Pages

Thursday, June 20, 2024

Raja Salman Arab Saudi Ikuti Langkah Indonesia Borong 100 Unit Rafale Usai Gagal Miliki F-35

 


AS rela menolak semua permintaan F-35 dari negara kaya raya Timur Tengah macam Qatar, UEA hingga Arab Saudi demi menjaga keunggulan udara Israel.

"Israel telah menjadi importir senjata Amerika terbesar selama periode 2004 hingga 2008, berjumlah lebih dari 35% senjata AS yang diekspor oleh AS. Faktanya, 99% impor Israel berasal dari AS," bebernya.

Karena AS menganak emaskan Israel, Arab Saudi mulai mencari alternatif supplier senjata lain.

Nama Prancis mencuat dimana Raja Salman ingin membelikan AU Arab Saudi 100 unit Rafale seperti yang dilakukan Indonesia.

"Yang terbaru adalah Arab Saudi yang dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi 54 jet tempur Rafale, meski media Prancis mengklaim negara produsen minyak terbesar kedua di dunia itu ingin membeli 100 jet tempur buatan Prancis," lapor Defence Security Asia pada 17 Februari 2024.

Apa yang dilakukan Arab Saudi membuat Jerman yang memveto penjualan Eurofighter Typhoon kebakaran jenggot.

Jerman mendadak mengizinkan kembali Typhoon dijual ke Arab Saudi.  Tetapi Riyadh cuek akan hal ini, mereka mendiamkan Jerman, tak menanggapinya.  "Laporan terbaru menyebutkan bahwa pemerintah Jerman telah setuju untuk mengizinkan Arab Saudi mengakuisisi Eurofighter Typhoon, namun Arab Saudi belum memberikan reaksi apapun terhadap keputusan Berlin tersebut," bebernya.

Hal ini seakan memberi pertanda bahwa Raja Salman tak sudi lagi membeli Eurofighter Typhoon dan memilih Rafale untuk AU Arab Saudi.*


sumber zonajakarta

 

Wednesday, June 19, 2024

Korea Selatan Percaya Indonesia Menjadi Negara yang Mampu Memastikan Stabilnya Kinerja KF-21 Boramae

 


Kelanjutan penyelesaian jumlah iuran yang harus dibayarkan Indonesia ke Korea Selatan masih menjadi perbincangan.

Menurut situs Muhwa.co.kr, Indonesia meminta pengurangan nilai iuran dari 1,6 triliun won menjadi 600 miliar won.

Hal ini masih dalam pembahasan oleh pemerintah Korea Selatan apakah akan menyetujui permintaan Indonesia tersebut.

Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) berencana untuk memutuskan apakah akan menerima proposal Indonesia terkait pengembangan KF-21 di Komite Promosi Industri Pertahanan pada akhir bulan Juni 2024.

Pihak Indonesia mengusulkan untuk membayar kontribusi sebesar 600 miliar won pada tahun 2026, ketika pengembangan sistem KF-21 selesai.

Artinya Indonesia hanya  membayar 1/3 dari jumlah yang disepakati sebelumnya sebesar 1,7 triliun won (kemudian dikurangi menjadi sekitar 1,06 triliun won) dan hanya menerima 1/3 dari transfer teknologi.

Pemerintah Korsel memutuskan untuk menerima proposal tersebut, dengan alasan fakta bahwa biaya pengembangan KF-21 secara keseluruhan lebih rendah dari yang diharapkan dan ini merupakan proses percepatan penyebaran senjata.

Indonesia dipastikan juga membayar 100 miliar won pada tahun ini.

Sementara itu, menurut laporan Newdaily.co.kr, ada sejumlah alasan mengapa Korsel tak bisa lepas dari Indonesia.

Salah satunya, Korea Selatan yakin bahwa Indonesia merupakan negara yang mampu memastikan stabilnya kinerja KF-21 Boramae.

Indonesia dinilai sebagai negara yang efektif dalam memastikan stabilnya kinerja KF-21. Dalam hal daya jual suatu senjata, data mengenai penggunaan sebenarnya merupakan hal yang paling penting.

Jika senjata tersebut disebarkan ke militer Indonesia, di mana konflik besar dan kecil sering terjadi, maka data tersebut dapat digunakan sebagai jalan pintas untuk membuka ekspor ke negara lain.

Secara khusus, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau sehingga memiliki kondisi geografis yang mampu memaksimalkan performa jet tempur.

Seorang pejabat industri pertahanan mengatakan, "Jika Indonesia mengonfirmasi kinerja KF-21, maka Indonesia akan berada dalam posisi yang menguntungkan dalam negosiasi dengan negara-negara ekspor potensial seperti Polandia dan Arab Saudi." 

Perubahan cepat dalam lanskap politik Indonesia tampaknya juga menjadi pertimbangan pemerintah kita.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang  memenangkan pemilihan presiden pada bulan Februari, menandai pergantian pemerintahan pertama dalam 10 tahun.

DAPA menjelaskan, Presiden terpilih Prabowo bersikap positif terhadap pengembangan bersama KF, dan setelah masalah kontribusi terselesaikan, kita bisa bekerja sama dalam ekspor KF-21.

Berbeda dengan dana pengembangan teknologi, dukungan keuangan tersedia untuk ekspor senjata, merupakan bisnis yang diharapkan menguntungkan di masa depan. Indonesia merupakan wilayah maju dimana kelompok keuangan besar seperti KB dan Shinhan telah memasuki pasar, ungkap media Korsel tersebut.

Mengingat sebagian besar ekspor senjata pertahanan dibayar melalui pembiayaan kebijakan, jika ekspor KF-21 menjadi kenyataan, keuntungan yang diperoleh perusahaan keuangan Korea diperkirakan akan signifikan. Seorang pejabat pemerintah mengatakan, "Bahkan jika ada kerugian finansial, masih ada ruang untuk negosiasi."

"Kita memerlukan strategi untuk meminimalkan kerusakan sekaligus melindungi tujuan pengembangan senjata bersama dan peluang ekspor," tambahnya.





Indonesia Diam-Diam Baru Saja Setor Uang Segini Untuk Proyek KF-21 Boramae Korea Selatan Langsung Ambil Tindakan


penyelesaian iuran jet tempur KF-21 Boramae yang dikembangkan bersama Indonesia dan Korsel masih berlanjut.

Sebelumnya diberitakan oleh Yohnap News Agency, bahwa Indonesia berencana meminta penyesuaian iuran.

Menurut keterangan tersebut, secara resmi dipastikan bahwa pemerintah Korsel telah memutuskan untuk menerima usulan Indonesia.

Kisah menarik tentang bagaimana memulihkan energi seorang pria setelah berumur 40 tahun

Yaitu untuk mengurangi kontribusi pengembangan pesawat tempur Korea KF-21 Boramae dari yang semula 1,6 triliun won menjadi 600 miliar won.

Namun pemberian satu prototipe dengan syarat pembayaran penuh ke Indonesia kemungkinan akan dibatalkan oleh Korea Selatan.

"Kami akan mengkaji ulang dari awal," ungkap Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA).

Dengan perngurangan tersebut, dikatakan bahwa Indonesia juga nantinya akan mendapatkan pengurangan transfer teknologi.

DAPA mengungkapkan pada 8 Mei 2024, "Pihak Indonesia mengusulkan penyesuaian kontribusi menjadi 600 miliar won pada tahun 2026, ketika pengembangan sistem KF-21 selesai."

"Kami mendorong penyesuaian terhadap 600 miliar won, yang bisa dibayar oleh Indonesia," katanya.

DAPA berencana memutuskan apakah akan menerima usulan Indonesia setelah berkonsultasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian Pertahanan Negara dan Kementerian Strategi dan Keuangan.

Keputusan akhir diharapkan akan diambil pada pertemuan Komite Promosi Proyek Pertahanan yang diadakan paling cepat akhir bulan Juni 2024.

Menurut situs Munhwa.co.kr, sebelumnya, Indonesia mengusulkan rencana dari akhir tahun lalu hingga awal tahun ini.

Untuk membayar tambahan 100 miliar won per tahun mulai tahun ini hingga 2034.Sehingga totalnya mencapai 1 triliun won.Dalam hal ini, tambahan 300 miliar won akan diterima pada tahun 2026.

Namun DAPA menolak usulan Indonesia saat itu dengan alasan pembayaran iuran setelah tanggal tersebut dapat meningkatkan ketidakpastian dalam proyek KF-21.

DAPA mengatakan, Indonesia baru-baru ini telah memberikan kontribusi tambahan sebesar 100 miliar won.

 

 

 SUMBER ZONA JAKARTA





 

Tuesday, June 18, 2024

Alutsista jet tempur siluman F-22 Raptor Amerika Serikat akan mencatatkan sejarah di Indonesia.

 



Dikutip dari Dispen AU pada 16 Juni 2024, direncanakan jika enam pesawat F-22 Raptor dari 27th Fighter Squadron akan transit di Indonesia.


Nantinya F-22 Raptor tersebut akan berpartisipasi dalam latihan militer multinasional Pitch Black 24 di Australia pada bulan Agustus mendatang. 


Dalam informasinya, F-22 Raptor dijadwalkan melaksanakan pengisian bahan bakar hot pit di Bali.


Setelah melakukan pengisian bahan bakar hot pit di Bali, F-22 Raptor akan melanjutkan perjalanan ke Brunei Darussalam.


Perlu diketahui jika kunjungan F-22 Raptor menandai momen bersejarah di Indonesia.


Karena untuk pertama kalinya pesawat F-22 Raptor akan mendarat dan transit di Indonesia setelah sebelumnya F-35.


Oleh karena itu, TNI AU US PACAF telah menyelesaikan Iron Blade Fighter Interaction Site Survey dan Fighter Logistic Subject Matter Expert Exchange 2024 di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung dari tanggal 11 hingga 13 Juni 2024 sebelum kedatangan F-22 Raptor.


Selain itu, kunjungan F-22 Raptor ke Indonesia akan menjadi hal yang penting bagi TNI AU.


Karena dalam kunjungan F-22 Raptor ke Indonesia akan ada serial Latihan Bersama (Latma).


Latma tersebut diduga akan melibatkan F-16 Indonesia dengan F-22 Raptor di wilayah udara NKRI.


Sunday, June 16, 2024

Kapal Perang KRI I Gusti Ngurah Rai-332 Bakal Terlibat Latma Orruda 2024 Indonesia-Rusia, Sejarah Baru Akan Tercipta

 

Foto yang memperlihatkan dua alutsista terdepan di republik ini, yaitu frigat KRI I Gusti Ngurah Rai 332 dan jet tempur Sukhoi Su-30MK2


Perwakilan Koarmada II yakni Komandan KRI I Gusti Ngurah Rai-332 Kolonel Laut (P) Ahmad Ahsan, dan Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut (P) Lustia Budi, mengikuti Final Planning Conference (FPC) Orruda 2024.

FPC Orruda tahun 2024 digelar selama dua hari dari tanggal 12 s.d. 13 Juni 2024, bertempat di Lounge Room Hotel Platinum Surabaya. Rabu (12/6) yang Dikutip dari Dispen AL Koarmada II pada 12 Juni 2024.

Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Delegasi TNI Angkatan Laut Kolonel Laut (P) Lukman Kharis bersama Head of Delegation Russia Captain Navy Igor Bykov.

Adapun tujuan dari pelaksanaan FPC adalah untuk melaksanakan rapat perencanaan akhir yang merupakan latihan bilateral pertama antara dua angkatan laut yang belum pernah dilaksanakan sejak kemerdekaan Indonesia.

Ketua Delegasi TNI AL menyampaikan bahwa Orruda 2024 adalah latihan spesial bagi kedua angkatan laut yang akan menjadi sejarah besar bagi kedua negara.

“Saya percaya pertemuan ini, akan membawa ide dan wawasan berharga bagi kedua pihak serta saya juga menjamin bahwa suasana terbuka dan ramah ini akan memperkuat hubungan antara Angkatan Laut Indonesia dan Angkatan Laut Rusia,” ungkap Ketua Delegasi TNI AL.

Ada dugaan jika KRI Frans Kaisiepo-368 dan KRI I Gusti Ngurah Rai-332 menjadi kapal perang Indonesia yang akan ikut dalam Latma Orruda 2024 nantinya.

Jika itu benar maka KRI I Gusti Ngurah Rai-332 bisa menjadi kapal perang fregat pertama Indonesia yang akan menjalani latihan bersama Angkatan Laut Rusia.

Sedangkan dari pihak Rusia belum ada kejelasan soal rencana kapal perang jenis apa yang akan mengikuti Orruda 2024 dengan kapal perang Indonesia.

Termasuk lokasi dari Orruda 2024 juga belum diketahui. Diduga dalam waktu dekat akan ada informasi lebih lanjut dari TNI AL soal Orruda 2024 Indonesia-Rusia.  Nantinya dalam Orruda 2024 bisa menciptakan sejarah baru antara Indonesia-Rusia dalam bidang pertahanan kerjasama militer.

Dikutip dari Kemhan RI pada 1 Desember 2021, Indonesia pernah menjadi tuan rumah sekaligus memimpin bersama Rusia dalam penyelenggaraan ASEAN – Russia Naval Exercise (ARNEX) atau Latihan Bersama (Latma) Angkatan Laut ASEAN – Rusia, yang dimulai 1 sampai 3 Desember 2021 di Perairan Indonesia, di lepas Pantai Sumatera Utara.

Latihan dengan tema “Joint Actions to Ensure the Safety of Maritime Economic Activity and Civil Navigation” tersebut dibuka oleh Pangkoarmada I Laksda TNI Arsyad Abdullah, Rabu (1/12) di Lantamal I Belawan, Medan, Sumatera Utara.

Upacara pembukaan dihadiri oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Duta Besar Rusia untuk ASEAN, para Atase Pertahanan negara anggota ASEAN di Jakarta.


 

 

Serta diikuti secara daring oleh para Ketua ASEAN Defence Senior Officials Meeting Working Group (ADSOM WG), Commander of the Primorye Flotilla of All-Arms Forces of the Russian Pacific Fleet dan para peserta latihan di daerah lego jangkar di Belawan.

Setelah upacara pembukaan selesai, Pangkoarmada I, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Duta Besar Rusia untuk ASEAN, dan para Atase Pertahanan melakukan inspeksi ke seluruh kapal peserta latihan yang sedang berada di area lego jangkar menggunakan KRI Lepu-861.

Sumatera Utara dipilih menjadi lokasi pelaksanaan ARNEX mengingat lokasinya yang strategis dan dekat dengan negara anggota ASEAN, sehingga lebih memudahkan pengerahan unsur-unsur di masa pandemi covid-19.

Dalam latihan bersama ini, Indonesia mengerahkan 1 Frigate KRI Gusti Ngurah Rai-332, 1 Helikopter AS-565, 1 Pesawat CN-235 serta melibatkan 500 personel TNI Angkatan Laut.

Sementara dari 11 negara peserta, 8 negara mengirimkan unsur berupa kapal perang atau pesawat dan 3 negara mengirimkan observers.


Komandan KRI I GUSTI NGURAH RAI-332 Kolonel Laut (P) Ahmad Ahsan, S.E,M.Tr.Hanla.,MM di dampingi Kadivkom KRI GNR Kapten Laut (P) Yoga Setya Permana, S.T.Han dan Wapadiv PIT KRI GNR Letda Laut (P) Dwijan Budiarto, S.Tr.Han menghadiri FPC Final Planning Exercise dalam rangka latma Orruda 2024.

Latihan yang digelar untuk pertama kalinya tersebut bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan interaksi antara Angkatan Laut Rusia dengan negara ASEAN.

Latihan ARNEX berfokus pada area keamanan maritim untuk membangun kemampuan dan meningkatkan interoperabilitas antara Angkatan Laut negara anggota ASEAN dan Rusia dalam rangka menjamin keamanan aktifitas ekonomi maritim dan navigasi sipil.

Dimana latihan akan dilakukan tanpa kontak fisik sehingga tidak akan ada observer dan ship rider selama latihan.

Latihan ARNEX merupakan usulan dari Rusia yang pertama kali disampaikan pada awal tahun 2020.

Pada waktu itu Indonesia menjadi country coordinator kerja sama ASEAN-Rusia sehingga Indonesia dalam hal ini Kemhan RI menyampaikan usulan kepada negara anggota ASEAN lainnya.

Melalui mekanisme yang berlaku dibawah kerangka ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM).

setelah melalui proses dalam kerangka tersebut, akhirnya pada pertemuan ADMM ke-14 tanggal 9 Desember 2020, para Menhan negara anggota ASEAN sepakat menerima usulan Rusia untuk melaksanakan latihan ARNEX pada akhir tahun 2021.

Rusia merupakan salah satu dialogue partner ASEAN sejak tahun 1996 dan Rusia telah menjadi ASEAN strategic partner pada tahun 2018. Rusia juga merupakan anggota Forum ADMM-Plus yang merupakan Forum Pertahanan antara ASEAN dengan 8 negara mitra wicara yang berdiri sejak tahun 2010, terdiri dari Australia, Amerika Serikat, China, Rusia, India, Korea Selatan, Jepang, Selandia Baru.

 sumber zonajakarta

Petinggi DAPA Sampaikan Kemungkinan Mengeluarkan Indonesia dari Program KF-21

 



Prototipe ketiga dan kelima KF-21. Permasalah Korea-Indonesia terjadi bermula ketika ada dugaan insinyur Indonesia membocorkan program pemodelan desain 3D untuk KF-21 sehingga dilaporkan ke polisi (photo: Wiki)

Kepala Defense Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan telah memperdebatkan kemungkinan mengeluarkan Indonesia dari program pesawat tempur KF-21 bersama Korea Aerospace Industries.

Dalam sebuah wawancara dengan harian Korea JoongAngDaily, ketua DAPA Seok Jong-gun mengatakan bahwa partisipasi Jakarta yang berkelanjutan dapat bergantung pada hasil penyelidikan tentang dugaan para insinyur Indonesia yang diduga mencuri data program yang sensitif.

“Jika hasil investigasi menunjukkan bahwa telah terjadi kebocoran teknologi yang signifikan, kami akan mempertimbangkan kembali kerja sama dalam pengembangan bersama,” kata Seok.

“Kami akan terus berkoordinasi mengenai teknologi apa saja yang akan ditransfer ke Indonesia, namun sebenarnya teknologi tersebut baru akan ditransfer setelah pengembangan selesai pada tahun 2026. Hingga saat ini, hanya sebagian kecil dari teknologi yang telah ditransfer, dan masih pada tingkat yang belum sempurna. .”

Dugaan pencurian data oleh insinyur Indonesia yang bekerja di Korea Selatan pertama kali terungkap pada bulan 

Januari. Insiden tersebut mengakibatkan penyelidikan oleh kontra intelijen Korea Selatan, dan penyelidikan polisi sedang dilakukan. Pada bulan Februari, laporan menyebutkan bahwa orang-orang Indonesia yang diduga bertanggung jawab telah dilarang meninggalkan Korea Selatan.

Wawancara ini menyentuh permasalahan lain yang menjadi kendala antara kedua mitra: keterlambatan pembayaran dari Indonesia. DAPA telah setuju untuk mengurangi kontribusi Indonesia sebesar 600 billion won dari sekitar 1.6 trillion won ($1.16 billion) yang awalnya disetujui untuk dibayarkan dalam program pembangunan sebesar 8,8 billion won.  

Namun sebagai imbalan atas pengurangan pembayaran tersebut, Seok mengindikasikan bahwa DAPA memutuskan untuk menurunkan tingkat transfer teknologi.

“Dalam pengembangan bersama dengan Indonesia, kami menjanjikan transfer teknologi dan penyediaan prototipe sebagai imbalan atas kontribusi mereka, namun Indonesia berada dalam kondisi keuangan yang sulit, sehingga mereka hanya akan membayar 600 billion won dan menerima lebih sedikit,” katanya.

Mengingat status pembayaran Indonesia, Korea Selatan juga tidak mengikuti rencana sebelumnya untuk memberikan salah satu dari enam prototipe KF-21. Seok mengindikasikan bahwa Korea Selatan terpengaruh oleh pembayaran.

“Bagi kami, lebih penting untuk menyelesaikan pengembangan sistem KF-21 dengan benar pada tahun 2026, yang merupakan tenggat waktu  yang dijadwalkan.”

Terlepas dari tantangan yang dihadapi kedua mitra, Seok menekankan bahwa Indonesia tetap merupakan pasar penting di jantung Asia Tenggara, dengan komitmen untuk membeli 48 KF-21 – yang disebut ‘IFX’ di Indonesia.

(FlightGlobal)

TNI AL Gelar Final Planning Conference Latihan Orruda 2024 Bersama AL Rusia

 


Latihan antara AL Rusia dan Indonesia akan digelar untuk pertama kalinya (photo: TNI AL) 

Koarmada II Ikuti FPC Orruda 2024

Perwakilan dari Komando  (Koarmada) II yakni Komandan KRI I Gusti Ngurah Rai-332 Kolonel Laut (P) Ahmad Ahsan, dan Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut (P) Lustia Budi, mengikuti Final Planning Conference (FPC) Orruda Tahun 2024 yang digelar selama dua hari dari tanggal 12 s.d. 13 Juni 2024, bertempat di Lounge Room Hotel Platinum Surabaya. Rabu (12/6).

Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Delegasi TNI Angkatan Laut Kolonel Laut (P) Lukman Kharis bersama Head of Delegation Russia Captain Navy Igor Bykov.


Adapun tujuan dari pelaksanaan FPC adalah untuk melaksanakan rapat perencanaan akhir yang merupakan latihan bilateral pertama antara dua angkatan laut yang belum pernah dilaksanakan sejak kemerdekaan Indonesia.        

Ketua Delegasi TNI AL menyampaikan bahwa Orruda 2024 adalah latihan spesial bagi kedua angkatan laut yang akan menjadi sejarah besar bagi kedua negara.

"Saya percaya pertemuan ini, akan membawa ide dan wawasan berharga bagi kedua pihak serta saya juga menjamin bahwa suasana terbuka dan ramah ini akan memperkuat hubungan antara Angkatan Laut Indonesia dan Angkatan Laut Rusia," ungkap Ketua Delegasi TNI AL.

(TNI)

Analis Militer Tanah Air Curigai Manuver Politik China Jual Rudal Jelajah YJ 12E ke Indonesia

 


Memang betul Indonesia tengah berusaha membangun Coastal Defence bermodalkan rudal YJ 12E atau BrahMos. Entah dimana yang bakal diambil Indonesia baik YJ 12E atau BrahMos punya kemampuan mematikan menhajar kapal perang lawan. 

Sebelum adanya isu YJ 12E, BrahMos sudah sangat dekat diakuisisi Indonesia. Merasa bisa mengembangkan YJ 12 lebih jauh, China akhirnya membuat versi Coastal Defence. 

Yakni memasangkan YJ 12 ke platform truk agar mudah dibawa ke pesisir pantai. 

Sementara versi ekspor YJ 12E yang hendak dijual Indonesia jangkauan tembaknya melorot di angka 290 km. YJ 12 versi original sangat diwaspadai oleh US Navy. US Navy menaruh perhatian khusus akan kemampuan YJ 12 apalagi setiap kapal perang China sekelas fregat dan destroyer sudah dilengkapi rudal ini.

 Sistem pertahanan kapal perang AS, AEGIS dinilai bakal kesulitan menangkal serangan YJ 12. 

"YJ-12 menimbulkan sejumlah kekhawatiran keamanan bagi pasukan angkatan laut AS di Pasifik dan dianggap sebagai rudal anti-kapal paling berbahaya yang pernah diproduksi Tiongkok sejauh ini. 

Hal ini menyulitkan sistem tempur Aegis dan rudal permukaan-ke-udara SM-2 yang melindungi kelompok penyerang kapal induk AS untuk mengidentifikasi dan menyerang rudal tersebut karena dapat diluncurkan di luar jangkauan cakrawala, yang sangat mengurangi waktu Angkatan Laut AS untuk bereaksi," jelasnya. 

Lantas kenapa China mau menjual salah satu senjata strategisnya ke Indonesia? 

Meski cuma versi ekspor YJ 12E yang ditawarkan Indoensia punya kemampuan sama soal manuver, kecepatan serta daya ledak. 

Cuma jangkauannya saja yang disunat.Berbagai anggapan muncul namun seorang analis militer Indonesia yang tak mau disebutkan namanya curiga ini sebagai manuver politik China. 

"Membeli senjata buatan China mungkin bukan untuk tujuan memodernisasi kekuatan militer negara, tapi lebih ke manuver politik. Ini semacam sebuah jaminan kepada China bahwa Indonesia bukan ancaman bagi mereka," jelasnya dikutup dari Defence Security Asia pada Januari 2024. 

Tapi besar kemungkinan Indonesia tak akan membeli YJ 12E karena incaran sesungguhnya rudal jelajahnya ialah RK-360 Neptune.*


sumber zonajakarta

BERITA POLULER