Pages

Wednesday, June 5, 2024

PT PAL Indonesia Menandatangani MoU Strategis dengan Naval Group untuk Meningkatkan Kapabilitas dan Jangkauan Pasar

 


Penanda-tanganan MOU PAL-Naval Group di Cherbourg, Prancis (photo: PAL)

 

Cherbourg, Perancis, (4/06)  – PT PAL Indonesia dan Naval Group telah mengambil langkah signifikan untuk memperkuat kemitraan strategis mereka dengan menandatangani Nota Kesepahaman (MoU). Agenda penandatanganan yang berlangsung di Galangan Kapal Selam Naval Group, di Cherbourg, Perancis ini dilaksanakan oleh Chief Marketing Officer (CMO) PT PAL Willgo Zainar, dan Vice President Sales Director for Asia Pacific Naval Group, Nicolas Hersart de la Villemarqué.

 

MoU ini menandai momen penting bagi kedua perusahaan, dengan tujuan meningkatkan kapabilitas bersama dalam meraih pasar potensial dalam dan luar negeri. Kemitraan ini didasarkan pada kontrak yang telah ditandatangani sebelumnya dengan Kementerian Pertahanan RI, untuk pembangunan dua unit kapal selam Scorpene Evolved Lithium-Ion Battery. Kapal selam ini akan sepenuhnya diproduksi di fasilitas hanggar kapal selam milik PT PAL di Surabaya, Indonesia.

 

Melalui penandatanganan MoU ini membuka jalan dalam kolaborasi yang lebih mendalam di luar konstruksi kapal selam. Salah satu proyek utama yang disoroti dalam kemitraan ini adalah pengembangan Fregat Multi Misi Belh@rra (FDI). Fregat FDI, sebagai salah satu fregate dengan teknologi dengan persenjataan terbaik di dunia.

 

“Kolaborasi ini akan memungkinkan PT PAL Indonesia untuk memperoleh keahlian dalam teknologi modern dan terbaru kapal perang permukaan , sehingga menjadikan PT.PAL  mitra lokal strategis bagi Naval Group di Indonesia” ungkap Willgo Zainar.

 

 


Spesifikasi fregat FDI/Belharra class (image: Naval Group)

 

Willgo turut menambahkan bahwa “ke depannya, PT PAL akan mendapatkan Transfer Teknologi (ToT) penuh untuk desain kapal lengkap dengan teknologi tinggi dan modern serta manajemen pembangunan kapal fregat secara digital. Hal ini akan meningkatkan kapabilitas PT PAL dalam membangun kapal fregat canggih dan bersaing di pasar global”.

 

Kemitraan strategis ini diharapkan dapat memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Perancis, khususnya di sektor pertahanan. Kerja sama yang terus ditingkatkan ini diharapkan dapat memenuhi jawaban atas penguasaan teknologi Alutsista serta menjajaki peluang pasar global. Dengan mendorong kolaborasi ini, baik PT PAL maupun Naval Group berkomitmen untuk berkontribusi pada stabilitas dan keamanan regional.

 

Willgo Zainar  turut menekankan keuntungan dalam kolaborasi ini bahwa, “Kesepakatan ini tidak hanya meningkatkan kapabilitas teknis kami tetapi juga memperkuat posisi kami di pasar pertahanan global. Kami sangat bersemangat tentang peluang yang akan dibawa oleh kemitraan ini dalam hal kemajuan teknologi dan jangkauan pasar”.

 

Saat PT PAL dan Naval Group memulai kemitraan yang ditingkatkan ini, kedua perusahaan siap mencapai tonggak pencapaian penting di sektor pertahanan angkatan laut, mendorong inovasi, dan mendorong pertumbuhan jangka panjang.

 

(PAL)

Tuesday, June 4, 2024

Delegasi Indonesia Kunjungi Armada Utara Rusia Ambli Data Penting Kilo Class

 

Kapal selam Kilo class menjadi salah satu alutsista Armada Utara Rusia.  Armada Utara Rusia di Semenanjung Kola selama ini memang menjadi rumah alutsista strategis macam Kilo class hingga kapal selam balistik nuklir.

 

 Keberadaan Armada Utara dengan Kilo class nya amat penting bagi Rusia.


Kilo class bakal melengkapi skadron kapal selam Armada Utara Rusia melawan NATO.Bayangkan saja Armada Utara Rusia disuruh menghadapi kekuatan gabungan NATO dari Inggris, Jerman, Norwegia hingga Swedia.  Tak heran bila Rusia menempatkan alutsista paling gahar di sana.  Pendapat US Naval Institute mengenai Armada Utara Rusia tak mengejutkan. Mereka menilai US Navy dan NATO bisa kehilangan kendali di samudra Arktik. 

"Angkatan Laut AS dan mitra-mitra NATO-nya berisiko kehilangan kesempatan untuk menetapkan dan mempertahankan keunggulan pencegahan strategis di wilayah Utara Jauh dan Arktik," jelasnya. Paling sial bagi AS di sana tak ada para diplomat yang kompeten mengetahui seluk beluk operasi armada utara Rusia.  Sedikit aneh memang lantaran Rusia menempatkan armada terbaiknya di sana namun respon NATO memble.

"Yang sama pentingnya adalah studi tentang cara berperang Rusia serta budaya dan bahasa Rusia elemen dasar yang diperlukan untuk mengetahui musuh kini dilakukan oleh sekelompok kecil pakar, sebagian besar berasal dari akademisi dan lembaga penelitian kebijakan. Tanpa pemahaman mendalam tersebut, Barat mempunyai risiko lebih besar untuk terjebak dalam teka-teki strategis," bebernya. Modernisasi armada utara Rusia sudah dimulai pada tahun 2012. Presiden Vladimir Putin kala itu menegaskan armada utara ialah tulang punggung kekuatan Rusia di Eropa. Segala operasi tempur laut skala besar di Eropa bermula dari sana.

Meskipun sempat mengalami kemunduran, Putin tetap bertahan, dan pada tanggal 7 Mei 2012, ia menandatangani keputusan presiden yang memprioritaskan modernisasi dan pengembangan senjata untuk Angkatan Laut Rusia, senjata nuklir strategis dan non-strategis, serta revitalisasi Arktik," jelas USNI News.  Uniknya skadron kapal selam yang jadi perhatian Putin untuk dimodernisasi.

 

Kapal selam balistik nuklir Borei II class dan Yasen class disiagakan.

Bahkan Rusia memodernisasi Akula II class untuk membentuk trio kapal selam balistik nuklir armada utara.

Galangan Kapal Sevmash mengirimkan kapal selam rudal balistik (SSBN) Borei II pertama Knyaz Vladimir dan Galangan Kapal Nerpa mengembalikan kapal selam serang Akula II Vepr ke layanan pada 5 Agustus 2020, setelah periode perombakan ekstensif.  Kapal selam berpeluru kendali Yasen-M buatan Sevmash, Kazan, juga ada di sana," bebernya.

Tak sembarang manusia atau negara lain yang bisa mengunjungi armada utara Rusia.  Apalagi sampai mengambil informasi kapal selam yang sehari-harinya beroperasi di bawah komando armada utara Rusia. 

Tapi Indonesia bisa.  Delegasi Indonesia pernah berkunjung ke Armada Utara Rusia dan langsung memeriksa kapal selam Kilo class.  Mereka mengambil berbagai informasi penting Kilo class untuk disampaikan ke  Jakarta.  Hal ini dilakukan karena saat itu Indonesia ingin membeli kapal selam Kilo class bekas dan Rusia ingin memberikan pengalaman langsung bagi calon pembeli.

"Kementerian Pertahanan RI berniat mengirimkan delegasi khusus ke Rusia untuk memeriksa kondisi fisik kapal selam bekas kelas Kilo class.  Moskow menawarkan kepada Indonesia dua kapal selam Project 877 dari Armada Utara Rusia," jelas Lenta pada 9 Desember 2013. Namun sudah jauh-jauh ke Armada Utara Rusia, Indonesia gagal memboyong Kilo class.*

sumber zona jakarta

Monday, June 3, 2024

Klausul Non Kompetisi Dalam Perniagaan Pertahanan

 


Kapal selam Scorpene Evolved (image: Naval Group)

Bisnis pertahanan merupakan salah satu kegiatan perniagaan yang paling kompleks dan rumit di dunia mengingat karakter teknologi yang dibutuhkan, modal yang diperlukan dan pasar yang diatur dengan ketat oleh aturan nasional dan internasional. Kompetisi antar pabrikan pertahanan sangat ketat, di mana beberapa firma pertahanan memiliki lini bisnis yang lintas sektor, sementara perusahaan-perusahaan lain berfokus pada satu sektor saja.

 

Fakta menunjukkan bahwa penghasil beragam jenis sistem senjata di dunia sudah jauh berkurang dibandingkan 35 tahun lalu berkat konsolidasi industri pertahanan di negara-negara maju sejak Perang Dingin berakhir. Sebagai konsekuensinya, pilihan-pilihan sumber pengadaan senjata bagi negara-negara berkembang menjadi semakin sedikit karena biaya pengembangan sistem senjata sudah melonjak tajam dibandingkan di masa lalu.

 

Peran negara dalam bisnis pertahanan sangat menonjol dengan pertimbangan bahwa kegiatan tersebut mempengaruhi kepentingan nasional negara yang bersangkutan. Selain sebagai konsumen tunggal bagi produk-produk industri pertahanan, entitas negara juga mengatur ekspor produk-produk pertahanan ke pasar internasional.

 

Pengaturan demikian membuat tidak semua produk pertahanan dapat diakses oleh para konsumen di pasar antar bangsa, sebab senjata hanya dapat diekspor ke negara-negara penerima yang dianggap bersahabat secara politik dengan negara produsen. Peraturan tentang ekspor senjata juga dimaksudkan pula untuk pengendalian ekspor teknologi pertahanan maju dan atau dual use technology, baik pada tingkat nasional maupun internasional.

 

Pengaturan ketat ekspor senjata oleh negara produsen dan kompetisi ketat antarindustri pertahanan memberikan implikasi terhadap konsumen, baik negara maju maupun negara berkembang. Sejumlah negara maju yang tidak memproduksi sendiri beberapa sistem senjata maju harus mau berkompromi dengan regulasi ekspor yang diterbitkan oleh negara produsen senjata.

 

 


Teknologi Full Lithium-Ion (Scorpene Evolved) vs Lithium-Ion+AIP (Type 218SG) (photo: NavalNews)

Sementara pada tingkat pabrikan sistem senjata, terkadang mereka menerapkan pembatasan ekspor sistem senjata ke negara-negara tertentu yang didorong oleh kepentingan niaga daripada kepentingan politik. Pembatasan yang terjadi terkadang disebabkan oleh kesepakatan produsen dengan konsumen tertentu yang membeli sistem senjata buatannya, di mana kesepakatan demikian sulit untuk dibuktikan namun bisa dirasakan oleh negara lain.

 

Kesepakatan tersebut dikenal sebagai non-competition clause, di mana klausul demikian dapat berlaku pada kontrak penjualan barang atau jasa. Definisi non-competition clause adalah "a contractual promise by one party to refrain from conducting business of a similar nature to that of the other party".

 

Dari perspektif hukum, tidak ada yang salah dengan non-competition clause sebab terdapat kebebasan berkontrak antara pihak-pihak terkait dan tidak pula melanggar hukum perdagangan internasional. Penting untuk dicatat bahwa perniagaan di bidang senjata dikecualikan dari prinsip-prinsip perdagangan internasional.

 

Dalam perniagaan senjata, non-competition clause disetujui oleh pabrikan karena nilai kontrak yang sangat besar dan persepsi bahwa negara pembeli adalah entitas yang mempunyai posisi strategis dalam percaturan politik keamanan global dan akan menjadi konsumen dalam jangka panjang.

 

Seperti telah disinggung, produsen senjata menyetujui non-competition clause dengan pembeli berdasarkan pertimbangan niaga demi kelangsungan bisnis dalam jangka panjang. Saat ini tidak ada produsen maupun konsumen sistem senjata yang mengakui secara terbuka tentang non-competition clause yang mengikat mereka, akan tetapi penerapan klausul tersebut dapat dirasakan pada sistem senjata tertentu.

 


 

Type 218SG kapal selam dengan AIP dan modul untuk mengisi Lithium-Ion Batteries (LiB) (photo: Eckhard Uhrbrock)

Lalu bagaimana bentuk non-competition clause dalam perniagaan pertahanan? Setidaknya terdapat dua bentuk untuk klausul demikian yang selama ini diterapkan. Pertama adalah tidak mengekspor sistem senjata yang sama ke negara-negara lain yang berminat.

 

Kedua ialah menjual sistem senjata yang sama ke negara-negara lain namun dengan kemampuan hard kill dan soft kill yang telah diturunkan dibandingkan dengan negara yang memiliki non-competition clause dengan pabrikan tersebut.

 

Indonesia perlu memiliki pemahaman tentang non-competition clause dalam akuisisi sistem senjata dari luar negeri, terlebih lagi pada pembangunan kekuatan pertahanan untuk kurun masa 2025-2029. Pada masa tersebut, Kementerian Pertahanan diharapkan akan kembali melanjutkan beberapa program pengadaan yang sudah berjalan pada MEF 2020-2029.

 

Satu di antaranya adalah pembelian kapal selam, di mana galangan asal Prancis, Jerman dan Italia telah menunjukkan ketertarikan untuk menyuplai kapal selam diesel elektrik ke Indonesia. Selain isu penerapan teknologi (full) Lithium-ion Battery (LIB) pada kapal selam yang telah menjadi pilihan kebijakan Kementerian Pertahanan, perlu pula diperhatikan soal kemungkinan eksistensi non-competition clause dengan pembeli lain yang mengikat para calon pemasok kapal selam.

 

Dari tiga calon pemasok kapal selam untuk Indonesia, Naval Group dan TKMS merupakan dua galangan yang telah menjual produk kepada negara-negara lain di sekitar Indonesia. Dalam kontrak dua kapal selam kelas Scorpene Evolved dengan Indonesia, Naval Group menjual kapal selam dengan salah satu kemampuan yaitu meluncurkan rudal anti kapal permukaan SM39 Exocet dari bawah air.

 

Sebelumnya, kemampuan serupa juga dimiliki oleh kapal selam kelas Scorpene yang diekspor oleh DCNS (nama lama Naval Group) ke Malaysia. Melalui ekspor Scorpene Evolved ke Indonesia yang mempunyai kemampuan hard kill lewat rudal SM39 Exocet, di atas kertas pada tingkat minimal kemampuan Scorpene Evolved Indonesia tidak kalah dengan Scorpene yang dioperasikan oleh Malaysia.

 


 

Penawaran kapal selam Type 214 oleh TKMS ke Indonesia diduga terpengaruh oleh klausul non kompetisi pada kontrak penjualan kapal Type 218SG dengan Singapura (photo: TKMS)

Di luar isu tentang penerapan full LIB, merupakan tantangan bagi TKMS untuk dapat meyakinkan Indonesia tentang kemampuan hard kill kapal selam yang akan ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan pertahanan periode 2025-2029. Merupakan suatu fakta bahwa kapal selam U218SG yang diekspor oleh TKMS ke Singapura memang customized bagi kepentingan negara itu, termasuk pemakaian sejumlah peralatan elektronika buatan industri pertahanan Singapura.

 

Apakah TKMS dapat memasok kapal selam dengan kemampuan di atas kertas yang minimal sama dengan negara tetangga apabila Indonesia meminta? Pertanyaan demikian sebenarnya sudah lama menjadi topik diskusi di kalangan yang terlibat dan atau memiliki perhatian terhadap pembangunan kekuatan kapal selam Indonesia selama ini.

 

Sekali lagi, urusan tentang non-competition clause merupakan urusan produsen sistem senjata dan pembeli. Kalaupun satu atau lebih galangan-galangan kapal selam yang melirik pasar Indonesia untuk periode 2025-2029 mempunyai non-competition clause dengan konsumen mereka, hal demikian bukan urusan Indonesia.

 

Akan tetapi Indonesia berkepentingan untuk mendapatkan kapal selam yang bukan saja mengadopsi teknologi propulsi maju sekaligus efisien dalam biaya operasional, namun juga mempunyai kemampuan hard kill dan soft kill yang minimal sama dengan negara-negara operator kapal selam diesel elektrik lainnya di kawasan Indo Pasifik.

 

Seandainya Indonesia belum mampu mengadopsi kebijakan Qualitative Military Edge (QME), setidaknya kemampuan yang dipunyai setara dengan negara-negara lain. (Alman Helvas)

 

(CNBC)

Saturday, June 1, 2024

Melihat Spesifikasi F15 EX Yang di pesan Indonesia

 

F-15EX yang di pesan Indonesia

Boeing F-15EX Eagle II merupakan pesawat tempur multiperan dari Amerika Serikat, turunan dari McDonnell Douglas F-15E Strike Eagle. Pesawat ini lahir dari studi "Cost Assessment and Program Evaluation" (OSD CAPE) oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat di tahun 2018 untuk memanfaatkan jumlah armada F-15C/D yang menua atas isu jumlah F-22 yang tidak memadai, keterlambatan proyek F-35, sekaligus memelihara keberlangsungan ragam pokok industri pertahanan domestik khususnya lini pesawat tempur melalui pabrik Boeing di St. Louis (yang sebelumnya merupakan McDonnell Douglas). F-15EX diarahkan untuk menggantikan peran F-15C/D dalam operasi pertahanan udara dan sebagai sebuah platform terjangkau untuk membawa ragam amunisi dalam jumlah besar, mendampingi F-22 dan F-35 di garis operasi terdepan. Unit pesawat pertama diterima pada tahun 2021 dan diharapkan dapat aktif operasional pada Juli 2024.



 

Desain dan pengembangan

Pada tahun 2018, menindaklanjuti studi OSD CAPE, Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) dan Boeing membahas F-15X atau Advanced F-15, varian kursi tunggal berdasarkan F-15QA untuk menggantikan armada F-15C/D USAF. Beberapa peningkatan meliputi sistem AMBER (Advanced Missile and Bomb Ejector Rack) yang dapat membawa hingga 22 rudal udara-ke-udara, sensor pencarian dan pelacakan inframerah, instrumen peperangan elektronik dan avionik muktahir, radar active electronically scanned array (AESA), serta peningkatan struktur kerangka pesawat dengan umur penggunaan hingga 20.000 jam terbang. Proposal varian kursi tunggal dan dua kursi diajukan, F-15CX dan F-15EX, dengan kapabilitas serupa. USAF mengambil opsi varian dua kursi, dimana dapat diterbangkan baik oleh seorang pilot saja maupun pilot beserta weapon system officer (WSO) untuk operasi lebih komplek, dan kedepannya, mengendalikan collaborative combat aircraft (proyek UCAV layaknya Loyal Wingman). Keputusan mengapa memilih varian dua kursi karena varian ini masih diproduksi.

 

Terlihat sebuah F-15EX di jalur perakitan, Juli 2020

 

USAF mengakuisisi F-15EX untuk memelihara proporsi kekuatan armada imbas dari F-22 yang tidak lagi diproduksi, hambatan dalam proyek F-35, dan tentunya armada F-15 yang makin menua. Meskipun dianggap tidak dapat menghadapi pertahanan udara modern lampau tahun 2028, F-15EX dapat melaksanakan peran pertahanan udara domestik, penjaga zona larangan terbang, dan membawa ragam amunisi jarak jauh. Pada Juli 2020, Departemen Pertahanan Amerika Serikat memesan delapan unit F-15EX dengan jangka waktu tiga tahun senilai US$1,2 milyar. Pada Agustus 2020, USAF mengumumkan rencana untuk menggantikan armada F-15C Garda Nasional Udara di Florida dan Oregon dengan F-15EX. Uji coba terbang perdana dilakukan pada 2 Februari 2021.

 

Pada 7 April 2021, diumumkan Eagle II menjadi nama resmi F-15EX. Draft alokasi pertahanan FY2021 menunjukkan anggaran pembelian F-15EX sejumlah US$1,2 milyar untuk 12 unit pesawat, menambah total pesanan menjadi 20 unit. Pada Mei 2022, USAF telah memesan 144 unit F-15EX dan berencana akan mengurangi jumlah pesanan menjadi 80 unit.Unit operasional pertama F-15EX tidak menerima tanki bahan bakar konformal. Proposal anggaran USAF untuk tahun fiskal 2024 meliputi alokasi anggaran pembelian 24 unit F-15EX tambahan, sehingga total pesanan menjadi 104 unit pesawat.

 

Riwayat operasional

 

Unit pertama F-15EX diterima di Lanud Eglin, Florida

Unit pertama F-15EX diterima oleh USAF pada Maret 2021 di Lanud Eglin, Florida, dengan total sekarang enam unit pesawat untuk uji coba lebih lanjut. Dua unit pertama F-15EX melakukan uji coba persenjataan dan ikut serta dalam Northern Edge dan Combat Hammer pada bulan Mei and Agustus 2023. Unit pesawat yang ketiga dilengkapi dengan tambahan perangkat komunikasi, modifikasi desain badan pesawat sesuai spesifikasi USAF, dan merupakan unit pertama yang dilengkapi dengan sistem EPAWSS. Proyek uji coba ini relatif dapat dipersingkat oleh karena beberapa sistem/instrumen layaknya display kokpit dan fly-by-wire telah diuji coba sebelumnya pada F-15SA dan F-15QA.

 

Pada 18 April 2023, USAF mengumumkan bahwa Garda Nasional Udara California dan Louisiana akan menerima F-15EX sebagai pengganti armada F-15C/D mereka. Pada 25 Mei 2023, diumumkan bahwa 173rd Fighter Wing di Lanud Kingsley Field, Oregon, akan menjadi Formal Training Unit (FTU) untuk F-35A daripada F-15EX. Pelatihan dasar F-15, baik untuk F-15E dan F-15EX, akan mengambil lokasi di Lanud Seymour Johnson, Carolina Utara, mulai 2026 kedepannya. 

 

Varian

·         F-15EX

·         Varian dua kursi

·         F-15IA

F-15IA (Israel Advanced) merupakan varian untuk Angkatan Udara Israel berdasarkan F-15EX. Pasukan Pertahanan Israel menyetujui rencana akuisisi 25 unit F-15IA rakitan baru dan meningkatkan 25 unit F-15I ke varian F-15IA pada Februari 2020.

·         F-15IDN ( F15 EX pesanan Indonesia )

F-15IDN (sebelumnya F-15ID) merupakan proposal varian ekspor F-15EX untuk TNI Angkatan Udara. Pada Februari 2022, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyetujui permohonan penjualan 36 unit F-15ID dan peralatan/tambahan lain terkait kepada Indonesia dengan nilai total US$13,9 miliar.

Pengguna

Amerika Serikat

·         Angkatan Udara Amerika Serikat – 6 unit pesawat telah diterima dari 104 unit yang dipesan.

·         Lanud Eglin, Florida.

·         85th Test and Evaluation Squadron

·         40th Flight Test Squadron

·         Lanud Portland, Oregon (wacana untuk tahun 2025)

·         123d Fighter Squadron

·         Lanud Fresno, California (wacana 194th Fighter Squadron

·         Lanudal Gabungan New Orleans, Louisiana (wacana)

·         122d Fighter Squadron 

 

Spesifikasi (F-15EX)

Data dari Air and Space Forces Magazine, USAF Flight Manual (TO 1F-15E-1), General Electric

Ciri-ciri umum

 

§  Kru: 1 atau 2 (pilot dan WSO)

§  Panjang: 19.446 m

§  Rentang sayap: 13.045 m

§  Tinggi: 5.64 m

§  Luas sayap: 56.5 m2

§  Airfoil: root: NACA 64A006.6; tip: NACA 64A203

§  Berat kosong: 15.694 kg

§  Berat maksimum saat lepas landas: 36.741 kg

§  Kinerja

 

§  Batas kelajuan: 1.650 mph, 2.656 km/h

§  Jangkauan: 791 mi, 1.272 km

§  Jangkauan feri: 2.400 mi, 3.900 km () dengan tanki bahan bakar konformal dan tiga tanki bahan bakar eksternal

§  Langit-langit batas: 18.000 m

§  Laju tanjak: 250 m/s

§  Persenjataan

§  Senjata api: 1× M61A1 Vulcan, 500 butir M-56 atau PGU-28

§  Titik keras: 4 cantelan sayap, cantelan badan, bomb racks pada tanki bahan bakar konformal dengan 23 titik pegangan dengan kapasitas 29.500 pon (13.400 kg) tanki eksternal dan amunisi

Rudal:

§  Rudal udara ke udara: 12 titik pegangan

§  AIM-9 Sidewinder

§  AIM-120 AMRAAM

§  AIM-260 JATM (akan diintergrasikan)

§  Rudal udara ke darat:

§  AGM-158 JASSM

 

 

 

Avionik

Radar:

§  Radar AESA Raytheon AN/APG-82(V)1

§  Pod Penarget:

§  Pod Martin Marietta LANTIRN atau Lockheed Martin Sniper XR

§  Pod IRST Lockheed Martin Legion

§  Penangkal:

§  BAE Systems AN/ALQ-250 Eagle Passive Active Warning Survivability System (EPAWSS) - sistem perang elektronika/penangkal elektronik gabungan

§  AN/ALE-47 Airborne Countermeasures Dispenser System - sistem sekam/chaff dan flare

Pesawat sebanding dalam peran, konfigurasi, dan era

§  Tiongkok Shenyang J-16

§  Rusia Sukhoi Su-35

§  Rusia Sukhoi Su-30MKI

 

Berita terkini F15 EX



 

Indonesia disorot dunia setelah tandatangan MoU pengadaan jet tempur F-15 EX.  Melalui banyak surat kabar, Indonesia dikabarkan ingin memboyong 24 unit F-15 EX itu. Indonesia melakukan penandatanganan nota kesepahaman MoU atas pembelian 24 unit F-15 EX.  Penandatanganan tersebut dilakukan di lini produksi Boeing di St Louis, Missouri, AS, terang Breaking Defence, 22 Agustus 2023.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyaksikan langsung momen tersebut. Penandatanganan MoU komitmen pembelian 24 unit jet tempur F-15 EX. Kami dengan bangga mengumumkan komitmen kami untuk pengadaan jet tempur ini yang penting bagi Indonesia.

Jet tempur canggih ini akan melindungi dan mengamankan negara kita dengan kemampuannya”, ucapnya lewat postingan Instagram, 22 Agustus 2023. Indonesia sendiri adalah operator ke-7 dari jet tempur kelas berat besutan Boeing itu.

Namun Indonesia adalah pelanggan pertama dari F-15 varian EX di seluruh dunia.  Indonesia adalah kandidat yang bergabung sebagai operator F-15 yang saat ini hanya berjumlah tujuh negara di seluruh dunia.  Namun sejauh ini, baru Indonesia yang membeli model F-15 EX”, terang The Drive, 22 Agustus 2023.

Kehadiran ke-24 F-15 EX menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemilik jet tempur paling modern di Asia Tenggara.



 

F-15 EX sendiri adalah varian teranyar dari F-15 dengan sejumlah peningkatan. Sebut saja sistem kendali penerbangan elektronik (fly-by-wire), sistem peperangan elektronik (EW) baru, kokpit digital, serta perangkat lunak dan sistem misi terbaru.  F-15 EX kendati bukan jet tempur paling modern, namun AS masih berhadap kepadanya.  Pentagon sampai rela menggelontorkan miliaran Dolar untuk miliki F-15 varian teranyar ini. Padahal kalau diingat-ingat, AS sudah punya jet tempur paling unggul saat ini yaitu generasi 5 berkemampuan siluman (stealh).

 

Sedangkan F-15 EX mentok pada jet tempur generasi 4.5 dengan kemampuan siluman yang minim. Terdapat beberapa alasan mengapa F-15 masih digunakan oleh AS bahkan negara-negara lain di dunia.Mengutip Military.com, paling tidak ada dua jawaban.

Pertama, kendati bukan jet tempur baru, namun F-15 merupakan yang terkuat dan tercanggih di kelasnya.  Dia memiliki badan pesawat yang lebih kuat, prosesor yang lebih bertenaga, dan sistem kontrol penerbangan yang canggih dibanding pesawat lain”, bebernya.

Alasan kedua, F-15 adalah jet tempur yang belum pernah menelan kekalahan di segala medan tempur. Sedangkan F-15 EX yang mendapat peningkatan di hampir semua sektor memiliki perang tersendiri di medan tempur.  Salah satu jet tempur generasi 5 AS yaitu F-35 memiliki peran sebagai pemantau musuh.  Karena dirinya siluman dan memiliki radar lebih canggih, maka F-35 dikerahkan untuk mengamankan posisi musuh. Sementara F-15 EX datang dengan puluhan rudalnya untuk melepaskan serangan.  Daya angkut F-15 EX mencapai 13,6 ton sekali jalan. Sedangkan F-35 hanya 2,5 ton”, ungkap pembuat F-35 yaitu Lockheed Martin. Sederhananya, F-15 EX digunakan sebagai eksekutor sedangkan F-35 sebagai mata pemantau.

 

Sumber dari Berbagai sumber

Jepang yang Masih Pelit Berikan Teknologi Kelas Mogami, Prancis Siap Jor-joran Kasih Sistem Canggih Fregat FDI ke Indonesia

 


Belharra class atau yang dikenal dengan kapal perang Fregate de Defense et d Intervention (FDI) merupakan calon fregat baru yang segera ternama di dunia.

Dikutip dari berbagai informasi di Naval Analyses, fregat FDI menjadi kapal perang yang memiliki deretan teknologi canggih mulai dari sistem internal eksternal sampai persenjataan.

Dibagian persenjataan fregat FDI terbilang sangat komplit karena memiliki sederet rudal mematikan dan modern.

Mulai dari rudal pertahanan udara Aster 15/30 yang tersimpan di tabung peluncur vertikal jenis SYLVER A50 yang terletak pada bagian depan fregat FDI.

Dan jika diperlukan maka fregat FDI dapat dipasangkan tabung peluncur vertikal jenis SYLVER A70 dan dapat meluncurkan rudal serang darat MBDA MdCN LACM.

Jika ditotal maka fregat FDI memiliki tabung peluncur vertikal rudal sebanyak 8x4 atau sekitar 32 peluncur rudal vertikal.



Selain rudal pertahanan udara dan rudal jelajah serang darat, fregat FDI masih dapat diperkuat dengan rudal anti kapal Exocet jenis terbaru Block 3C yang tersimpan pada bagian tengah kapal.

Terbukti jika fregat FDI akan mengusung quad launcher rudal anti kapal Exocet yang semuanya berjumlah delapan buah.

Untuk meriam pada fregat FDI menggunakan satu unit Leonardo OTO 76/62 Super Rapid pada bagian depan serta ada meriam Nexter NARWHAL 20mm yang berupa RWS.

Nexter NARWHAL 20mm pada fregat FDI terletak pada bagian belakang kapal dan memiliki dua unit.

Lalu untuk memaksimalkan peran anti kapal selam ada dua unit peluncur torpedo di kiri dan kanan yang bernama EuroTorp dan beramunisikan torpedo MU90.

Untuk di fregat FDI versi Yunani masih dipasangkan penangkis serangan udara rudal sejenis RIM-116

Selain itu untuk sistem pertahanan fregat FDI memiliki peluncur decoy dan akan memakai CANTO sebagai antisipasi anti torpedo musuh.

Termasuk decoy anti rudal kapal dimiliki fregat FDI yang berada di sisi kanan dan kiri serta sanggup memberikan perlindungan 360 derajat.

Salah satu yang terpenting pada fregat FDI adalah adanya Combined Active Passive Towed Array Sonar (CAPTAS) yang merupakan sonar tarik yang ditempatkan di belakang.

Dari adanya CAPTAS maka fregat FDI bisa melakukan penanggulangan kapal selam musuh dan melakukan perburuan kapal selam musuh.

Selain sonar tarik, fregat FDI memiliki sonar yang terletak pada bagian depan berupa Thales KINGKLIP Mk2 yang mampu mendeteksi dan mengklasifikasi target bawah air.

Alhasil untuk memaksimalkan perang anti kapal selam maka fregat FDI difasilitasi dengan helideck dan hanggar helikopter yang berukuran 11 ton.

 

 


Maka dari itu helikopter berspesialisasi anti kapal selam dapat diperkuat di fregat FDI termasuk dengan drone VSR700 serta hanggar dibagian samping kiri dan kanan untuk menampung perahu RIB berukuran 9,5 meter.

Selain itu, deretan teknologi canggih masih ada di fregat FDI berupa bola radar yang bernama Thales SURFSAT-L SATCOM yang ada di belakang dan depan untuk alat komunikasi satelit yang menghubungkan dengan markas dan beberapa alutsista udara, permukaan, dan darat.

Bergeser ke tengah ada alat canggih berupa Safran Paseo XLR EO FCS yang berupa alat optik yang bisa mengendalikan beberapa senjata dan bisa untuk memantau target.

Yang paling utama pada fregat FDI adalah tiang tinggi yang disitu memiliki beberapa alat canggih dan fungsinya bermacam-macam.

Dari urutan teratas di tiang fregat FDI ada Thales ALTESSE-H C-ESM dan COMMINT yang fungsinya sangat banyak seperti peringatan dan kewaspadaan dini, kesadaran situasional taktis, serta dukungan operasi intelijen yang dapat melakukan analisis sinyal.

Serta untuk mengoptimlakan alat komunikasi pada fregat FDI memiliki Alseamar AS338 MIDS/JTIDS NATO L16, Alseamar AS 329-1A UHF, Alseamar AS 237 UHF, Alseamar AS 307-B UHF, serta TADIL A/L11 V/UHF.

Tak berhenti disitu saja, fregat FDI masih memiliki teknologi Thales SENTINEL R-ESM dan kegunaanya adalah dalam peperangan elektronika dan ditempatkan di beberapa titik.

Masih dalam tiang yang sama, sosok Bertin Technologies TV dan IR Surveillance System disematkan di fregat FDI untuk dukungan pengawasan dan perlindungan

Dan yang paling utama di tiang fregat FDI adalah radar besutan Thales yang bernama SEAFIRE S-band dan mengusung radar AESA.

Serta radar Thales STIR 1.2 EO Mk2 FCR dan EO tracking system terdapat dibawah radar AESA fregat FDI dan berguna untuk mengendalikan sistem rudal pertahanan udara.

Dengan deretan teknologi tersebut maka tak heran jika fregat FDI jadi sosok tercanggih yang pas untuk gantikan kapal perang fregat La Fayette.

Dikutip dari Naval Group yang berjudul Naval Group launches the first defense and intervention frigate (FDI) for the French Navy, fregat FDI memiliki panjang 122 meter, lebar 18 meter, serta berat mencapai 4.500 ton.

 

Sayangnya untuk mesin dan tenaga penggerak dari fregat FDI masih belum diketahui.

Tetapi diproyeksikan jika fregat FDI bakal memiliki kecepatan maksimal sampai 27 knots serta daya tahan 45 hari.

Akomodasi dari fregat FDI sendiri dapat membawa 125 personel dan dapat menampung prajurit tambahan seperti kru helikopter dan pasukan khusus sampai 28 personel.

Fregat FDI Prancis Bisa Menjadi Calon Kapal Perang Terbaru Indonesia Setelah PPA Paolo Thaon Di Revel Class dari Italia.

.

Dari kelebihan ini maka tak heran jika pihak Naval Group selaku developer dari fregat FDI menawarkan kapal perang ini untuk memperkuat TNI AL.

Dijelaskan dari Naval News pada 31 Mei 2024, fregat FDI yang ditawarkan ke Indonesia dalam konfigurasi multi-misi penuh.

Artinya Indonesia bisa mendapatkan seluruh sensor dan senjata anti-udara, anti-kapal selam, anti-permukaan, asimetris, dan peperangan elektronik pada fregat FDI.

Ini termasuk 32x SYLVER VLS untuk rudal ASTER 15 dan 30, umpan akustik CANTO, radar multi-fungsi Sea Fire 4D AESA, serta sonar array yang dipasang di lambung kapal, kedalaman variabel, dan sonar derek pada fregat FDI buatan Naval Group.

Secara garis besar jika Prancis siap jor-joran kasih sistem canggih jika Indonesia jadi membeli fregat FDI di masa yang akan datang.

Berbeda dengan Jepang yang diduga masih pelit berikan teknologi kelas Mogami kepada beberapa negara.

SUMBER ZONAJAKARTA

Friday, May 31, 2024

Kemampuan Rafale Pesanan Indonesia dan Jet Tempur Siluman F-35 Punya Kemiripan yang Berkaitan Dengan Nuklir

 

F-35 PARKIR

Tentu ada banyak alasan mengapa jet tempur F-35 begitu digemari, salah satunya adalah kemampuan siluman. Dengan kemampuan siluman ini, F-35 punya kesempatan untuk menembus pertahanan musuh.

Radar musuh akan sulit mendeteksi kedatangan platform siluman ini, dan F-35 dapat menyerang aset berharga tinggi musuh.

Tapi selain kemampuan siluman, daya serang F-35 juga menakutkan karena mampu melepaskan serangan nuklir.

F-35

F-35 adalah satu dari sedikit jet tempur yang dapat melakukan hal itu. Menurut kabar terbaru, F-35 Belanda yang diberi tugas oleh NATO untuk mengambil peran serangan nuklir. Belanda telah menjadi negara pertama yang menyatakan bawah F-35 miliknya bertanggung jawab penuh atas peran serangan nuklir”, jelas The War Zone pada 31 Mei 2024. Sementara bom nuklir yang akan dipakai adalah bom termonuklir B61-12. Pengambilan peran ini melihat ketegangan antara Rusia dan Ukraina yang tiada henti.

Klaim pihak Barat mengatakan bahwa Rusia berulang kali melakukan serangan nuklir, hal inilah yang menjadi fokus NATO. Peran anti-nuklir ini secara resmi akan dijalankan F-35 Belanda mulai 1 Juni menggantikan F-16 mereka. Benar, F-35 adalah pemain baru bagi Belanda dalam misi perang nuklir ini.

Lebih spesifik, Amerika sebagai pembuat F-35 baru memberi izin kepada jet tempur Belanda untuk menjalankan peran nuklir.

Sementara sebelum F-35, F-16 Belanda lah yang menjalankan misi besar itu. Belanda adalah salah satu sekutu NATO yang menjalankan misi pencegahan nuklir, dan negara Eropa yang memakai F-35 untuk jalankan operasi itu”, ucap Angkatan Udara Belanda dalam keterangannya.  Setelah Belanda, F-35 Inggris, Belgia, Jerman, dan Italia juga dipercaya akan mengemban misi yang sama. F-35 Inggris, Belgia, Jerman, dan Italia pada akhirnya akan menerima bom B61-12 meski jadwal pengirimannya sangat dirahasiakan”, pungkas The War Zone.

Namun di luar penjelasan itu semua, jet tempur lain yaitu Rafale nyatanya juga sedang diupayakan untuk dapat melakukan serangan nuklir. Rafale sejatinya mampu menggotong berbagai jet tempur rudal maupun bom, dan nuklir adalah salah satunya.

Rafale baru saja lakukan uji coba lepaskan rudal kiamat berhulu ledak nuklir


Karena baru-baru ini, Rafale telah lakukan uji coba lepaskan rudal nuklir udara-ke-permukaan jarak menengah ASMP-R.

Pada tanggal 22 Mei, Direktorat Jenderal Persenjataan Perancis umumkan keberhasilan peluncuran evaluasi pertama dari rudal udara-ke-permukaan jarak menengah ASMP-R”, jelas Army Recognition pada tanggal yang sama.  ASMP adalah rudal jelajah berhulu ledak nuklir yang dikembangkan oleh perusahaan raksasa MBDA Prancis. Sementara ASMP-R sendiri adalah varian tercanggih dari rudal kiamat itu.

Rudal ASMP pertama kali beroperasi pada bulan Mei 1986, di mana jet tempur pendahulu Rafale yaitu Mirage yang membawanya.

Versi yang ditingkatkan pun lahir yaitu ASMP-A dengan jangkauan sekitar 500 km dengan kecepatan maksimum 3 mach.

 

Varian ini pertama kali beroperasi pada bulan Oktober 2009 di mana digunakan oleh jet tempur Mirage dan juga Rafale.

Merasa belum cukup, MBDA menciptakan ASMP-R di tahun 2016 dengan kemampuan yang ditingkatkan.

belum jelas berapa jauh rudal ini dapat melesat maupun kecepatannya, namun yang jelas ASMP-R membawa hulu ledak termonuklir 300 kt.  Pertanyaannya, apakah Indonesia yang akan menerima Rafale di tahun 2026 juga akan senjata nuklir?

Jawabannya tidak karena Indonesia bukanlah negara dari Treaty On The Non Proliferation Of Nuclear Weapon 1968 (NPT), karena hanya 5 negara yang diperbolehkan mengembangkan senjata nuklir.  Berdasarkan NPT 1968, hanya Amerika, Rusia, China, Prancis, dan Inggris yang boleh memiliki senjata nuklir.  Di sisi lain, Indonesia juga menunjukkan sikapnya menentang penyebaran senjata nuklir.

Dengan meningkatnya tantangan keamanan nuklir global, mulai dari ketegangan geopolitik dan kemajuan teknologi yang meningkatkan keamanan nuklir. Indonesia tegaskan komitmen pelucutan senjata nuklir”, ungkap Kemlu di laman resminya pada 23 Mei 2024.

Dalam upaya menjamin keamanan nuklir, Indonesia sejatinya sudah melakukan berbagai upaya seperti memperkuat peraturan domestik.

SUMBER :ZONA JAKARTA

 

 

BERITA POLULER