Pages

Wednesday, January 11, 2012

Komisi I Tolak Pembelian 100 Tank Leopard Bekas dari Belanda


Leopard 2A6 Bundeswehr melakukan manuver di tanah berlumpur dan menyeberangi sungai. (Foto: Bundeswehr)

11 Januari 2012, Senayan: Komisi I DPR tidak setuju atas rencana pemerintah membeli 100 tank Leopard 2A6 bekas dari Belanda. Spesifikasi tank tersebut dinilai tidak cocok dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari hutan dan pegunungan.

Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin mengungkapkan, tank Leopard sangat cocok untuk perang kota atau perang di area gurun pasir. Sebab tank itu memiliki kemampuan tembak hingga 6 km, sementara berdasarkan kajian tank yang dioperasikan di Indonesia hanya bisa efektif menembak lurus dalam jarak 1–2 Km saja.

"Dalam rapat internal Komisi 1 kemarin, mayoritas fraksi menolak rencana pemerintah membeli tank bekas dari Belanda tersebut. Bahkan anggota Fraksi dari pemerintah, Demokrat bersikap sama, menolak," kata Hasanuddin di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta Rabu (11/1).

Hasanudin mengatakan, sebelumnya Kemenkeu menyampaikan bahwa tahun ini Indonesia mendapat alokasi pinjaman luar negeri (PLN) untuk belanja alutsista sebesar 6,5 miliar US dolar. Di mana sebagian dari dana itu dikabarkan akan digunakan Kementerian Pertahanan membeli 100 tank Leopard 2A6 bekas dari Belanda. Jika DPR menolak rencana tersebut, maka dana pinjaman tersebut tidak bisa cair.

"Pertanyaannya jika DPR tidak setuju dengan rencana pembelian itu, kemudian pemerintah tetap membelinya, dari mana sumber dana untuk pembelian itu, kan gitu. Karena kabarnya pemerintah optimis dapat segera mendatangkan 100 Tank Leopard 2A6 bekas dari Belanda itu segera," ujar politisi PDIP ini.

Purnawirawan jenderal TNI ini memaparkan, bahwa DPR bukannya tidak setuju pemerintah membeli tank. DPR setuju-setuju saja, asal kondisi barangnya sesuai dengan geografi Indonesia. Berdasarkan penjelasan salah satu anggota Komisi I yang sudah 30 tahun tugas di batalyon tank Salim Mengga, tank yang cocok untuk dipergunakan di Indonesia yakni kelas medium sekitar 23 ton.

"Dalam hal ini sebenarnya Presiden juga telah mengeluarkan perintah untuk melakukan riset untuk jenis tank yang cocok digunakan di Indonesia. Kemudian PT Pindad telah selesai membuat prototipe bagi tank yang diinginkan tersebut. Lalu kenapa sekarang yang muncul justru tank kelas berat, 63 ton. Inikan jadi tanda tanya, apa yang di inginkan presiden dengan yang dilakukan bawahannya berbeda," tegasnya.

Sebelumnya KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo mengatakan, selain Tank, TNI AD juga akan membeli beberapa jenis persenjataan lainya seperti peluncur roket multi laras, helikopter type 1412 dan helikopter Apache. Selain itu TNI AD juga akan membeli meriam 155 mm dari Perancis.

Pramono menyebutkan, untuk Tank Leopard 2A6 seberat 62 ton seharga 280 juta US dolar, awalnya TNI AD membeli 44 unit. Setelah dilakukan negosiasi, pihak pabrik dari Eropa menawarkan 100 unit dengan harga sama dan diputuskan untuk membeli 100 unit tank Leopard itu.

Sumber: Jurnal Parlemen

Komisi I Tunggu Penjelasan Pemerintah Soal Hibah Hercules

C-130H Hercules dari 37 Squadron RAAF, berpangkalan di RAAF Base Richmond terbang di atas kota Melbourne. (Foto: Australia DoD)

10 Januari 2012, Senayan: Komisi I DPR hingga kini belum bersikap dan mengambil keputusan atas rencana pemerintah menerima hibah 4 unit pesawat Hercules bekas jenis C130 seri H dari Australia. Sebab, pemerintah belum menyampaikan rencana tersebut kepada DPR selain rencana menerima hibah 24 unit pesawat bekas F-16 dari Amerika Serikat.

"Pemerintah hingga kini belum menyampaikanya ke DPR soal rencana menerima pesawat bekas dari Austrlia, Hercules jenis C130 seri H itu. Karenanya DPR tidak tahu atas rencana itu dan hingga kini sudah tentu belum ada persetujuan dari DPR," kata Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin di gedung Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (10/1).

Hasanuddin mengatakan, memang sebelumnya pemerintah berencana untuk menerima hibah pesawat bekas Hercules dari Australia. Namun kemudian hal itu dibatalkan. Bahkan saat itu juga telah disiapkan anggarannya untuk kepentingan retrofit, sebesar Rp 430 miliar. Namun tiba-tiba pemerintah memutuskan batal, dan alokasi anggaran itu dialihkan untuk perbaikan pesawat lainnya.

"Jadi sepengetahuan DPR yang terakhir ya memang pemerintah membatalkan rencana menerima hibah pesawat bekas dari Austrlia itu. Kalau sekarang tiba-tiba pemerintah bilang akan menerima hibah pesawat tersebut dan tinggal menunggu persetujuan dari DPR, ya kita belum tahu itu," ungkap politisi PDIP ini.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan saat ini pemerintah tinggal menunggu persetujuan dari DPR untuk menerima hibah pesawat Hercules bekas dari Australia. Selain itu Purnomo mengatakan sebelum dibawa ke Indonesia, pesawat Hercules tersebut harus lebih dulu diretrofit. Saat ini pemerintah masih menyusun anggaran retrofit pesawat hibah itu, untuk dimasukan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (ABPN) Perubahan tahun 2012.

Purnomo menambahkan kehadiran empat unit pesawat Hercules akan menambah kekuatan pertahanan Indonesia termasuk untuk membantu akomodasi penanggulangan bencana.

TB Hasanuddin: Pesawat Super Tucano Bukan untuk Tempur

Pesawat Super Tucano yang dipesan pemerintah Indonesia dari Brasil akan datang mulai Maret 2012 mendatang. Untuk sementara empat unit dari 16 pesawat yang dipesan.

"Ya, saya gembira pesawat sudah mulai dikirim bertahap dan akan segera mengganti pesawat lama di Skuadron 21 Abdulrahman Saleh," kata anggota Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin kepada Jurnalparlemen.com, Senin (9/1).

Menurut politisi PDIP ini, Super Tucano A29 terbang untuk bantuan dekat, bukan untuk fighter. "Bantuan dekat itu untuk menembak sasaran di darat. Koordinasi dengan satuan-satuan di darat dan satuan-satuan di laut. Itu cukup bagus dan harganya relatif murah," kata anggota DPR asal Majalengka, Jawa Barat ini.

Super Tucano direncanakan akan terbang perdana di hadapan publik pada HUT TNI AU 9 April mendatang. Super Tucano memiliki keunggulan close air support. Juga memiliki kemampuan menembakkan asap ke darat secara cepat untuk menunjukkan posisi musuh.

Sumber: Jurnal Parlemen

Waspadai Iran, AS Akan Perbaharui Persenjataan Negara Teluk


Aulia Akbar
Selasa, 10 Januari 2012 13:04 wib
ilustrasi : arabianbusiness
ilustrasi : arabianbusiness
RIYADH - Amerika Serikat (AS) mendesak negara Teluk agar memperbaharui misil-misilnya, di samping itu, AS juga melanjutkan pembangunan sistem pertahanan misil dengan negara-negara Teluk lainnya. Misil-misil itu ditujukan untuk melindung negara penghasil minyak dari ancaman misil Iran.

Pada 2 Januari lalu, perusahaan militer asal Massachusetts, Raytheon Co mengumumkan penandatanganan kontraknya dengan Uni Emirat Arab untuk membangun sistem anti-misil Terminal High Altitude Area Defence (THAAD). Uni Emirat Arab juga mendapatkan 96 misil untuk pertahanannya pada Desember 2011.

Pada 2010 lalu, AS juga menempatkan radar AN/TPY-2 di Gurun Negev, yang terletak di bagian selatan Tel Aviv. Radar itu ditujukan untuk memperkuat kapabilitas pertahanan misil Israel dan juga mendeteksi misil Iran. Demikian seperti diberitakan UPI, Selasa (10/1/2012).

Selain membicarakan masalah penempatan sistem pertahanan misil Teluk, AS juga mendesak Arab Saudi agar memperbaharui misil patriotnya. Perusahaan Raytheon juga sudah memperbaharui misil patriot milik Kuwait.

Keenam negara Dewan Kerja Sama Teluk, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, dan Bahrain, sebelumnya sudah sepakat untuk menjalankan konsep integrasi pertahanan pada dua dekade yang lalu. Meski demikian, proses kerja sama itu tampak tersendat karena beberapa negara Teluk menolak untuk berada di bawah kendali Arab Saudi, yang menjadi figur terkuat bagi negara Teluk.

Bila memang proyek pertahanan itu selesai dibangun, sistem pertahanan misil AS tampaknya semakin bertambah kuat, pasalnya North Atlantic Treaty Organization juga memiliki misil di Turki. Menurut Turki, misil-misil NATO tidak diarahkan ke Iran, namun AS sebelumnya mengatakan bahwa misil-misil ditujukan untuk mewaspadai ancaman di Timur Tengah.(AUL)
 
sumber OKE ZONE 

ASEAN akan kembangkan kerja sama maritim di 2012

Rabu, 11 Januari 2012 21:28 WIB 
Marty Natalegawa (FOTO ANTARA)
Jakarta (ANTARA News) - Negara-negara anggota ASEAN setuju untuk mengembangkan lebih jauh lagi kerja sama maritim di kawasan, kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.

"Para Menlu ASEAN menyetujui saran Indonesia untuk memberdayakan Forum Maritim ASEAN yang sudah melakukan pertemuan tahunannya sejak 2010 agar menjadi ajang untuk membahas kerja sama maritim di kawasan," kata Menlu yang dihubungi ANTARA Rabu, setelah mengikuti Pertemuan Informal Menlu ASEAN di Siem Reap, Kamboja.

Marty mengatakan, di masa yang akan datang Forum Maritim ASEAN selain menjadi ajang diskusi masalah kelautan bagi negara-negara anggota juga akan mengundang negara-negara anggota Konferensi Asia Timur (EAS) untuk membahas isu serupa.

"Ke depan kita ingin lebih menonjolkan faktor kerja sama di bidang kelautan daripada permasalahannya," kata Marty.

Dia menambahkan bahwa selain kerja sama maritim, menlu ASEAN dalam pertemuan di Siem Reap, Rabu, juga setuju untuk memberdayakan Pusat Koordinasi ASEAN Untuk Bantuan Kemanusiaan dalam Manajemen Bencana (AHA Center) yang berlokasi di Jakarta agar mempertajam kemampuan ASEAN untuk menangani situasi paska bencana di kawasan.

Sektor kelautan selama beberapa tahun terakhir telah menjadi isu yang menyebabkan ketegangan diantara negara-negara ASEAN. Mulai dari konflik perbatasan di Laut China Selatan antara empat negara ASEAN dan China hingga masalah pencurian ikan sempat membuat panas situasi di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya. 


sumber : Antara

Rusia Kembangkan Sistem Misil Baru

foto
Pravda.ru
TEMPO.CO, Jakarta - Rusia kini mengembangkan sistem misil strategis dengan teknologi yang sama sekali baru untuk meningkatkan daya gempur Strategic Missile Forces mereka. Sistem baru ini mereka yakini mampu mengatasi berbagai sistem pertahanan misil. Situs berita Pravda.Ru melaporkan ini mengutip pertanyaan seorang sumber di Kementerian Pertahanan Rusia kepada kantor berita Interfax.

"Kami memperkirakan akan mendapatkan rudal baru dengan hulu ledak pada 2018-2020 yang memungkinkan kami mengatasi sistem pertahanan rudal pada waktu itu," kata sumber tersebut. Dia menambahkan sekarang mereka tengah mempersiapkan sebuah sistem untuk misil kelas menengah dengan perlengkapan yang serbabaru. "Dengan demikian pada pergantian tahun 2015 kami bisa mulai meng-upgrade divisi rudal kami."

Sebelumnya Departemen Pertahanan Rusia menyatakan sedang mengerjakan sebuah desain kompleks untuk meluncurkan rudal balistik antarbenua seberat 100 ton.

Berbagai langkah ini ditengarai merupakan reaksi Presiden Dmitry Medvedev atas penempatan rudal pertahanan di Eropa. Tahun ini, misalnya, dua divisi Strategic Rocket Forces Rusia akan mendapat roket "Yars", yang menggunakan rudal balistik antarbenua RS-24. Yars dirancang untuk menggantikan si tua "stiletto" yang kini bertugas di Ivanovo.

Dmitry Medvedev telah menyatakan keberatannya saat bertemu dengan Presiden Barack Obama dalam forum Asia-Pacific Economic Cooperation di Hawaii, November lalu. Tapi, menurut The New York Times, setelah pembicaraan face-to-face itu Presiden Medvedev menyatakan, “Posisi kami tetap jauh terpisah.”

Para pejabat Amerika berusaha menyakinkan bahwa penempatan sistem pertahanan rudal di Eropa dimaksudkan untuk berjaga-jaga terhadap ancaman Iran. Tapi, menurut Pravda, Amerika tak mau memberikan jaminan bahwa mereka tidak akan mengarahkan rudalnya ke Rusia. Lantaran itu pemerintah Rusia lalu mengumumkan serangkaian tindakan untuk membenahi pertahanan. Medvedev bahkan bicara soal kemungkinan menarik diri dari perjanjian START-III dan mempersiapkan diri menghadapi perang cyber.

sumber : Tempo.co

Indonesia signs $500 mln contract to buy six Russian jet fighters


Sukhoi Su-30MK2 jet fighters
13:07 10/01/2012
MOSCOW, January 10 (RIA Novosti)

Indonesia has signed a $470 million contract with Russia to buy six Sukhoi Su-30MK2 jet fighters for the Indonesian Air Force, The Jakarta Post daily has reported.
The deal was confirmed by Russian defense-industry and diplomatic sources, but the Sukhoi aircraft maker and arms exporter Rosoboronexport declined to comment.
Deliveries will start after 2013.
Indonesian Deputy Minister of Defense Sjafrie Sjamsoeddin said his office had handed over the contract to Rosoboronexport on December 30.
“We have another contract still in progress,” Sjafrie said.
The Indonesian Air Force currently has 10 Sukhoi jetfighters - six Sukhoi SU-27SKMs and four Sukhoi SU-30MK2s. The Air Force plans to place one squadron of the jetfighters at Hasanuddin Airbase in Makassar.
Russia recently completed a $300-million contract signed in 2007 on the delivery of three Su-30MK2 and three Su-27SKM fighters to Jakarta in addition to two Su-27SK and two Su-30MK fighters purchased in 2003.

sumber : RIA NOVOSTI

Cina: Invasi Militer Serang Iran Hancurkan Perekonomian Dunia


Seorang diplomat senior Cina mengatakan melancarkan perang terhadap Iran dengan dalih program nuklirnya akan membawa bencana bagi perekonomian dunia.

"Semua orang tahu bahwa 40 persen dari minyak yang dikirim setiap hari ke seluruh dunia melewati Selat Hormuz. Perang dimulai di wilayah akan membawa bencana bagi perekonomian dunia, "kata Chen Xiaodong pada Selasa (10/1).

Kepala Urusan Asia Barat dan Afrika Utara Departemen Kementerian Luar Negeri China  itu mengungkapkan, "Kami mendesak semua pihak terkait untuk menahan diri dari mengambil tindakan yang akan memperkeruh situasi, dan membuat upaya bersama untuk mencegah perang," tegas Chen.

AS dan Israel berulangkali mengancam akan menerapkan opsi invasi militer terhadap Iran.

Tehran membalas ancaman AS dengan menggelar manuver militer Velayat 90 selama 10 hari yang membentang dari timur Selat Hormuz di Teluk Persia hingga Teluk Aden.

Kepala Angkatan Laut Iran, Laksamana Habibullah Sayyari mengatakan "Tujuan manuver militer kami demi mewujudkan stabilitas dan keamanan di kawasan, tanpa perlu beralih ke kekuatan luar."

Seorang analis pertahanan Amerika, Adam Lowther menyerukan kepada para politisi AS untuk mengurungkan opsi invasi militer terhadap Iran. "Iran memiliki kemampuan militer untuk menghadapi AS dalam perang," kata Akademisi dari Universitas Angkatan Udara AS ini mengungkapkan alasannya.

Lowther menjelaskan, "Iran tidak seperti Grenada, Panama, Somalia, Haiti, Bosnia, Serbia, Afghanistan atau Irak yang bisa dengan mudah dikuasai AS dalam invasi militer. Sebab kemampuan militer sejumlah negara itu tidak mampu bersaing dengan AS."

"Angkatan Laut Iran terampil dalam pertempuran littoral dan mereka mampu menutup Selat Hormuz untuk durasi yang cukup untuk memicu malapetaka ekonomi," tegas Lowther.

"Manuver militer angkatan laut Iran baru-baru ini menggambarkan strategi yang jelas untuk menutup Selat Hormuz. Bahkan mereka bisa menenggelamkan kapal perang Amerika yang masuk daerah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi pelayaran komersial dan menyebabkan harga minyak meroket," pungkasnya.
Sumber:(IRIB Indonesia/PH)

Pindad Mampu Produksi Peluru Tank Leopard

INILAH.COM, Jakarta - Meskipun Tank Leopard berukuran besar namun perawatannya tidak rumit. PT Pindad diyakini mampu menyediakan suku cadang dan peluru tank tersebut.

Pemerhati industri militer Ade Nasution mengatakan, perawatan tank tak serumit perawatan pesawat terbang. Sebab prinsip teknologi tank tergolong sederhana.

"Merawat tank tidak rumit seperti pesawat terbang, kunci tank di gear box, rantai dan mesin. Kalau peluru kan Pindad bisa bikin juga," terangnya, Rabu (11/1/2012).

Mantan praktisi bisnis militer ini juga mengatakan, Tank Leopard diperlukan untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di tengah kondisi minimnya anggaran TNI. "Pemerintah bisa cicil atau utang, karena tidak ada dana. Ini sebuah keuntungan untuk kekuatan tempur TNI," terangnya.
Seperti diberitakan, Kementerian Pertahanan merencanakan pembelian 100 Tank Leopard sebagai bagian modernisasi alutsista TNI peridoe 2011-2015 untuk mencapai kekuatan pokok minimum (essential minimum forces) dengan total anggaran Rp150 triliun. [mah]

Inilah 
baca Juga

KPK Diminta Pantau Proyek 100 Tank Bekas Belanda

dan Neta Menolak Pembelian Tank Leopard 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta mencermati proyek pengadaan 100 unit tank Leopard A3 dari Belanda untuk TNI. Sebab, dikhawatirkan dalam proyek senilai  Rp 12 triliun ini ada unsur KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dan gratifikasi.
Indonesia Police Watch (IPW) yang juga Deklarator Pengawas KPK, mendapat informasi bahwa saat ini sejumlah pihak yang dekat dengan Cikeas sangat aktif melobi kalangan Komisi I DPR agar mendukung pembelian 100 tank tersebut. "Bahkan, sejumlah anggota Komisi I akan diboyong pihak pelobi ke Belanda pada akhir Januari ini, untuk melihat kondisi tank tersebut," kata Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, dalam siaran pers yang diterima Tribunnews.com, Rabu (11/1/2012).
Sebagaimana kritik sejumlah anggota Komisi I sebelumnya, bahwa penggunaan tank Leoparhd seharga 120 juta dolar AS per unit itu sangat tidak tepat untuk medan di Indonesia.
Menurut Neta, ada empat alasan pembelian tank tersebut harus ditolak. Keempat alasan itu, yakni tank Leopard 62 ton terbilang sangat berat, teknologi pada tank bekas itu jauh tertinggal karena buatan Jerman tahun 1980, biaya perawatan terlalu mahal, serta tank tersebut tidak cocok dengan kondisi alam Indonesia yang terdiri dari hutan, rawa-rawa, dan kepulauan (tank jenis Leoparhd hanya cocok untuk medan seperti di Eropa dan Afrika Utara).
Tragisnya lagi, lanjut Neta, ke 100 tank itu akan ditempatkan di kota-kota besar, seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar dan Medan. Sehingga dikhawatirkan tank ini akan digunakan untuk menghadapi aksi demo mahasiswa dan rakyat. "Padahal, yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah tank-tank taktis dan kecil untuk menjaga kawasan perbatasan," ujarnya.
Pada Desember 2011 lalu, parlemen Belanda juga telah menolak pemerintah mereka menjual tank Leopard, yang tak lagi dipakai, ke Indonesia, dengan alasan rekam jejak Indonesia dalam penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) masih dipandang buruk. Belanda khawatir tank-tank bekas negaranya itu akan digunakan tentara Indonesia untuk menghadapi para demonstran.
"Untuk itu, KPK didesak mencermati proyek pengadaan 100 tank ini. Jangan sampai dana Alutsita TNI yang sangat terbatas sekarang ini disalahgunakan oknum-tertentu untuk membeli alat-alat militer yang tidak tepat guna dan mubazir. Komisi I DPR juga diimbau agar menolak pembelian tank tersebut," tandasnya.

sumber :http://www.tribunnews.com/2012/01/11/kpk-diminta-pantau-proyek-100-tank-bekas-belanda





BERITA POLULER