan KF-21 Boramae bakal sampai ke tahap jet tempur generasi keenam.

Maka jangan ragu akan roadmap keberlangsungan hidup KF-21 Boramae.

 

"KF-21 (Boramae) adalah pesawat tempur generasi 4,5 tetapi akan memiliki platform generasi ke-5, yang berarti tidak hanya generasi ke-5 tetapi dapat ditingkatkan menjadi pesawat tempur generasi ke-6 di masa mendatang," jelasnya.

 

Presiden UEA Mohamed bin Zayed Al-Nahyan sudah mengunjugi Korsel. Ia bertemu dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol untuk membahas investasi UEA ke Seoul.

Salah satu senjata yang dibeli UEA dari Korsel ialah sistem hanud jarak menengah KM-SAM II.

"Kunjungan Presiden Korea Selatan ke UEA tahun lalu juga terjadi setelah pemerintah Abu Dhabi dilaporkan menandatangani perjanjian dengan perusahaan pertahanan Korea Selatan untuk mengakuisisi sistem pertahanan udara jarak menengah KM-SAM Blok II senilai US$3,6 miliar," jelasnya.  Arab Saudi pun juga membeli KM-SAM II.

 

Akan tetapi berbeda dengan KF-21 Boramae. Raja Salman dari Arab Saudi akan memutuskan membeli KF-21 Boramae jika Indonesia tak didepak dari program. Hal ini supaya Arab Saudi bisa melihat sejauh mana performa KF-21 Boramae dari negara pelanggan pertama yakni Indonesia.

 

"Jika Indonesia mengkonfirmasi kinerja KF-21, kita dapat berada dalam posisi yang menguntungkan dalam negosiasi dengan negara-negara ekspor potensial seperti Polandia dan Arab Saudi," jelas seorang pejabat DAPA Korsel dikutip dari Biz New Daily pada 10 Mei 2024. Laku tidaknya KF-21 Boramae tergantung kesan pertama Indonesia memakainya.*


sumber zona jakarta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Raja Salman Arab Saudi Ikuti Langkah Indonesia Borong 100 Unit Rafale Usai Gagal Miliki F-35

 


AS rela menolak semua permintaan F-35 dari negara kaya raya Timur Tengah macam Qatar, UEA hingga Arab Saudi demi menjaga keunggulan udara Israel.

"Israel telah menjadi importir senjata Amerika terbesar selama periode 2004 hingga 2008, berjumlah lebih dari 35% senjata AS yang diekspor oleh AS. Faktanya, 99% impor Israel berasal dari AS," bebernya.

Karena AS menganak emaskan Israel, Arab Saudi mulai mencari alternatif supplier senjata lain.

Nama Prancis mencuat dimana Raja Salman ingin membelikan AU Arab Saudi 100 unit Rafale seperti yang dilakukan Indonesia.

"Yang terbaru adalah Arab Saudi yang dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi 54 jet tempur Rafale, meski media Prancis mengklaim negara produsen minyak terbesar kedua di dunia itu ingin membeli 100 jet tempur buatan Prancis," lapor Defence Security Asia pada 17 Februari 2024.

Apa yang dilakukan Arab Saudi membuat Jerman yang memveto penjualan Eurofighter Typhoon kebakaran jenggot.

Jerman mendadak mengizinkan kembali Typhoon dijual ke Arab Saudi.  Tetapi Riyadh cuek akan hal ini, mereka mendiamkan Jerman, tak menanggapinya.  "Laporan terbaru menyebutkan bahwa pemerintah Jerman telah setuju untuk mengizinkan Arab Saudi mengakuisisi Eurofighter Typhoon, namun Arab Saudi belum memberikan reaksi apapun terhadap keputusan Berlin tersebut," bebernya.

Hal ini seakan memberi pertanda bahwa Raja Salman tak sudi lagi membeli Eurofighter Typhoon dan memilih Rafale untuk AU Arab Saudi.*


sumber zonajakarta

 

Wednesday, June 19, 2024

Korea Selatan Percaya Indonesia Menjadi Negara yang Mampu Memastikan Stabilnya Kinerja KF-21 Boramae

 


Kelanjutan penyelesaian jumlah iuran yang harus dibayarkan Indonesia ke Korea Selatan masih menjadi perbincangan.

Menurut situs Muhwa.co.kr, Indonesia meminta pengurangan nilai iuran dari 1,6 triliun won menjadi 600 miliar won.

Hal ini masih dalam pembahasan oleh pemerintah Korea Selatan apakah akan menyetujui permintaan Indonesia tersebut.

Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) berencana untuk memutuskan apakah akan menerima proposal Indonesia terkait pengembangan KF-21 di Komite Promosi Industri Pertahanan pada akhir bulan Juni 2024.

Pihak Indonesia mengusulkan untuk membayar kontribusi sebesar 600 miliar won pada tahun 2026, ketika pengembangan sistem KF-21 selesai.

Artinya Indonesia hanya  membayar 1/3 dari jumlah yang disepakati sebelumnya sebesar 1,7 triliun won (kemudian dikurangi menjadi sekitar 1,06 triliun won) dan hanya menerima 1/3 dari transfer teknologi.

Pemerintah Korsel memutuskan untuk menerima proposal tersebut, dengan alasan fakta bahwa biaya pengembangan KF-21 secara keseluruhan lebih rendah dari yang diharapkan dan ini merupakan proses percepatan penyebaran senjata.

Indonesia dipastikan juga membayar 100 miliar won pada tahun ini.

Sementara itu, menurut laporan Newdaily.co.kr, ada sejumlah alasan mengapa Korsel tak bisa lepas dari Indonesia.

Salah satunya, Korea Selatan yakin bahwa Indonesia merupakan negara yang mampu memastikan stabilnya kinerja KF-21 Boramae.

Indonesia dinilai sebagai negara yang efektif dalam memastikan stabilnya kinerja KF-21. Dalam hal daya jual suatu senjata, data mengenai penggunaan sebenarnya merupakan hal yang paling penting.

Jika senjata tersebut disebarkan ke militer Indonesia, di mana konflik besar dan kecil sering terjadi, maka data tersebut dapat digunakan sebagai jalan pintas untuk membuka ekspor ke negara lain.

Secara khusus, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau sehingga memiliki kondisi geografis yang mampu memaksimalkan performa jet tempur.

Seorang pejabat industri pertahanan mengatakan, "Jika Indonesia mengonfirmasi kinerja KF-21, maka Indonesia akan berada dalam posisi yang menguntungkan dalam negosiasi dengan negara-negara ekspor potensial seperti Polandia dan Arab Saudi." 

Perubahan cepat dalam lanskap politik Indonesia tampaknya juga menjadi pertimbangan pemerintah kita.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang  memenangkan pemilihan presiden pada bulan Februari, menandai pergantian pemerintahan pertama dalam 10 tahun.

DAPA menjelaskan, Presiden terpilih Prabowo bersikap positif terhadap pengembangan bersama KF, dan setelah masalah kontribusi terselesaikan, kita bisa bekerja sama dalam ekspor KF-21.

Berbeda dengan dana pengembangan teknologi, dukungan keuangan tersedia untuk ekspor senjata, merupakan bisnis yang diharapkan menguntungkan di masa depan. Indonesia merupakan wilayah maju dimana kelompok keuangan besar seperti KB dan Shinhan telah memasuki pasar, ungkap media Korsel tersebut.

Mengingat sebagian besar ekspor senjata pertahanan dibayar melalui pembiayaan kebijakan, jika ekspor KF-21 menjadi kenyataan, keuntungan yang diperoleh perusahaan keuangan Korea diperkirakan akan signifikan. Seorang pejabat pemerintah mengatakan, "Bahkan jika ada kerugian finansial, masih ada ruang untuk negosiasi."

"Kita memerlukan strategi untuk meminimalkan kerusakan sekaligus melindungi tujuan pengembangan senjata bersama dan peluang ekspor," tambahnya.





Indonesia Diam-Diam Baru Saja Setor Uang Segini Untuk Proyek KF-21 Boramae Korea Selatan Langsung Ambil Tindakan


penyelesaian iuran jet tempur KF-21 Boramae yang dikembangkan bersama Indonesia dan Korsel masih berlanjut.

Sebelumnya diberitakan oleh Yohnap News Agency, bahwa Indonesia berencana meminta penyesuaian iuran.

Menurut keterangan tersebut, secara resmi dipastikan bahwa pemerintah Korsel telah memutuskan untuk menerima usulan Indonesia.

Kisah menarik tentang bagaimana memulihkan energi seorang pria setelah berumur 40 tahun

Yaitu untuk mengurangi kontribusi pengembangan pesawat tempur Korea KF-21 Boramae dari yang semula 1,6 triliun won menjadi 600 miliar won.

Namun pemberian satu prototipe dengan syarat pembayaran penuh ke Indonesia kemungkinan akan dibatalkan oleh Korea Selatan.

"Kami akan mengkaji ulang dari awal," ungkap Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA).

Dengan perngurangan tersebut, dikatakan bahwa Indonesia juga nantinya akan mendapatkan pengurangan transfer teknologi.

DAPA mengungkapkan pada 8 Mei 2024, "Pihak Indonesia mengusulkan penyesuaian kontribusi menjadi 600 miliar won pada tahun 2026, ketika pengembangan sistem KF-21 selesai."

"Kami mendorong penyesuaian terhadap 600 miliar won, yang bisa dibayar oleh Indonesia," katanya.

DAPA berencana memutuskan apakah akan menerima usulan Indonesia setelah berkonsultasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian Pertahanan Negara dan Kementerian Strategi dan Keuangan.

Keputusan akhir diharapkan akan diambil pada pertemuan Komite Promosi Proyek Pertahanan yang diadakan paling cepat akhir bulan Juni 2024.

Menurut situs Munhwa.co.kr, sebelumnya, Indonesia mengusulkan rencana dari akhir tahun lalu hingga awal tahun ini.

Untuk membayar tambahan 100 miliar won per tahun mulai tahun ini hingga 2034.Sehingga totalnya mencapai 1 triliun won.Dalam hal ini, tambahan 300 miliar won akan diterima pada tahun 2026.

Namun DAPA menolak usulan Indonesia saat itu dengan alasan pembayaran iuran setelah tanggal tersebut dapat meningkatkan ketidakpastian dalam proyek KF-21.

DAPA mengatakan, Indonesia baru-baru ini telah memberikan kontribusi tambahan sebesar 100 miliar won.

 

 

 SUMBER ZONA JAKARTA





 

BERITA POLULER