Pages

Sunday, September 29, 2024

Indonesia Beruntung Rafale Gantikan Rencana Pembelian F-35 Karena ALIS dan ODIN yang Ancam Kedaulatan Negara

 

Rafale

Indonesia sempat dikabarkan telah menandatangani kontrak pengadaan 48 unit F-35 pada tahun 2021. Akan tetapi kontrak tersebut dibatalkan lantaran fitur Autonomic Logistics Information System (ALIS) dan the Operational Data Integrated Network (ODIN) yang dianggap mengancam kedaulatan negara.

Beruntung ada Rafale yang efektif menggantikan rencana pembelian F-35 yang sempat dibuat Indonesia sebelumnya.

Dilansir ZONAJAKARTA.com dari artikel berjudul "Indonesia troubled by F-35s and real-time data transmission" yang dimuat laman Bulgarian Military pada Minggu, 22 September 2024, F-35 memang sempat masuk dalam daftar rencana pembelian jet tempur kekinian yang dibuat Indonesia.

Hal ini dilakukan untuk mewujudkan program modernisasi alutsista khususnya bagi TNI AU yang dicanangkan oleh negara.

Modernisasi yang dimaksud tidak hanya berupa armada tempur namun juga skill sumber daya manusia (SDM) di dalamnya.

Tak tanggung-tanggung, nilai kontrak untuk pengadaan pesawat generasi kelima buatan Lockheed Martin itu diperkirakan mencapai angka 14 miliar dolar AS.

Ketika itu, pemerintah secara diam-diam juga sudah menandatangani kesepakatan agar proses pengiriman unit pesawat segera dimulai sehingga pesanan yang sudah dibeli bisa mendarat bertahap di tanah air mulai tahun 2026 mendatang.

Namun ketika proses akuisisi sudah terlanjur berjalan lancar, muncul kritik dari para ahli militer di dalam negeri dengan nada khawatir.

Menurut mereka, Indonesia tak seharusnya mudah tergiur dengan segala kecanggihan F-35 yang ditawarkan oleh pabrikan.

Sebab di balik kecanggihan itu pula terdapat bahaya mengintai yang dapat mengancam kedaulatan negara.

Saat ditelusuri lebih lanjut, fitur canggih pada F-35 yang menjadi kekhawatiran banyak negara pelanggan adalah ALIS dan ODIN. Menurut informasi dari sebuah dokumen resmi milik Lockheed Martin, ALIS diklaim banyak membantu crew jet tempur generasi kelima andalan Amerika Serikat itu dalam hal kemampuan untuk merencanakan ke depan, memelihara, hingga mempertahankan sistemnya selama unit jet tempur masih bisa dioperasikan.

Berbagai kemampuan termasuk operasi, pemeliharaan, prognostik, rantai pasokan, layanan dukungan pelanggan, pelatihan, dan data teknis juga mampu diintegrasikan oleh perangkat lunak ini.

Sementara ODIN merupakan sistem berbasis cloud yang menggabungkan lingkungan data terintegrasi baru dan rangkaian aplikasi baru yang bersifat user-oriented.

Selain dapat meningkatkan kinerja dan menjaga keberlanjutan armada F-35, software ini dianggap mampu mengurangi beban kerja administrator dan tenaga maintenance pesawat secara substansial serta dapat meningkatkan kapabilitas misi untuk semua varian.

Sayangnya kedua fitur canggih ini justru dapat menjadi ancaman bagi kedaulatan negara pengguna pesawat terkait tak terkecuali apabila Indonesia menggunakannya.

Jika Nusantara tetap membelinya, Amerika Serikat akan terus memantau pergerakan militer negeri ini sehingga secara tidak langsung membuat NKRI "tergadaikan" ke Negeri Paman Sam.

Beruntung ketika Indonesia akhirnya memutuskan tak jadi membeli F-35, kontrak pengadaan Rafale sudah diteken tepat di bulan Januari 2022.

Melansir laman The Defense Post melalui artikel berjudul "Indonesia Completes 42 Rafale Fighter Jet Order With France" yang terbit pada 11 Januari 2024, seluruh proses akuisisi jet tempur generasi 4,5 buatan Dassault Aviation itu sudah 100 persen tuntas awal tahun ini.

Sebelum delapan belas unit terakhir dibeli kontan tepat 9 Januari 2024 lalu, pemerintah sudah menyelesaikan seluruh tahapan akuisisi sebagaimana kontrak yang disepakati. Akuisisi dimulai dengan pemesanan enam unit pertama pada September 2022, kemudian delapan belas unit berikutnya menyusul saat memasuki bulan Agustus 2023.

Keseluruhan unit pesawat yang dibeli dengan nilai kontrak 8,1 miliar dolar AS itu rencananya bakal mendarat di tanah air mulai akhir 2026 mendatang. Selama masa menunggu, pilot TNI AU juga diberikan kesempatan untuk berlatih secara intensif termasuk melalui penggunaan simulator.

Dengan tuntasnya transaksi ini, keberadaan Rafale bukan sekedar menjadi "juru selamat" bagi Indonesia.

Tetapi negeri ini juga bisa memperoleh pesawat dengan harga yang lebih murah dari F-35 namun kemampuannya tidak kalah bersaing. Bahkan Dassault Aviation sendiri berencana untuk mengembangkannya ke varian generasi kelima atau yang disebut juga dengan "Super Rafale".  Sehingga Prancis memiliki potensi untuk melampaui Amerika Serikat dalam penjualan jet tempur modern di pasar ekspor.

sumber zonajakarta

 

 

No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK

BERITA POLULER