Pages

Sunday, August 4, 2024

Keterlibatan Indonesia Tak Kunjung Berlanjut, KF-21 Boramae Mengungguli Rafale dan Eurofighter Typhoon

 


Korea Aerospace Industries (KAI) seolah terus meninggalkan Indonesia dalam pengembangan jet tempur KF-21 Boramae yang didesain mengungguli Rafale. Indonesia sebenarnya sudah melakukan kontrak dengan KAI untuk melakukan kerja sama produksi K-21 Boramae.

Indonesia sepakat memasok patungan sebensar 20 persen dan akan mendapatkan pesawat beserta transfer teknologi. Namun, dalam perkembangannya, kerja sama ini mengalami kemacetan karena ada perbedaan persepsi soal pendanaan.

Setelah itu, KAI seolah meninggalkan Indonesia dan terus mengembangkan pesawat tersebut. Bahkan, produksi jet tempur Korea itu terus digalakkan untuk memenuhi permintaan Angkatan Udara Korea Selatan dan permintaan luar negeri.

Sebelumnya, KF-21 Boramae didesain sebagai jet tempur generasi 4,5, setara jet tempur Rafale buatan Dassault Aviation. Indonesia baru saja menyetujui untuk mengakuisisi 42 Rafele dari Prancis. Ternyata, KF-21 Boramae terus dikembangkan untuk mengungguli Rafale.

Dalam wawancara dengan surat kabar Korea seperti dikutip defencesecurityasia.com, 4 Agustus 2024, CEO KAI, Kang Goo-young menyatakan, KF-21 akan mengungguli jet tempur generasi 4,5 seperti Rafale atau Eurofighter Typhoon.

"Mengklasifikasi KF-21 Boramae sebagai jet tempur generasi ke-4,5 menggarisbawahi kemampuannya. Kalau diperbandingkan dengan jet tempur seperti Rafale dan Eurofighter Typhoon, KF-21 lebih superior," kata Kang Goo-young.

"Bahkan, saya menyatakan bahwa ini (KF-21) adalah jet tempur generasi 4,9, mendekati kemampuan pesawat generasi 5 dalam hal performa dan kemampuannya," tegasnya.

Kang goo-young menegaskan, kemampua Seksi Radar Jelajah atau Radar Cross Section (RCS) yang dimiliki KF-21 dikembangkan KAI untuk lebih superior daripada jet tempur generasi 4,5. Bahkann, kemampuan RCS KF-21 bersaing dengan yang dimiliki pesawat tempur generasi ke-5.

Maka, KAI yakin KF-21 Boramae akan lebih baik daripada pesawat semacam F-16, Rafale, Eurofighter Typhoon, dan F-15. Kang Goo-young memberi catatan, KF-21 deikembangkan dengan Fourth Industrial Revolution Technologies, termasuk Artificial Intelligence (AI) dan Big Data.

Sehingga, KF-21 Boramae akan menjadi pesawat tempur modern yang memiliki perangkat canggih. Dia juga menyebut bahwa pesawat seperti Rafale dan F-16 sebenarnya hanya pesawat generasi ke-3 yang di-upgrade menjadi pesawat generasi 4,5.

 

 

Umur kedua pesawat itu juga sudah tua dan hanya melakukan upgrading dari tahun ke tahun. Pesawat F-16 Fighting Falcon dikembangkan Lockheed Martin dan pertama kali diterbangkan pada 1974, hampir 50 tahun lalu. Sedangkan Rafale dikembangkan Dassault Aviation dan pertama kali diterbangkan pada 1986 atau 38 tahun lalu.

Sedangkan, KF-21 Boramae baru pertama kali diterbangkan pada 2022, atau dua tahun lalu. "KF-21 akan berevolusi menjadi pesawat generasi ke-5 dan memiliki potensi untuk menjadi pesawat tempur generasi ke-6," tegas Kang Goo-young.

Dijelaskan pula, KF-21 dilengkapi dengan radar Active Electronically Scanne Array (AESA) dan berbagai sistem serta sensor modern. Kelebihan lain dari KF-21 adalah biayanya lebih rendah 30 sampai 40 persen dibandingkan pesawat tempur sekelas. KF-21 Boramae melakukan penerbangan pertama pada 2022 dan terus dilakukan berbagai percobaan hingga terbang selama 2.000 kali.

Selama itu pula, berbagai ujian dilakukan hingga ditemukan berbagai terobosan yang diperlukan untuk mendapatkan pesawat tempur KF-21 yang maksimal.H ingga saat ini, pengembangan KF-21 sudah menacapai 80 persen.

KAI akan memproduksi kelompok pertama 20 pesawat KF-21 generasi 4,5 untuk Angkatan Udara Korea Selatan (ROKAF) yang diperkirakan selesai pada 2026. Sebanyak 20 unit KF-21 Block I yang diproduksi merupakan pesawat tempur yang didesain melakukan misi udara-ke-udara.

Setelah itu diikuti produksi 20 unit KF-21 Block II yang memiliki kemampuan misi udara-ke-darat. Meski Indonesia belum bergerak untuk memperbaiki kontrak dalam proyek KF-21, KAI menyatakan sudah memiliki potensi pasar luar negeri. Negara-negara yang sudah menyatakan tertarik membeli KF-21 adalah malaysia, Filipina, Irak, Polandia, dan Thailand. KF-21 akan dijual dengan harga 65 juta dolar AS atau sekitar Rp 1 triliun.

Harga ini jauh lebih murah daripada harga pesawat generasi 4,5 lainnya, sehingga akan semakin diminati banyak negara. ***

Monday, July 8, 2024

Mana Mesin yang Akan Dipakai Antara F110 GE129 dan TF10000 Jika Indonesia Jadi Beli KAAN dari Turki?

 


Indonesia diinfokan medapat tawaran untuk pengadaan jet tempur stealth/siluman KAAN setelah kunjungan kerja delegasi dari pihak turki  Turki dalam hal ini kemhan turki ke Kantor Kemhan RI beberapa waktu lalu.

namun Turki sendiri masih membuat pilihan apakah harus memilih menggunakan mesin F110 GE129 terlebih dahulu atau langsung menggunakan TF10000 sebagai mesin penopang KAAN saat sudah diproduksi massal.

Kebimbangan ini disinyalir turut mempengaruhi keputusan Indonesia setelah Turki menawarinya untuk kesekian kali setelah pertengahan 2023 lalu. Sebagaimana diketahui, Indonesia pernah menyatakan ketertarikannya untuk membeli KAAN yang digadang-gadang bakal menjadi pesaing berat dari F-35.

"Kita juga sedang menjajaki kerja sama dengan Turki yaitu mengembangkan jet tempur generasi lima," kata Menhan Prabowo dikutip ZONAJAKARTA.com dari kanal YouTube Garuda TV pada 16 Juni 2023. Namun karena satu dan lain hal, keinginan tersebut sampai saat ini belum ditindaklanjuti dengan upaya untuk mencapai kata sepakat.



Faktor anggaran kerap disebut-sebut menjadi salah satu pemicunya. Selain itu, negeri ini cenderung berfokus pada pelunasan 42 unit Rafale yang akhirnya tuntas diselesaikan tepat 9 Januari 2024 lalu.

Apabila dicermati lebih jauh, persoalan internal bukanlah semata-mata alasan Indonesia untuk tidak buru-buru merespons tawaran jet tempur KAAN dari Turki. Bahkan penawaran pesawat buatan Turkish Aerospace Industries (TAI) itu masih dihantui oleh kebimbangan untuk menentukan mesin penopang dari pihak produsen.

Padahal saat pesawat melakoni launching tepat 21 Februari 2024 lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dibuat berdecak kagum atas performanya. Usut punya usut, TF10000 yang digadang-gadang menjadi mesin penopang KAAN dengan spesifikasi lebih canggih dan diproduksi Turki sendiri belum dipastikan kapan akan segera memasuki tahap finishing.

Mesin dengan daya dorong sebesar 6.000 lbf itu semula akan langsung dipasangkan ketika KAAN nantinya diproduksi massal. Namun menurut pemberitaan laman Defence Security Asia pada Minggu, 26 Mei 2024, Ankara kemudian masih terus mengupayakan lisensi produksi F110 GE129 sebagai mesin penopang jet tempur tersebut untuk tahap awal.

Sebab mesin tersebut masih dianggap layak digunakan ketika pesawat melakukan uji coba penerbangan perdana walau hanya sebatas mencapai kecepatan maksimum Mach 1,8.

 

Di sisi lain Turki memang memiliki maksud terselubung di balik upayanya mengejar lisensi produksi F110 GE129 dari General Electric. Tujuannya agar Negeri Seribu Pagoda itu bisa menggunakannya pada 40 unit F-16 Block 70 alias Viper yang mereka pesan akhir Januari 2024 lalu. Sehingga diharapkan kombinasi F-16 Viper dengan KAAN akan menjadikan angkatan udara mereka semakin strong di kawasan Mediterania.

Mengenai mesin penopang KAAN yang akan digunakan Indonesia jika jadi membelinya, Turki sampai saat ini belum bisa memberikan kejelasan lebih lanjut. Hanya saja pilihan di antara F110 GE129 dan TF10000 menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena akan berpengaruh pada performa sekaligus harga yang harus dibayarkan.

Jika F110 GE129 hanya mampu membuat KAAN melaju hingga kecepatan Mach 1,8, tidak demikian halnya dengan TF10000 karena mampu membuat pesawat yang sama bisa mencapai kecepatan supersonik atau di atas Mach 3.

Andaikata TAI selaku pabrikan pesawat memberikan opsi, Indonesia bisa memilih sesuai kebutuhan tempur yang diperlukan TNI AU serta alokasi anggaran yang tersedia.

Bahkan kombinasi dua opsi pun bisa diambil secara proporsional tergantung jumlah unit pesawat yang dipesan. Terlepas dari polemik mesin yang bakal digunakan, pembelian KAAN akan memberikan benefit yang luar biasa bagi kemajuan pertahanan udara tanah air.

"Kerja sama dengan Turki dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan teknologi pertahanan, serta peningkatan kapasitas militer Indonesia, termasuk pertukaran pengetahuan dan pelajar militer," tutur Wamenhan RI Herindra dikutip dari laman kemhan.go.id pada Rabu, 22 Mei 2024.

ZONAJAKARTA

 

 

TNI AU Bukan Sekedar Peserta, Indonesia Didapuk Jadi Komandan Misi Pimpin 150 Pesawat Asing di Pitch Black 2024 Australia

 


TNI AU Indonesia adalah salah satu peserta di ajang latihan Pitch Black yang bergengsi yang diselenggarakan di Australia. Dikutip Zonajakarta.com dari situs Royal Australian Air Force (RAAF) , Pitch Black merupakan latihan penggunaan kekuatan besar multi-nasional dua tahunan selama tiga minggu yang dilakukan terutama dari Pangkalan RAAF Darwin dan Pangkalan RAAF Tindal.

Latihan seperti ini sangat penting untuk memastikan Angkatan Udara tetap siap memberikan respons kapan pun Pemerintah Australia memerlukannya. Pelatihan dan integrasi kekuatan yang terjadi pada latihan ini secara langsung mendukung kemampuan RAAF dalam melakukan operasi.

Latihan Pitch Black menampilkan serangkaian ancaman simulasi dan realistis yang dapat ditemukan di lingkungan ruang pertempuran modern dan merupakan kesempatan untuk menguji dan meningkatkan integrasi kekuatan, dengan memanfaatkan salah satu wilayah pelatihan udara terbesar di dunia.

Menurut rilis Australian Government pada 15 Februari 2024, Latihan Militer Pitch Black 2024 (PBK24) adalah latihan militer besar Australia dan Internasional yang menggabungkan berbagai aktivitas terbang taktis di seluruh Australia utara selama periode 15 Juli hingga 1 Agustus 2024. Pesawat akan beroperasi dari Darwin dan Tindal. Kegiatan ini akan dilakukan dari Darwin dan Tindal, dan akan mencakup sejumlah besar kawasan terlarang dan berbahaya di NT (Northern Territory).

Untuk memastikan keselamatan publik dan memenuhi tujuan pelatihan, sejumlah besar area terlarang dan berbahaya militer akan diaktifkan. Selain itu, prosedur pendukung, seperti jendela prioritas MIL di Bandar Udara Darwin dan saran mengenai kebutuhan bahan bakar tambahan, diperlukan untuk mengakomodasi operasi jet cepat dengan kepadatan tinggi yang memiliki daya tahan terbatas.

Prosedur-prosedur ini berkaitan untuk memastikan bahwa lalu lintas militer dan sipil dapat dikelola dengan aman dengan tantangan tambahan pekerjaan landasan pacu Darwin yang dijadwalkan sepanjang tahun 2024. Waktunya telah ditentukan melalui konsultasi dengan ATC Darwin dan Bandara Internasional Darwin (DIA), dan telah disetujui. dirancang untuk memastikan kesenjangan yang cukup untuk semua jenis lalu lintas untuk difasilitasi dalam jam ATC. Selain itu, pesawat milik pasukan militer Australia dan Internasional akan melakukan flypast di atas Pantai Mindil sebagai bagian dari acara komunitas lokal pada malam hari Kamis tanggal 18 Juli.

Untuk menjamin keselamatan penerbangan, pesawat yang tidak berpartisipasi tidak akan dapat lepas landas atau mendarat di Darwin selama durasi flypast, atau operasi terbang dengan Zona Kontrol selama periode ini (durasi 90 menit).

Penerbangan prioritas, seperti penerbangan dengan keadaan darurat yang dinyatakan, atau untuk mendukung perlindungan jiwa dan harta benda (MEDEVAC, SAR) harus difasilitasi jika aman untuk dilakukan.

Meski pemerintah Australia awalnya menjadwalkan acara latihan Pitch Black 2024 pada 15 Juli hingga 1 Agustus 2024, namun dalam konferensi perencanaan final jadwal nampaknya dimajukan. 

Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari akun Instagram @militer.udara pada 21 April 2024 menyebut latihan multinasional Pitch Black 2024 yang akan dilaksanakan di RAAF Base Darwin pada tanggal 12 Juli 2024 hingga 3 Agustus 2024 mendatang sudah memasuki tahap Final Planning Conferrence.

Delegasi TNI AU yang terlibat dalam tahap finalisasi planning latihan ini diantaranya Letkol Pnb Ripdho Utomo, Mayor Pnb Ferry Rachman, Kapten Pnb Windi Darmawan dan Lettu Pnb Sulistyo Laksono Cahyo selaku Ops Planner, kemudian Kapten Tek Farid A. Winasis selaku Logs Planner serta didampingi Atase udara Kolonel Nav Mohammad Jausan, S.Pd., M.Eng. sebagai security advisor.

Pada latihan ini, penerbang TNI AU akan berkesempatan menjadi Mission Commander dalam sebuah misi latihan Large Force Employment dan memimpin lebih dari 150 pesawat tempur Multinational. 1100 sorties penerbangan dan 4500 personel dilibatkan dalam latihan yang berlangsung selama 3 minggu ini.

Latihan ini juga merupakan sarana untuk menunjukan kemampuan TNI Angkatan Udara demi mewujudkan TNI AU yang AMPUH (Adaptif, Modern, Profesional, Unggul dan Humanis) dalam menjaga kedaulatan NKRI dan stabilitas keamanan di kawasan.

 zonajakarta

Sunday, July 7, 2024

BRIN dan PT Dahana Sepakat Manfaatkan Propelan ISP-240 untuk Bahan Bakar Roket Pertahanan

 

08 Juli 2024

 

 


Uji coba roket RX122 (photo: BRIN)

Bogor - Humas BRIN. Pusat Riset Teknologi Roket Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjalin kesepakatan bersama dengan PT Dahana dan Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan tentang Pemanfaatan Prototipe Hasil Riset Pengembangan Propelan Impuls Spesifik (Isp) 240 untuk Bahan Bakar Roket Pertahanan Kaliber 122 mm Berdaya Jangkau Lebih Jauh. Kesepakatan bersama ini merupakan hasil riset dari program pendanaan Riset Inovatif Produktif (RISPRO) LPDP untuk komersialisasi menjadi prototipe produk.

 

Kesepakan tersebut ditandatangani oleh Kepala Pusat Riset Teknologi Roket BRIN, Arif Nur Hakim serta Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dahana, Suhendra Yusuf secara daring pada Rabu (8/5). Disaksikan juga oleh para periset Pusat Riset Teknologi Roket, perwakilan PT Dahana serta perwakilan LPDP.

 

Riset yang diketuai oleh Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Roket BRIN, Heri Budi Wibowo ini telah menghasilkan prototipe propelan Isp-240 yang telah diujicoba untuk roket RX-122 di Stasiun Peluncuran Roket Garut, Jawa Barat pada September 2023.

 

Propelan adalah bahan bakar atau sumber tenaga mesin roket. Propelan dengan kinerja baik adalah propelan yang memiliki nilai Impuls Spesifik (Isp) yang tinggi.

 

Kepala Pusat Riset Teknologi Roket BRIN, Arif Nur Hakim mengatakan tujuan dari riset propelan Isp-240 adalah untuk meningkatkan performa roket pertahanan kaliber 122 mm sehingga mampu mencapai jarak jangkau hingga 30 kilometer.

 

PT Dahana telah lama terlibat dalam pengembangan roket pertahanan baik roket RHan 122B, maupun RHan 450.

 

Arif menambahkan, riset peningkatan kualitas propelan dari Isp-220 menjadi Isp-240 akan diaplikasikan tidak hanya pada roket kaliber 122 mm saja, tetapi akan diaplikasikan untuk roket-roket pertahanan yang lainnya.

 

"BRIN melalui Pusat Riset Teknologi Roket dan PT Dahana sepakat untuk melanjutkan proses berikutnya, yaitu proses sertifikasi sehingga dapat dilakukan komersialisasi," terangnya.

 

Peneliti Ahli Utama sekaligus Profesor Riset Pusat Riset Teknologi Roket BRIN, Heri Budi Wibowo menyampaikan, prototipe ini akan dilanjutkan ke proses sertifikasi agar bisa menjadi produk komersial yang siap dijual dan digunakan pengguna.

 

"Propelan Isp-240 memiliki impuls spesifik 10 persen lebih tinggi dari yang biasa digunakan untuk roket pertahanan Rhan-122B. Dengan Isp-239 detik, pengujian roket RX-122 menghasilkan jarak rata-rata 28 kilometer. Dengan propelan Isp-240 ini, diharapkan ke depan bisa menggantikan propelan Isp-220 untuk meningkatkan roket pertahanan RHan-122B dari jarak rata-rata 23 kilometer menjadi 28 kilometer," jelasnya.

 

Heri mengungkapkan, peluncuran resmi prototipe propelan Isp-240 dan proses sertifikasi akan dilakukan pada 13 Mei 2024 di Gedung Energetic Material Center (EMC) PT Dahan, Subang, Jawa Barat. Peluncuran akan dihadiri Kepala Pusat Riset Teknologi Roket, Direktur PT Dahana, dan pejabat terkait lainnya

 

"Selambat-lambatnya setelah tiga tahun, maka produk propelan Isp-240 diharapkan sudah tersertifikasi dan siap untuk dikomersialisasi," pungkasnya.

 

(BRIN)

Saturday, July 6, 2024

SENJATA ANEH: Era Perang Dunia 2

Era Perang Dunia kedua adalah era dimana pengembangan senjata sudah jauh lebih maju dan lebih mematikan dibandingkan dengan era Perang Dunia pertama. 

Tapi walaupun sudah memiliki teknologi yang mumpuni, tetap saja inovasi pengembangan senjata terus dilakukan. Bahkan semakin berkembangnya teknologi, pengembangan senjata juga semakin aneh. 

  • 1.    Ranjau Anjing
  • 2.    Panjandrum
  • 3.    Meriam Angin
  • 4.    Bom Kelelawar
  • 5.    Krummlauf
  • 6.    Bom Terbang Ohka

Era perang dunia kedua adalah era dimana teknologi pengembangan senjata sudah jauh lebih baik dan lebih modern dibandingkan dengan era perang dunia pertama tapi dengan adanya kemajuan teknologi inovasi pengembangan senjata juga semakin aneh unik dan mungkin sebagian dari kalian menganggapnya tidak masuk akal mari kita simak senjata-senjata aneh apa saja yang pernah dikembangkan pada era perang dunia kedua


Ranjau Anjing



ranjau anjing tahun 1941 saat tank-tank jerman dengan leluasa memasuki wilayah uni soviet pasukan rusia kala itu tidak memiliki cukup senjata anti-tank tapi memiliki banyak sekali populasi anjing liar yang tidak terkontrol maka munculah ide untuk menggunakan anjing liar sebagai bom peledak untuk menghancurkan tank-tank jerman cara mereka melatih para anjing liar adalah bom diikat pada badan anjing lalu membiasakan mereka untuk mengambil makanan yang berada di bawah badan tank dengan begitu bom akan meledak saat tuas yang berada di atas badan anjing menyentuh bagian bawah tank rencana yang sangat bagus dan brilian namun pembuktian lapangan kacau balau karena para anjing mengira bahwa di bawah semua tank terdapat makanan tidak peduli itu tank kawan atau lawan mungkin rencana ini akan berjalan dengan baik kalau sejak awal para anjing dilatih untuk mengenali simbol atau lambang jerman saja

 

 

Panjandrum



Panjandrum pada tahun 1943 direktorat pengembangan senjata di inggris diminta untuk mengembangkan senjata yang dapat menembus benteng pertahanan nazi di pantai-pantai eropa maka diciptakanlah senjata pamungkas yang dinamai panjandrum alat ini adalah dua roda besar yang ditempeli roket sebagai alat penggerak lalu kedua roda ini dihubungkan oleh sebuah drum yang berisi bahan peledak agar dapat berdiri seimbang konsep awalnya alat ini akan diluncurkan melalui kapal-kapal transport berharap akan terus melaju hingga menabrak dan menghancurkan tembok pertahanan jerman sebelum melakukan pendaratan pasukan utama di Pantai namun saat uji coba alat ini hanya berjalan dengan mulus selama 20 detik sebelum akhirnya lari kesana kesini tidak terkendali seperti trolley supermarket yang rodanya tidak terpasang dengan benar selama 70 kali uji coba yang terus menerus mengalami kegagalan malahan menjadi tontonan warga yang merasa terhibur karena dianggap hal yang lucu pada akhirnya pengembangan senjata ini dihentikan dilupakan dan pihak inggris lebih memilih untuk tidak membicarakannya

Meriam Angin



windkanone atau meriam angin jerman memang terkenal akan pengembangan senjata yang aneh dan belum pernah terpikir sebelumnya tapi yang satu ini mungkin dapat dikatakan lebih dari aneh tepatnya Ajaib windkanone atau meriam angin adalah alat yang menggunakan bahan peledak kimia untuk meluncurkan hembusan angin yang sangat kuat ke atas udara tujuan dari windkanone ini adalah menciptakan pesawat-pesawat sekutu terutama bomber kelas berat mengalami turbulensi yang sangat parah sehingga dapat hilang keseimbangan dan jatuh eksperimen windkanone sebenarnya cukup berhasil saat uji coba menghancurkan papan kayu yang tebal pada jarak yang cukup jauh sayangnya windkanone tidak sempat diuji di lapangan oleh pasukan jerman karena perang dunia telah berakhir jadi seberapa efektif windkanone tidak ada yang pernah tahu

 

Bom Kelelawar



bom kelelawar senjata ini dirancang khusus oleh amerika serikat untuk dijatuhkan di beberapa kota-kota jepang dimana para kelelawar yang telah dipasangi bom waktu akan dilepas lalu bertengger di bawah atap bangunan sebelum akhirnya meledak ide yang sebenarnya kreatif tidak pernah terpikir sebelumnya bahkan disetujui oleh presiden Roosevelt tapi karena pengembangan bom kelelawar dianggap terlalu lamban dan membutuhkan waktu yang lama untuk disempurnakan maka pada akhirnya pihak amerika serikat menghentikan eksperimen bom kelelawar dan lebih memilih untuk melanjutkan pengembangan bom yang dianggap lebih efektif yaitu bom atom dan terbukti lebih dari efektif alias kota menjadi hancur total

 

Krummlauf



krummlauf atau barel bengkok kalau dapat menembak tanpa terekspos oleh musuh, mengapa tidak? itulah rencana jerman untuk mengembangkan senapan dengan ekstensi laras yang bengkok yaitu krummlauf 

sejak awal krummlauf diciptakan untuk dipasang pada senapan serbu jerman yaitu StG 44alat dilengkapi dengan perangkat seperti periskop agar para prajurit dapat membidik lebih tepat namun teori selalu berbeda dengan praktek peluru yang dilontarkan oleh krummlauf biasanya pecah dan tidak akurat ditambah lagi laras krummlauf cepat rusak setelah menembakan sekitar 200 hingga 300 peluru karena alasan inilah krummlauf sangat jarang terlihat di medan pertempuran walaupun ide laras yang bengkok dikatakan aneh tapi faktanya saat ini pengembangan senjata yang dapat menembak secara bengkok tetap dilanjutkan dan terus disempurnakan contohnya adalah corner shot milik israel 

Bom Terbang Ohka



bom terbang ohka pada fase-fase akhir perang dunia kedua di teater pasifik pasukan kekaisaran jepang kehilangan banyak sekali armada angkatan lautnya saat menghadapi pasukan sekutu tidak ada harapan bagi jepang untuk memenangkan perang namun jepang tetap bersikeras untuk berjuang hingga titik darah penghabisan maka dari itu dirancanglah pesawat khusus kamikaze yang diisi dengan bahan peledak yokosuka mxy-7 ohka pesawat ini dikendalikan oleh pilot untuk dihantamkan pada kapal-kapal perang sekutu pesawat ini dibawa oleh pesawat pembom jepang dan dilepaskan di tengah-tengah perjalanan agar dapat mencapai target sebelum kehabisan bahan bakar tapi efektifitas ohka di medan pertempuran jauh dibawah harapan pesawat ini hanya sanggup menghancurkan kapal-kapal kecil tapi tidak mampu menghancurkan kapal-kapal perang yang jauh lebih besar ditambah lagi taktik bunuh diri dianggap hal yang bodoh dan membuang nyawa dengan sia-sia maka para pelaut sekutu menjuluki pesawat ini bukan sebagai ohka tapi baka yang dalam bahasa jepang artinya idiot jadi itulah beberapa senjata-senjata aneh yang pernah dikembangkan pada era perang dunia kedua walaupun aneh tapi tetap seja berbahaya dan mematikan apabila digunakan dengan benar menurut kalian senjata mana yang paling aneh?


Sumber : blue spot histori


China menawarkan kapal selam S26T kepada Indonesia dipersenjatai dengan Rudal Anti Kapal YJ 18

 


Penolakan Thailand terhadap tawaran kapal selam kelas Yuan S26T oleh China menjadi perhatian banyak media asing. Setelah ditolak Thailand, China menawarkan kapal selam S26T kepada Indonesia.  Kali ini Indonesia dinilai lebih beruntung ditawari kapal selam S26T terkait akses ke mesin dari perusahaan Jerman, yang sebelumnya belum ditolak oleh Thailand.

Dilansir dari Defence Security Asia edisi 4 Juli 2024, pejabat senior dari China State Shipbuilding Corporation (CSSC) dikabarkan telah mengunjungi Jakarta pada 28 Juni 2024 lalu.  Kedatangan CSSC tak lain yakni untuk menjual kapal selam diesel-listrik S26T kepada Indonesia, yang sebelumnya ditawarkan kepada Thailand.

Menurut portal pertahanan internasional Janes, pejabat dari perusahaan pembuat kapal China hadir di Kementerian Pertahanan (Kemhan) Republik Indonesia beberapa hari lalu untuk menyampaikan informasi tentang kapal selam tersebut.

Pejabat CSSC bertujuan untuk menjelaskan kepada Kemhan bahwa kapal selam S26T masih dapat dimodifikasi untuk memenuhi persyaratan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL). Awalnya, CSSC bermaksud menjual S26T ke Thailand, namun kesepakatan tersebut dibatalkan setelah negosiasi panjang antara kedua negara karena masalah mesin. Menurut Janes, pembuat kapal China meyakinkan Kemhan RI bahwa mereka tidak akan menghadapi pembatasan ekspor yang dialami oleh Thailand. Pejabat China menyatakan bahwa mereka dapat melengkapi S26T dengan mesin dari vendor pilihan pelanggan, termasuk produsen mesin Jerman MTU.

China juga membuat tawaran lebih menarik untuk Indonesia, di mana CSSC juga siap melengkapi kapal selam yang ditawarkan dengan rudal jelajah antikapal YJ-18.

Kapal selam S26T yang ditawarkan kepada Indonesia juga akan dilengkapi dengan sistem Air Independent Propulsion (AIP).

Dilansir dari laman Zona Militar edisi 5 Juli 2024, mengakui tantangan terkait pasokan mesin MTU yang menghambat akuisisi oleh Thailand, delegasi China meyakinkan Kemhan RI bahwa mereka tidak akan menghadapi masalah yang sama.

Intinya, hal ini menunjukkan bahwa CSSC telah mendapatkan kembali akses ke mesin dari perusahaan Jerman dan juga akan memberikan opsi dengan mesin CHD620 yang diproduksi secara lokal oleh perusahaan milik negara China.

Untuk mempermanis kesepakatan, CSSC dilaporkan menawarkan portofolio pertahanan Indonesia versi S26T yang mampu mengerahkan rudal antikapal YJ-18 dari tabung torpedonya.

Mengenal Rudal Anti Kapal YJ 18 Penopang Kapal Selam S26T Incaran Indonesia yang Bikin TNI AL Makin Strong.  Kemampuan ini melengkapi sistem Air-Independent Propulsion (AIP) yang telah diminta oleh Angkatan Laut Thailand, tanpa penyesuaian besar yang diharapkan pada desain kapal selam yang ada.

Awalnya Thailand berencana untuk menginvestasikan lebih dari 350 juta dolar untuk memperleh kapal selam kelas Yuan S26T, yang merupakan versi ekspor dari Type 039A dan awalnya seharusnya dilengkapi dengan mesin MTU.


Thailand Salah Kaprah Buru-buru Tolak Kapal Selam S26T China Yang Saat ini Ditawarkan Kepada Indonesia

Kontrak yang ditandatangani pada tahun 2017 itu menghadapi penundaan dan tantangan berulang kali terutama karena kendala politik yang diberlakukan oleh pemerintah Jerman pada pengiriman mesin ke China.

Pada bulan Mei 2024 lalu, proyek tersebut nampaknya kembali berjalan ketika Angkatan Laut Thailand mengumumkan rencana untuk melanjutkan pembelian dengan mengganti mesin Jerman dengan mesin pengganti China. Namun terbaru, kapal selam ini yang sekarang ditawarkan kepada Indonesia, membuat operasi Thailand mungkin telah gagal. (ZJ)

Media asing laporkan bahwa China belum lama ini telah tawarkan kapal selam diesel-listrik (SSK) S26T kepada Indonesia. Pihak China diketahui telah menemui Kemhan RI untuk memaparkan kapal selam buatannya.

“Kita mengkonfirmasi bahwa pejabat China State Shipbuilding Corporation (CSSC) berada di kantor Kemhan RI pada 28 Juli dan melakukan presentasi mengenai S26T SSK dan bagaimana kapal selam itu dapat disesuaikan untuk kebutuhan TNI AL”, jelas Janes dalam artikelnya berjudul “China again offers Thailand-ordered S26T submarine to Indonesia”, terbitan 3 Juli 2024. Tambahan informasi, S26T adalah varian ekspor dari kapal selam Yuan Kelas buatan CSSC. Namun yang menarik untuk dibahas, ini adalah kapal selam yang sebelumnya sempat ditawarkan kepada Thailand. Benar, beberapa tahun lalu China tawarkan kapal selam S26T/ Yuan Kelas ini kepada Thailand.

“Thailand menandatangani kontrak dengan China pada tahun 2017 untuk mengakuisisi kapal selam S26T senilai 350 juta US Dolar. Namun Thailand menolaknya padahal pengerjaan sudah selesai 50 persen”, jelas Defence Security Asia dalam artikel berjudul “ Ditolak Oleh Thailand, China Kini Cuba Jual Kapal Selam S26T Kelas-Yuan Pada Indonesia Pula”, 4 Juli 2024. Namun karena tidak sesuai dengan keinginannya, Thailand akhirnya menolak kapal selam tersebut.  Karena menurut kesepakatan, Thailand hanya mau kapal selam pesanannya memakai mesin buatan MTU 396 buatan Jerman.

Tapi China tidak bisa mengindahkan permintaan itu karena sanksi militer oleh Uni Eropa. Pada akhirnya China hanya bisa pasangkan mesin CHD 620 buatannya ke dalam kapal selam tersebut.  Karena masalah inilah, Thailand menolak untuk mengakuisisi kapal selam S26T. Tapi menurut Bulgarian Military, Thailand salah paham dan keburu menolak kapal selam itu.

Mengenal Rudal Anti Kapal YJ 18 Penopang Kapal Selam S26T Incaran Indonesia yang Bikin TNI AL Makin Strong

Indonesia kembali ditawari China untuk membeli kapal selam Kelas Yuan S26T setelah negara produsen pecah kongsi dengan Thailand.

Salah satu benefit yang ditawarkan China kepada Indonesia dari pembelian S26T adalah pemasangan rudal anti kapal YJ 18.

Serba-serbi mengenai YJ 18 sangat menarik untuk diulik lantaran rudal anti kapal ini diyakini dapat membuat TNI AL semakin strong jika S26T jadi dibeli Indonesia. Indonesia Jadi Pelarian Sengketa Kapal Selam antara China dan Thailand, Sampai Diiming-imingi Paket Rudal Anti Kapal.



 

Dilansir ZONAJAKARTA.com dari artikel berjudul "China again offers Thailand-ordered S26T submarine to Indonesia" yang dimuat laman Janes pada Rabu, 3 Juli 2024, tanda-tanda keseriusan China untuk menawarkan kembali S26T ke Indonesia dibuktikan langsung oleh China State Shipbuilding Corporation (CSSC) selaku pabrikan. CSSC bahkan sampai mengirimkan sejumlah perwakilan petingginya untuk berkunjung ke kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI pada akhir Juni 2024 lalu.

Saat mengunjungi kantor Kemhan RI, mereka turut menjelaskan benefit yang akan diperoleh republik ini apabila mau menerima tawaran Negeri Tirai Bambu membeli kapal selam buatannya. Salah satunya adalah kebebasan untuk menentukan sendiri mesin yang akan menopangnya.

Indonesia diketahui menginginkan agar kapal selam Kelas Yuan yang nantinya bakal mereka beli ditopang oleh mesin MTU dari Jerman.

Sehingga dampak dari embargo Uni Eropa yang melarang Berlin memasok mesinnya kepada Beijing yang menjadi penyebab batalnya kesepakatan dengan Thailand tidak akan dirasakan oleh negeri ini.

Selain diberikan kebebasan untuk menentukan mesin penopang secara mandiri, Indonesia juga memperoleh benefit lainnya dari China yang sangat menguntungkan bagi TNI AL ketika mengoperasikannya dalam sebuah operasi maritim.  Yakni dukungan persenjataan berupa rudal anti kapal YJ 18.  Rudal ini diyakini sangat mematikan sehingga akan membuat musuh berpikir seribu kali untuk merongrong keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Lantas seperti apa dan bagaimanakah YJ 18 yang dijanjikan China bakal menopang kapal selam S26T apabila Indonesia membelinya? Melansir laman Missile Threat, YJ 18 merupakan rudal jelajah anti kapal yang juga dapat difungsikan untuk melancarkan serangan darat. Rudal ini juga memiliki nama lain yakni CH-SS-NX-13.

Sebelum diperjualbelikan, pengembangan rudal tersebut dilakukan oleh Akademi Ketiga Perusahaan Sains dan Industri Dirgantara China (CASIC) sekira pertengahan 1990-an. Lalu memasuki tahun 2009, referensi terhadap program pengembangan rudal ini muncul dalam dokumen China yang mengeksplorasi persyaratan metalurgi.

Baru lima tahun setelahnya (2014), YJ 18 resmi diluncurkan kepada publik dalam sebuah parade dan dipublikasikan melalui media lokal dari negara produsen. Secara spesifikasi, YJ 18 mengalami peningkatan signifikan dibandingkan produk sejenis milik China yang sudah ada sebelumnya. Jangkauannya diketahui mampu mencapai dua kali lipat dari 3M-54 dan tiga kali lipat dari YJ-83 yakni pada kisaran 220 hingga 540 km.

Sehingga ini sangat mendukung strategi anti akses dan penolakan wilayah (A2/AD) yang lebih luas. Bagi negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu, hal tersebut sangat penting ketika mereka membutuhkannya untuk menaklukkan Amerika Serikat. Tidak mengherankan jika CSSC merancangnya secara spesial untuk mengalahkan sistem tempur AEGIS.

Itu pula alasan yang mendasari Tentara Pembebasan Rakyat Laut Tiongkok (PLAN) menempatkan YJ 18 pada kapal selam dan kapal permukaan yang mereka miliki. Dan mereka pun semakin percaya diri untuk meninggalkan YJ-62 sepenuhnya. Dari segi kecepatan, YJ 18 mampu melaju dengan Mach 0,8 untuk pelayaran dan Mach 2,5 hingga 3,0 untuk mode terminal.

Berat peluncurannya ditaksir kurang dari 1.579 kg dengan membawa hulu ledak high-explosive atau antiradiasi. Belum lagi jika bicara mengenai navigasi satelit dan panduan radar yang memandu ke mana rudal harus bergerak. Berkaca dari spesifikasi itu semua, Indonesia tak boleh menyia-nyiakannya karena ini akan menjadikan TNI AL semakin kuat dan disegani dunia. Lebih penting lagi dalam jangka panjang, kedaulatan perairan NKRI akan tetap terjaga.


sumber zonajakarta

 

 

 

 

 

 

Thursday, July 4, 2024

Bagaimana Cara Kerja Rudal Balistik dan Jelajah?

 

Dalam banyak peperangan modern serangan diawali dengan meluncurkan rudal-rudal jarak jauh. Rudal atau peluru kendali dengan sasaran darat ditujukan untuk menghancurkan fasilitas-fasilitas militer yang vital, misalnya stasiun radar, pangkalan udara, fasilitas komunikasi, pembangkit listrik, depo bahan bakar, dan lain-lain.

Lalu, bagaimana rudal yang diluncurkan baik dari darat maupun kapal permukaan mampu dengan tepat dan akurat mengenai targetnya yang berjarak ratusan hingga kilometer?

Dilansir dari berbagai sumber, rudal atau peluru kendali adalah amunisi yang dilengkapi sistem pemandu dan pengendali sehingga bisa mengenai dengan tepat terhadap taget yang telah ditentukan. Rudal untuk target darat dapat diluncurkan dari darat, kapal permukaan, kapal selam maupun dari pesawat tempur. Berdasarkan lintasannya, rudal untuk target darat dibedakan menjadi rudal balistik dan jelajah.



Rudal balistik terbang menuju sasaran yang jauh dengan lintasan melengkung, mirip seperti lintasan peluru artileri. Untuk mencapai sasaran yang jauh, rudal ini perlu mencapai ketinggian tertentu, semakin jauh sasarannya dibutuhkan ketinggian yang lebih besar. Rudal balistik menggunakan tenaga pendorong berupa roket.

Sedangkan rudal jelajah atau cruise missile, lintasannya mendatar seperti pesawat terbang. Saat diluncurkan, rudal akan meluncur ke ketinggian tertentu kemudian terbang mendatar atau horizontal. Rudal jelajah diluncurkan dengan tenaga pendorong roket yang disebut sebagai booster. Setelah mencapai kecepatan yang dibutuhkan, tenaga pendorong beralih pada tenaga pendorong mesin jet. Adapun jenis mesin jet yang biasa digunakan seperti turbojet dan turbofan, untuk rudal hipersonik menggunakan mesin ramjet.

Kelebihan rudal jelajah adalah ketinggian terbangnya yang rendah sehingga saat masih di kejauhan, rudal ini tidak terdeteksi oleh radar musuh. Rudal bakal baru terdeteksi saat sudah mendekati sasaran dan musuh hanya memiliki waktu yang singkat untuk mencegatnya.

Terdapat beberapa sistem pengendali yang terpasang di rudal sebagai kunci untuk membidik sasaran secara tepat. Beberapa rudal modern menggunakan kombinasi dua atau lebih sistem pengendali. Yang pertama dan paling sederhana ialah Preset Guidance, sebelum rudal diluncurkan lintasan terbang rudal sudah ditentukan sebelumnya. Penentuan lintasan ini didasarkan pada jarak dan arah sasaran, diukur dari titik peluncuran. Rudal disetel agar terbang dengan lintasan tersebut.

Sistem ini contohnya terdapat di roket V-2 buatan Jerman yang digunakan pada Perang Dunia II. Agar rudal bisa terbang sesuai lintasan yang ditentukan, maka dalam roket ini terdapat perangkat giroskop dan akselerometer untuk mengukur perubahan arah dan posisi rudal. Arah terbang rudal dikendalikan menggunakan semacam sirip di bagian nozel. Sirip ini membelokkan arah semburan roket untuk menyetir arah terbang sesuai lintasan yang sudah terpasang.

Pengembangan dari Preset Guidance adalah Inertial Navigation System (INS). Perangkat yang berada di dalam rudal ini terus-menerus menghitung posisi rudal selama terbang. Di dalam perangkat INS terdapat komponen sensor berupa giroskop, akselerometer, timer serta komputer untuk pemrosesan data. Giroskop digunakan untuk mengukur rotasi atau perubahan arah dan posisi rudal yang membawanya. Komponen akselerometer mengukur percepatan atau perubahan kecepatan, baik akselerasi maupun perlambatan. Dengan menghitung antara percepatan dan waktu, maka didapatkan kecepatan terbang rudal, lalu arahnya diperoleh dari sensor pada giroskop.

Data-data dari perangkat sensor tersebut dihitung oleh komputer yang secara terus-menerus menghitung posisi rudal saat ini berdasarkan posisi sebelumnya. Metode ini disebut sebagai Dead Reckoning, yakni komputer pada rudal selalu mengetahui posisi rudal saat ini. Sistem navigasi seperti ini juga digunakan di kapal selam dalam laut.



Akurasi rudal dengan sistem pemandu INS sangat tergantung dari ketelitian sensor akselerometer dan giroskop di dalamnya. Perangkat INS terkadang dilengkapi dengan sensor barometrik altimeter dan magnetometer. Altimeter mengukur ketinggian berdasarkan tekanan barometrik atmosfer sedangkan magnetometer mengukur arah berdasarkan medan magnet bumi. Perangkat tambahan ini digunakan untuk koreksi. Perangkat INS modern menggunakan akselerometer dengan teknologi Micro-electromechanical Systems (MEMS) yang sangat sensitif. Giroskop saat ini menggunakan teknologi Solid-state Ring Laser Gyro atau Advance Inertial Reference Spare (AIRS). Melalui teknologi ini, tidak perlu lagi melakukan koreksi dengan altimeter dan magnetometer. Perangkat INS modern dapat mencapai akurasi dengan melenceng hanya beberapa meter pada jangkauan jarak di atas 10.000 kilometer.

Metode pemandu rudal berikutnya adalah menggunakan navigasi berbasis satelit. Yang paling umum adalah menggunakan GPS. Sistem navigasi satelit lainnya di antaranya Glonnas milik Rusia dan BeiDou milik Cina. Rudal dengan pengendali satelit seperti GPS dilengkapi dengan GPS receiver untuk mengetahui posisi rudal saat ini. GPS receiver yang digunakan pada rudal memiliki grade dengan akurasi yang sangat tinggi. Untuk dapat membidik sasaran secara tepat, koordinat sasaran diinput ke dalam sistem kendali rudal, komputer pengendali mengarahkan rudal menuju titik koordinat tersebut. Namun, sistem navigasi berbasis satelit ini dimiliki dan dioperasikan oleh negara-negara tertentu. GPS dimiliki oleh Amerika Serikat, Glonnas oleh Rusia, dan BeiDou dari Cina. Dalam kondisi perang, negara pemilik satelit dapat memblokir akses satelit navigasi sehingga tidak bisa digunakan oleh negara lain.

 

Selain itu, ada sistem pemandu Terrain Contour Matching (Tercom) yang digunakan pada banyak rudal jelajah. Misalnya, pada rudal BGM-109 Tomahawk. Rudal ini menemukan sasaran berdasarkan peta kontur yang dilewati. Jadi, agar bisa mencapai sasaran harus tersedia peta kontur atau peta perbedaan elevasi atau ketinggian permukaan bumi antara titik peluncuran dan lokasi sasaran. Saat ini, peta tersebut mudah didapatkan dari citra satelit. Rudal dengan sistem kendali Tercom dilengkapi dengan radar altimeter yang mengukur ketinggian permukaan bumi yang dilewati oleh rudal. Kemudian. hasil pengukuran kontur tersebut dibandingkan dengan peta kontur yang sudah diinput. Maka dengan membandingkan dan mencocokan peta kontur yang dilewati, rudal akan sampai pada sasarannya. Sistem ini juga memungkinkan rudal terbang mengikuti kontur bumi dengan ketinggian relatif rendah dan sulit terdeteksi oleh radar.

Versi pemandu rudal yang paling baru adalah menggunakan Digital Scene Matching Area Correlation (DSMAC). Rudal tidak hanya mencocokan kontur atau perbedaan elevasi, tetapi juga menyesuaikan citra digital atau penampakan gambar permukaan bumi yang dilewatinya. Dengan teknologi ini, jalur terbang rudal dapat berkelok-kelok mengikuti lembah untuk menghindari pantauan radar musuh. DSMAC juga lebih akurat membidik target yang spesifik. Untuk meningkatkan akurasi dan keandalan.

Namun, rudal seringkali menggunakan kombinasi beberapa sistem pemandu. Rudal jelajah modern umumnya menggunakan kombinasi sistem pemandu INS, Tercom, dan GPS. (Aini Tartinia)


sumber indonesiadefense.com

BERITA POLULER