Pesawat tempur F-22 Raptor dan
F-35 Lightning II dari Amerika Serikat merupakan jet tempur terbaik di dunia.
Memiliki kemampuan siluman higga
manuver yang super, F-22 dan F-35 seakan tidak mungkin terkalahkan. Kendati
demikian, kehadiran pesawat tempur Rafale dari Prancis tak bisa dilupakan
begitu saja.
Terlebih lagi, Rafale kini
menjadi pesawat tempur laris manis dengan banyak pelanggan dari berbagai negara
di dunia.
Saking larisnya, salah satu media
asing membahas mengenai ketenaran Rafale di atas F-22 Raptor. Hal tersebut
seperti diberitakan laman The National Interest dalam artikelnya berjudul
"F-22 Raptor Defeated? How a French Rafale 'Killed' the World's Top
Fighter" edisi 15 September 2024.
Artikel tersebut menerangkan
bahwa F-22 bisa dibilang menjadi pesawat tempr yang paling dipuji di seluruh
dunia. Ketika pesawat tempur generasi kelima pertama mengudara pada awal tahun
2000-an, masa depan pertempuran udara akan berubah selamanya. Kendati demikian,
hal itu tentu saja tidak berarti F-22 tidak dapat dikalahkan.
F-22 diteranggkan menjadi
platform pesawat tempur pertama yang menggabungkan kemampuan siluman, manuver
super, jelajah super, dan fusi sensor dalam satu rangka pesawat.
Meski kemampuan ini menjadikan
F-22 sebagai pesawat legendaris di kalangan penggemar penerbangan dan pakar
milier, F-22 tidak sepenuhnya kebal. Kenyataannya, seorang pilot pesawat tempur
Prancis pernah 'menembak' F-22 dalam latihan pertempuran.
Meski insiden ini bukan hal baru,
kemampuan Rafale Prancis untuk menembak jatuh jet tempur terbaik AS saat itu
sangat signifikan.
Peristiwa tersebut terjadi di
tahun 2009, satu skuadron F-22 Raptor dari Wing Tempur 1 Angkatan Udara di
Virginia terbang ke Uni Emirat Arab (UEA).
Kedatangan mereka ke UEA guna
untuk menyelesaikan latihan bersama pesawat tempur Rafale Prancis, Mirage UEA,
dan Typhoon Inggris.
Selama latihan bersama tersebut,
pesawat tempur dari masing-masing negara saling berhadapan dalam berbagai
evolusi pelatihan.
Satu bulan setelah latihan
berakhir, Kementerian Pertahanan Prancis menerbitkan rekaman yang menggambarkan
F-22 dalam posisi dogfight yang tidak menguntungkan yang terekam oleh kamera
depan Rafale.
Kala itu, posisi F-22 yang rentan
menyiratkan bahwa pesawat tempur Prancis tersebut telah memenangkan setidaknya
ronde dogfight performatif tersebut dengan jet Amerika.
Meski video tersebut telah
dirilis, AS membantah bahwa salah satu pesawatnya telah dikalahkan oleh Rafale.
Namun, para pilot mengakui bahwa satu F-22 ditembak jatuh oleh Mirage milik UEA
selama latihan.
Setelah melihat video Rafale vs
F-22, para ahli mengakui bahwa pilot Prancis tersebut telah mendorong badan
pesawatnya hingga batas maksimal, bahkan mencapai 9G pada satu titik selama adu
dogfight.
Kemenangan Rafale atas F-22
seperti yang ditunjukkan dalam video tersebut semakin menunjukkan bahwa
terkadang keterampilan pilot lebih penting daripada keunggulan teknologi pada
badan pesawat.
Meskipun F-22 secara teknologi
lebih unggul daripada Rafale, pilot masih bisa membuat kesalahan. Beberapa
tahun sebelum insiden Rafale, F-22 Raptor lainnya dilaporkan dikalahkan oleh
F-16 Fighting Falcon selama latihan militer.
Selain itu, jet Growler Angkatan
Laut mengulangi prestasi tersebut pada latihan udara yang berbeda di awal tahun
2009.
Pesawat tempur F-22 buatan
Lockheed Martin terus memiliki atribut unit dan bahkan tidak dimiliki oleh
pesawat tempur generasi kelima yang terbaru, F-35.
F-22 dilengkapi penampang radar
kecil dan dua mesin penggerak dorong. Selain itu, F-22 memiliki karakteristik
penerbangan supermanuver yang membantunya tidak terdeteksi oleh badan pesawat
asing.
Keunggulan lainnya dibandingkan
F-35, F-22 memiliki ketinggian dan kecepatan operasional yang lebih tinggi,
mencapai Mach 2,25 dan ketinggian 20 km. Kemampuan F-22 tersebut lebih unggul
dibandingkan kecepatan F-35 yang di bawah rata-rata yaitu Mach 1,6 dan
ketinggian maksimum di bawah 16 km.
Meski 30 persen lebih berat, F-22
tetap jauh lebih mudah bermanuver dengan dua mesin F119 yang menghasilkan rasio
dorong/berat yang cukup baik yaitu 1,08.
Namun sampai saat ini, hanya
Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) yang menjadi pengguna F-22 Raptor. Hal
tersebut berbanding terbalik dengan Rafale yang banyak memiliki pelanggan di
negara-negara di dunia. Seperti baru-baru ini, Prancis telah mengambil hati
Serbia untuk mengakuisisi Rafale.
Diberitakan Defense News dalam
artikel berjudul "Serbia to buy 12 Rafale fighter jets in nod to European
industry" edisi 30 Agustus 2024, Serbia telah membeli 12 unit Rafale.
Keduabelas Rafale dari Dassault
Aviation Prancis untuk menggantikan armada MiG-29 milik Serbia. Kontrak untuk
sembilan Rafale satu tempat duduk dan tiga Rafale dua tempat duduk bernilai
US$3 miliar, menurut media Prancis.
Harga pembelian tersebut mencakup
paket logistik tambahan, mesin dan suku cadang, kata Vucic dalam sebuah
konferensi pers, Reuters melaporkan. (ZJ)
Sumber: Zonajakarta, Defense News, the
national interest
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK