Pages

Sunday, June 16, 2024

Petinggi DAPA Sampaikan Kemungkinan Mengeluarkan Indonesia dari Program KF-21

 



Prototipe ketiga dan kelima KF-21. Permasalah Korea-Indonesia terjadi bermula ketika ada dugaan insinyur Indonesia membocorkan program pemodelan desain 3D untuk KF-21 sehingga dilaporkan ke polisi (photo: Wiki)

Kepala Defense Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan telah memperdebatkan kemungkinan mengeluarkan Indonesia dari program pesawat tempur KF-21 bersama Korea Aerospace Industries.

Dalam sebuah wawancara dengan harian Korea JoongAngDaily, ketua DAPA Seok Jong-gun mengatakan bahwa partisipasi Jakarta yang berkelanjutan dapat bergantung pada hasil penyelidikan tentang dugaan para insinyur Indonesia yang diduga mencuri data program yang sensitif.

“Jika hasil investigasi menunjukkan bahwa telah terjadi kebocoran teknologi yang signifikan, kami akan mempertimbangkan kembali kerja sama dalam pengembangan bersama,” kata Seok.

“Kami akan terus berkoordinasi mengenai teknologi apa saja yang akan ditransfer ke Indonesia, namun sebenarnya teknologi tersebut baru akan ditransfer setelah pengembangan selesai pada tahun 2026. Hingga saat ini, hanya sebagian kecil dari teknologi yang telah ditransfer, dan masih pada tingkat yang belum sempurna. .”

Dugaan pencurian data oleh insinyur Indonesia yang bekerja di Korea Selatan pertama kali terungkap pada bulan 

Januari. Insiden tersebut mengakibatkan penyelidikan oleh kontra intelijen Korea Selatan, dan penyelidikan polisi sedang dilakukan. Pada bulan Februari, laporan menyebutkan bahwa orang-orang Indonesia yang diduga bertanggung jawab telah dilarang meninggalkan Korea Selatan.

Wawancara ini menyentuh permasalahan lain yang menjadi kendala antara kedua mitra: keterlambatan pembayaran dari Indonesia. DAPA telah setuju untuk mengurangi kontribusi Indonesia sebesar 600 billion won dari sekitar 1.6 trillion won ($1.16 billion) yang awalnya disetujui untuk dibayarkan dalam program pembangunan sebesar 8,8 billion won.  

Namun sebagai imbalan atas pengurangan pembayaran tersebut, Seok mengindikasikan bahwa DAPA memutuskan untuk menurunkan tingkat transfer teknologi.

“Dalam pengembangan bersama dengan Indonesia, kami menjanjikan transfer teknologi dan penyediaan prototipe sebagai imbalan atas kontribusi mereka, namun Indonesia berada dalam kondisi keuangan yang sulit, sehingga mereka hanya akan membayar 600 billion won dan menerima lebih sedikit,” katanya.

Mengingat status pembayaran Indonesia, Korea Selatan juga tidak mengikuti rencana sebelumnya untuk memberikan salah satu dari enam prototipe KF-21. Seok mengindikasikan bahwa Korea Selatan terpengaruh oleh pembayaran.

“Bagi kami, lebih penting untuk menyelesaikan pengembangan sistem KF-21 dengan benar pada tahun 2026, yang merupakan tenggat waktu  yang dijadwalkan.”

Terlepas dari tantangan yang dihadapi kedua mitra, Seok menekankan bahwa Indonesia tetap merupakan pasar penting di jantung Asia Tenggara, dengan komitmen untuk membeli 48 KF-21 – yang disebut ‘IFX’ di Indonesia.

(FlightGlobal)

TNI AL Gelar Final Planning Conference Latihan Orruda 2024 Bersama AL Rusia

 


Latihan antara AL Rusia dan Indonesia akan digelar untuk pertama kalinya (photo: TNI AL) 

Koarmada II Ikuti FPC Orruda 2024

Perwakilan dari Komando  (Koarmada) II yakni Komandan KRI I Gusti Ngurah Rai-332 Kolonel Laut (P) Ahmad Ahsan, dan Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut (P) Lustia Budi, mengikuti Final Planning Conference (FPC) Orruda Tahun 2024 yang digelar selama dua hari dari tanggal 12 s.d. 13 Juni 2024, bertempat di Lounge Room Hotel Platinum Surabaya. Rabu (12/6).

Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Delegasi TNI Angkatan Laut Kolonel Laut (P) Lukman Kharis bersama Head of Delegation Russia Captain Navy Igor Bykov.


Adapun tujuan dari pelaksanaan FPC adalah untuk melaksanakan rapat perencanaan akhir yang merupakan latihan bilateral pertama antara dua angkatan laut yang belum pernah dilaksanakan sejak kemerdekaan Indonesia.        

Ketua Delegasi TNI AL menyampaikan bahwa Orruda 2024 adalah latihan spesial bagi kedua angkatan laut yang akan menjadi sejarah besar bagi kedua negara.

"Saya percaya pertemuan ini, akan membawa ide dan wawasan berharga bagi kedua pihak serta saya juga menjamin bahwa suasana terbuka dan ramah ini akan memperkuat hubungan antara Angkatan Laut Indonesia dan Angkatan Laut Rusia," ungkap Ketua Delegasi TNI AL.

(TNI)

Analis Militer Tanah Air Curigai Manuver Politik China Jual Rudal Jelajah YJ 12E ke Indonesia

 


Memang betul Indonesia tengah berusaha membangun Coastal Defence bermodalkan rudal YJ 12E atau BrahMos. Entah dimana yang bakal diambil Indonesia baik YJ 12E atau BrahMos punya kemampuan mematikan menhajar kapal perang lawan. 

Sebelum adanya isu YJ 12E, BrahMos sudah sangat dekat diakuisisi Indonesia. Merasa bisa mengembangkan YJ 12 lebih jauh, China akhirnya membuat versi Coastal Defence. 

Yakni memasangkan YJ 12 ke platform truk agar mudah dibawa ke pesisir pantai. 

Sementara versi ekspor YJ 12E yang hendak dijual Indonesia jangkauan tembaknya melorot di angka 290 km. YJ 12 versi original sangat diwaspadai oleh US Navy. US Navy menaruh perhatian khusus akan kemampuan YJ 12 apalagi setiap kapal perang China sekelas fregat dan destroyer sudah dilengkapi rudal ini.

 Sistem pertahanan kapal perang AS, AEGIS dinilai bakal kesulitan menangkal serangan YJ 12. 

"YJ-12 menimbulkan sejumlah kekhawatiran keamanan bagi pasukan angkatan laut AS di Pasifik dan dianggap sebagai rudal anti-kapal paling berbahaya yang pernah diproduksi Tiongkok sejauh ini. 

Hal ini menyulitkan sistem tempur Aegis dan rudal permukaan-ke-udara SM-2 yang melindungi kelompok penyerang kapal induk AS untuk mengidentifikasi dan menyerang rudal tersebut karena dapat diluncurkan di luar jangkauan cakrawala, yang sangat mengurangi waktu Angkatan Laut AS untuk bereaksi," jelasnya. 

Lantas kenapa China mau menjual salah satu senjata strategisnya ke Indonesia? 

Meski cuma versi ekspor YJ 12E yang ditawarkan Indoensia punya kemampuan sama soal manuver, kecepatan serta daya ledak. 

Cuma jangkauannya saja yang disunat.Berbagai anggapan muncul namun seorang analis militer Indonesia yang tak mau disebutkan namanya curiga ini sebagai manuver politik China. 

"Membeli senjata buatan China mungkin bukan untuk tujuan memodernisasi kekuatan militer negara, tapi lebih ke manuver politik. Ini semacam sebuah jaminan kepada China bahwa Indonesia bukan ancaman bagi mereka," jelasnya dikutup dari Defence Security Asia pada Januari 2024. 

Tapi besar kemungkinan Indonesia tak akan membeli YJ 12E karena incaran sesungguhnya rudal jelajahnya ialah RK-360 Neptune.*


sumber zonajakarta

Saturday, June 15, 2024

Media Malaysia membocorkan rencana Indonesia membeli rudal anti-kapal YJ-12E dari China.

 

 

Rudal anti-kapal buatan China, YJ-12E, menurut media Malaysia, defencesecurityasia.com akan dibeli Indonesia. (defencesecurityasia.com)

Media tersebut adalah defencesecurityasia.com yang menyebut Indonesia mengindikasikan keinginan untuk mengimpor rudal anti-kapal YJ-12E tersebut.

Ini agak mengejutkan, mengingat YJ-12E adalah bagian dari pertahanan laut.

Sementara Indonesia terlibat konflik perbatasan laut dengan China di kawasan laut China Selatan.

Namun, kemungkinan pembelian YJ-12E itu bukan semata-mata bagian dari upaya pertahanan laut Indonesia, melainkan ada motif politik.

Media Malaysia itu kemudian mengutio South China Morning Post yang mewawancarai analis militer Indonesia.

"Mengambil senjata dari China mungkin bukan untuk tujuan memodernisasi kekuatan militer negara, tapi lebih sebagai manuvre politik," kata analisis itu kepada South China Morning Post seperti dikutip defencesecurityasia.com, awal tahun 2024.

"Ini semacam jaminan kepada China bahwa Indonesia bukan ancaman," tambahnya. Menurutnya, ini seperti apa yang dilakukan Malaysia ketika membeli 4 kapal patroli Keris dari China.  Upaya Malaysia itu juga dinilai bahwa pihaknya ingin meyakinkan kepada China tidak akan bersikap konfrontal.

Rudal anti-kapal YJ-12E buatan China ini mirip dengan rudal Brahmos buatan India. Rudal ini akan menjadi bagian dari sistem pertahanan pantai. YJ-12E merupakan pengembangan dari YJ-12B yang digunakan militer China dan memiliki kecepatan 3 Mach. Rudal ini juga dilengkapi sistem BeiDou dan pencari radar aktif.

Selain membeli, menurut media tersebut, Indonesia juga berkeinginan untuk melakukan kerja sama dengan China dalam proses produksi YJ-12E. Sebelumnya, Indonesia sudah bekerja sama dengan Turki untuk mendatangkan rudal anti-kapal Atmaca.

Bahkan, Indonesia juga menjajaki kerja sama produksi Atmaka dengan Turki. Setelah Indonesia berencana mendatangkan Atmaka dari Turki, Malaysia juga ikut-ikutan.

Malaysia juga menjajaki kerja sama dengan pabrikan dirgantara Roketsan dari Turki dalam memproduksi rudal Atmaca. Bahkan, menurut Manaajer Umum STM, Ozger Guleryuz, Rokestan juga akan memasok Atmaca ke Malaysia.

Artinya, Malaysia akan menjadi negara ASEAN kedua yang memiliki Atmaka, setelah Indonesia. Atmaca merupakan rudal anti-kapal yang bisa menembak sasaran dari jarak 200 km. Indonesia rencananya mendatangkan 45 rudal Atmaca.

Rudal itu akan menjadi senjata kapal-kapal perang Indonesia untuk menghalau kapal lawan. Rudal ini rencananya dipasang ke kapal korvet Kelas Fatahilah, Kelas Parhum, dan KCR FPB 57. Jika Atmaca lebih sebagai rudal yang dibawa kapal perang, sedangkan YJ-12E akan menjadi senjata pos-pos militer di pantai.

Sehingga, diharapkan adanya Atmaca dan YJ-12E akan saling melengkapi. Jika Malaysia ikut membeli Amtaca setelah Indonesia melakukannya, bukan tak mungkin negara jiran itu juga akan membeli YJ-12E.

sumber zonajakarta

Wednesday, June 12, 2024

Situs Asing Prediksi Indonesia Bakal Upayakan Beli Su-57 Saingi F-35 Singapura


Indonesia diyakini situs asing bakal borong Su-57 untuk saingi F-35 Singapura

Su-57 dan F-35 digadang bakal menjadi rival jet tempur siluman masa depan.  Pengembangan F-35 lebih dulu leading dibanding Su-57. Maklum, Su-57 dibiayai pakai ongkos pribadi Rusia sementara F-35 join dari berbagai negara. Sampai saat ini penjualan F-35 terbilang sangat menjanjikan dibanding Su-57 yang baru diproduksi memenuhi kebutuhan dalam negeri AU Rusia. Rusia sendiri tak menampikn bahwa mereka hendak menjual Su-57 buatannya ke luar negeri.  Moskow sama sekali tak keberatan Su-57 jadi barang komersil karena orientasi pembuatan jet tempur ini memang mendapat margin keuntungan.

Untuk memudahkan penjualan Su-57, Rusia memakai cara sederhana.Yakni membuat suku cadang hingga fasilitas perawatan Su-57 segaris dengan Su-30 dan Su-35.Jadi setiap negara yang pernah atau sedang mengoperasikan Su-30 bisa segera transisi ke Su-57. Tak perlu membangun fasilitas pendukung dari nol, dengan pengalaman mengoperasikan Su-30 maka dipastikan mempiloti Su-57 bukan masalah besar. Hal ini dimulai saat Rusia memperkenalkan Su-30MK terbarunya yang memakai teknologi Su-57.

 


Mereka seakan ingin memperlihatkan kepada calon konsumen bahwa benar Su-30 masih segaris keturunan dengan Su-57. "United Aircraft Corporation (UAC) Rusia telah mematenkan jet tempur taktis siluman dua tempat duduk baru.  Berdasarkan jet tempur Su-30MK, pesawat ini memiliki fitur pesawat generasi kelima seperti penampang radar rendah dan kemampuan manuver super," lapor The Defense Post.  UAC menjelaskan Su-30MK versi terbarunya ini menggunakan beberapa komponen penting Su-57. Membuat Su-30 yang selama ini dicap kuno mampu melaksanakan berbagai misi tempur yang dilakukan Su-57.

 

"Hasil teknis dari penemuan yang diklaim adalah untuk mengurangi tingkat visibilitas pesawat dalam jangkauan radar (radar signature atau radar cross-section) meningkatkan kemampuan manuver pesawat hingga kemampuan super-manuver, meningkatkan tingkat karakteristik aerodinamis pesawat dengan kecepatan penerbangan supersonik dan subsonik, memperluas fungsionalitas pesawat dalam hal interaksi informasi-komunikasi," beber UAC.

 

Tentunya dengan adanya 'promosi' ini menjadikan calon customer tertarik membeli Su-57. Sebetulnya sulit bagi Su-57 Rusia menyamai angka penjualan Su-57. Rusia diketahui sudah menawarkan Su-57 ke lima negara di ASEAN termasuk Indonesia. Walau Indonesia sendiri belum menyatakan minat membeli Su-57 lantaran transaksi Su-35 gagal. Justru Myanmar dan Vietnam lah yang saat ini di barisan terdepan mendapatkan Su-57. "Di Asia Tenggara secara lebih luas, Vietnam dan Myanmar kemungkinan besar akan menjadi klien pertama Su-57," jelas situs asing Military Watch Magazine pada 24 Februari 2024. Meski demikian Military Watch Magazine memprediksi Indonesia akan membeli Su-57 demi saingi F-35 Singapura.

 

"Negara tetangga terdekat  Singapura, Malaysia dan Indonesia, sebelumnya diperkirakan akan mempertimbangkan untuk membeli pesawat tempur generasi kelima mereka, yaitu Su-57 Rusia. F-35 secara efektif tidak tertandingi dan hampir tidak tertandingi ketika beroperasi di wilayah tersebut," jelasnya.

 

Su-57 Vs F-35 di Asia Tenggara, fenomena yang menarik disimak.*


Zona Jakarta

 

Sunday, June 9, 2024

Persiapan dan Penyesuaian Doktrin TNI AU yang Adaptif Seiring Modernisasi Alutsista (1)

 


Pesawat A400M dan jet tempur Rafale (photo: INews)

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Doktrin militer terus berkembang sesuai tuntutan zaman dan perkembangan teknologi.

 

Mayor Jenderal TNI (Purn) Rahmat Pribadi semasih berpangkat Kolonel dalam karyanya untuk program pendidikan reguler angkatan (PPRA) Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) tahun 2013, menulis bahwa doktrin merupakan suatu pegangan atau pedoman dalam rangka pelaksanaan tugas atau pencapaian tujuan.

 

Di dunia militer, doktrin bukanlah falsafah, dogma, ataupun ajaran-ajaran yang sifatnya abadi. Doktrin militer bersifat dinamis.

 

"Karena doktrin berkembang sesuai dengan perkembangan politik, teknologi, kemajuan militer, dan ekonomi," tulis eks Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhannas tersebut dalam karya ilmiahnya.

 

Dengan demikian, doktrin militer memang harus dikembangkan dan dikaji ulang sesuai tuntutan yang harus dihadapi.

 

Keadaptifan, termasuk soal doktrin, merupakan salah satu komitmen Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Mohamad Tonny Harjono begitu ia dilantik menjadi orang nomor satu di matra udara.

 

Terlebih, TNI AU berangsur kedatangan sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) baru dalam beberapa tahun ke depan.

 

Tonny juga menciptakan slogan baru untuk TNI AU, yakni "AMPUH" yang merupakan akronim dari adaptif, modern, profesional, unggul, dan humanis.

 

"Mohon doa restunya, (TNI) Angkatan Udara menjadi angkatan udara yang adaptif mengikuti perkembangan teknologi dan perkembangan situasi nasional, regional, maupun global," kata Tonny dalam peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-78 TNI AU di Lapangan Dirgantara Akademi Angkatan Udara (AAU), Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), 22 April 2024.

 

Secara khusus, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto juga meminta agar TNI AU adaptif seiring modernisasi alutsista matra udara.

 

“Saya berpesan agar TNI AU dapat beradaptasi dengan cepat seiring dengan kedatangan berbagai alutsista yang modern dalam beberapa tahun ke depan,” kata Agus dalam sambutannya saat proses serah terima jabatan KSAU di Taxi Way Echo Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, 5 April 2024.

 

Alutsista modern datang

Indonesia lewat Kementerian Pertahanan RI terus melakukan modernisasi, salah satunya dengan mendatangkan sejumlah alutsista.

 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewanti-wanti dalam perayaan HUT ke-78 TNI di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, 5 Oktober 2023, bahwa modernisasi itu harus menjadi bagian penting pengembangan investasi industri pertahanan dalam negeri.

 

Untuk TNI AU, Indonesia mendatangkan lima unit pesawat angkut C-130J-30 Super Hercules dari pabrikan Lockheed Martin, Amerika Serikat. Kelima unit Super Hercules itu telah tiba di Tanah Air seluruhnya.

 

Bahkan, salah satu pesawat Super Hercules dengan nomor ekor A-1340 telah sukses melaksanakan operasi kemanusiaan dengan menjatuhkan bantuan logistik lewat udara (airdrop) di Gaza, Palestina, 9 April silam.

 

Indonesia juga telah membeli dua unit pesawat tanker dan transport Airbus A400M dari AS.

 

Kemenhan RI juga selesai menandatangani kontrak 42 unit jet tempur Rafale dari Dassault Aviation, Perancis.

 

Sesuai kontrak, unit pertama Rafale dijadwalkan tiba pada 2026 dan bakal menjadi pesawat tempur generasi 4.5 pertama bagi TNI AU.

 

Selain itu, TNI AU juga akan kedatangan 25 radar dan 12 unit pesawat nirawak (unmanned aerial vehicle) atau drone ANKA buatan Turkish Aerospace.

 

Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengatakan Indonesia memerlukan TNI AU dan pertahanan udara yang kuat.

 

"Kita memerlukan TNI yang kuat, kita memerlukan TNI AU yang kuat, karena negara kita sangat sangat besar. Negara kita seluas Eropa. Eropa itu 27 negara, kita satu negara. Jadi kita sangat butuh pertahanan udara yang sangat kuat," ujar Prabowo di Lanud Halim Perdanakusuma, 28 Desember 2022, usai kedatangan pesawat Falcon 8X dari Dassault, Perancis.

 

Persiapan TNI AU

Sejalan dengan itu, TNI AU sedang bersiap diri menyambut kedatangan sejumlah alutsista modern.

 

Terbaru, KSAU Tonny memimpin rapat selama tiga hari, 20-22 Mei 2024, membahas perkembangan terkini pengadaan alutsista yang diproyeksikan menambah kekuatan TNI AU.

 

Untuk menyambut Rafale, matra udara menyiapkan Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin di Pekanbaru, Riau dan Lanud Supadio di Pontianak, Kalimantan Barat sebagai home base jet tempur generasi 4.5 buatan Dassault Aviation, Perancis tersebut.

 

Komandan Lanud (Danlanud) Roesmin Nurjadin Marsekal Pertama TNI Feri Yunaldi mengatakan bahwa Lanud Roesmin memiliki posisi yang strategis secara geografis untuk dijadikan pangkalan induk pesawat tempur.

 

"Lanud Roesmin Nurjadin ini posisinya sangat strategis, kenapa? Karena berbatasan dengan negara tetangga. Mulai dengan Malaysia, kita sering melaksanakan patroli sampai dengan ke Selat Malaka. Kemudian juga dengan Singapura," ujar Feri saat diwawancarai Kompas.com di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, 5 Februari 2024.

 

"Bahkan di area tertentu, kami juga melaksanakan operasi sampai dengan ke Natuna (Utara)," kata Feri.

 

Feri menyebutkan, rencana penempatan Rafale di Lanud Roesmin Nurjadin dan Lanud Supadio telah diskemakan secara matang. Posisinya tidak terlalu depan, seperti di Lanud Sultan Iskandar Muda (Banda Aceh) ataupun Lanud Soewondo (Medan).

 

Memang cari di posisi-posisi yang strategis yang artinya tidak mudah dijangkau oleh negara lain. Kenapa demikian? Karena alutsista ini sangat mahal, tempat kita melaksanakan pembinaan, menyiapkan operasi. Jadi itu harus betul-betul kita perhitungkan dengan jarak jangkau dari negara yang ada di sekitar kita," kata mantan instruktur Jupiter Aerobatic Team (JAT) itu.

 

Untuk Lanud Roesmin Nurjadin sendiri, Rafale rencananya bakal ditempatkan di Skadron Udara 12 dan 16.

 

Saat ini, Skadron Udara 12 masih menjadi markas jet tempur Hawk 100/200 buatan British Aerospace (BAE), Inggris. Sementara itu, Skadron Udara 16 menjadi kandang jet tempur F-16 blok C/D produksi Lockheed Martin, Amerika Serikat.

 

Rencananya, kedatangan Rafale akan menggeser Hawk 100/200 dan F-16 ke lanud lain. Hawk 100/200 akan digeser ke Lanud Supadio. Lalu, F-16 akan digeser ke Lanud Iswahjudi, Magetan.

 

“Jadi Rafale yang pertama kali datang, (akan) ditempatkan di Skadron Udara 12. Nah pesawat Hawk yang ada sekarang, rencana (dipindah) ke Skadron Udara 1 (Lanud) Supadio. Jadi satu base seluruh pesawat Hawk semuanya ngumpul di Supadio,” ujar Feri.

 

“Kemudian batch (tahap) yang kedua datang, baru diisi yang Skadron Udara 16. Nah pesawat F-16 ini, rencana akan ditempatkan kembali di Madiun (Lanud Iswahjudi) atau mungkin ada kebijakan dari pimpinan,” ucap Feri.

 

Setelah Lanud Roesmin Nurjadin penuh, baru pesawat-pesawat Rafale tahap ketiga bakal ditempatkan di Lanud Supadio.

 

Diketahui, Kemenhan RI memesan Rafale lewat tiga batch atau tahap, dengan rincian tahap pertama enam unit, tahap kedua 18 unit, dan tahap ketiga 18 unit.

 

Feri mengatakan, jajarannya juga akan mengirimkan para penerbang tempur dan teknisi dari Skadron 12 dan 16 untuk bersekolah mengoperasikan Rafale ke Perancis.

 

“Kami plot berapa orang, siapa saja, berdasarkan kebutuhan, berdasarkan per angkatan, sudah kita arrange. Jadi sudah kami atur sebaik mungkin di bidang sumber daya manusia (SDM), kami siapkan pilotnya sendiri, kemudian yang kedua adalah teknisinya,” ujar Feri.

 

“Harapannya ini satu paket ini. Jadi pada saat pesawat (Rafale) datang ke sini, sudah diterbangkan oleh pilot Indonesia. Kemudian dalam hal pemeliharaan penyiapan pesawat, sudah bisa di-handle oleh teknisi-teknisi dari Lanud Roesmin Nurjadin,” kata dia.

 

Selain itu, Lanud Roesmin Nurjadin juga menyiapkan sarana prasarana, salah satunya adalah pembangunan hanggar skadron teknik (Skadron Teknik 45) yang mulai dibangun tahun ini untuk pemeliharaan Rafale.

 

“Kemudian kami laksanakan juga pembangunan tempat gedung simulator. Jadi kami juga akan membeli simulator pesawat Rafale dan ditempatkan di sini,” kata Feri.

 

Lanud Roesmin Nurjadin juga akan membangun gudang dan pangkalan untuk spare part atau suku cadang Rafale.

 

“Harapannya nanti tahun depan atau persisnya tahun 2026 sudah mulai berdatangan. Kita (kedatangan) initial spare part dan lainnya, sudah bisa ditempatkan di gudang tersebut. Begitu juga beberapa sarana seperti jet blast-nya dari pesawat tersebut juga akan kami bangun tahun ini,” kata Feri.

 

Feri menambahkan, Lanud Roesmin juga akan memperlebar military apron dan membangun parallel taxi way.

 

Terbaru, KSAU Tonny juga telah mengunjungi Lanud Supadio dan Lanud Roesmin Nurjadin dalam rangkaian kunjungan kerjanya pada 6 dan 7 Mei silam.

 

sumber Kompas

Thursday, June 6, 2024

First Steel Cutting Ceremony Kapal Frigate Merah Putih Kedua Di PT PAL

 



Seremoni first steel cutting Fregat Merah Putih Kedua di PT PAL (photo: TNI)

 

Kaskoarmada II Laksma TNI Isswarto, M.Tr.Opsla., CHRMP., mewakili  Pangkoarmada II Laksda TNI Ariantyo Condrowibowo menghadiri acara First Steel Cutting Kapal Frigate Merah Putih Kedua (W000305) TNI AL yang dilaksanakan oleh PT PAL Indonesia (Persero), bertempat di Bengkel Fabrikasi Divisi Kapal Niaga PT PAL Indonesia (Persero), Rabu (5/6).

 

Pelaksanaan First Steel Cutting Ceremony pembangunan Kapal Fregate Merah Putih kedua dipimpin langsung oleh Kapuskod Kemhan Laksma TNI M.Taufiq Hidayat, S.T., M.Si.

 

Dalam Sambutannya, Kapuskod Kemhan menyampaikan bahwa prosesi First Steel Cutting ini merupakan salah satu momen penting dalam proses pembangunan kapal, yang menandai dimulainya pembangunan struktur badan kapal. Kapal Frigate yang sedang dibangun merupakan Alutsista kapal Frigate Combatan terbesar yang dibangun secara lokal di PT. PAL Indonesia dan bahkan di Indonesia.

 

 


Impresi artis pada Fregat Merah Putih (image: Radeanova)

 

Kapal Frigate ini direncanakan memiliki Panjang keseluruhan 140,00 meter dengan lebar 19,75 meter. Berat muatan penuh 6.626 ton, dan kecepatan maksimal 28 knots. Mampu bertahan di laut selama 21 hari dengan jarak jelajah 9.000 Nautical Mile dan diawaki oleh 143 personel.

 

Pada kesempatan tersebut, Kapuskod Kemhan berharap pembangunan Kapal Frigate Merah Putih Kedua TNI AL, semakin memperkuat armada TNI Angkatan Laut dalam menjalankan tugasnya menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

(TNI)

BERITA POLULER