Berbagai laporan terbaru mengungkapkan bahwa AS dan rezim Zionis akan menggelar manuver militer besar-besaran. Deputi Menlu untuk Urusan Politik-Militer AS, Andrew Shapiro mengatakan Washington dan Tel Aviv sedang mempersiapkan sebuah manuver militer bersama terbesar tanpa menyebutkan rincian tentang waktu dan lokasi latihan perang itu.
Ditegaskannya, lebih dari 5.000 pasukan AS dan Israel akan mengambil bagian dalam latihan perang tersebut. Latihan perang bersama ini sekaligus dilakukan untuk menguji sistem rudal balistik Israel. Para pengamat menilai manuver militer itu sebagai bagian dari kampanye untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Haaretz melaporkan bahwa Shapiro juga menegaskan bahwa pemerintahan Presiden AS Barack Obama akan memperpanjang dukungan tanpa syarat bagi rezim Israel. Deputi Menlu untuk Urusan Politik-Militer AS itu menyatakan bahwa Washington akan memperpanjang kontrak bantuan untuk Israel selama 10 tahun mendatang.
Amerika Serikat menggelontorkan miliaran dolar setiap tahunnya bagi Israel dalam bentuk paket bantuan militer dan ekonomi sejak rezim agressor itu berdiri pada tahun 1948. Saat ini, setiap tahunnya AS mengucurkan dana sebesar $3 miliar yang dirogoh dari kantong para pembayar pajak Amerika untuk rezim Tel Aviv sebagai bagian dari paket bantuan luar negeri AS. Pada saat yang sama kondisi dalam negeri AS diguncang krisis ekonomi yang semakin akut.
Sontak dukungan membabi-buta Washington terhadap Tel Aviv memicu kemarahan warga AS. Gelombang kebencian terhadap Zionis di Negeri Paman Sam itu kian hari semakin meningkat.
Dalam aksi protes menentang kapitalisme di Wall Street, warga AS meneriakan slogan anti Kapitalisme dan Zionis yang dibarengi dengan aksi pembakaran bendera Israel. Lebih dari itu, mereka juga melakukan pendudukan sementara terhadap gedung konsulat Israel di Boston. Fenomena ini membuktikan kian terkucilnya Israel di mata rakyat AS dan dunia. Kini warga AS menyadari mereka tidak boleh membayar biaya kejahatan yang dilakukan rezim Zionis.
Sejatinya, kegagalan AS di Irak dan Afghanistan seharusnya menjadi pelajaran bagi Washington untuk mengakhiri kebijakan haus perang mereka di kawasan. Tampaknya, dukungan pemerintah Gedung Putih terhadap rezim Zionis hanya akan memperparah anjloknya popularitas mereka di tengah warganya sendiri dan meningkatnya antipati publik dunia.
Kini, latihan perang terbaru yang akan digelar AS dan Israel justru akan menjadi sebuah aksi yang semakin menyudutkan posisi mereka di dunia. Di saat Israel semakin kewalahan menghadapi gelombang dukungan terhadap berdirinya negara merdeka Palestina, manuver militer dan sepak terjang haus perang lainnya hanya akan mempercepat kehancuran rezim agresor itu, dan menyeret AS di pusaran krisis yang semakin dalam.(IRIBIndonesia/PH)
Ditegaskannya, lebih dari 5.000 pasukan AS dan Israel akan mengambil bagian dalam latihan perang tersebut. Latihan perang bersama ini sekaligus dilakukan untuk menguji sistem rudal balistik Israel. Para pengamat menilai manuver militer itu sebagai bagian dari kampanye untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Haaretz melaporkan bahwa Shapiro juga menegaskan bahwa pemerintahan Presiden AS Barack Obama akan memperpanjang dukungan tanpa syarat bagi rezim Israel. Deputi Menlu untuk Urusan Politik-Militer AS itu menyatakan bahwa Washington akan memperpanjang kontrak bantuan untuk Israel selama 10 tahun mendatang.
Amerika Serikat menggelontorkan miliaran dolar setiap tahunnya bagi Israel dalam bentuk paket bantuan militer dan ekonomi sejak rezim agressor itu berdiri pada tahun 1948. Saat ini, setiap tahunnya AS mengucurkan dana sebesar $3 miliar yang dirogoh dari kantong para pembayar pajak Amerika untuk rezim Tel Aviv sebagai bagian dari paket bantuan luar negeri AS. Pada saat yang sama kondisi dalam negeri AS diguncang krisis ekonomi yang semakin akut.
Sontak dukungan membabi-buta Washington terhadap Tel Aviv memicu kemarahan warga AS. Gelombang kebencian terhadap Zionis di Negeri Paman Sam itu kian hari semakin meningkat.
Dalam aksi protes menentang kapitalisme di Wall Street, warga AS meneriakan slogan anti Kapitalisme dan Zionis yang dibarengi dengan aksi pembakaran bendera Israel. Lebih dari itu, mereka juga melakukan pendudukan sementara terhadap gedung konsulat Israel di Boston. Fenomena ini membuktikan kian terkucilnya Israel di mata rakyat AS dan dunia. Kini warga AS menyadari mereka tidak boleh membayar biaya kejahatan yang dilakukan rezim Zionis.
Sejatinya, kegagalan AS di Irak dan Afghanistan seharusnya menjadi pelajaran bagi Washington untuk mengakhiri kebijakan haus perang mereka di kawasan. Tampaknya, dukungan pemerintah Gedung Putih terhadap rezim Zionis hanya akan memperparah anjloknya popularitas mereka di tengah warganya sendiri dan meningkatnya antipati publik dunia.
Kini, latihan perang terbaru yang akan digelar AS dan Israel justru akan menjadi sebuah aksi yang semakin menyudutkan posisi mereka di dunia. Di saat Israel semakin kewalahan menghadapi gelombang dukungan terhadap berdirinya negara merdeka Palestina, manuver militer dan sepak terjang haus perang lainnya hanya akan mempercepat kehancuran rezim agresor itu, dan menyeret AS di pusaran krisis yang semakin dalam.(IRIBIndonesia/PH)
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK