Pages

Wednesday, June 26, 2024

Di Hari Pahlawan 11 November 2019, PTDI Terbangkan “Ferry Flight” (Lagi) NC212i Pesanan Thailand

 



Bertepatan dengan Hari Pahlawan, PTDI kembali lakukan ekspor dalam kegiatan ferry flight 1 (satu) unit pesawat terbang NC-212i untuk Ministry of Agriculture and Cooperatives (MOAC) Thailand dari Hanggar Delivery Center PT DI menuju Nakhon Sawan Air Base, Muang, Nakhon Sawan, Thailand, yang direncanakan akan tiba pada 11 November 2019.

Pesawat NC212i yang dikirimkan hari ini melengkapi kontrak pengadaan 2 (dua) unit pesawat terbang NC-212i antara PTDI dengan A.I.C.E. Enterprises (Thai) Co.,Ltd. dengan end user Department of the Rain Making and Agricultural Aviation, MOAC Thailand.

Pesawat terbang NC-212i pertama telah dilakukan ferry flight pada 22 Oktober 2019. Dan pada hari ini dilakukan kembali ferry flight pesawat terbang NC-212i kedua yang penyerahannya dilakukan lebih cepat sebulan jadi jadwal sesuai kontrak yaitu Desember 2019. Sehingga total 2 unit pesawat NC-212i telah dikirimkan kepada Ministry of Agriculture and Cooperatives (MOAC) Thailand.

Dikutip dari siaran pers PT DI, disebutkan Capt. Zulda Hendra sebagai Pilot In Command dan Capt. Billy Yudha Firmansyah se-bagai Copilot menerbangkan pesawat NC-212i dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Bandara Hang Nadim, Batam, dan dilanjutkan ke Nakhon Sawan Air Base, Muang, Nakhon Sawan, Thailand, sebagai destinasi terakhir.

Pesawat NC212i tersebut akan melakukan Final Acceptance oleh Department of the Rain Making and Agricultural Aviation, MOAC Thailand, pad 12 November 2019.

Meski didapuk untuk operator sipil, namun NC-212i pesanan Thailand ini dapat digunakan sebagai passenger transport, VIP, cargo, rain making, troop/paratroop transport dan medical evacuation.

Adapun operator dalam negeri yang menggunakan pesawat NC-212 series adalah TNI AU, TNI AD, TNI AL, Kepolisian, BPPT, dimana pesawat NC-212 series tersebut digunakan untuk pesawat angkut sipil, militer dan Maritime Surveillance Aircraft (MSA). Sedangkan operator luar negerinya adalah negara Thailand untuk pesawat angkut militer dan modifikasi cuaca (rain making), Filipina dan Vietnam untuk pesawat angkut militer.

Adapun kebutuhan pesawat NC-212i dunia untuk 10 tahun ke depan yakni sebanyak 255 unit. Rencana ekspansi PT DI kedepannya adalah pada Asia Pasifik dan Afrika. PT DI akan meningkatkan kapasitas produksi pesawat NC-212i yang semula 4 pesawat per tahun, menjadi 6 pesawat per tahun, yang akan dimulai pada tahun depan untuk memenuhi target kebutuhan NC-212i selama 10 tahun ke depan. (Bayu Pamungkas)


SUMBER : PT DIRGANTARA INDONESIA

 

Kunjungan Defence Attache Tour 2024 Diakhiri ke PT DI dan PT Len Industri

 



Bandung – Di hari terakhir kegiatan Defence Attache Tour 2024, 24 Atase Pertahanan dari negara sahabat yang dipimpin Plt. Dirkersinhan Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI Airlangga melanjutkan kunjungan ke Industri Pertahanan Indonesia ke PT Dirgantara Indonesia (DI) dan PT Len Industri, di Bandung, Kamis (6/6).

“Senang sekali bisa berkumpul di PT DI, industri dirgantara Indonesia yang merupakan simbol inovasi bangsa kita di bidang penerbangan dalam kesempatan Tur Atase Pertahanan,” kata Brigjen TNI Airlangga saat berkunjung ke PT DI.

PT DI secara konsisten menunjukkan kemampuannya untuk mendorong batas-batas inovasi dan memberikan solusi kelas dunia yang memenuhi beragam kebutuhan pelanggannya. PT DI terkenal unggul dalam desain, pengembangan, dan manufaktur pesawat baik di dalam negeri maupun internasional. Dari pesawat komuter sipil hingga platform militer yang canggih.

Oleh karena itu, Plt. Dirkersinhan mendorong agar atase pertahanan memanfaatkan sepenuhnya kesempatan tur ini untuk menjalin hubungan dengan PT Dirgantara Indonesia dan menjajaki potensi kerja sama.

Kemudian saat berkunjung ke PT Len Industri, Brigjen TNI Airlangga menyampaikan bahwa PT Len Industri secara konsisten telah menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi beragam kebutuhan pertahanan Indonesia.


“Dari pemancar radio hingga sistem persinyalan kereta api, dari sistem elektronika daya untuk kereta listrik hingga teknologi pertahanan mutakhir,” tambah Brigjen TNI Airlangga.

Secara keseluruhan, kunjungan ini memberikan wawasan berharga mengenai kemampuan pertahanan, keahlian teknologi, dan kontribusi Indonesia terhadap keamanan regional.

Di akhir kegiatan Defence Attache Tour 2024, Kementerian Pertahanan berharap kepada para atase pertahanan dapat mengambil banyak manfaat, dan memperkaya pemahaman mengenai industri pertahanan Indonesia, serta memperkuat hubungan bilateral dan multilateral yang sudah terjalin. (Biro Humas Setjen Kemhan)


sumber Kemenham

Jepang Rela Berikan Fregat Mogami Kualitas Terbaik dan Tercanggih Asal Indonesia Mau Membelinya

 

Jepang siap bangun fregat mogami tercanggihnya demi Indonesia

Demi mencapai tujuan untuk memuluskan rencana Jepang menjual Fregat Mogami ke Indonesia sejumlah kebijakan dilakukan.

Menurut laporan Yomiuri Shimbun, setelah Perang Dunia II Jepang membentuk sistem pertahanan nasional dengan sebutan "Konstitusi Perdamaian" sebagai intinya.

Hal ini membuat perkembangan industri militer sangat dibatasi kekuatan yang dapat digunakan dalam perang luar negeri.

Hal ini menyebabkan Jepang merumuskan "Tiga Prinsip Ekspor Senjata", yang merupakan pilar inti dari strategi pertahanan restriktif Jepang.

Namun, dengan perubahan yang terus-menerus dalam situasi internasional dan pemulihan kekuatan nasional yang komprehensif secara terus-menerus.

Konsep strategis Jepang telah mengalami perubahan besar, dan ambisinya untuk menjadi "negara normal" secara bertahap semakin meluas.

Jepang percaya bahwa larangan ekspor senjata telah menjadi hambatan penting bagi negara tersebut untuk menjadi kekuatan politik dan militer.

Hal ini membuat Jepang harus mempercepat revisi prinsip-prinsip ekspor senjata dan melonggarkan ekspor senjata dan peralatannya.

Pada tahun 2014, pemerintahan Abe merumuskan "Tiga Prinsip Transfer Peralatan Pertahanan" untuk menggantikan "Tiga Prinsip Ekspor Senjata" yang asli dan dengan jelas.

Karena menganggap ekspor senjata dan kerja sama industri militer yang "memenuhi syarat" dan telah menjalani "tinjauan ketat" membuat Jepang diizinkan untuk mengekspor senjata, peralatan dan teknologi militer.

Dengan tujuan penyelamatan jiwa, transportasi, pengawasan dan pembersihan ranjau telah secara signifikan menurunkan ambang batas bagi Jepang untuk mengekspor senjata, peralatan dan teknologi militer dan menciptakan kondisi untuk ekspor orang Jepang.

Mneurut laporan News CCTV, dalam situasi ini Jepang telah menjadikan negara-negara Asia Tenggara sebagai fokus penjualan senjatanya, terutama empat negara Indo-Pasifik seperti Vietnam, Malaysia, India, dan Indonesia.

Jepang telah secara aktif mengumpulkan niat pembelian dan kebutuhan khusus negara-negara tersebut dan menentukannya model produk ekspor tertentu.

 

Dalam cara mengekspor senjata, Jepang juga mengadopsi metode yang pertama mudah dan kemudian sulit.

 

Pertama-tama Jepang berencana mengekspor peralatan militer serang tidak mematikan dan non-aktif termasuk pesawat angkut militer, pesawat amfibi, pesawat patroli maritim, dan radar kinerja tinggi dan kemudian mengekspornya.

Sebagai terobosan awal, setelah terobosan bertahap dalam senjata pertahanan, beberapa senjata berskala besar dan ofensif akan secara bertahap dipromosikan ke dunia luar, termasuk senjata serangan mematikan seperti jet tempur berperforma tinggi dan AIP.

Pada tahun 2020, kader Pasukan Bela Diri Maritim Jepang dan penanggung jawab Mitsubishi Heavy Industries, produsen kapal fregat besar.

Secara khusus mengunjungi Indonesia untuk mencari cara mengekspor peralatan militer atau mentransfer teknologi militer ke Indonesia.

Dari sudut pandang Indonesia, karena garis pantainya yang panjang dan ancaman keamanan maritim yang besar, angkatan lautnya sebagian besar melakukan misi lepas pantai, beroperasi hingga Laut Cina Selatan.

Dalam pernyataannya Jepang menyodorkan Fregat Mogami yang dinegosiasikan kedua pihak kali ini merupakan generasi baru "kapal perang sci-fi" siluman yang diluncurkan oleh Mitsubishi Corporation Jepang.

Konsep desainnya sangat canggih dan memiliki berbagai performa tinggi seperti kemampuan pembersihan ranjau menggunakan kendaraan tak berawak. Kapal ini berfokus pada pengendalian laut, anti-kapal selam dan tahan ranjau serta memiliki kemampuan pertahanan udara yang kuat.


SUMBER ZONAJAKARTA

 

Tuesday, June 25, 2024

Dipelototi Dunia, China Diam-diam Segera Menyelesaikan Proyek Pesawat Generasi ke-6


Rekaan pesawat tempur generasi ke-6 China, j-20, dengan komputer beradasarkan informasi yang sudah berkembang. Pesawat J-20 ini mirip dengan pesawat tempur generasi ke-6 yang sedang dikembangkan Amerika Serikat. (Weibo)


Rencana China memproduksi pesawat tempur generasi ke-6 J-20 terus mendapat sorotan dunia dan diperkirakan dalam waktu dekat sudah terwujud.  Saat ini memang ada beberapa negara yang mengembangkan pesawat tempur tercanggih generasi ke-6. Selain China, negara yang serius mengembangkan jet tempur masa depan itu adalah Amerika, Rusia, Prancis dan Jerman, Spanyol dan Italia, Jepang, serta Inggris.

Pergerakan China paling rahasia dan sulit diungkap, meski nama pesawat itu sudah diketahui, yakni J-20. Namun, akhir-akhir ini China mengindikasikan segera melahirkan jet tempur generasi ke-6 itu, mendahului negara lain.  Sebenarnya, kecurigaan China akan mencuri start dalam pengembangan jet tempur generasi ke-6 sudah muncul dalam pembicaraan di media sosial di WeChat pada Januari 2019.

Setelah itu, banyak yang meragukan kesiapan China melahirkan jet tempur generasi ke-6 dalam waktu dekat. Prediksi itu menguat setelah pilot pengujian pesawat J-20, Li Gang, menceritakan perkembangan proyek pesawat generasi ke-6 China itu.  "Saat teknologi aviasi negara kami berkembang pesat, jet generasi berikutnya akan lahir dalam waktu dekat," katanya kepada China Central TV (CCTC), seperti dikutip warriormaven.com, 12 Juni 2024. Dalam artikelnya Senin (14/6/2024), Defense News mengutip pernyataan penulis militer China, Rick Joe.  Menurutnya, sebuah citra satelit menunjukkan ada pesawat tak berekor terlihat di fasilitas Chengdu Aerospace pada Oktober 2021.  Bahkan, kata Rick Joe, sangat mungkin pesawat itu sudah diuji coba untuk terbang.

Pendapatnya selaras dengan pernyataan Li Gang.  Jika citra satelit itu benar, maka pesawat generasi ke-6 China mirip dengan pesawat generasi ke-6 yang sedang dirancang Amerika Serikat.

Amerika berencana memproduksi Next Generation Air Dominance (NGAD) juga dengan bentuk tanpa ekor. Bahkan, Amerika sudah merancang anggaran yang diperkirakan menghabiskan 16 miliar dolar AS (sekitar Rp 262,4 triliun).

Bedanya, Amerika sedang memiliki masalah anggaran, sementara China sedang mengalami kemajuan ekonomi yang pesat dalam beberapa tahun terakhir.  Sehingga, China begitu agresif mengembangkan pesawat tempur baik darat, laut, maupun udara, termasuk megaproyek jet tempur generasi ke-6.

Rick Joe menilai, pesawat generasi baru China akan menggunakan teknologi serba baru dengan kemampuan siluman termodern.

Sebagai pesawat modern, J-20 bakal dilengkapi senjata laser dan peluru kendali hipersonik.  Seperti halnya rancangan negara lain, China sangat mungkin membuat pesawat J-20 bisa dikenalikan pilot atau tanpa awak.

"Saya bisa katakan, China sudah di jalur realisasi pesawat generasi ke-6," kata Rick Joe. Namun, ketika diwawancara Defense News, Direktur Institut Studi Aerospace Angkatan Udara China, Brendan Mulvaney, tidak sependapat.

Menurutnya, proyek China dalam membangun pesawat generasi ke-6 masih lama.  China bisa merealisasikan pesawat J-20, katanya, bisa butuh waktu 20 tahun lagi.  Ia menilai, China masih kesulitan mengembangkan mesin pesawat generasi ke-6 yang supercanggih dan cepat. Tapi, akhirnya ini hanya masalah sains. Saya katakan, penelitian fisika juga sedang berkembang di Berlin, sama halnya di Beijing. Jika melakuka usaha keras dan memiliki waktu yang cukup, Anda akan bisa membuat mesin aerospace utamanya untuk kepentingan militer," terangnya.

Sumber Zonajakarta

Monday, June 24, 2024

Indonesia bisa mengaktifkan lagi Armada Bomber

 

Tu-16 Badger 

Indonesia dulu pernah memiliki skadron pesawat pembom strategis jarak jauh dalam diri Tupolev Tu-16 Badger. Tu-16 Badger kala itu menjadi tulang punggung pesawat pembom strategis Indonesia untuk memberikan ancaman maksimal bagi calon lawannya.  Kedigdayaan skadron pesawat pembom strategis Indonesia terdengar sampai Australia.

Alice Springs di Northern Territory Australia jadi saksi skadron pesawat pembom strategis Indonesia beraksi. Kala Dwikora, AURI sengaja menerbangkan dua unit Tu-16 ke Alice Springs dan Malaysia secara bersamaan. Hal ini untuk menunjukkan jangkauan tempur militer Indonesia yang mampu melakukan serangan jarak jauh. Untuk saat ini kemampuan serangan jarak jauh Indonesia sepeninggal Tu-16 melorot. Akan tetapi Indonesia segera mendapat pengganti Tu-16 dalam diri F-15 Eagle II.Memang ada perbedaan jenis keduanya antara pesawat pembom dan jet tempur Secara kasat mata pun ukuran Tu-16 lebih besar dari F-15 Eagle II. Namun soal daya muat bom ternyata F-15 Eagle II sama dengan Tu-16. Hal ini lantaran evolusi teknologi pertahanan matra udara yang mampu menyulap jet tempur memiliki kemampuan setara dengan pesawat pembom. "Dalam peran Air Strike di dalamnya dimaksudkan untuk pesawar seran saja.



Namun dengan teknologi terkini, peran tersebut dapat dirangkap pesawat tempur multiperan.Dahulu pesawat pembom strategis harus besar seperti Tu-16 Badger yang pernah dioperasikan AURI. Saat ini dengan performa yang hampir sama atau lebih baik, peran pembom strategis dapat dilakukan oleh pesawat yang lebih kecil seperti terlihat pada gambar berikut ini yang membandingkan performa F-15 Eagle II dengan Tu-16 Badger," jelas Marsekal TNI (Purn) Fadjar Prasetyo dalam bukunya Plan Bobcat.

Sebab dengan muatan bom banyak ia bisa terbang ke sasaran secara cepat dan menjatuhkan malapetaka bagi musuh di sana. Negara-negara besar seperti China, Rusia, AS dan Inggris masig memiliki pesawat pembom.  AS dengan trio B-2 Spirit, B-52 dan B-1B Lancer masih jadi paling yang teratas. Rusia dengan Tu-22 Backfire, Tu-160 Blackjack dan tentunya si gaek Tu-95 Bear. China urutan ketiga dengan Xian H-6 dengan keunggulan jumlah lebih dari 231 lebih unit pesawat bomber itu operasional.

Inggris jadi yang paling buncit dimana mereka cuma mengoperasikan segelintir sisa V Bomber era Perang Dingin. RAF Inggris sadar mereka membutuhkan lagi pesawat bomber baru dimana mereka lebih memilih membangun pesawat tempur multiperan BAE Tempest untuk mengisi kekosongan ini. Indonesia juga butuh menghidupkan lagi skadron pesawat pembom strategis entah memakai F-15 Eagle II atau lainnya. Karena Indonesia mesti menggapai apa itu Manajemen Pertempuran Udara Generasi Kelima. Salah satunya kepemilikan skadron pembom strategis.

 

Sumber: Zonajakarta, Lemhanas RI

 

 

 

Sunday, June 23, 2024

F-22 Raptor Pesawat Siluman AS Pecah Telor Mampir di Indonesia, TNI AU Ternyata Emban Tugas Ini di Pitch Black 2024 Australia

 


F-22 Raptor Pesawat Siluman AS Pecah Telor Mampir di Indonesia, TNI AU Ternyata Emban Tugas Ini di Pitch Black 2024 Australia.  Tak heran jika F-22 Raptor pesawat siluman kini pecah telor akan mendarat di Indonesia, TNI AU ternyata salah satu peserta di ajang latihan Pitch Black yang bergengsi yang diselenggarakan di Australia.

 

Dikutip Zonajakarta.com dari situs Royal Australian Air Force (RAAF) , Pitch Black merupakan latihan penggunaan kekuatan besar multi-nasional dua tahunan selama tiga minggu yang dilakukan terutama dari Pangkalan RAAF Darwin dan Pangkalan RAAF Tindal.  Latihan seperti ini sangat penting untuk memastikan Angkatan Udara tetap siap memberikan respons kapan pun Pemerintah Australia memerlukannya.

 

Pelatihan dan integrasi kekuatan yang terjadi pada latihan ini secara langsung mendukung kemampuan RAAF dalam melakukan operasi. Latihan Pitch Black menampilkan serangkaian ancaman simulasi dan realistis yang dapat ditemukan di lingkungan ruang pertempuran modern dan merupakan kesempatan untuk menguji dan meningkatkan integrasi kekuatan, dengan memanfaatkan salah satu wilayah pelatihan udara terbesar di dunia.

 

Menurut rilis Australian Government pada 15 Februari 2024, Latihan Militer Pitch Black 2024 (PBK24) adalah latihan militer besar Australia dan Internasional yang menggabungkan berbagai aktivitas terbang taktis di seluruh Australia utara selama periode 15 Juli hingga 1 Agustus 2024.

 

Untuk memastikan keselamatan publik dan memenuhi tujuan pelatihan, sejumlah besar area terlarang dan berbahaya militer akan diaktifkan. Selain itu, prosedur pendukung, seperti jendela prioritas MIL di Bandar Udara Darwin dan saran mengenai kebutuhan bahan bakar tambahan, diperlukan untuk mengakomodasi operasi jet cepat dengan kepadatan tinggi yang memiliki daya tahan terbatas.

 

Prosedur-prosedur ini berkaitan untuk memastikan bahwa lalu lintas militer dan sipil dapat dikelola dengan aman dengan tantangan tambahan pekerjaan landasan pacu Darwin yang dijadwalkan sepanjang tahun 2024.

 

Waktunya telah ditentukan melalui konsultasi dengan ATC Darwin dan Bandara Internasional Darwin (DIA), dan telah disetujui. dirancang untuk memastikan kesenjangan yang cukup untuk semua jenis lalu lintas untuk difasilitasi dalam jam ATC.

 

Selain itu, pesawat milik pasukan militer Australia dan Internasional akan melakukan flypast di atas Pantai Mindil sebagai bagian dari acara komunitas lokal pada malam hari Kamis tanggal 18 Juli.

 

Untuk menjamin keselamatan penerbangan, pesawat yang tidak berpartisipasi tidak akan dapat lepas landas atau mendarat di Darwin selama durasi flypast, atau operasi terbang dengan Zona Kontrol selama periode ini (durasi 90 menit).  Penerbangan prioritas, seperti penerbangan dengan keadaan darurat yang dinyatakan, atau untuk mendukung perlindungan jiwa dan harta benda (MEDEVAC, SAR) harus difasilitasi jika aman untuk dilakukan.

 

 

 

 

 

Meski pemerintah Australia awalnya menjadwalkan acara latihan Pitch Black 2024 pada 15 Juli hingga 1 Agustus 2024, namun dalam konferensi perencanaan final jadwal nampaknya dimajukan.

 

Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari akun Instagram @militer.udara pada 21 April 2024 menyebut latihan multinasional Pitch Black 2024 yang akan dilaksanakan di RAAF Base Darwin pada tanggal 12 Juli 2024 hingga 3 Agustus 2024 mendatang sudah memasuki tahap Final Planning Conferrence.

 

TNI AU Bukan Sekedar Peserta, Indonesia Didapuk Jadi Komandan Misi Pimpin 150 Pesawat Asing di Pitch Black 2024 Australia

 

Delegasi TNI AU yang terlibat dalam tahap finalisasi planning latihan ini diantaranya Letkol Pnb Ripdho Utomo, Mayor Pnb Ferry Rachman, Kapten Pnb Windi Darmawan dan Lettu Pnb Sulistyo Laksono Cahyo selaku Ops Planner, kemudian Kapten Tek Farid A. Winasis selaku Logs Planner serta didampingi Atase udara Kolonel Nav Mohammad Jausan, S.Pd., M.Eng. sebagai security advisor. Pada latihan ini, penerbang TNI AU akan berkesempatan menjadi Mission Commander dalam sebuah misi latihan Large Force Employment dan memimpin lebih dari 150 pesawat tempur Multinational. 1100 sorties penerbangan dan 4500 personel dilibatkan dalam latihan yang berlangsung selama 3 minggu ini.

 

Latihan ini juga merupakan sarana untuk menunjukan kemampuan TNI Angkatan Udara demi mewujudkan TNI AU yang AMPUH (Adaptif, Modern, Profesional, Unggul dan Humanis) dalam menjaga kedaulatan NKRI dan stabilitas keamanan di kawasan.


sumber Zona jakarta


BACA JUGA PICT BLACK 2012

Two Australian No. 77 Squadron F/A-18 Hornet Aircraft welcome Indonesian Air Force (TNI AU) Sukhoi Su-30 & Su-27 Flanker aircraft into Darwin to participate in Exercise Pitch Black 2012

 

 

 

 

 

 

Langkah Korea Selatan Siapkan Varian Ekspor KF-21 Boramae Bakal Jadi Angin Segar Bagi Timur Tengah

 


Kepastian tanggal produksi massal KF-21 Boramae dari pihak Korea Selatan masih terus dinanti-nanti.  Akan tetapi di sisi lain Korea Selatan mulai menyiapkan sebuah langkah maju.  Di mana varian ekspor tengah disiapkan yang bakal menjadi angin segar bagi negara importir khususnya Timur Tengah.

 

dari laman Alert 5 pada Jumat, 21 Juni 2024 dalam artikel berjudul "South Korea unveils diverse variants for KF-21 Boramae fighter", sejumlah sumber lokal menyebut bahwa Korea Aerospace Industries (KAI) akan menyiapkan jet tempur kekiniannya dalam tiga varian produk berbeda.

 

Yang pertama tentunya adalah KF-21 EA sebagai varian utama di mana bakal dioperasikan oleh Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF). Kemudian ada varian KF-21 EX yang merupakan peningkatan dari varian pertama atau yang disebut juga dengan KF-21 Boramae versi generasi kelima. Sementara KF-21 SA sendiri dirancang sebagai varian ekspor yang nantinya ditujukan untuk para importir. Walau terbagi dalam tiga varian, jarak perbedaan di antara ketiganya tidak terlalu tajam.

 

Sehingga ada jaminan bagi importir terhadap quality control yang diberikan oleh pabrikan. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) nantinya akan menerima varian KF-21 SA jika kontrak pembelian KF-21 Boramae benar-benar disepakati.

 

Apalagi spesifikasinya dinilai sangat mendekati dengan yang digunakan oleh ROKAF. Meski demikian varian tersebut akan diberlakukan penyesuaian spesifikasi tergantung kebutuhan setiap negara pengguna.

 

Terlepas dari pencapaian spektakuler ini, terdapat sebuah masalah besar di balik pengembangan KF-21 Boramae dalam tiga varian dasar berbeda. Karena masih dalam tahap awal, dibutuhkan penelitian lebih lanjut beserta pendanaannya sebelum pengembangan skala penuh dimulai.

 

"Ketiga versi tersebut baru memulai penelitian dasar mengenai kelayakan pengembangan. Diperlukan waktu lebih dari sepuluh tahun untuk menerima desain rinci dan biaya pengembangan dan melanjutkan ke pengembangan skala penuh," kata anggota Forum Keamanan Pertahanan Korea Kim Min Seok dikutip dari laman Aero Time pada Jumat, 21 Juni 2024.

 

Terlepas dari kapan produksi massal akan dimulai, pengembangan berkelanjutan sangat penting bagi pihak Korea Selatan. Tujuannya untuk memastikan agar KF-21 Boramae selalu kompetitif di pasar ekspor.

 

Melansir laman Defence Security Asia dalam artikel berjudul "Momentum Grows For Saudi Arabia, UAE to Join South Korea’s KF-21 “Boramae” Development" yang terbit pada Minggu, 16 Juni 2024, belakangan ini dua negara Timur Tengah yakni Arab Saudi dan UEA tengah berupaya untuk memperoleh kontrak pembelian KF-21 Boramae yang juga diminati Indonesia. Sinyal ketertarikan tersebut menguat pasca kunjungan pemimpin kedua negara tersebut ke Korea Selatan. Kunjungan mereka kemudian ditindaklanjuti dengan kerja sama strategis antara masing-masing negara dengan Negeri Ginseng di bidang pertahanan. 

 

 

UEA menyepakatinya pada tahun 2022, disusul kemudian Arab Saudi setahun setelahnya (2023). Di balik kesepakatan tersebut, terdapat kesediaan untuk membeli sistem pertahanan udara KM-SAM II dari negara yang sama.

Artinya ini merupakan langkah awal bagi Seoul untuk menancapkan pengaruhnya di kawasan Timur Tengah dalam hal ekspor alutsista.

 

Menarik untuk ditunggu seperti apa kinerja Timur Tengah jika nantinya benar-benar membeli varian ekspor dari KF-21 Boramae.***


sumber Zonajakarta

 

 

 

BERITA POLULER