Progres proyek jet tempur
generasi 4,5 KF-21 Boramae satu per satu mulai menunjukkan kemajuannya. Baru-baru ini Korea Selatan telah
mengonfirmasi bahwa proses produksi KF-21 Boramae sudah resmi dimulai. Untuk
tahap awal, produksi dimulai sebanyak 20 unit KF-21 Boramae terlebih dahulu.
Dari laman Defence Security Asia
pada Jumat, 28 Juni 2024 dalam artikel berjudul "South Korea Begins
Production of First Batch of 20 KF-21 “Boramae” Fighter Jets", kepastian
mengenai produksi 20 unit pertama KF-21 Boramae dikonfirmasi secara langsung
oleh Korea Aerospace Industries (KAI) selaku pabrikan.
Ini merupakan tindak lanjut atas
kontrak penjualan yang disepakati KAI dengan Defense Acquisition Program
Administration (DAPA), sebuah lembaga yang berwenang mengurus transaksi jual
beli alutsista Korea Selatan senilai 1,41 miliar dolar AS. Nantinya 20 unit
pesawat ini akan digunakan untuk kebutuhan operasional Angkatan Udara Republik
Korea (ROKAF) pada tahun 2026 mendatang.
KAI nantinya tidak hanya menyuplai unit jet tempur semata.
Pabrikan juga turut memberikan
benefit lainnya berupa dukungan logistik, manual teknis, hingga pelatihan
pilot. Sehingga penggunaannya oleh ROKAF nantinya benar-benar maksimal sesuai
ekspektasi.
Menurut informasi dari laman
koreaaero.com, KF-21 Boramae sangat diperlukan Korea Selatan lantaran usia jet
tempur lawas F-4 dan F-5 yang diimpor dari Amerika Serikat sudah semakin uzur. Kedua pesawat itu akan dipensiunkan paling
lambat tahun 2032 mendatang. Sehingga
proses produksi KF-21 Boramae harus dipercepat meski terdapat sejumlah kendala
di sana-sini.
Semula rencana produksi KF-21
Boramae batch pertama untuk ROKAF yang dilaksanakan pada tahun ini berjumlah 40
unit. Dalam perkembangannya, jumlah tersebut dikurangi menjadi 20 unit karena
satu dan lain hal. Meski demikian, kerja
sama yang solid dengan para stakeholder menjadi kunci yang mampu membawa
progres proyek tersebut mencapai tahapan ini.
"Berdasarkan perjanjian ini,
KAI akan memproduksi 20 unit jet tempur, serta memberikan dukungan logistik,
manual teknis, dan pelatihan. Pesawat ini akan beroperasi untuk ROKAF pada
akhir tahun 2026," ujar Presiden KAI Kang Goo Young dalam keterangan
persnya.
Selain itu, KAI juga
mengonfirmasi bahwa kerja sama dengan Hanwha Systems juga telah diteken sebagai
supplier untuk komponen radar active electronically scanned array (AESA).
Ini membuktikan bahwa Korea
Selatan tidak hanya sanggup berdikari dalam produksi jet tempur namun juga
komponen penunjangnya. Bahkan
kemandirian Negeri Ginseng berpotensi besar menciptakan daya tarik tersendiri
di mata dunia.
Baru-baru ini, sempat beredar
kabar mengenai adanya penjualan dokumen teknologi KF-21 Boramae secara ilegal
oleh segelintir oknum melalui saluran Telegram.
Melansir laman Eurasian Times
dalam artikel berjudul "US allegedly pilfered sensitive KF-21 data to
bolster F-35 sales" yang terbit pada Rabu, 26 Juni 2024, saluran penjualan
secara online tersebut diketahui beroperasi sejak Agustus 2023 lalu.
Hingga saat ini identitas pelaku masih terus diburu oleh aparat berwenang. Jika pelaku terbukti bersalah, Korea Selatan akan menjeratnya dengan ancaman pidana penjara maksimal sepuluh tahun atau denda senilai 1 miliar won. Sebelumnya pada Februari 2024, Seoul juga dirundung masalah lantaran adanya dugaan pencurian data penting KF-21 Boramae yang menyeret nama dua orang insinyur asal Indonesia. Situasi bahkan semakin runyam lantaran DAPA mengetahui bahwa Indonesia belum menyelesaikan sepenuhnya kewajiban pembayaran dari proyek pesawat ini. Beruntungnya negeri ini masih diberi kesempatan hingga 2026 untuk melunasi pembayaran bahkan diberikan diskon atas utang yang belum terbayar.
Sumber Zonajakarta