Pages

Wednesday, November 27, 2024

Indonesia Sudah Tandatangani MoU Setahun Lalu Tapi Belum Resmi Beli F-15EX Inikah Alasannya?

 


Rencana Indonesia untuk memperluas armada kekuatan tempur udaranya membuatnya tertarik untuk membeli jet tempur F-15EX.

Indonesia sudah mendatangani nota kesepahaman jet tempur F-15EX, tepat setahun lalu.

Menurut laporan Defense News, pada 23 Agustus 2023 dengan judul "Indonesia akan membeli jet tempur F-15 Boeing."

Pada tanggal 21 Agustus 2023 lalu, Marsekal Angkatan Udara Yusuf Jauhari,yang memimpin Badan Sarana Pertahanan di Kementerian Pertahanan Indonesia.

Melakukan pertemuan dengan pejabat Boeing Mark Sears, yang menjabat sebagai wakil presiden dan manajer program pesawat tempur Boeing.

Kemudian menandatangani nota kesepahaman pada 21 Agustus yang mengonfirmasi rencana pembelian 24 F-15.

Acara tersebut berlangsung di fasilitas Boeing di St. Louis, Missouri, saat itu Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto berkunjung.

Jet tempur F-15 Indonesia akan dikenal sebagai jet tempur F-15IDN dan akan menjadi versi F-15EX, yang saat ini dipesan oleh Angkatan Udara AS.

Dilaporkan bahwa Boeing mengklaim F-15EX sebagai versi F-15 tercanggih yang pernah dibuat.

Jet tempur ini memiliki kontrol penerbangan digital fly-by-wire, sistem peperangan elektronik baru.

Kemudian kokpit digital yang seluruhnya terbuat dari kaca, serta sistem misi dan kemampuan perangkat lunak terbaru.

Namun, meski sudah setahun berlalu pembelian jet tempur F-15EX belum terealisasi hingga saat ini dan hanya sebatas penandatanganan MoU.

Menurut penelusuran yang dilakukan Zona Jakarta, menemukan beberapa spekluasi mengenai mandeknya pembelian F-15EX.

Laporan Forecast Internasional, yang dikutip dari Defense Aerospace, pada 23 Agustus 2023, dalam artikel berjudul "Indonesia teken nota kesepahaman pembelian F-15EX."

Menurut keterangan, salah satu alasan kurangnya pesanan pasti mungkin adalah keuangan Kementerian Pertahanan Indonesia.

Dengan anggaran pertahanan di bawah 9 miliar dollar AS setara dengan sekitar 0,6 persen dari PDB.

 

Menurut situs tersebut, kurangnya kapasitas kapitalisasi dapat menghalangi pembelian pesawat tempur modern secara bersamaan.

Namun, penjelasan yang lebih masuk akal adalah perlunya menyeimbangkan keuangan, persyaratan infrastruktur, pelatihan pilot dan awak, serta transisi dari model pesawat tempur lama ke model baru.

Hal ini memerlukan sinkronisasi jadwal pengiriman untuk memastikan penggunaan operasional setelah pesawat tempur baru dikirim dan mulai digunakan.

Meskipun terdapat berbagai komentar dan laporan yang saling bertentangan mengenai apakah Indonesia akan memilih satu di antara Rafale dan F-15EX, atau memilih keduanya.

Penandatanganan nota Kesepahaman terbaru tampaknya menunjukkan bahwa opsi terakhir adalah pilihan yang lebih disukai.

Sebelumnya, pada saat kontrak Rafale gelombang pertama ditandatangani 10 Februari 2022, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan telah menyetujui potensi Penjualan Militer Asing (FMS) antarpemerintah ke Indonesia hingga 36 jet tempur F-15ID.

Namun, kesepakatan FMS yang diusulkan diperkirakan menelan biaya 13,9 miliar dollar AS setelah semua peralatan terkait (kecuali rudal) diperhitungkan.

Kemudian, sebuah laporan di Reuters pada 21 November 2022, mengindikasikan bahwa negosiasi pengadaan F-15ID berada pada tahap lanjutan dan menunggu persetujuan akhir dari pemerintah.

 Sumber Zonajakarta.com

No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK

BERITA POLULER