Pages

Wednesday, July 3, 2024

Prancis Terang-Terangan Ingin Ciptakan Poros Baru di Indo-Pasifik Dengan Indonesia Untuk Lepaskan Diri dari Negara Adidaya

 


Sejauh ini Indonesia telah memantapkan diri sebagai pelanggan senjata buatan Prancis. Hal ini dibuktikan dengan pembelian besar-besaran Indonesia terhadap produk senjata buatan Prancis. Menurut Le Point, kontrak pertama pada 10 Februari di Jakarta, untuk pembelian 42 unit Rafale di lakukan. Namun di balik itu, menandakan hubungan yang semakin dekat antara Indonesia dan Prancis.

Menteri Angkatan Bersenjata, Florence Parly, meresmikan keberhasilan ekspor baru untuk Rafale dan produksi senjata Perancis. Untuk menguduskan hubungan strategis antara kedua negara, Presiden Indonesia Joko Widodo mengumumkan bahwa tiga perjanjian lainnya telah ditandatangani, namun kemajuannya belum sama.



Hal ini menyangkut penjualan dua kapal selam Scorpene dari Naval Group. Menurut situs Le Monde, bahkan menyebut Indonesia sebagai penakluk senjata buatan Prancis. Selain pembelian Rafale, Indonesia juga menandatangani pengiriman dua pesawat A400M. Setahun kemudian, pada tahun 2023, Thales menjual 13 radar pengawasan udara GM 400 yang canggih, sekali lagi, dengan transfer dan beberapa manufaktur lokal.

Hal ini menjadi sinyal positif bagi Prancis setelah penghentian kontrak dua belas kapal selam oleh Australia pada tahun 2021. Prancis tidak punya pilihan lain untuk menegaskan diri di Indo-Pasifik. Dengan Filipina yang menjadi target penjualan kapal selam, ada negara lain yang khawatir dengan kebangkitan Tiongkok.

Rusia telah lama menjadi nomor satu dalam daftar negara pesaing Amerika Serikat. Namun, invasi ke Ukraina Rusia kini tak menadapatkan tempat bagi Indonesia, kini Tiongkoklah yang menduduki tempat tersebut. Sayangnya Tiongkok merupakan salah satu negara adidaya yang dianggap ancaman oleh AS, sehingga Indonesia tak bisa berpihak sepenuhnya pada Tiongkok.

Sehingga menjadikan Prancis sebagai alternatif netral bagi Indonesia. Prancis bisa menjadi alternatif yang baik untuk mengatasi dilema negara-negara Asia Tenggara. Terutama karena masa lalu kita erat menghubungkan kita dengan Asia Tenggara.

Singkatnya, Indonesia, di luar dugaan, bisa menjadi aset baru dalam strategi Indo-Pasifik Perancis. Poros Paris-New Delhi-Jakarta yang baru akan mulai terlihat jelas dan akan memberikan hasil yang sama baik bagi Prancis maupun kawasan.

Jakarta adalah aset politik, ekonomi dan militer yang harus mendapat perhatian khusus dari Paris untuk mempertahankan posisi kekuasaannya di wilayah tersebut.

Selain itu, ibu kota Indonesia akan menjadi pemimpin ASEAN pada tahun 2023, yang memungkinkan Prancis untuk menyebarkan pengaruhnya di Asia Tenggara. Prancis pada akhirnya dapat menjadi jalan ketiga bagi Tiongkok dan Amerika Serikat untuk mendapatkan kembali tempat pilihan di zona tersebut.

zonajakarta

 

Tuesday, July 2, 2024

Tentara AS Tak Cuma Segan Sama Indonesia di Perang Kota RIMPAC 2024 Tapi Militansi Marinir TNI AL Berhasil Dapat Pengakuan Mereka

 


Korps Marinir TNI Angkatan Laut (TNI AL) yang tergabung dalam satgas Latma Multilateral Rim of The Pacific (Rimpac) 2024 Indonesia, melaksanakan latihan bersama dengan United States Marine Corps (USMC) yang merupakan salah satu unsur pelaksana dalam Latma Multilateral Rimpac 2024 di Hawaii Amerika Serikat (AS).

Dalam latihan bersama ini ada beberapa materi yang dilatihkan diantarannya latihan Patroli Hutan, MOUT (Militer Operation on Urbanized Terrain) atau perang kota, Pertempuran Jarak Dekat (PJD) yang bertempat di Marine Corps Training Area Bellows (MCTAB) Hawaii Amerika Serikat.

Padahal TNI AL mendapat target untuk melihat kekuatan militer asing dan menerapkannya di Indonesia, namun siapa sangka, bakat pasukan Marinir justru bikin kagum tentara Amerika.

Bahkan pasukan marinir Amerika Serikat mengakui militansi dan profesionalisme korps marinir TNI AL Indonesia dalam perang kota.

Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari unggahan akun Instagram @pasmar_2_korps_marinir pada 30 Juni 2024.

"Marinir TNI AL melaksanakan pertempuran kota dan berhasil melumpuhkan serta menguasai kota kecil di Hawaii yang sebelumnya dikuasai musuh, hal ini terungkap dalam Latihan Bersama Multilateral _Rim of The Pacific_(Rimpac) 2024 di Hawaii, Amerika Serikat, (29/06/2024).

Penyerangan tersebut merupakan scenario yang sudah disiapkan oleh official yang dilakukan oleh gabungan Marinir TNI AL dan United State Marine Corps (USMC) dalam Aplikasi lapangan _Military Operations in Urban Terrain_ (MOUT) atau pertempuran kota, bertampat di Marine Corps Training Area Bellows (MCTAB), Hawaii, Amerika Serikat.

Marinir TNI AL yang terdiri dari Satu Peleton yang dipimpin oleh Lettu Marinir Marchel Galih Angkoso menunjukan Militansi dan Profesionalisme dalam operasi MOUT.

Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari unggahan akun X @RimofthePacific pada 1 Juli 2024, latihan perang kota di RIMPAC 2024 ternyata tak cuma diikuti Marinir TNI AL Indonesia dan Amerika Serikat saja.

 


"Latihan dan Belajar Bersama”

Marinir Indonesia, Tonga, Chile, Sri Lanka dan Marinir Amerika berlatih taktik perang kota di #Hawaii selama #RIMPAC2024.

Memperkuat kekuatan kolektif kita dan mendorong Indo-Pasifik yang bebas.#Kemitraan Global #Kerja Tim," tulis akun X @RimofthePacific dalam bahasa Inggris.




Tentara AS Tak Cuma segan Sama Indonesia di Perang Kota RIMPAC 2024 Tapi Militansi Marinir TNI AL Berhasil Dapat Pengakuan

Komando Armada III Angkatan Laut Amerika Serikat dalam laman resminya menyebut Latma Rimpac 2024 diikuti 29 negara, yaitu AS, Indonesia, Australia, Belgia, Brazil, Brunei Darussalam, Kanada, Chile, Kolombia, Denmark, Ekuador, dan Perancis.

Kemudian ada Jerman, India, Italia, Jepang, Malaysia, Meksiko, Belanda, Selandia Baru, Peru, Korea Selatan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Tonga, Inggris, dan Israel.

Latihan itu melibatkan 40 kapal perang permukaan, tiga kapal selam, pasukan Marinir dari 14 negara, 150 pesawat, dan total 25.000 lebih prajurit.

Rimpac 2024 akan berlangsung di dan sekitar kepulauan Hawaii mulai 26 Juni hingga 2 Agustus dan diselenggarakan di bawah naungan kantor Komandan Armada Pasifik AS.

Hal ini mendapat apresiasi dan penilaian positif dari USMC yaitu Ltn Charles Winston selaku penanggung jawab atau pemateri pada materi MOUT ini.

Mayor Marinir Lukman Susanto, selaku Komandan Unsur Tugas Marinir Latma Multilateral Rimpac 2024, meninjau langsung pelaksanaan latihan serta menyampaikan rasa bangga atas dedikasi dan loyalitasnya prajurit dalam pelaksanaan latihan MOUT ini, pengalaman berharga ini akan menjadi bekal di satuan sebagai salah satu referensi pelaksaan operasi dan latihan dalam rangka meningkatkan kemampuan, militansi dan profesionalisme prajurit Korps Marinir TNI AL," jelas Pasmar 2 Korps Marinir lewat akun Instagramnya.


sumber zona jakarta

 

 

Monday, July 1, 2024

Point-Point Kebijakan Pertahan Indonesia


Pertahanan negara ke luar bersifat defensif aktif, tidak agresif dan tidak ekspansif sejauh kepentingan nasional tidak terancam, Indonesia tidak terikat atau ikut serta dalam suatu pakta pertahanan dengan negara lain.



Penyelenggaraan industri pertahanan bertujuan mewujudkan kemandirian pemenuhan alat peralatan pertahanan dan keamanan.


Program MEF tidak bermaksud memperbesar kekuatan pertahanan, tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan memodernisasi kekuatan pertahanan menjadi lebih efektif dalam melaksanakan tugas-tugas militer, termasuk tugas dalam misi perdamaian





Prancis Juluki Indonesia Raksasa Tak Terlihat Karena Satukan Negara Besar Seperti China Sampai India

 


Indonesia punya politik luar negeri Bebas Aktif. Bebas Aktif berarti Indonesia mau berkawan dengan negara manapun di dunia.  Bahkan saat ini Indonesia menjalin hubungan diplomatik dengan Korea Utara yang sebagian besar negara di dunia membenci keberadaan Pyongyang.

Indonesia juga menjalin pertemanan dengan Iran, Yaman, China hingga Suriah yang tengah dihajar habis-habisan oleh sanksi Barat. Uniknya Indonesia juga menjalin hubungan erat dengan AS, Inggris, Australia, Spanyol dan Prancis. Oleh bangsa Barat, peran Indonesia dianggap penting. AS menilai Indonesia sebagai penyeimbang stabilitas Asia Tenggara bahkan Indo Pasifik. Di tengah ketegangan gegara klaim Nine Dash Line China, peran Indonesia dibutuhkan AS.

"Dengan semakin pentingnya peran Indonesia dalam urusan regional dan global, pemahaman yang jelas tentang kebijakan AS membantu mendorong kolaborasi dan memerangi misinformasi. Amerika Serikat mengupayakan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, yang terhubung, sejahtera, aman, dan tangguh, di mana pemerintah dapat membuat pilihan mereka sendiri dan wilayah bersama diatur secara sah," jelas Kedutaan Besar AS di Indonesia. AS melandasi hubungan diplomatiknya dengan Indonesia di bidang pertahanan dan keamanan. Di bidang pertahanan, AS ingin turut serta memperkuat pertahanan Indonesia. Salah satunya dengan penjualan F-15 Eagle II.

Departemen Luar Negeri AS memutukan untuk menyetujui penjualan F-15 ke Indonesia. "Departemen Luar Negeri telah mengambil keputusan untuk menyetujui kemungkinan Penjualan Pesawat F-15ID dan peralatan terkait kepada Pemerintah Indonesia dengan perkiraan biaya sebesar $13,9 miliar. Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan menyampaikan sertifikasi yang diperlukan dan memberi tahu Kongres tentang kemungkinan penjualan," jelas DSCA pada 10 Februari 2022. Sebelumnya pemerintah Indonesia ingin membeli 36 unit F-15 Eagle II. Juga request berbagai kelengkapan di F-15. Diantaranya radar AESA hingga helm JHMCS.



"Pemerintah Indonesia telah meminta untuk membeli hingga tiga puluh enam (36) pesawat F-15ID; delapan puluh tujuh (87) mesin F110-GE-129 atau F100-PW-229 (72 terpasang, 15 cadangan)," jelasnya. Saat ini Indonesia memutuskan membeli 24 unit F-15 Eagle II. Dua skadron bisa dibentuk oleh Indonesia bila komposisinya 12+12. F-15 Eagle II lebih baik ketimbang Su-35 dari segi apa pun. Penjualan F-15 Eagle II sesuai dengan tujuan AS dan meningkatkan kemampuan pertahanan Indonesia.

"Penjualan yang diusulkan ini akan meningkatkan kemampuan Indonesia dalam menghadapi ancaman saat ini dan masa depan dengan memungkinkan Indonesia meningkatkan cakupan pencegahan dan pertahanan udara di wilayah udara dan maritim yang sangat kompleks.

Indonesia tidak akan kesulitan menyerap pesawat dan peralatan tersebut ke dalam angkatan bersenjatanya," jelasnya. Bahkan media Prancis, Revue Conflits menyebut Indonesia sebagai raksasa yang tak terlihat. "Indonesia: raksasa yang tak terlihat," jelas judul artikel dari Revue Conflits pada 21 Agustus 2023.




CEO Naval Group segera bantu industri pertahanan Indonesia persiapkan diri hadapi pertempuran laut masa depan CEO Naval Group segera bantu industri pertahanan Indonesia persiapkan diri hadapi pertempuran laut masa depan Menurut media berbahasa Prancis itu Indonesia bisa menyatukan negara-negara kuat di dunia dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung sehingga dijuluki raksasa tak terlihat.

"Bersama India, negara ini menjadi pemimpin Gerakan Non-Blok; konferensi Bandung (1955) mempertemukan para founding fathers seperti Nehru, Nasser, Tito, Zhou Enlai dan N'Krumah bersama Soekarno, nilah masa kejayaannya," jelasnya. Indonesia menjadi negara yang sebetulnya diperhitungkan di kancah dunia.

zoanajakarta

 

 

 

 

Sunday, June 30, 2024

Media Korsel Bocorkan Tiga Versi Terbaru KF-21 Boramae, Intip Spesifikasinya yang Makin Canggih

 


Korea Selatan tak hentinya mengembangkan pesawat tempur KF-21 Boramae menjadi versi terbaru.

Salah satu media Korea Selatan mengabarkan upaya Korea Aerospace Industries (KAI) yang tengah mengerjakan tiga versi baru dari KF-21 Boramae.

Dilansir dari Biz.HanKook via Top War, modifikasi KF-21 Boramae versi baru tersebut bakal berupa pesawat peperangan elektronik, pesawat tempur dengan kemmapuan yang ditingkatkan, dan versi ekspor.



Pengembangan tersebut saat ini didanai sendiri oleh KAI. Versi pertama yakni KF-21EA (Electronic Attack) dikatakan harus menjadi analog dari EA-18G Growler yang diproduksi untuk Angkatan Laut Amerika Serikat.



KF-21EA diasumsikan akan dibangun berdasarkan modifikasi dua kursi dari KF-21B, dengan awak kdua adalah operator sistem elektronik.

Rencananya, KF-21EA akan membawa tiga kontainer peperangan elektronik, di tiang depan dan di sling di bawah sayap, dan dua kontainer peperangan elektronik di ujung sayap.



KF-21EA akan dipersenjatai dengan rudal yang mirip dengan anti radar AARGM-ER.

Versi kedua ialah KF-21EX mewakili evolusi radikal dari KF-21 Boramae menuju pesawat generasi kelima, yang sebelumnya iterasi ini disebut KF-21 Block 3.



Hal ini harus dicapai terutama dengan melengkapi pesawat dengan ruang senjata yang mampu menampung 4 rudal peluncuran udara jarak jauh Meteor atau 8 rudal udara-ke-permukaan.

Direncanakan juga untuk memasang radar dengan AFAR dan sistem pertahanan udara baru, serta memperluas kemampuan yang berpusat pada jaringan.



KF-21EX akan menjadi bagian dari sistem tempur NACS (Next Air Combat System) yang sedang dikembangkan oleh KAI, yang melibatkan integrasi pesawat tempur berawak, UAV serang, dan satelit.

Ini merupakan program jangka panjang yang dijadwalkan selesai pada tahun 2039. Pengembangan KF-21EX sendiri diharapkan selesai pada tahun 2036.



Kemudian versi ketiga ada versi ekspor KF-21SA yang memiliki arsitektur paling terbuka agar dapat memberikan peluang luas untuk mengintegrasikan berbagai sistem elektronik dan senjata ke dalam pesawat tempur atas permintaan pelanggan potensial.

Sementara itu diketahui beberapa waktu lalu bahwa KAI telah mengumumkan produksi gelombang pertama 20 unit KF-21 Boramae.

 


 

KF-21 Boramae telah dijadwalkan akan beroperasi untuk Angkatan Udara Korea Selatan (ROKAF) pada tahun 2026.

Dilansir dari Defence Security Asia, kontrak senilai 1,41 miliar dolar untuk produksi KF-21 Boramae Block 10 ini telah ditandatangani antara KAI dan Defense Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan.

"Berdasarkan perjanjian ini, KAI akan memproduksi 20 unit jet tempur, beserta penyediaan dukungan logistik, manual teknis, dan pelatihan. Pesawat-pesawat ini akan beroperasi untuk ROKAF pada akhir tahun 2026," menurut laporan dari media Korea Selatan.



Media juga mengabarkan bahwa program pengembangan pesawat tempur KF-21 Boramae saat ini dilaporkan telah selesai 80 persen.

KAI telah membidik beberapa negara sebagai calon pelanggan KF-21 Boramae. Terutama yang sudah menggunakan pesawat tempur ringan FA-50/T-50 seperti Thailand, Filipina, Irak, Polandia, dan Malaysia.

Dengan perkiraan harga satuan sebesar 65 juta dollar, seperti yang dilaporkan oleh media pertahanan internasional, KF-21 Boramae (kemungkinan Block 1) dibanderol lebih rendah dibandingkan dengan pesawat tempur generasi 4,5 lainnya seperti Rafale dan Eurofighter Typhoon. (ZJ)





sumber zonajakarta

 

 

 

 

HISTORI : TURKI, INDONESIA KEMBANGKAN TEKNOLOGI PESAWAT F-16

 


HISTORI

Pemerintah Indonesia dan Turki sepakat melakukan kerjasama bilateral di bidang industri pertahanan. Di antaranya, Indonesia melalui PT Dirgantara Indonesia (DI) akan membantu memodifikasi pesawat terbang Turki untuk keperluan patroli maritim.

Selain itu, Indonesia juga menjajaki untuk bisa mendapatkan perangkat komponen pesawat tempur jenis F16, Hercules dan keperluan pertahanan lainnya. Nota kerjasama ini dilakukan sebagai rangkaian kerja dalam kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Turki pada 27-28 Juni.

"Indonesia akan membantu memodifikasi pesawat sejenis CN235 milik Turki untuk dijadikan pesawat patroli maritim. Ini patut kita banggakan karena industri pesawat terbang kita mendapat pengakuan dari negara seperti Turki," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Ankara, Turki, Senin malam waktu setempat (28/6).

Bagi Indonesia, tambah Purnomo, kerjasama ini tergolong penting mengingat Turki merupakan negara anggota pakta pertahanan atlantik utara (NATO) yang memiliki persenjataan yang cukup maju. Teknologi industri pertahanan negara yang juga anggota G20 ini termasuk yang terbaik di dunia, mengingat persenjataan yang dimiliki Turki masuh dalam nomor dua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat.

Selain membantu memodifikasi pesawat patroli maritim, Indonesia juga menjajaki bisa mendapatkan komponen atau suku cadang untuk pesawat tempur F16 yang selama ini masih tergantung dari produsen asal pesawat tersebut, yaitu Amerika Serikat. "Turki sudah bisa membuat F16, bahkan pesawat tempur terbaru F35. Ini harus kita manfaatkan agar kita bisa mendapat kemudahan untuk mendapat komponen pesawat. Selama ini, komponen pesawat F16 kita tergantung AS, dan kalau diboikot pasti kita akan kesulitan merawat dan memperbaiki pesawat F16 milik kita," kata Purnomo yang juga baru mengunjungi pasukan perdamaian Indonesia yang berada di Libanon.

Menurutnya, bukan tanpa alasan jika Turki memiliki industri pertahanan yang sangat maju mengingat letak Turki yang strategis berbatasan dengan negara-negara Asia dan Eropa. "Karena posisi yang diapit banyak negara dan berpotensi konflik di perbatasan, maka Turki mengembangkan industri pertahanannya dengan sangat maju," kata mantan menteri enetrgi dan sumber daya mineral ini.


indonesiadefense.blogspot.com


3 Hal Ini Bikin India Lolos dari Jeratan CAATSA Meski Beli S-400 Buatan Rusia

 


Sebagai salah satu pengguna sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia, India seolah tak ingin puas hanya menjadi konsumen.

India bahkan berniat untuk mengajukan kerja sama dengan Rusia agar bisa memproduksi S-400 di negeri sendiri.

Terlepas dari itu semua, ada beberapa hal yang membuat India sebagai pengguna S-400 berhasil lolos dari jeratan sanksi The Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) yang dibuat Amerika Serikat.

Berikut tiga hal yang membuat India lolos dari CAATSA meski membeli S-400 dari Rusia:

1. Penerapan CAATSA yang Tidak Konsisten

Dari laman Bulgarian Military melalui artikel berjudul "India inching closer to production and service of S-400 (SA-21)" yang terbit pada Sabtu, 29 Juni 2024, rencana pembelian S-400 oleh India sempat mendapat pertentangan dari Amerika Serikat. Washington bahkan sempat mengancam New Delhi dengan sanksi serupa yang juga dialami Turki.

Ketika Ankara membeli sistem pertahanan udara tersebut, mereka langsung dicoret dari proyek F-35 meski pada akhirnya embargo itu dicabut.

Akan tetapi faktanya, sampai sekarang Negeri Anak Benua itu belum menerima sanksi serupa dengan negara lain yang membeli produk alutsista Moskow.

Dengan alasan serupa, Indonesia masih ragu-ragu untuk membeli jet tempur buatan Su-35 dari Rusia karena di sisi lain masih membutuhkan produk alutsista dari Amerika Serikat. Meski demikian, ada beberapa metode yang membuat sebuah negara lolos dari sanksi CAATSA meski membeli persenjataan dari musuh Negeri Paman Sam.

Menurut artikel yang dimuat laman ORF Online pada 25 Februari 2021 dengan judul "India’s Purchase of the S-400: Understanding the CAATSA Conundrum", sanksi CAATSA semata-mata hanya digunakan untuk membendung hegemoni Rusia dan sekutunya namun tidak dengan negara mitranya.

2. Kepentingan Amerika Serikat di Asia Selatan

Amerika Serikat rupanya juga memiliki kepentingan di Asia Selatan sehingga tidak bisa serta-merta menjatuhkan sanksi kepada India.

Pasalnya mereka sedang bersitegang dengan China sebagai salah satu negara super power dunia. Washington merupakan bekingan India, sementara Pakistan didukung penuh oleh Beijing.

Melansir laman asiapacific.ca dalam artikel berjudul "Balancing Tides: India’s Competition with China for Dominance of the Indian Ocean Region" yang terbit pada 24 April 2024, New Delhi melakukan reorientasi strategis dalam percaturan geopolitiknya demi melindungi kawasan Samudera Hindia yang merupakan haknya.

 

Sehingga salah satu langkahnya tidak hanya sebatas mengamankan wilayah perairan negaranya dari ancaman negara tetangga yang dibekingi Negeri Tirai Bambu, namun juga mengelabui regulasi CAATSA dengan syarat selama itu menguntungkan kepentingan Negeri Paman Sam.

Sikap resistensi India dengan China inilah yang membuat Amerika Serikat membiarkan pembelian S-400 maupun kerja sama pengadaan alutsista dengan Rusia tetap terjadi.

3. Benefit yang Ditakuti Pakistan

Faktor teknis menjadi pertimbangan kuat bagi India sehingga tidak ada alasan untuk menolak tawaran pembelian S-400 dari Rusia.

Bulgarian Military dalam artikelnya yang berjudul "India inching closer to production and service of S-400 (SA-21)" menyampaikan bahwa akuisisi sistem pertahanan udara tersebut juga disertai dengan benefit berupa transfer teknologi hingga perakitan spare part di dalam negeri.

Bahkan ada ide untuk mengajukan kerja sama dengan Moskow agar unit S-400 bisa diproduksi di New Delhi. Ide tersebut muncul lantaran pemerintah setempat mempertanyakan keterlambatan pengiriman spare part dari negara pimpinan Presiden Vladmir Putin itu pada tahun 2023.

Dengan diberikannya lisensi untuk memproduksi S-400 beserta spare part pendukungnya di negeri sendiri, India tidak hanya akan memperoleh skill tambahan yang menjadi pijakan agar lebih mandiri dalam hal produksi alutsista.

Lebih dari itu, mereka bisa menggunakannya sewaktu-waktu jika Pakistan yang mendapat dukungan kuat dari China mencoba menebar ancaman melalui jalur udara.


ZONAJAKARTA

 

BERITA POLULER