Pages

Friday, September 17, 2010

TU-16 TNI AU SANG BOMBER MELGENDARIS , SEKARANG RUSIA KEMBALI MENAWARKAN BLACKJACK,TU22M3, SMOGA BANGKIT LAGI SKUADRON BOMERS TNI AU


Copyright r_adrie@indoflyer.net
Copyright r_adrie@indoflyer.net
Awal Kehadiran Pembom Termasyur TNI-AU
Bila predikat Angkatan Udara terkuat di Asia Tenggara kini di pegang oleh Singapura, maka di era tahun 60-an kekuatan angkatan udara negeri kita boleh dibilang menjadi “singa”, tak cuma di Asia Tenggara, bahkan di kawasan Asia TNI-AU kala itu sangat diperhitungkan. Bahkan Cina maupun Australia belum punya armada pembom strategis bermesin jet. Sampai awal tahun 60-an hanya Amerika yang memiliki pembom semacam(B-58 Hustler), Inggris (V bomber-nya, Vulcan, Victor, serta Valiant) dan Rusia.
Gelar “singa” tentu bukan tanpa alasan, di awal tahun 60-an TNI-AU sudah memiliki arsenal pembom tempur mutakhir (dimasanya-red) Tu-16, yang punya daya jelajah cukup jauh, dan mampu membawa muatan bom dalam jumlah besar. Pembelian Tu-16 AURI didasari, terbatasnya kemampuan B-25, embargo suku cadang dari Amerika, dan untuk memuaskan ambisi politik.
“Tu-16 masih dalam pengembangan dan belum siap untuk dijual,” ucap Dubes Rusia untuk Indonesia Zhukov kepada Bung Karno (BK) suatu siang di penghujung tahun 50-an. Ini menandakan, pihak Rusia masih bimbang untuk meluluskan permintaan Indonesia membeli Tu-16. Tapi apa daya Rusia, AURI ngotot. BK terus menguber Zhukov tiap kali bersua. “Gimana nih, Tu-16-nya,” kira-kira begitu percakapan dua tokoh ini. Akhirnya, mungkin bosan dikuntit terus, Zhukov melaporkan juga keinginan BK kepada Menlu Rusia Mikoyan. Usut punya usut, kenapa BK begitu semangat? Ternyata, Letkol Salatun-lah pangkal masalahnya. “Saya ditugasi Pak Surya (KSAU Suryadarma-Red) menagih janji Bung Karno setiap ada kesempatan,” aku Marsda (Pur) RJ Salatun tertawa.

Ketika ide pembelian Tu-16 dikemukakan Salatun saat itu sekretaris Dewan Penerbangan/Sekretaris Gabungan Kepala-kepala Staf kepada Suryadarma tahun 1957, tidak seorangpun tahu. Maklum, TNI tengah sibuk menghadapi PRRI/Permesta. Namun dari pemberontakan itu pula, semua tersentak. AURI tidak punya pembom strategis B-25 yang dikerahkan menghadapi AUREV (AU Permesta), malah merepotkan. Karena daya jelajahnya terbatas, pangkalannya harus digeser, peralatan pendukungnya harus diboyong. Waktu dan tenaga tersita. Sungguh tidak efektif. Celaka lagi, Amerika meng-embargo suku cadangnya. Alhasil, gagasan memiliki Tu-16 semakin terbuka.
Salatun yang menemukan proyek Tu-16 dari majalah penerbangan asing tahun 1957, menyampaikannya kepada Suryadarma. “Dengan Tu-16, awak kita bisa terbang setelah sarapan pagi menuju sasaran terjauh sekalipun dan kembali sebelum makan siang,” jelasnya kepada KSAU. “Bagaimana pangkalannya,” tanya Pak Surya. “Kita akan pakai Kemayoran yang mampu menampung pesawat jet,” jawab Salatun. Seiring disetujuinya rencana pembelian Tu-16 ini, landas pacu Lanud Iswahyudi, Madiun, kemudian turut diperpanjang.
Proses pembeliannya memang tidak mulus. Sejak dikemukakan, baru terealisasi 1 Juli 1961, ketika Tu-16 pertama mendarat di Kemayoran. Ketika lobi pembeliannya tersekat dalam ketidakpastian, Cina pernah dilirik agar membantu menjinakkan “beruang merah”. Caranya, Cina diminta menalangi dulu pembeliannya. Namun usaha ini sia-sia, karena neraca perdagangan Cina-Rusia lagi terpuruk. Sebaliknya, “Malah Cina menawarkan Tu-4m Bull-nya,” tutur Salatun. Misi Salatun ke Cina sebenarnya mencari tambahan B-25 Mitchell dan P-51 Mustang.
Jadi, pemilihan Tu-16 memperkuat AURI bukan semata alat diplomasi. Penyebab lain adalah embargo senjata Amerika. Padahal saat bersamaan, AURI sangat membutuhkan suku cadang B-25 dan P-51 untuk menghantam AUREV.
Tahun 1960, Salatun berangkat ke Moskow bersama delegasi pembelian senjata dipimpin Jenderal AH Nasution. Sampai kedatangannya, delegasi belum tahu, apakah Tu-16 sudah termasuk dalam daftar persenjataan yang disetujui Soviet. Perintah BK hanya, cari senjata. Apa yang terjadi. Tu-16 termasuk dalam daftar persenjataan yang ditawarkan Uni Soviet. Betapa kagetnya delegasi.
“Karena Tu-16 kami berikan kepada Indonesia, maka pesawat ini akan kami berikan juga kepada negara sahabat lain,” ujar Menlu Mikoyan. Mulai detik itu, Indonesia menjadi negara ke empat di dunia yang mengoperasikan pembom strategis selain Amerika, Inggris dan Rusia sendiri. Hebat lagi, AURI pernah mengusulkan untuk mengecat bagian bawah Tu-16 dengan Anti Radiation Paint cat khusus anti radiasi bagi pesawat pembom berkemampuan nuklir. “Gertak musuh saja, AURI kan tak punya bom nuklir,” tutur Salatun. Usul tersebut ditolak.
Segera AURI mempersiapkan awaknya. Puluhan kadet dikirim ke Chekoslovakia dan Rusia. Mereka dikenal dengan angkatan Cakra I, II, III, Ciptoning I dan Ciptoning II. Mulai tahun 1961, ke-24 Tu-16 mulai datang bergiliran diterbangkan awak Indonesia maupun Rusia. Pesawat pertama yang mendarat di Kemayoran dikemudikan oleh Komodor Udara (sekarang Marsda TNI Pur Cok Suroso Hurip). Mendapat perhatian terutama dari kalangan intel Amerika.
Kesempatan pertama intel-intel AS melihat Tu-16 dari dekat ini, memberikan kesempatan kepada mereka memperkirakan kapasitas tangki dan daya jelajahnya. Pengintaian terus dilakukan AS sampai saat Tu-16 dipindahkan ke Madiun. U-2 pun mereka libatkan. Wajar, di samping sebagai negara pertama yang mengoperasikan Tu-16 di luar Rusia, kala itu beraneka ragam pesawat blok Timur lainnya berjejer
di Madiun.
Atraksi Ketangguhan Sang Bomber
Persiapan Operasi Trikora
Saat Trikora dikumandangkan, angkatan perang Indonesia sedang berada pada “puncaknya”. Lusinan persenjataan Blok Timur dimiliki. Mendadak AURI berkembang jadi kekuatan terbesar di belahan bumi selatan. Dalam mendukung kampanye Trikora, AURI menyiapkan satu flight Tu-16 di Morotai yang hanya memerlukan 1,5 jam penerbangan dari Madiun. “Kita siaga 24 jam di sana,” ujar Kolonel (Pur) Sudjijantono, salah satu penerbang Tu-16. “Sesekali terbang untuk memanaskan mesin. Tapi belum pernah membom atau kontak senjata dengan pesawat Belanda,” ceritanya kepada Angkasa. Saat itu, dikalangan pilot Tu-16 punya semacam target favorit, yaitu kapal induk Belanda Karel Doorman.
Selain memiliki 12 Tu-16 versi bomber (Badger A) yang masuk dalam Skadron 41, AURI juga memiliki 12 Tu-16 KS-1 (Badger B) yang masuk dalam Skadron 42 Wing 003 Lanud Iswahyudi. Versi ini mampu membawa sepasang rudal anti kapal permukaan KS-1 (AS-1 Kennel). Rudal inilah yang ditakuti Belanda. Karena hantaman enam Kennel, mampu menenggelamkan Karel Doorman ke dasar samudera. Sayangnya, hingga Irian Barat diselesaikan melalui PBB atas inisiatif pemerintah Kennedy, Karel Doorman tidak pernah ditemukan Tu-16.
Lain lagi kisah Idrus Abas (saat itu Sersan Udara I), operator radio sekaligus penembak ekor (tail gunner) Tu-16. Bulan Mei 1962, saat perundingan RI-Belanda berlangsung di PBB, merupakan saat paling mendebarkan. Awak Tu-16 disiagakan di Morotai. Dengan bekal radio transistor, mereka memonitor hasil perundingan. Mereka diperintahkan, “Kalau perundingan gagal, langsung bom Biak,” ceritanya mengenang. “Kita tidak tahu, apakah bisa kembali atau tidak setelah mengebom,” tambah Sjahroemsjah yang waktu itu berpangkat Sersan Udara I, rekan Idrus yang bertugas sebagai operator radio/tail gunner. Istilahnya, one way ticket operation.
Namun para awak Tu-16 di Morotai ini, tidak akan pernah melupakan jerih payah ground crew-nya. “Yang paling susah kalau isi bahan bakar. Bayangkan untuk sebuah Tu-16, dibutuhkan sampai 70 drum bahan bakar. Kadang ngangkutnya tidak pakai pesawat, jadi langsung diturunkan dari kapal laut. Itupun dari tengah laut. Makanya, sering mereka mendorong dari tengah laut,” ujar Idrus. Derita awak darat itu belum berakhir, lantaran untuk memasukkan ke tangki pesawat yang berkapasitas kurang lebih 45.000 liter itu, masih menggunakan cara manual. Di suling satu per satu dari drum hingga empat hari empat malam. Hanya sebulan Tu-16 di Morotai, sebelum akhirnya ditarik kembali ke Madiun usai Trikora.
Rudal Kennel
kernel
Kennel memang tidak pernah ditembakkan. Tapi ujicoba pernah dilakukan sekitar tahun 1964-1965. Kennel ditembakkan ke sebuah pulau karang di tengah laut, persisnya antara Bali dan Ujung Pandang. “Nama pulaunya Arakan,” aku Hendro Subroto, mantan wartawan TVRI. Dalam ujicoba, Hendro mengikuti dari sebuah C-130 Hercules bersama KSAU Omar Dhani. Usai peluncuran, Hercules mendarat di Denpasar. Dari Denpasar, dengan menumpang helikopter Mi-6, KSAU dan rombongan terbang ke Arakan melihat perkenaan. “Tepat di tengah, plat bajanya bolong,” jelas Hendro.
Diuber Javelin
Lebih tepat, di masa Dwikoralah awak Tu-16 merasakan ketangguhan Tu-16. Apa pasal? Ternyata, berkali-kali pesawat ini dikejar pesawat tempur Inggris. Rupanya, Inggris menyadap percakapan AURI di Lanud Polonia Medan dari Butterworth, Penang.
“Jadi mereka tahu kalau kita akan meluncur,” ujar Marsekal Muda (Pur) Syah Alam Damanik, penerbang Tu-16 yang sering mondar-mandir di selat Malaka.
Damanik menuturkan pengalamannya di kejar Javelin pada tahun 1964. Damanik terbang dengan ko-pilot Sartomo, navigator Gani dan Ketut dalam misi kampanye Dwikora.
Pesawat diarahkan ke Kuala Lumpur, atas saran Gani. Tidak lama kemudian, dua mil dari pantai, Penang (Butterworth) sudah terlihat. Mendadak, salah seorang awak melaporkan bahwa dua pesawat Inggris take off dari Penang. Damanik tahu apa yang harus dilakukan. Dia berbelok menghindar. “Celaka, begitu belok, nggak tahunya mereka sudah di kanan-kiri sayap. Cepat sekali mereka sampai,” pikir Damanik. Javelin-Javelin itu rupanya berusaha menggiring Tu-16 untuk mendarat ke wilayah Singapura atau Malaysia (forced down). Dalam situasi tegang itu, “Saya perintahkan semua awak siaga. Pokoknya, begitu melihat ada semburan api dari sayap mereka (menembak-Red), kalian langsung balas,” perintahnya. Perhitungan Damanik, paling tidak sama-sama jatuh. Anggota Wara (wanita AURI) yang ikut dalam misi, ketakutan. Wajah mereka pucat pasi.
Dalam keadaan serba tak menentu, Damanik berpikir cepat. Pesawat ditukikkannya untuk menghindari kejaran Javelin. Mendadak sekali. “Tapi, Javelin-Javelin masih saja nempel. Bahkan sampai pesawat saya bergetar cukup keras, karena kecepatannya melebihi batas (di atas Mach 1).” Dalam kondisi high speed itu, sekali lagi Damanik menunjukkan kehebatannya. Ketinggian pesawat ditambahnya secara mendadak. Pilot Javelin yang tidak menduga manuver itu, kebablasan. Sambil bersembunyi di balik awan yang menggumpal, Damanik membuat heading ke Medan.
Segenap awak bersorak kegirangan. Tapi kasihan yang di ekor (tail gunner). Mereka berteriak ternyata bukan kegirangan, tapi karena kena tekanan G yang cukup besar saat pesawat menanjak. Akibat manuver yang begitu ketat saat kejar-kejaran, perangkat radar Tu-16 jadi ngadat. “Mungkin saya terlalu kasar naiknya. Tapi nggak apa-apa, daripada dipaksa mendarat oleh Inggris,” ujar Damanik mengenang peristiwa itu.
Lain lagi cerita Sudjijantono. “Saya ditugaskan menerbangkan Tu-16 ke Medan lewat selat Malaka di Medan selalu disiagakan dua Tu-16 selama Dwikora. Satu pesawat terbang ke selatan dari Madiun melalui pulau Christmas (kepunyaan Inggris), pulau Cocos, kepulauan Andaman Nikobar, terus ke Medan,” katanya. Pesawat berikutnya lewat jalur utara melalui selat Makasar, Mindanao, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Laut Cina selatan, selat Malaka, sebelum akhirnya mendarat di Medan. Ada juga yang nakal, menerobos tanah genting Kra.
Walau terkesan “gila-gilaan”, misi ini tetap sesuai perintah. BK memerintahkan untuk tidak menembak sembarangan. Dalam misi berbau pengintaian ini, beberapa sempat ketahuan Javelin. Tapi Inggris hanya bertindak seperti “polisi”, untuk mengingatkan Tu-16 agar jangan keluar perbatasan.
Misi ala stealth
Masih dalam Dwikora. Pertengahan 1963, AURI mengerahkan tiga Tu-16 versi bomber (Badger A) untuk menyebarkan pamflet di daerah musuh. Satu pesawat ke Serawak, satunya ke Sandakan dan Kinibalu, Kalimantan. Keduanya wilayah Malaysia. Pesawat ketiga ke Australia. Khusus ke Australia, Tu-16 yang dipiloti Komodor Udara (terakhir Marsda Purn) Suwondo bukan menyebarkan pamflet. Tapi membawa peralatan militer berupa perasut, alat komunikasi dan makanan kaleng. Skenarionya, barang-barang itu akan didrop di Alice Springs, Australia (persis di tengah benua), untuk menunjukkan bahwa AURI mampu mencapai jantung benua kangguru itu. “Semacam psi-war buat Australia,” ujar Salatun.
Padahal Alice Springs ditongkrongi over the horizon radar system. “Untuk memantau seluruh kawasan Asia Pasifik,” ujar Marsma (Pur) Zainal Sudarmadji, pilot Tu-16 angkatan Ciptoning II.
Walau begitu, misi tetap dijalankan. Pesawat diberangkatkan dari Madiun sekitar jam satu malam. “Pak Wondo (pilot pesawat-Red) tak banyak komentar. Beliau hanya minta, kita kumpul di Wing 003 pukul 11 malam dengan hanya berbekal air putih,” ujar Sjahroemsjah, gunner Tu-16 yang baru tahu setelah berkumpul bahwa mereka akan diterbangkan ke Australia.
Briefing berjalan singkat. Pukul 01.00 WIB, pesawat meninggalkan Madiun. Pesawat terbang rendah guna menghindari radar. Sampai berhasil menembus Australia dan menjatuhkan bawaan, tidak terjadi apa-apa. Pesawat pencegat F-86 Sabre pun tak terlihat aktivitasnya, rudal anti pesawat Bloodhound Australia yang ditakuti juga “tertidur”. Karena Suwondo berputar agak jauh, ketika tiba di Madiun matahari sudah agak tinggi. “Sekitar pukul delapan pagi,” kata Sjahroemsjah.
Penyusupan ke Sandakan, dipercayakan ke Sudjijantono bersama Letnan Kolonel Sardjono (almarhum). Mereka berangkat dari Iswahyudi (Madiun) jam 12 malam. Pesawat membumbung hingga 11.000 m. Menjelang adzan subuh, mereka tiba di Sandakan. Lampu-lampu rumah penduduk masih menyala. Pesawat terus turun sampai ketinggian 400 m. Persis di atas target (TOT), ruang bom (bomb bay) dibuka. Seperti berebutan, pamflet berhamburan keluar disedot angin yang berhembus kencang.
Usai satu sortie, pesawat berputar, kembali ke lokasi semula. “Ternyata sudah gelap, tidak satupun lampu rumah yang menyala,” kata Sudjijantono. Rupanya, aku Sudjijantono, Inggris mengajari penduduk cara mengantisipasi serangan udara. Akhirnya, setelah semua pamflet diserakkan, mereka kembali ke Iswahyudi dan mendarat dengan selamat pukul 08.30 pagi. Artinya, kurang lebih sepuluh jam penerbangan. Semua Tu-16 kembali dengan selamat.
Dapat dibayangkan, pada dekade 60-an AURI sudah sanggup melakukan operasi-operasi penyusupan udara tanpa terdeteksi radar lawan. Kalaulah sepadan, bak operasi NATO ke Yugoslavia dengan pesawat silumannya.
Akhir Perjalanan Sang Bomber
Sungguh ironis nasib akhir Tu-16 AURI. Pengadaan dan penghapusannya lebih banyak ditentukan oleh satu perkara: politik! Bayangkan, “AURI harus menghapus seluruh armada Tu-16 sebagai syarat mendapatkan F-86 Sabre dan T-33 T-bird dari Amerika,” ujar Bagio Utomo, mantan anggota Skatek 042 yang mengurusi perbaikan Tu-16. Bagio menuturkan kesedihannya ketika terlibat dalam tim “penjagalan” Tu-16 pada tahun 1970.
Dokumen CIA (central intelligence agency) sebagaimana dikutip Audrey R Kahin dan George McT Kahin dalam bukunya “Subversi Sebagai Politik Luar Negeri” menulis: “Belanja senjata RI mencapai 229. 395.600 dollar AS. Angka itu merupakan akumulasi perdagangan pada tahun 1958. Sementara dari Januari hingga Agustus 1959 saja, nilainya mencapai 100.456.500 dollar AS. Dari jumlah ini, AURI kebagian 69.912. 200 dollar AS, yang di dalamnya termasuk pemesanan 20 pesawat pembom.”
Tidak dapat dipungkiri, memang, Tu-16 pembom paling maju pada zamannya. Selain dilengkapi peralatan elektronik canggih, badannya terbilang kukuh. “Badannya tidak mempan dibelah dengan kampak paling besar sekalipun. Harus pakai las yang besar. Bahkan, untuk membongkar sambungan antara sayap dan mesinnya, laspun tak sanggup. Karena campuran magnesiumnya lebih banyak ketimbang alumunium,” ujar Bagio.
Namun Tu-16 bukan tanpa cacat. Konyol sekali, beberapa bagian pesawat bisa tidak cocok dengan spare pengganti. Bahkan dengan spare yang diambil secara kanibal sekalipun. “Kita terpaksa memakai sistem kerajinan tangan, agar sama dan pas dengan kedudukannya. Seperti blister (kubah kaca-Red), mesti diamplas dulu,” kenang Bagio lagi. Pengadaan suku cadang juga sedikit rumit, karena penempatannya yang tersebar di Ujung Pandang dan Kemayoran.
Sebenarnya, persediaan suku cadang Tu-16 yang dipasok dari Rusia, memadai. Tapi urusan politik membelitnya sangat kuat. Tak heran kemudian, usai pengabdiannya selama Trikora – Dwikora dan di sela-sela nasibnya yang tak menentu pasca G30S/PKI, AURI pernah bermaksud menjual armada Tu-16-nya ke Mesir. Namun hal ini tidak pernah terlaksana.
Begitulah nasib Tu-16. Tragis. Farewell flight, penerbangan perpisahannya, dirayakan oleh para awak Tu-16 pada bulan Oktober 1970 menjelang HUT ABRI. Dijejali 10 orang, Tu-16 bernomor M-1625 diterbangkan dari Madiun ke Jakarta. “Sempat ke sasar waktu kita cari Monas,” ujar Zainal Sudarmadji. Saat mendarat lagi di Madiun, bannya meletus karena awaknya sengaja mengerem secara mendadak.
Patut diakui, keberadaan pembom strategis mampu memberikan efek psikologis bagi lawan-lawan Indonesia saat itu. Bahkan, sampai pertengahan 80-an, Tu-16 AURI masih dianggap ancaman oleh AS. “Lah, wong nama saya masih tercatat sebagai pilot Tu-16 di ruang operasi Subic Bay, kok,” ujar Sudjijantono, angkatan Cakra 1.
Sekian tahun hidup dalam kedigdayaan, sampailah AURI (juga ALRI) pada massa yang teramat pahit dalam perjalanannya. Pasokan suku cadang terhenti, nasib pesawat tak jelas. Ditulis oleh Harold Crouch (“Politik dan Militer di Indonesia”, 1978), AL dan AU yang bergantung pada teknologi yang lebih maju dari AD tidak dapat memelihara lagi dengan baik peralatannya.
tupolev tu-16
Pada awal tahun 1970, KSAU Marsdya Suwoto Sukendar mengatakan, hanya 15 sampai 20 persen pesawat AURI yang dapat diterbangkan kapal ALRI hanya 40 persen karena ketiadaan suku cadang dari Uni Soviet. Tahun 1970, kemudian dikenang sebagai tahun pemusnahan persenjataan Blok Timur.
Sumber: dikutip dari Angkasa (link Aslinya sudah tidak ada)

HOT ISSUE Rusia Tawarkan TU22M3 Ke RI, Akankah Jadi DETERRENCE Di Asia?

0diggsdigg

Topik ini saya posting karena Ada Permintaan dari rekan-rekan Pembaca setia MAJU INDONESIA KU untuk itu saya akan posting sekilas tentang TU-22m3 Backfife

Tupolev Tu-22M3 Backfire C Bomber - Missile Carrier



Tupolev Tu-22M3 Backfire C merupakan Sebuah pesawat khusus. Secara konseptual, pesawat tersebut merupakan pesawat supersonik yang lebih besar untuk tahun 1960-an seperti rekannya RAF bomber V, dengan persenjataan yang lebih modern setara dengan RAF's Blue rudal Avro Steel Mk.1 supersonik. Backfire tetap dalam produksi hingga 1993, dan diberi jam terbang rendah, armada TU-22m3 Rusia masih memiliki jam terbang yang lebih sedikit daripada jam terbang armada AS B-1B Lancer.

Pendahuluan


Dengan paparan publik baru-baru ini turbofan Xian PLA H-6K cruise pembawa rudal Badger jelas bahwa PLA bergerak maju dengan perencanaan untuk membuat armada pembom strategis dengan mencapai lebih dari warisan H-6 varian Badger, di bawah naungan dari "Second Island Chain Strategy". Armada ini meliputi upgrade surplus Angkatan Udara Rusia pesawat Tu-22M3 Backfire C dan Tu-95MS Bear H, dan baru-baru ini sedang membangun Tu-160 Blackjacks. Pada tahun 2005 Kepala Staf Udara Angkatan Udara Rusia akan mengamati perkembangan pesawat Tu-22M3 Backfire C dan Tu-95MS Bear H dimana disisa produksinya akan di ekspor ke China

Dalam hal waktu untuk biaya penyebaran dan akuisisi, Backfire merupakan pesaing kuat dalam setiap flyoff yang kompetitif diantara pesawat sejenis. Bila mempunyai potensi dalam dampak strategis Backfire maka akan diupgrade kemampuannya terus menerus.



Tupolev Tu-22M3 Backfire C

Merupakan Varian terbaru dari Backfire dari generasi ketiga model Tu-22M3 Backfire C yang tetap diproduksi sampai 1993.

Asal-usul paling awal dari Backfire di TU-22 Tu yang sebelumnya bernama Blinder, yang digunakan untuk menyaingi B-58 Hustler milik AS.

Varian Backfire pertama merupakan subtipe Tu-22m-0, dimana menggunakan F-4 Phantom seperti pengaturan inlet, inlet terowongan yang panjang, sayap geometri variabel, dan sisi B-1A, tidak seperti tandem Tu-22 Blinder . Sepasang NK-144-22 fans afterburning, umum ski-144 Tu-Concord dipekerjakan. Backfire merupakan calon mewarisi Rudal supersonik Raduga tunggal Kh-22/AS-4 sebagai senjata utamanya. pengujian Penerbangan berkembang bersamaan dengan produksi yang masih terbatas, dan hanya 10 yang dibangun sampai akhir 1972.

Ketidakpuasan dengan Backfire baseline mengarah ke desain ulang luas, di bawah penunjukan Tu-22m-1 atau Backfire A. Aerodinamika yang disempurnakan, dan mengurangi berat sebasar £ 6.500, rentang mengalami peningkatan sebesar 60 inci dan merelokasikan pada bagian speedbrake. Tapi hanya di buat 9 pesawat sampai akhir 1972.

Tetapi tidak sampai situ saya, mereka memproduksi Tu-22m-2 atau Backfire type B ditunjuk 45-02, merupakan varian yang produksi secara massal. Dan lebih ringan £ 3000 dari Backfire type A , dan didukung oleh sepasang baru-22 mesin NK. Dengan dorongan lebih, Backfire B bisa mengangkat sampai dengan 24 ton senjata, termasuk muatan dari tiga Rudal Kh-22/AS-4. Pesawat membawa ekor kubah dengan dipasangkan-23 senjata NR, gunsight sebuah PRS-3 Argon-2 radar mulai dan remote TV. PNA-B Rubin / Down Beat radar serangan ini dirancang untuk memberikan lebih dari 300 derajat cakupan meniru instalasi HP Victor, dan dilengkapi dengan remote ventral bombsight TV yang diatur oleh Avro Vulcan. Dal'naya Aviatsia IOC dicapai pada tahun 1974, dengan resimen penerbangan AV-MF angkatan laut menerima Backfire B pada tahun 1976. Pada akhir produksi pada tahun 1983, tidak kurang dari 211 prototype dibangun.



Backfire type B dianggap tidak memadai dan desain awal mulai bekerja pada Tu-22M3 membaik atau Backfire C yang ditunjuk Pasal 45-03, dan terbang perdana pada tahun 1977, setelah melalui persidangan dari mesin-25 lebih kuat NK dalam badan pesawat Backfire B. Rancangan ulang sangat luas, termasuk beberapa penggunaan struktur titanium untuk mengurangi berat badan kosong, yang dipimpin oleh Biro Tupolev's Designer Wakil Kepala Boris E Levanovich. Perubahan yang paling terlihat adalah adopsi dari F-15 gaya menggenjot produksinya inlet, dan inlet tambahan direvisi. Kurang terlihat adalah perubahan desain sayap, memungkinkan menyapu 65 derajat, lebih dari varian sebelumnya. Mengubah bentuk hidung dan membentang dimasukkan desain probe revisi pengisian bahan bakar. perubahan lebih lanjut dilakukan untuk ekor vertikal, undercarriage, pistol paket defensif dan avionik. Selama pertengahan 1990-an penulis membahas Tu-22M3 dengan Levanovich, yang bersikeras bahwa produksi pesawat tempur memiliki radius hi-hi-hi dari 4.000 km (2.160 NMI) dengan muatan tiga Rudal Kh-22M/AS-4, yang jauh melebihi perkiraan Barat saat itu.



Kemampuan defensif terdapat di sektor belakang dimana di ekor pesawat terdapat barbette-9A-802, yang dilengkapi dengan senapan GSH-23 tunggal, dan PRS-4km ditingkatkan Kripton / Box Tail mulai kamera radar dan remote TV.

Selain itu perbaikan avionik yaitu dengan menggunakan Avtomat 3 Radar Receiver yang merupakan Peringatan dini, dengan varian internal KNIRTI SPS-171/172 Sorbstiya bertahap jammer wideband array (lihat gambar) dan AG-56 generator nosie otomatis juga dilakukan. SPS-171/172 ini diklaim menyediakan mode kebisingan dan penipuan jamming, dan tersedia berbentuk polong sebagai L-005 untuk Su-27/30. The uku-9A-802 barbette ekor itu dilengkapi dengan senapan GSH-23 tunggal, didukung oleh sebuah radar Kripton PRS-4km ditingkatkan / Tail Box mulai dan kamera remote TV. Perut dan punggung Rudal yang menggunakan inframerah L-082-UL seri MAK dengan Pendekatan Sistem Peringatan (MAWS) menara dipasang dibanyak pesawat.



merupakan kh-22



Merupakan Roket KH-22N





Desain Dalam Pesawat Tu 22m3 backfire


Designation
Type



TA-6
APU
TACh-1V
Automatic Fuel Balance Management System
NK-45
Navigation System
ABSU-145M
Autopilot
RV-5
Low Altitude Radar Altimeter (Dual)
RV-18G
Radio Altimeter
ARM-15M
ADF
ARK-U2
ADF
DISS-7
Doppler Nav
RSBN-PKV
TACAN
R-832M
UHF Comm
R-847
HF Comm
ARP-69
ILS
GRP/MRP-66
ILS



Leninets PNA-D
Attack Radar
SMKRITs
RORSAT Targeting Datalink Receiver (Molniya satcom)
OPB-15T
Remote Optical Bombsight
AFA-15
Strike Camera



Avtomat 3
Radar Warning Receiver (Ural suite)
SPS-171/172
Defensive ECM (Ural suite)
AG-56
ECM Automatic Noise Generator (Ural suite)
L-082 MAK UL
IR Missile Approach Warning System (Ural suite)
APP-50
Chaff/Flare Dispenser (Ural)
PRS-4KM Kripton
Tail Warning/Fire Control Radar
TP-1
Tail Warning/Fire Control TV System


Persenjataan TU 22M3 Backfire

Designation
Type



1 x Kh-22
Centreline ASCM on BD-45F Adaptor
2 x Kh-22
Outboard ASCM on BD-45K Adaptors
6 x Kh-15
ASCM on rotary launcher
4 x Kh-15
ASCM external stations
6-8 x Kh-55/65
ALCM external stations
1 x GSh-23
UKU-9A-802 barbette gun / 1200 rounds



BD-45F
Weapons Adaptor Kh-22 Centreline
BD-45K
Weapons Adaptor Kh-22 Wing Glove
MBD3-U9
Weapons Adaptor
BD6-105A
Weapons Adaptor
KD3-22RD
Weapons Adaptor
KD-3-22M
Weapons Adaptor
KD4-105AD
Weapons Adaptor



69 x FAB-100
250 lb dumb bomb
69 x FAB-250
500 lb dumb bomb
42 x FAB-500
1,000 lb dumb bomb
8 x FAB-1500
3,000 lb dumb bomb
2 x FAB-3000
6,000 lb dumb bomb
24 x FAB-500/8 x FAB-1500
1,000 lb/3,000 lb dumb bomb
24 x FAB-500/1 x Kh-22
1,000 lb dumb bomb/ASCM
42 x 500 kg naval mines
-
8 x 1500 kg naval mines
-

Perbandingan Backfire C terhadap F-111, Tu-160 Blackjack dan Tu-95MS Bear H



Posisi Backfire C antara F-111 dan B-1B dalam ukuran dan kemampuan, dan dengan kemungkinan upgrade senjata masa mendatang akan memberikan kemampuan serupa



Bagan ini membandingkan strategis Backfire terhadap tanker didukung F-111.Tanpa F-111, jumlah F/A-18As atau JSFs secara efektif dua kali lipat, dan tuntutan tanker hampir dua kali lipat. Jika nomor yang berguna dozen tiba di wilayah tersebut, rencana saat ini untuk struktur gaya RAAF akan menghasilkan kemampuan RAAF strategis tidak relevan dalam pertempuran.





Perjalanan Backfire C

Sumber di Eropa Timur mengamati bahwa Angkatan Udara Rusia telah direncanakan untuk beberapa waktu untuk melengkapi C Backfire dengan kemampuan presisi senjata konvensional, meniru tren yang sedang dikejar dengan armada bomber AS berat. Tidak ada laporan belum bahwa hal ini terwujud, karena situasi berbahaya anggaran Rusia wajah. Dengan pengalaman dari desain kaca kokpit Su-27SKM Legend dan yang lebih baru Su-35BM paket, tidak akan ada masalah untuk desainer Rusia dalam perkuatan kokpit kaca.

Sangat tidak mungkin bahwa Rusia akan setuju untuk ekspor-Kh 55 / AS-15 Kent cruise rudal strategis atau Kh-15A/R/S / AS-16 bantingan atau SRAM-ski sebagai bagian dari paket ekspor, meskipun anti -kapal Kh-65 telah ditawarkan untuk ekspor. Telah diketahui bahwa PLA diperoleh sampel Kh-55SM melalui Ukraina awal dekade.

varian konvensional dari Kh-22 itu tampaknya ditawarkan ke India dan tidak akan hadir ada masalah besar untuk ekspor. Memang, sebagai PLA-AF dan PLA-N baik mengoperasikan varian dari Styx / Ulat yang menggunakan mesin roket terkait erat dan propelan yang sama, Kh-22 akan sangat mudah bagi Tentara Pembebasan Rakyat untuk mendukung dan beroperasi. Kita tidak perlu heran jika PLA memilih untuk lisensi membangun Kh-22 seperti yang seharusnya cepat diasimilasikan diberi infrastruktur untuk memproduksi C-601/611. KH-22 tetap merupakan senjata anti-pelayaran yang tangguh dan dengan bimbingan presisi, serangan senjata tanah sangat potensial.

Integrasi perangkat keras pemanfaatan £ 1000 KAB-500L dan £ 3.000 bom KAB-1500L laser Paveway-ski dipandu akan relatif sederhana, bagi-FAB 1500. Adaptasi putaran sembilan yang ada-250 rak FAB untuk membawa enam KAB-500 adalah layak. Sebuah laser polong thermal imaging penargetan seperti Sapsan-E bisa dilakukan secara eksternal, tetapi juga dikemas ke dalam bombsight ada fairing bawah dek penerbangan, memanfaatkan layar masih ada Senjata Officer untuk bombsight OBP-15T remote. Pengaturan terakhir menawarkan drag lebih rendah dan bidang lebih baik hal, tetapi akan memerlukan integrasi jendela tambahan infra-merah transmissive, menghasilkan kemasan mirip dengan EOTS JSF. Seperti pengaturan mungkin akan menarik karena ganda sebagai hari / malam pemandangan thermal imaging untuk menggantikan OBP-15T, dan dengan integrasi lebih lanjut melalui HUD dapat memberikan kemampuan penetrasi malam.

Clearance api-dan-lupa KAB-500/1500Kr GBU-8-ski akan menyajikan sedikit kesulitan, namun retargeting bertingkat akan memerlukan tambahan kabel ke sarung tangan dan stasiun masuk perut. The GBU KAB-1500TK-15-ski akan membutuhkan integrasi polong Tekon APK-9, sudah dibawa oleh Su-30MKK dan Su-27SKU.

GPS baru / Glonass dibantu inertially dipandu KAB-500-an-E 'JDAM-ski berdasarkan kit-500 KAB saat ini sedang terintegrasi pada Su-27SKM, Su-30MK dan Su-35BM, dengan KAB-E tahun 1500-an-integrasi sekarang direncanakan. Senjata-senjata ini akan memerlukan perangkat lunak dan kabel perubahan untuk mengintegrasikan, dan pada dasarnya akan meniru kemampuan JDAM pada pembom AS berat.

Tidak ada hambatan mendasar untuk mengintegrasikan senjata KAB keluarga di C Backfire, dan prospek perkembangan dana PLA wishlist tersebut sebelum mungkin akan sangat menarik bagi kas RuAF kekurangan. Dapat dikatakan ini mungkin telah menjadi motivasi di balik RuAF perwira senior secara terbuka menganjurkan ekspor Backfire ke Cina.

sumber India mengklaim bahwa integrasi dari seri Krypton Kh-31/AS-17, diadopsi oleh PLA-AF untuk Su-30MKK, merupakan prospek mungkin untuk direncanakan dan kemudian dibatalkan India Backfire sewa C. Sebagai senjata persediaan untuk PLA-AF, itu adalah perkembangan lain mungkin. klaim serupa juga dibuat untuk Kharpunski Kh-35U, dan juga bisa diintegrasikan untuk bersama-sama kereta pada peluncur yang cocok. Varian dari rak bom yang ada dilengkapi dengan tandem-58 peluncur AKU akan dengan mudah mengakomodasi baik Kh-31 dan Kh-35U dalam konfigurasi drag rendah.

Hal ini diharapkan bahwa PLA-AF akan berusaha untuk membawa ALCMs direncanakan pada C. Backfire Karena senjata ini serupa dalam ukuran dan berat seri FAB/KAB-1500, pengaturan kereta yang sama eksternal diharapkan. Sebagai senjata Cina akan memiliki persyaratan perangkat lunak yang unik, kemungkinan besar akan kemudian selain daripada sebelumnya untuk setiap pesawat yang diekspor.


PLA-AF sudah mengoperasikan L-005 Sorbtsiya berbentuk polong dan kemungkinan bahwa upgrade blok dari jammer SPS-171/172 akan dilakukan untuk membawa mereka ke konfigurasi yang sama. Hal ini akan memberikan kesamaan yang cukup besar dalam basis dukungan, dan dalam mode pemrograman jamming ke firmware tertanam.

Jika sistem penargetan laser dipasang, akan ada tekanan jangka kecil dekat untuk meng-upgrade sistem radar serangan. Keadaan saat pembangunan radar multimode Rusia yang terbaik dicontohkan oleh B004 Leninetz bertahap array di bek-34 Su, dan Tihkomirov NIIP BAR dan yang lebih baru E Irbis di Flankers Su-30MK/35BM, semua yang telah Ground / Maritim Pindah Indikator target dan Synthetic Aperture Radar kemampuan resolusi tinggi pemetaan. Sebuah upgrade blok sinyal PNA-D dan data prosesor vs penggantian dengan radar Su-30 derivatif akan menyajikan sebuah dilema yang menarik bagi para perencana PLA-AF. Volume radome stabil gimbal dan fleksibilitas yang cukup besar hadiah untuk retrofits. Dari pilihan yang tersedia, yang paling ambisius jelas akan melibatkan mengintegrasikan varian gimballed dari B004 di bek's.

Hal ini sangat jelas bahwa PLA-AF akan memiliki berbagai pilihan dalam blok upgrade avionik dan upgrade senjata untuk Backfire C











Catatan kaki:

KH-22 Burya merupakan kontemporer dari Avro Blue Steel Mk.1 merupakan saingan terberat Strike Vulcan RAF. Rudal Soviet itu Namun lebih besar, lebih cepat dan lebih lama , dan berkembang di berbagai peran dan misi tidak seperti rudal Inggris, terbatas pada serangan nuklir





Tu-22M3 Backfire C MAKS 2005
Tupolev Bureau Images








Semoga salah satu penawaran Rusia kepada RI TU 22 M3 Backfire, bakal menhidupkan macan tidur asia dgn pengaktifan kembali squadron pembom jarak jauh TNI AU

Sumber: APA/MAJU INDONESIAKU

No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK

BERITA POLULER

BACA JUGA: