Pages

Friday, June 28, 2024

Korea Selatan Akhirnya Mulai Produksi 20 Unit Pertama KF-21 Boramae Setelah Sekian Lama Menunggu

 


Progres proyek jet tempur generasi 4,5 KF-21 Boramae satu per satu mulai menunjukkan kemajuannya.  Baru-baru ini Korea Selatan telah mengonfirmasi bahwa proses produksi KF-21 Boramae sudah resmi dimulai. Untuk tahap awal, produksi dimulai sebanyak 20 unit KF-21 Boramae terlebih dahulu.

Dari laman Defence Security Asia pada Jumat, 28 Juni 2024 dalam artikel berjudul "South Korea Begins Production of First Batch of 20 KF-21 “Boramae” Fighter Jets", kepastian mengenai produksi 20 unit pertama KF-21 Boramae dikonfirmasi secara langsung oleh Korea Aerospace Industries (KAI) selaku pabrikan.

Ini merupakan tindak lanjut atas kontrak penjualan yang disepakati KAI dengan Defense Acquisition Program Administration (DAPA), sebuah lembaga yang berwenang mengurus transaksi jual beli alutsista Korea Selatan senilai 1,41 miliar dolar AS. Nantinya 20 unit pesawat ini akan digunakan untuk kebutuhan operasional Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) pada tahun 2026 mendatang.  KAI nantinya tidak hanya menyuplai unit jet tempur semata.

Pabrikan juga turut memberikan benefit lainnya berupa dukungan logistik, manual teknis, hingga pelatihan pilot. Sehingga penggunaannya oleh ROKAF nantinya benar-benar maksimal sesuai ekspektasi.

Menurut informasi dari laman koreaaero.com, KF-21 Boramae sangat diperlukan Korea Selatan lantaran usia jet tempur lawas F-4 dan F-5 yang diimpor dari Amerika Serikat sudah semakin uzur.  Kedua pesawat itu akan dipensiunkan paling lambat tahun 2032 mendatang.  Sehingga proses produksi KF-21 Boramae harus dipercepat meski terdapat sejumlah kendala di sana-sini.

Semula rencana produksi KF-21 Boramae batch pertama untuk ROKAF yang dilaksanakan pada tahun ini berjumlah 40 unit. Dalam perkembangannya, jumlah tersebut dikurangi menjadi 20 unit karena satu dan lain hal.  Meski demikian, kerja sama yang solid dengan para stakeholder menjadi kunci yang mampu membawa progres proyek tersebut mencapai tahapan ini.

"Berdasarkan perjanjian ini, KAI akan memproduksi 20 unit jet tempur, serta memberikan dukungan logistik, manual teknis, dan pelatihan. Pesawat ini akan beroperasi untuk ROKAF pada akhir tahun 2026," ujar Presiden KAI Kang Goo Young dalam keterangan persnya.

Selain itu, KAI juga mengonfirmasi bahwa kerja sama dengan Hanwha Systems juga telah diteken sebagai supplier untuk komponen radar active electronically scanned array (AESA).

Ini membuktikan bahwa Korea Selatan tidak hanya sanggup berdikari dalam produksi jet tempur namun juga komponen penunjangnya.  Bahkan kemandirian Negeri Ginseng berpotensi besar menciptakan daya tarik tersendiri di mata dunia.

Baru-baru ini, sempat beredar kabar mengenai adanya penjualan dokumen teknologi KF-21 Boramae secara ilegal oleh segelintir oknum melalui saluran Telegram.

Melansir laman Eurasian Times dalam artikel berjudul "US allegedly pilfered sensitive KF-21 data to bolster F-35 sales" yang terbit pada Rabu, 26 Juni 2024, saluran penjualan secara online tersebut diketahui beroperasi sejak Agustus 2023 lalu.

Hingga saat ini identitas pelaku masih terus diburu oleh aparat berwenang. Jika pelaku terbukti bersalah, Korea Selatan akan menjeratnya dengan ancaman pidana penjara maksimal sepuluh tahun atau denda senilai 1 miliar won.  Sebelumnya pada Februari 2024, Seoul juga dirundung masalah lantaran adanya dugaan pencurian data penting KF-21 Boramae yang menyeret nama dua orang insinyur asal Indonesia.  Situasi bahkan semakin runyam lantaran DAPA mengetahui bahwa Indonesia belum menyelesaikan sepenuhnya kewajiban pembayaran dari proyek pesawat ini. Beruntungnya negeri ini masih diberi kesempatan hingga 2026 untuk melunasi pembayaran bahkan diberikan diskon atas utang yang belum terbayar.


Sumber Zonajakarta

 

AS Serahkan CN235 MPA TUDM Hasil Modifikasi Indonesia ke Malaysia

 


Indonesia memang sudah lihai memodifikasi dan upgrade CN235 ke berbagai versi. Indonesia bisa saja membuat CN235 menjadi pesawat gunship. Bisa juga membuat CN235 menjadi pesawat Reconnaissance. Turki malah merombak radikal CN235 miliknya. Mereka Turki menamai CN235 Meltem II, Meltem II menjadi pesawat intai strategis berkemampuan mengerikan.  Ia dilengkapi berbagai sensor untuk menangkap berbagai obyek baik di permukaan laut, darat dan udara.

Turki membuat Meltem II untuk beroperasi di laut Hitam, laut Marmara, laut Tengah dan Aegea. Pasalnya di sana bercokol berbagai kapal perang dari negara-negara kuat seperti Yunani, Israel, Rusia, Spanyol, Inggris hingga Italia. Wajar jika Turki mengoperasikan platform pesawat MPA sekelas Meltem II.

"Program Meltem II, yang mulai berlaku pada bulan September 2002, adalah sistem untuk memberikan kemampuan Patroli Maritim (MPA) dan Pengawasan Maritim (MSA) kepada sembilan platform CN-235 yang diproduksi di Perusahaan kami untuk Komando Angkatan Laut (Naval Forces Command) dan proyek integrasi Komando Penjaga Pantai (S.G.K.)," jelas Tusas, perusahaan pertahanan Turki yang memodifikasi CN235.

Tusas mengandeng Thales mengintegrasikan segala sistem di CN235 Meltem II.  Kolaborasi ini memungkinkan CN235 mencapai potensi maksimumnya sebagai pesawat intai maritim. "Kontraktor utama program ini adalah THALES Airborne Systems (TAS) dan Perusahaan kami bertindak sebagai subkontraktor yang bertanggung jawab atas pemasangan sistem penting dalam proyek tersebut.

Turkish Aerospace Industries (TUSAŞ), yang merancang sistem distribusi dan manajemen tenaga listrik PDMS, peralatan penerangan dan kabin dalam lingkup program, juga bertanggung jawab atas dokumentasi teknis dan pelatihan dalam lingkup semua bagian rinci, peralatan kabel, pembuatan alat. , modifikasi pesawat dan dukungan logistik terintegrasi," jelasnya. Unit Meltem II bisa dijadikan contoh bagi Indonesia bila ingin memodifikasi CN235 nya.

 


Sementara itu sampai saat ini CN235 versi paling canggih yang dimiliki Indonesia ialah tipe 220 NG MPA. Ia sudah dibekali dengan rdar intai maritim AN/APS-13 untuk mendeteksi target ratusan kilometer jauhnya.

"CN235-220 NG MPA (Maritime Patrol Aircraft) adalah pesawat angkut militer sedang yang dikembangkan dari basis pesawat CN235-220 NG yang secara khusus difungsikan sebagai pesawat patroli maritim.

CN235-220 NG MPA dilengkapi dengan radar intai maritim AN/APS-13C(V)3 OceanEye untuk mendeteksi obyek di permukaan laut, yang memiliki fitur IFF (Identification Friend of Foe), ASuW (Anti-Surface Warfare), small target detection, GMTI (Ground-Moving Target Indicator) dan SAR transpoder detection." jelas KKIP.

Rupanya kemampuan CN235 MPA membuat Malaysia kesengsem. Malaysia pun memodifikasi 3 unit CN235 VVIP nya ke versi MPA di PTDI. 

Biaya modifikasi CN235 TUDM ditanggung oleh AS sebagai wujud bantuan dari Washington kepada Malaysia.

"Upacara Serah Terima Penyelesaian Modifikasi Pesawat MSA CN235-220M dari Pemerintah Amerika Serikat yang diwakili oleh Yang Mulia Edgard D. Kagan, Duta Besar Amerika Serikat Untuk Malaysia kepada Pemerintah Malaysia yang diwakili oleh Panglima Angkatan Udara Jenderal Tan Sri Dato ' Sri Mohd Asghar Khan bin Goriman Khan RMAF dilaksanakan di Pangkalan Udara Subang," lapor akun FB TUDM pada 28 Juni 2024. Nama program bantuan ini ialah Maritime Security Initiative (MSI). 

PTDI diserahi tugas dari AS untuk mengupgrade CN235 TUDM.

Program upgrade pesawat 'Maritime Surveillance Aircraft (MSA)' di bawah 'Maritime Security Initiative (MSI)' untuk pesawat CN235-220M milik Royal Malaysian Air Force (TUDM) telah dimulai pada tahun 2018 hingga 2023. Tiga (3) CN235 Pesawat -220M dari Skn No 1 yang diupgrade menjadi MSA dikirim secara bertahap ke PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang merupakan Original Equipment Produsen (OEM) untuk melakukan upgrade pesawat tersebut," bebernya.

Kini berkat upgrade yang dilakukan Indonesia, CN235 MPA TUDM Malaysia siap mengawasi Beting Patinggi Ali dari pencerobohan kapal China.*


SUMBER ZONAJAKARTA

 

Wednesday, June 26, 2024

F-15EX Incaran Indonesia Akan Memiliki Karakteristik Jet Tempur Generasi Keenam

 


Semua bermula pada Julli 2020, di mana Angkatan Udara Amerika menginginkan varian terbaru dari F-15, yaitu F-15EX yang kita kenal sekarang.

Varian pertama, F-15 nyatanya sudah terbang sejak 1972 dan menjadi salah satu jet tempur andalan Angkatan Udara Amerika. Saat ini, hampir 500 unit F-15 yang beroperasi bersama Angkatan Udara Amerika.

Tidak mau meninggalkan jet tempur yang punya perjalanan perang yang memuaskan, maka lahirkan varian teranyar darinya yaitu F-15EX. Pertanyaannya, mengapa Amerika tetap menginginkan F-15EX padahal sudah memilih jet tempur generasi kelima yang jauh lebih canggih? Paling tidak alasannya ada dua menurut National Interest terbitan 14 Februari 2024.

Pertama, kehadiran F-15EX adalah untuk memberikan bantuan kepada armada jet tempur lawas (khususnya varian terdahulu F-15) Angkatan Udara Amerika. Jet-jet tempur tua ini sudah berdinas selama lebih dari tiga dekade, dan harus diakui perlu diganti.

Alasan kedua adalah untuk melengkapi kekuatan dari jet tempur generasi kelima yang sudah ada. F-15EX menutupi kekurangan dari jet tempur generasi kelima, yaitu soal performa dan daya serang.

Di lapangan, jet tempur generasi kelima akan lebih sering berperan sebagai pemantau alih-alih eksekutor. Sementara F-15EX datang dengan segudang rudalnya untuk melepaskan serangan. Tidak cukup sampai di sana, Angkatan Udara Amerika menginginkan hal lebih dari armada F-15EX.

Menurut kabar terbaru, F-15EX dipersiapkan untuk mengemban misi-misi masa depan non-tradisional. “Angkatan Udara Amerika sedang mengincar kemungkinan misi non-tradisional untuk Boeing F-15EX”, jelas The War Zone pada artikel “F-15EX Testers Are Now Preparing The Eagle II For Rapidly Adapting To New Missions”, 25 Juni 2024.

Lebih spesifik, kemampuan non-tradisional yang dimaksud memiliki karakteristik jet tempur generasi keenam. Salah satu kemampuan jet tempur generasi keenam adalah beroperasi bersama sistem tak berawak.

“Misi-misi masa depan tersebut dapat mencakup pengoperasian F-15EX sebagai simpul komando dan kontrol, platform untuk senjata berukuran besar dan berpotensi sebagai pendorong utama dalam konsep angkatan udara untuk kerja sama berawak-tanpa awak”, sambungnya.

Karena memang benar, beroperasi bersama sistem tak berawak atau drone adalah kemampuan dari jet tempur generasi keenam. 

Saat ini, Amerika sedang mengembangkan Next Generation Air Dominance (NGAD) atau jet tempur generasi keenam. Tidak ada pihak manapun yang bisa menjelaskan lebih detail dari program NGAD ini karena sangat dirahasiakan.  Namun ada beberapa yang bisa terjelaskan dari program NGAD ini, salah satunya dia dapat beroperasi bersama drone, atau mereka menyebutnya loyak wingman.

“Jet tempur generasi keenam akan dilengkapi dengan sistem nirawak tipe loyal wingman, sistem komando, kontrol, dan komunikasi yang canggih”, jelas Airforce Technology, dalam artikel berjudul “Next Generation Air Dominance Programme”, 8 Maret 2024.

Amerika menyebut loyal wingman ini dengan CCA, diasumsikan akan ada dua drone untuk setiap NGAD. “CCA akan terbang bersama NGAD atau secara otonom, sehingga menyediakan massa yang terjangkau dalam skenario pertempuran. CCA akan terbang dengan menerima perintah dari pilot NGAD. Oleh karena itu, drone loyal wingman ini memiliki sensor canggih, sistem peperangan elektronik, sampai amunisi”, pungkasnya. Indonesia sepertinya mengambil pilihan tepat dengan memutuskan untuk membawa pulang F-15EX.

Agustus 2023 lalu, Menhan Prabowo Subianto mendatangi marka Boeing di St. Louis, Missouri membahas soal pengadaan jet tempur ini. Pulang membawa hasil, Prabowo melaporkan bahwa Indonesia telah menandatangani MoU pengadaan jet tempur itu. Di dalam MoU, Indonesia diketahui berniat untuk pulangkan total 24 unit F-15EX.

“Penandatanganan MoU atas komitmen pembelian 24 unit F-15 EX. Jet tempur ini akan melindungi dan mengamankan negara kita dengan segala kemampuannya”, ucap Prabowo di Instagram pribadinya, 22 Agustus 2023. Menurut kabar terakhir, pihak Boeing menjelaskan soal kelanjutan pengadaan 24 unit F-15EX pesanan Indonesia. Pada 10 Juni lalu, Country Managing Director Boeing Indonesia, Zaid Alami menjelaskan soal kelanjutan pengadaan 24 unit F-15EX pesanan Prabowo.

Menurut penjelasan Country Managing Director Boeing Indonesia, Zaid Alami, pesanan Indonesia sudah dalam tahap terakhir. “Boeing hampir menyelesaikan 24 jet tempur F-15EX pesanan Menhan Prabowo Subianto. Alami membenarkan bahwa perusahaannya sedang dalam tahap akhir memenuhi pesanan Indonesia untuk jet tempur canggih itu”, jelas Army Recognition pada 12 Juni 2024.

Kendati demikian, orang penting Boeing ini belum mengungkap mekanisme pembayaran atas pengadaan F-15EX Indonesia.

 

“Produksi jet tempur ini akan dilakukan di fasilitas Boeing di St. Louis, Missouri. Kendati demikian, Alami tidak mengungkap rincian keuangan pembelian tersebut”, pungkasnya.

 

 

SUMBER ZONAJAKARTA

Di Hari Pahlawan 11 November 2019, PTDI Terbangkan “Ferry Flight” (Lagi) NC212i Pesanan Thailand

 



Bertepatan dengan Hari Pahlawan, PTDI kembali lakukan ekspor dalam kegiatan ferry flight 1 (satu) unit pesawat terbang NC-212i untuk Ministry of Agriculture and Cooperatives (MOAC) Thailand dari Hanggar Delivery Center PT DI menuju Nakhon Sawan Air Base, Muang, Nakhon Sawan, Thailand, yang direncanakan akan tiba pada 11 November 2019.

Pesawat NC212i yang dikirimkan hari ini melengkapi kontrak pengadaan 2 (dua) unit pesawat terbang NC-212i antara PTDI dengan A.I.C.E. Enterprises (Thai) Co.,Ltd. dengan end user Department of the Rain Making and Agricultural Aviation, MOAC Thailand.

Pesawat terbang NC-212i pertama telah dilakukan ferry flight pada 22 Oktober 2019. Dan pada hari ini dilakukan kembali ferry flight pesawat terbang NC-212i kedua yang penyerahannya dilakukan lebih cepat sebulan jadi jadwal sesuai kontrak yaitu Desember 2019. Sehingga total 2 unit pesawat NC-212i telah dikirimkan kepada Ministry of Agriculture and Cooperatives (MOAC) Thailand.

Dikutip dari siaran pers PT DI, disebutkan Capt. Zulda Hendra sebagai Pilot In Command dan Capt. Billy Yudha Firmansyah se-bagai Copilot menerbangkan pesawat NC-212i dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Bandara Hang Nadim, Batam, dan dilanjutkan ke Nakhon Sawan Air Base, Muang, Nakhon Sawan, Thailand, sebagai destinasi terakhir.

Pesawat NC212i tersebut akan melakukan Final Acceptance oleh Department of the Rain Making and Agricultural Aviation, MOAC Thailand, pad 12 November 2019.

Meski didapuk untuk operator sipil, namun NC-212i pesanan Thailand ini dapat digunakan sebagai passenger transport, VIP, cargo, rain making, troop/paratroop transport dan medical evacuation.

Adapun operator dalam negeri yang menggunakan pesawat NC-212 series adalah TNI AU, TNI AD, TNI AL, Kepolisian, BPPT, dimana pesawat NC-212 series tersebut digunakan untuk pesawat angkut sipil, militer dan Maritime Surveillance Aircraft (MSA). Sedangkan operator luar negerinya adalah negara Thailand untuk pesawat angkut militer dan modifikasi cuaca (rain making), Filipina dan Vietnam untuk pesawat angkut militer.

Adapun kebutuhan pesawat NC-212i dunia untuk 10 tahun ke depan yakni sebanyak 255 unit. Rencana ekspansi PT DI kedepannya adalah pada Asia Pasifik dan Afrika. PT DI akan meningkatkan kapasitas produksi pesawat NC-212i yang semula 4 pesawat per tahun, menjadi 6 pesawat per tahun, yang akan dimulai pada tahun depan untuk memenuhi target kebutuhan NC-212i selama 10 tahun ke depan. (Bayu Pamungkas)


SUMBER : PT DIRGANTARA INDONESIA

 

Kunjungan Defence Attache Tour 2024 Diakhiri ke PT DI dan PT Len Industri

 



Bandung – Di hari terakhir kegiatan Defence Attache Tour 2024, 24 Atase Pertahanan dari negara sahabat yang dipimpin Plt. Dirkersinhan Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI Airlangga melanjutkan kunjungan ke Industri Pertahanan Indonesia ke PT Dirgantara Indonesia (DI) dan PT Len Industri, di Bandung, Kamis (6/6).

“Senang sekali bisa berkumpul di PT DI, industri dirgantara Indonesia yang merupakan simbol inovasi bangsa kita di bidang penerbangan dalam kesempatan Tur Atase Pertahanan,” kata Brigjen TNI Airlangga saat berkunjung ke PT DI.

PT DI secara konsisten menunjukkan kemampuannya untuk mendorong batas-batas inovasi dan memberikan solusi kelas dunia yang memenuhi beragam kebutuhan pelanggannya. PT DI terkenal unggul dalam desain, pengembangan, dan manufaktur pesawat baik di dalam negeri maupun internasional. Dari pesawat komuter sipil hingga platform militer yang canggih.

Oleh karena itu, Plt. Dirkersinhan mendorong agar atase pertahanan memanfaatkan sepenuhnya kesempatan tur ini untuk menjalin hubungan dengan PT Dirgantara Indonesia dan menjajaki potensi kerja sama.

Kemudian saat berkunjung ke PT Len Industri, Brigjen TNI Airlangga menyampaikan bahwa PT Len Industri secara konsisten telah menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi beragam kebutuhan pertahanan Indonesia.


“Dari pemancar radio hingga sistem persinyalan kereta api, dari sistem elektronika daya untuk kereta listrik hingga teknologi pertahanan mutakhir,” tambah Brigjen TNI Airlangga.

Secara keseluruhan, kunjungan ini memberikan wawasan berharga mengenai kemampuan pertahanan, keahlian teknologi, dan kontribusi Indonesia terhadap keamanan regional.

Di akhir kegiatan Defence Attache Tour 2024, Kementerian Pertahanan berharap kepada para atase pertahanan dapat mengambil banyak manfaat, dan memperkaya pemahaman mengenai industri pertahanan Indonesia, serta memperkuat hubungan bilateral dan multilateral yang sudah terjalin. (Biro Humas Setjen Kemhan)


sumber Kemenham

Jepang Rela Berikan Fregat Mogami Kualitas Terbaik dan Tercanggih Asal Indonesia Mau Membelinya

 

Jepang siap bangun fregat mogami tercanggihnya demi Indonesia

Demi mencapai tujuan untuk memuluskan rencana Jepang menjual Fregat Mogami ke Indonesia sejumlah kebijakan dilakukan.

Menurut laporan Yomiuri Shimbun, setelah Perang Dunia II Jepang membentuk sistem pertahanan nasional dengan sebutan "Konstitusi Perdamaian" sebagai intinya.

Hal ini membuat perkembangan industri militer sangat dibatasi kekuatan yang dapat digunakan dalam perang luar negeri.

Hal ini menyebabkan Jepang merumuskan "Tiga Prinsip Ekspor Senjata", yang merupakan pilar inti dari strategi pertahanan restriktif Jepang.

Namun, dengan perubahan yang terus-menerus dalam situasi internasional dan pemulihan kekuatan nasional yang komprehensif secara terus-menerus.

Konsep strategis Jepang telah mengalami perubahan besar, dan ambisinya untuk menjadi "negara normal" secara bertahap semakin meluas.

Jepang percaya bahwa larangan ekspor senjata telah menjadi hambatan penting bagi negara tersebut untuk menjadi kekuatan politik dan militer.

Hal ini membuat Jepang harus mempercepat revisi prinsip-prinsip ekspor senjata dan melonggarkan ekspor senjata dan peralatannya.

Pada tahun 2014, pemerintahan Abe merumuskan "Tiga Prinsip Transfer Peralatan Pertahanan" untuk menggantikan "Tiga Prinsip Ekspor Senjata" yang asli dan dengan jelas.

Karena menganggap ekspor senjata dan kerja sama industri militer yang "memenuhi syarat" dan telah menjalani "tinjauan ketat" membuat Jepang diizinkan untuk mengekspor senjata, peralatan dan teknologi militer.

Dengan tujuan penyelamatan jiwa, transportasi, pengawasan dan pembersihan ranjau telah secara signifikan menurunkan ambang batas bagi Jepang untuk mengekspor senjata, peralatan dan teknologi militer dan menciptakan kondisi untuk ekspor orang Jepang.

Mneurut laporan News CCTV, dalam situasi ini Jepang telah menjadikan negara-negara Asia Tenggara sebagai fokus penjualan senjatanya, terutama empat negara Indo-Pasifik seperti Vietnam, Malaysia, India, dan Indonesia.

Jepang telah secara aktif mengumpulkan niat pembelian dan kebutuhan khusus negara-negara tersebut dan menentukannya model produk ekspor tertentu.

 

Dalam cara mengekspor senjata, Jepang juga mengadopsi metode yang pertama mudah dan kemudian sulit.

 

Pertama-tama Jepang berencana mengekspor peralatan militer serang tidak mematikan dan non-aktif termasuk pesawat angkut militer, pesawat amfibi, pesawat patroli maritim, dan radar kinerja tinggi dan kemudian mengekspornya.

Sebagai terobosan awal, setelah terobosan bertahap dalam senjata pertahanan, beberapa senjata berskala besar dan ofensif akan secara bertahap dipromosikan ke dunia luar, termasuk senjata serangan mematikan seperti jet tempur berperforma tinggi dan AIP.

Pada tahun 2020, kader Pasukan Bela Diri Maritim Jepang dan penanggung jawab Mitsubishi Heavy Industries, produsen kapal fregat besar.

Secara khusus mengunjungi Indonesia untuk mencari cara mengekspor peralatan militer atau mentransfer teknologi militer ke Indonesia.

Dari sudut pandang Indonesia, karena garis pantainya yang panjang dan ancaman keamanan maritim yang besar, angkatan lautnya sebagian besar melakukan misi lepas pantai, beroperasi hingga Laut Cina Selatan.

Dalam pernyataannya Jepang menyodorkan Fregat Mogami yang dinegosiasikan kedua pihak kali ini merupakan generasi baru "kapal perang sci-fi" siluman yang diluncurkan oleh Mitsubishi Corporation Jepang.

Konsep desainnya sangat canggih dan memiliki berbagai performa tinggi seperti kemampuan pembersihan ranjau menggunakan kendaraan tak berawak. Kapal ini berfokus pada pengendalian laut, anti-kapal selam dan tahan ranjau serta memiliki kemampuan pertahanan udara yang kuat.


SUMBER ZONAJAKARTA

 

Tuesday, June 25, 2024

Dipelototi Dunia, China Diam-diam Segera Menyelesaikan Proyek Pesawat Generasi ke-6


Rekaan pesawat tempur generasi ke-6 China, j-20, dengan komputer beradasarkan informasi yang sudah berkembang. Pesawat J-20 ini mirip dengan pesawat tempur generasi ke-6 yang sedang dikembangkan Amerika Serikat. (Weibo)


Rencana China memproduksi pesawat tempur generasi ke-6 J-20 terus mendapat sorotan dunia dan diperkirakan dalam waktu dekat sudah terwujud.  Saat ini memang ada beberapa negara yang mengembangkan pesawat tempur tercanggih generasi ke-6. Selain China, negara yang serius mengembangkan jet tempur masa depan itu adalah Amerika, Rusia, Prancis dan Jerman, Spanyol dan Italia, Jepang, serta Inggris.

Pergerakan China paling rahasia dan sulit diungkap, meski nama pesawat itu sudah diketahui, yakni J-20. Namun, akhir-akhir ini China mengindikasikan segera melahirkan jet tempur generasi ke-6 itu, mendahului negara lain.  Sebenarnya, kecurigaan China akan mencuri start dalam pengembangan jet tempur generasi ke-6 sudah muncul dalam pembicaraan di media sosial di WeChat pada Januari 2019.

Setelah itu, banyak yang meragukan kesiapan China melahirkan jet tempur generasi ke-6 dalam waktu dekat. Prediksi itu menguat setelah pilot pengujian pesawat J-20, Li Gang, menceritakan perkembangan proyek pesawat generasi ke-6 China itu.  "Saat teknologi aviasi negara kami berkembang pesat, jet generasi berikutnya akan lahir dalam waktu dekat," katanya kepada China Central TV (CCTC), seperti dikutip warriormaven.com, 12 Juni 2024. Dalam artikelnya Senin (14/6/2024), Defense News mengutip pernyataan penulis militer China, Rick Joe.  Menurutnya, sebuah citra satelit menunjukkan ada pesawat tak berekor terlihat di fasilitas Chengdu Aerospace pada Oktober 2021.  Bahkan, kata Rick Joe, sangat mungkin pesawat itu sudah diuji coba untuk terbang.

Pendapatnya selaras dengan pernyataan Li Gang.  Jika citra satelit itu benar, maka pesawat generasi ke-6 China mirip dengan pesawat generasi ke-6 yang sedang dirancang Amerika Serikat.

Amerika berencana memproduksi Next Generation Air Dominance (NGAD) juga dengan bentuk tanpa ekor. Bahkan, Amerika sudah merancang anggaran yang diperkirakan menghabiskan 16 miliar dolar AS (sekitar Rp 262,4 triliun).

Bedanya, Amerika sedang memiliki masalah anggaran, sementara China sedang mengalami kemajuan ekonomi yang pesat dalam beberapa tahun terakhir.  Sehingga, China begitu agresif mengembangkan pesawat tempur baik darat, laut, maupun udara, termasuk megaproyek jet tempur generasi ke-6.

Rick Joe menilai, pesawat generasi baru China akan menggunakan teknologi serba baru dengan kemampuan siluman termodern.

Sebagai pesawat modern, J-20 bakal dilengkapi senjata laser dan peluru kendali hipersonik.  Seperti halnya rancangan negara lain, China sangat mungkin membuat pesawat J-20 bisa dikenalikan pilot atau tanpa awak.

"Saya bisa katakan, China sudah di jalur realisasi pesawat generasi ke-6," kata Rick Joe. Namun, ketika diwawancara Defense News, Direktur Institut Studi Aerospace Angkatan Udara China, Brendan Mulvaney, tidak sependapat.

Menurutnya, proyek China dalam membangun pesawat generasi ke-6 masih lama.  China bisa merealisasikan pesawat J-20, katanya, bisa butuh waktu 20 tahun lagi.  Ia menilai, China masih kesulitan mengembangkan mesin pesawat generasi ke-6 yang supercanggih dan cepat. Tapi, akhirnya ini hanya masalah sains. Saya katakan, penelitian fisika juga sedang berkembang di Berlin, sama halnya di Beijing. Jika melakuka usaha keras dan memiliki waktu yang cukup, Anda akan bisa membuat mesin aerospace utamanya untuk kepentingan militer," terangnya.

Sumber Zonajakarta

BERITA POLULER