Pages

Monday, January 30, 2012

Leopard Diambang Pintu




Heboh tentang Main Battle Tank yang bernama Leopard benar-benar menjadi headline seluruh media Indonesia selama dua pekan ini, baik media cetak, layar TV maupun media online.  Berbagai talkshow digelar di layar kaca, berbagai komentar dipajang di media cetak dan online, berbagai pengamat dan “pengamat” tiba-tiba jadi pada pintar menggurui seakan-akan dia lebih tahu dari user. Kalau mau diranking dalam proses pengadaan alutsista TNI maka rencana pengadaan 100 MBT ini menduduki ranking pertama The Hit of Alutsista mengalahkan lagu jazz “hibah F16” dan lagu dangdut “kapal selam ecek-ecek” beberapa waktu yang lalu.

Seperti sudah diprediksi oleh majalah Tempo, hiruk pikuk MBT kelas berat ini dipicu oleh pola beli yang dianut Mabes TNI dan Kemhan yang membuat makelar alutsista keki hati lalu melakukan gerakan klandestein.  Kasad pernah bilang bahwa pola beli MBT Leopard adalah G to G (antar pemerintah) bukan B to B  (bahasa goodnya, business to business tapi sering diartikan broker to broker).  Nah ini yang membuat suasana pasar alutsista berjenis kelamin MBT menjadi hingar bingar karena preman pasarnya mau diusir sama “Satpol PP” alias tidak dilibatkan karena mengakibatkan high cost.
Sang Leopard yang memikat
Celakanya “pengamat” dadakan dan pengamat yang “itu-itu juga” yang ngomong di beberapa media terpancing untuk ikut-ikutan ngomong sambil numpang populer bahwa  MBT Leopard tidak cocok dengan kontur tanah RI, MBT Leopard tidak cocok dengan iklim hutan, MBT Leopard  tidak cocok dengan beban jalan raya.  Lalu puncak pertarungan final “Copa Del Leopard” itu digelar secara resmi di ruang Komisi I DPR tanggal 24 Januari 2011.  Kesimpulannya Pemerintah dan DPR sepakat dengan pengadaan MBT, walau tidak harus Leopard.  Lalu bagaimana dengan alasan-alasan yang dikemukakan itu, yang tidak cocoklah, yang terlalu beratlah dan sebagainya.  Artinya gerilya yang dilakukan broker alutsista sejatinya hendak mementahkan Leopard lalu bisa jadi digantikan dengan MBT jenis lain atau setidaknya hendak memperlambat laju pengadaan MBT Leopard sembari perlahan memasuki  inner cyrcle, syukur-syukur jadi B to B atau G to B, sini pemerintah sono broker.

Sebagai anak negeri yang mendambakan pertumbuhan kekuatan alutsista TNI yang gahar kita merasa miris dengan perilaku sebagian anggota parlemen dan pengamat amatiran yang kelihatannya bersuara jernih dari hati sanubari yang bening tetapi ternyata menyimpan dan berselingkuh dengan pesan dari hati yang lain. Sarkasnya, bukan membela yang benar tetapi membela yang bayar.  Retorika bicaranya memberi keyakinan pada khalayak seperti sebuah firman atau sabda yang paling benar, mimik wajah mirip pemain sinetron mak lampir. Benar-benar sempurna aktingnya.  Lalu ketika sampai di rumah jam 23.00 sembari melepas jas dan dasi di kamar tidur, lalu bercermin di kaca wastafel sambil bergumam : kutipu kau. Tak tahu kita maksud kalimat itu, dia menipu hatinya atau dia menipu semua orang.  Tapi hati kan tak bisa ditipu, berarti dia menipu diri sendiri.

Pengadaan alutsista  TNI adalah sebuah proyek mega pangkat mega.  Nilai sebuah arsenal gentar dan strategis seperti 3 kapal selam Korsel itu saja mencapai US$ 1,08 Milyar. Nilai anggaran pengadaan alustsista yang sudah disepakati antara Pemerintah dan DPR untuk tahun 2010-2014 berjumlah 150 trilyun rupiah.  Dari jumlah itu belum semua terpakai, artiya masih banyak jenis dan jumlah alutsista yang akan dibeli atau diadakan TNI segala matra.  Maka bisa dibayangkan betapa seksinya Kemhan dan TNI dilirik dan dirayu produsen alutsista. Yang paling dominan berperan tentu ya makelar alutsista dengan tampilan raut wajah bisa jadi seperti malaikat tapi suatu saat bisa jadi mirip gendoruwo.

Kita berkeyakinan bahwa MBT Leopard akan tetap menjadi pilihan TNI AD karena sesungguhnya kesejatian dan jati diri sebuah MBT adalah Leopard.  Dibanding-banding dengan rekan seperingkatnya seperti Abrams, Merkava dan T90, Leopard adalah yang terbaik.  Namun yang terpenting dari semua itu adalah nilai jual yang ditawarkan Belanda lebih murah, barangnya sudah ada, negara penjualnya lagi butuh uang.  Ini namanya merespons iklan baris yang membold kata  bu jlcpt (butuh uang jual cepat).  Leopard itu sudah dikaji jauh-jauh hari oleh TNI AD, dan dialah yang terbaik.  Tetapi waktu itu duitnya belum ada, jadi disimpan dulu di lemari arsip sembari berdoa, semoga dilimpahkan rezeki yang halal dari rakyat Indonesia untuk beli si Leopard.  

Nah baru Nopember 2011 ada lampu hijau penggunaan anggaran, jumlahnya 14 trilyun untuk TNI AD, lalu lemari arsip tadi dibuka kembali.  Sang Komandan bilang dengan wajah cerah, doa kita dikabulkan.  Ya iyalah wong sejak negara ini merdeka sampai today kok belum punya MBT ya kebangetan amat.  Sekadar catatan jumlah 14 trilyun itu bukan hanya untuk beli MBT tapi masih ada jenis alutsista lain yang termasuk daftar belanjaan TNI AD.  Lalu gerak cepat dilakukan karena ada negara pemakai mau jual Leopard, dipilih-dipilih katanya, barang sudah ada, masih baru jarang dipakai.  Begitu sapa si penjual.

Hasil final Copa del Leopard itu tentu memberikan harapan baru bahwa  kata kuncinya adalah semua sepakat dengan MBT.  Langkah ke depan ini tentu adalah membangun komunikasi dan saling pengertian dengan DPR.  Ini yang terpenting agar keinginan user bisa dipahami dan memahami bahwa Leopard yang terbaik.  Dulu ketika terjadi jalan buntu tentang pengadaan F16 antara yang baru dan second, yang dilakukan adalah membangun komunikasi efektif, informal, setara, dan rasional antara Pemerintah/Kemhan dan DPR Komisi I untuk menyamakan persepsi dan akhirnya disetujui pengadaan 30 F16 yang disetarakan dengan blok 52.

Dengan begitu ruang untuk berdiskusi secara lebih luas dan lapang dikedepankan, tak juga harus dirilis media, biarlah semua berjalan dengan porsinya untuk menuju sebuah titik temu. Dengan begitu jua sang MBT yang digadang-gadang dan sudah di ambang pintu bisa hadir lebih rileks, bisa masuk ke ruang darat teritori NKRI, bisa ditempatkan di border bilamana diperlukan.  Judul tulisan ini pun sejatinya adalah kalimat doa agar sang Leopard yang sudah diambang pintu tidak lagi dihalangi dengan sejuta argumen emosional maju tak gentar membela yang bayar.  Dengan begitu mari kita satukan tekad dalam waktu dekat sang leopard sudah mendekat karena kita memang terpikat.
********

Kebutuhan TNI soal alutsista harus didukung

Senin, 30 Januari 2012 17:53 WIB


F-16 block 32 (photo : Defencetalk)
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas mengatakan kebutuhan TNI terkait perbaruan alat utama sistem persenjataan (alutsista) harus didukung penuh.


"Intinya kita mendukung percepatan pemenuhan kebutuhan alutsista sesuai sesuai dengan anggaran yang telah disepakati bersama," kata Ibas usai rapat kerja Komisi I DPR RI dengan Menhan, Menkeu, Ketua Bapenas dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin.

Ibas menambahkan, TNI sebaiknya memprioritaskan menggandeng industri strategis dalam negeri terlebih dahulu selama dapat memenuhi standarisasi pertahanan dalam negeri.

"Jika memang industri strategis kita siap, tentunya kita prioritaskan untuk membeli alutsista dalam negeri, namun bila industri pertahanan kita belum siap dengan teknologi, sebaiknya kita sesuaikan dengan mengadopsi teknologi luar negeri dengan catatan ke depan kita memperoleh keuntungan dengan adanya transfer of technology (ToT) lewat pembelian alutsista tersebut," kata Sekjen Partai Demokrat itu.

Namun demikian Ibas mengingatkan, ada tiga faktor penting yang harus dipertimbangan dalam pemenuhan kebutuhan alutsista TNI.

Pertama, ujarnya, harus memperhatikan kebutuhan masing-masing matra TNI yang disesusaikan dengan
Blue Book Minimum esensial Force (MEF), tentunya dengan melihat perbandingan sistem persenjataan negara tetangga RI.

Kedua, memperhatikan kesejahteraan TNI secara keseluruhan yang menyangkut sandang pangan, dan papan serta renumerasi  dan fasilitas penunjang lainnya.

Ketiga, memperhatikan anggaran yang ada termasuk pendanaan dalam negeri dan mengurangi kredit ekspor (pinjaman luar negeri) demi terciptanya neraca keuangan yang stabil. (Zul)

sumber : Antara

Fokus di kapal perang, PAL kejar laba 2012 Rp 46 M



JAKARTA. PT PAL Indonesia menargetkan laba perusahaan mencapai Rp 46 miliar pada 2012 ini. Target ini setelah serangkaian restrukturisasi yang dilakukan produsen kapal plat merah ini.

"Dari kalkulasi kami, tahun ini optimistis akan meraih laba. Targetnya Rp 46 miliar," ujar Direktur Utama PT PAL Indonesia Harsusanto, Senin (30/1).

Harsusanto mengatakan, proses restrukturisasi terus bergulir dan mencapai tahap krusial pada tahun ini. Dalam proses restrukturisasi, lanjutnya, PAL fokus pada pengerjaan dan modernisasi kapal perang. "Dengan dua bisnis utama itu, tahun ini kami menargetkan pendapatan perusahaan hingga Rp 1,3 triliun," ujarnya.

Menurutnya, proyek pembuatan kapal perang lebih cerah ketimbang kapal komersial. Saat ini, PAL sedang menyelesaikan pemesanan 12 kapal perang pesanan TNI Angkatan Laut, satu unit kapal tanker Pertamina dan satu unit kapal tanker pesanan Italia. Pemesanan kapal itu akan selesai pada 2013 mendatang.

PAL akan memakai Penambahan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 648,3 miliar untuk modal kerja perseroan. Menurut Harsusanto, dana tersebut akan dipakai untuk memperbaiki tempat reparasi bagi kapal-kapal yang menggunakan jasa galangan, mesin derek berat, dan mesin-mesin lainnya (floating dock). Dia beralasan, peralatan tersebut sudah ada yang berumur 30 tahun. 
 
sumber : kontan

KITA HARUS OPTIMIS DENGA UP GRADE F16-BLOCK 25 KE BLOCK 32 + YANG KEMAMPUANNYA MENDEKATI BLOCK 52


F-16 block 32 (photo : Defencetalk)

Berita mengenai kisruhnya hibah F-16 masih berlanjut dalam Fokus majalah.... "Ramai-ramai Sebelum Jet Datang", "Bertempur dengan F-16 block 32 Siapa takut ?" kemudian.... "Bekas Tapi Bukan Rongsokan".
Kelihatannya F-16 hibah yg diterima akan di upgrade menjadi F-16 block 32+ yg berkemampuan mendekati block 52.
Upgrade meliputi:
  • Mesin menjadi PW-220E
  • Radar dan operational flight plan setara dengan block 50/52
  • peralatan pemandu navigasi terbaru, memadukan INS/GPS dan berakurasi tinggi
  • HUD terbaru, kompatibel dgn Mounted Cueing System dan NVG
  • Mampu menggunakan targeting POD canggih (Sniper/Litening)
  • RWR dan chaff flare dispenser standar USAF
  • 2 layar warna dan layar digital moving map (seperti pada block 52)
Kapasitas angkut persenjataan dan penggunaan conformal tank yg menjadi pembeda dengan block 52

Kalau Radar dan operational flight plan setara dengan block 50/52 yaitu APG-68(v)9 dengan kemampuan mencari 160 mil laut, berarti kita setidaknya bisa mengimbangi f16 C/D block 50/52 punya singapura,Grifen,sukhoi MKI.

Dan Menurut informasi dari kemenham melalui menhan seperti yang di beritakan di media online juga mengupgrade persenjataan yang dibawanya, avionik, air frame, dan enjinenya artinya F16 bock 25 yang di upgrade ke Block 32+ itu mampu membawa persenjataan sebagai berikut:


AGM-65 Maverick
Air-to-ground missile

AGM-84 Harpoon
Anti-ship missile

AIM-120 AMRAAM
Advanced Medium Range Air-to-Air Missile

AIM-7 Sparrow
Medium Range Air-to-Air Missile

AIM-9 Sidewinder
Short Range Air-to-Air Missile

AN/AAQ-13 & AN/AAQ-14 LANTIRN
Navigation & Targeting Pod

GBU-31 and GBU-38 JDAM
Joint Direct Attack Munition
M61 A1 Vulcan
20mm gatling gun system
Other Armament
US Tri-Service Designation System Electronic Equipment
US Tri-Service Designation System Guided Missiles

Semoga Upgrde bukan hanya upgrdenya saja tapi persenjataan diatas harus dibeli kalau tidak, .. baik yang bekas atau baru seperti layaknya macan ompong.  

Perlu diketahui kita sudah punya 10 unit Sukhoi (6 unit sudah diorder menunggu kedatangan), 10 F16 A/B block 15 OCU (24 unit f16-block 25 diupgrade ke block 32 + sedang proses dan dikabarkan f16 sebelumnya yang kita miliki akan di upgrade juga), 16 unit T50 golden eagle (baby F16) dari korsel menunggu kedatangan, 16 unit super tucanno menunggu kedatangan, kedepan RI melalui kemhan berencana membeli 180 unit varian sukhoi dan TNI AU berminat terhadap sukhoi 35 BM dan T50 Pakfa, RI juga Joint production dan TOT dengan korsel dalam pembuatan F33/IFX/KFX , RI direncanakan mendapat 50 unit f33.

Semoga paparan diatas bisa bermanfaat bagi kita semua.

wasalam 
by IWJ
Indonesia defence 2012




Sunday, January 29, 2012

F-16 Armament

sumber :http://www.f-16.net/f-16_armament.html


Weapons, Targeting/Navigation Pods, and external stores



AGM-65 Maverick
Air-to-ground missile
AGM-84 Harpoon
Anti-ship missile
AIM-120 AMRAAM
Advanced Medium Range Air-to-Air Missile
AIM-7 Sparrow
Medium Range Air-to-Air Missile
AIM-9 Sidewinder
Short Range Air-to-Air Missile
AN/AAQ-13 & AN/AAQ-14 LANTIRN
Navigation & Targeting Pod
GBU-31 and GBU-38 JDAM
Joint Direct Attack Munition
M61 A1 Vulcan
20mm gatling gun system
Other Armament
US Tri-Service Designation System Electronic Equipment
US Tri-Service Designation System Guided Missiles  

Russian Military to Buy 60 Italian Tactical Vehicles


Light multirole armored vehicles (LMV) from Iveco
16:36 24/01/2012
MOSCOW, January 24 (RIA Novosti)
Russia signed a deal with Italy in December on the semi-knocked down assembly of 60 Lynx light multirole armored vehicles (LMV) from Iveco, Deputy Defense Minister Alexander Sukhorukov said on Tuesday.
“The deal was signed in December. Italy will supply kits that will be assembled at a joint enterprise in [central] Russian city of Voronezh,” Sukhorukov said.
Four vehicles were earlier acquired and brought to Russia for comparative tests with Russian analogues, he said.
“They displayed better characteristics than the vehicles we are currently using,” Sukhorukov said.
The LMV M65 is a light multirole armored vehicle developed in 2001 by Iveco Defense Vehicles. It is designed primarily for strategic and tactical mobility with a high level of protection against anti-tank and anti-personnel mines.
Russian military currently exploits Tigr (Gaz-2330) light armored vehicles manufactured at Russia's Gorkovsky automobile plant (GAZ) and Arzamas machinery plant (AMZ)

sumber RIA NOVOSTI

Panglima TNI: Kalau Peralatan Militer Tidak Berguna, Kita Tidak Beli


Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq (kanan), dan Dubes Rusia untuk Indonesia Alexander Ivanov, berbincang saat pertemuan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (26/1). (Foto: ANTARA/Ismar Patrizki/ss/ama/12)

30 Januari 2012, Jakarta: Pinjaman luar negeri untuk belanja peralatan militer masih tersisa 80 persen. Dubes Rusia mewakili negaranya yang meminjamkan US$ 1 miliar kepada Indonesia sempat mempertanyakan pinjamannya yang tidak terserap dengan baik itu.

Panglima TNI, Laksamana (TNI) Agus Suhartono mengatakan peralatan militer dengan pinjaman luar negeri disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. “Kalau kita beli senjata dari pinjaman luar negeri, kita hitung secara benar, bisa digunakan apa tidak,” kata Agus Suhartono kepada itoday, sebelum rapat dengan Komisi I DPR, Jakarta, Senin (30/1).

Menurut Agus, pembelian peralatan militer dari pinjaman luar negeri tidak seharusnya dibelanjakan semua. “Kalau peralatan militer itu tidak bisa digunakan, kita tidak membeli,” paparnya.

Ia juga mengatakan, selama ini, pemerintah tidak menyalahi perjanjian dengan Rusia dalam pinjaman pembelian peralatan militer.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Komisi I DPR kedatangan Dubes Rusia yang mempertanyakan pinjaman US$1 miliar ke pemerintah Indonesia untuk pembelian peralatan militer, tapi baru digunakan US$200, sisanya RpUS$800 masih belum dibelanjakan.

Enggartiasto Kritik Ketergantungan Pemerintah pada Dana Asing

Anggota Komisi I DPR RI Enggartiasto Lukita mengkritik kegemaran pemerintah yang terus meminjam dana dari asing, termasuk dalam upaya pembiayaan modernisasi alutsista TNI.

"Meski modelnya atau namanya berubah-ubah, dulu istilahnya kredit ekspor (KE), terus berubah lagi APP, terus sekarang berubah lagi istilahnya menjadi Pinjaman Luar Negeri (PLN) tetap saja itu judulnya pinjam dana asing," tegas Enggartiasto dalam rapat gabungan antara Menhan, Menkeu, dan Panglima TNI soal pembiayaan modernisasi alutsista TNI di Komisi I DPR, Senin (30/1).

Seperti diketahui, pemerintah mengalokasikan pembiayaan modernisasi alutsista TNI hingga 2014 dari sumber pendanaan PLN sebesar 6,5 miliar dolar AS.

Enggartiasto pun mempertanyakan, kenapa pembiayaan modernisasi alutsista TNI itu tidak dilakukan lewat pinjaman dalam negeri (PDN) saja. Karena sesungguhnya banyak sumber pendanaan PDN yang bisa dimaksimalkan. Sehingga selain menekan ketergantungan dari dana asing, ini juga menjadi tekad kuat bagi kemandirian bangsa ini.

"Dulu saya dengar Bank Mandiri saat dipimpin Pak Agus Martowardojo ini telah menawarkan untuk pinjaman PDN untuk keperluan produksi alutsista bagi BUMN. Kenapa itu tidak didorong ke arah sana saja. Terlebih saat ini Menteri Keuangannya Bapak sendiri. Dengan demikian kita tidak lagi ketergantungan dana asing untuk melakukan modernisasi alutsista bagi TNI ini," tegas politisi Golkar ini.

Lebih lanjut Enggartiasto mengatakan, perlunya pemerintah terus menekan ketergantungan pinjaman dana dari luar negeri, untuk berbagai keperluan pembangunan dalam negeri, termasuk soal modernisasi alutsista TNI ini. Terlebih selama ini Presiden sendiri yang menyatakan demikian.

"Sehingga itu jangan lagi sekadar janji dan statement saja. Tetapi harus diwujudkan dalam komitmen yang nyata. Karena semakin kita ketergantungan dana asing, membuat kita kian tidak berdaya atas peranan asing dalam urusan dalam negeri kita ini," tegasnya.

Sumber: Indonesia Today/Jurnal Parlemen

BERITA POLULER