Pages

Sunday, November 4, 2012

Photos show second China stealth fighter prototype

In this computer-generated picture, Chinese stealth fighters J-31, front, and J-20 fly over a naval fleet with Chinese aircraft carrier, The Liaoning. China tested the new J-31 fighter on Oct. 31. (Imaginechina via AP Images)


BEIJING--China has test flown a second model of a prototype stealth fighter, aviation experts said on Nov. 1, in a sign of its aircraft industry's growing sophistication.
Photos posted to the Internet on Nov. 1 showed the radar-avoiding aircraft airborne near the northeastern city of Shenyang with its landing gear still down. Two Chinese-made J-11 fighters accompanied it on the flight, which Chinese military enthusiast websites said took place on Oct. 31 and lasted about 10 minutes.
Ross Babbage of Australia's Kokoda Foundation and Greg Waldron of Fliightglobal magazine in Singapore said the plane known as the J-31 appeared to be a smaller version of the J-20 prototype that was tested last year in the southwestern city of Chengdu.
While both planes feature stealth design features, their true capabilities in terms of sensors, radar-absorbing coatings, and other key factors remain unknown. It isn't known when, or if, either plane will go into production.
“I think it's a fairly straight forward evolution to develop advanced fighters at this time, but you can't read too much into it in terms of capabilities,'' Waldron told The Associated Press.
The smaller and nimbler J-31 appeared intended for a fighter-interceptor role similar to the U.S. Joint Strike Fighter, while the heavier J-20 would target airfields, warships and other ground targets, he said.
The technical barriers and development costs for such aircraft are enormous and the U.S. has struggled for years to deliver on their potential.
Another major challenge for China is developing engines for its fighters that are reliable and capable enough for such cutting-edge aircraft, Babbage said. China remains overwhelmingly reliant on Russia for engines for its latest J-10, J-11, and J-15 models, the last two of which were developed from Russian Sukhoi fighter-bombers.
“The demands in the engine area are very substantial,'' Babbage said.
Despite that, the ability to develop two prototype stealth fighters at the same time demonstrates an impressive capability on the part of the Chinese industry, he said.
“It's a very interesting development. It shows how rapidly they're moving ahead.'

sumber :http://ajw.asahi.com/article/asia/china/AJ201211010107

China Uji Coba Prototipe J-31


China berhasil menguji coba model kedua dari pesawat silumannya. Uji coba itu menandai perkembangan teknologi penerbangan yang dimiliki oleh militer China. 
Pesawat siluman J-31 dilaporkan menjalankan uji cobanya dengan sukses. Uji coba dilaksanakan di sekitar wilayah Kota Shenyang. Ini adalah uji coba pesawat siluman China yang kedua setelah pada tahun lalu China mencoba prototipe pertamanya, pesawat J-20, yang juga berjalan dengan sukses.
Selain kemampuan siluman yang dimilikinya fitur-fitur lain yang dimiliki oleh kedua pesawat tersebut masih belum diketahui. Tanggal produksi massal pesawat itu pun masih menjadi misteri. Demikian, seperti diberitakan oleh cbsnews, Jumat (2/11/2012).

Pesawat J-20 dirancang untuk menjadi pesawat pencegat yang akan berhadapan dengan pesawat milik musuh di udara. Sedangkan Pesawat J – 31 adalah pesawat pembom yang bertujuan menghancurkan sasaran-sasaran yang berada di permukaan.

“Saya pikir ini merupakan perkembangan yang patut diperhatikan, tapi kita masih belum bisa menduga seberapa besar kemampuan yang dimiliki oleh pesawat tempur tersebut”, jelas Greg Wladron, seorang pengamat penerbangan.

Walaupun berkembang secara pesat, teknologi penerbangan China masih meghadapi beberapa kendala, diantaranya kendala teknis dan biaya. Pengamat penerbangan Ross Babbage mengatakan, sejauh ini, China masih menggunakan mesin buatan Rusia untuk suku cadang pesawatnya. Ross Babbage.




Sumber :  Okezone

PT PAL sudah mempersiapkan karyawan untuk dikirim ke Korea Selatan.



PT PAL kirim karyawan ke Korsel untuk transfer ilmu kapal selam

VIVAnews - PT PAL Indonesia menggandeng Korea Selatan untuk melakukan transfer pengetahuan mengenai perkapalan. Selain itu, Korsel juga digandeng terkait akan dilakukannya pembangunan tiga unit kapal selam untuk TNI AL.

"Dalam waktu dekat, kami mengirim karyawan untuk bekerja sama dengan Korea membangun kapal selam melalui sistem learning by doing," kata Dirut PT PAL, Firmansyah Arifin.

Disebutkan, ada sejumlah karyawan akan dikirim ke Korea Selatan dalam rangka kerjasama memproduksi alutsista. Itu, lanjutnya, melibatkan Kementerian Pertahanan kedua bangsa. Kemenhan, selanjutnya memberi kesempatan kepada PT PAL untuk melaksanakan tugas tersebut.

Sedangkan Humas PT PAL, Bayu Wicaksono, mengungkapkan pengiriman karyawan diawali dengan proses penjaringan. PT PAL sudah memilih karyawan yang layak untuk disertakan dalam transfer pengetahuan di Korea.

"Saat ini DSME Daewoo perusahaan yang ditunjuk pemerintah Korea masih menyeleksi penerimaan. Pengumumannya kami belum tahu, tetapi kuota yang ditetapkan sebanyak 120 pegawai," ungkapnya.

Jumlah itu akan dikirim dalam beberapa gelombang. Selama di Korea karyawan PT PAL mendapat tugas melakukan alih teknologi untuk membangun kapal selam untuk kebutuhan TNI-AL.

PT PAL menyebut, informasi dari Kemenhan RI, sebanyak tiga kapal selam akan dimiliki TNI-AL. Dua kapal selam dengan type DSME 209 dibangun di Korea, sedangkan satu kapal selam lainnya dibangun di Surabaya.

"Ini adalah pengalaman pertama kami membangun kapal selam, setelah sebelumnya kami berpengalaman meng-overhaul (merakit) dua kapal selam KRI Cakra dan KRI Nanggala,” jelasnya.

Kapal selam yang akan dibangun PT PAL dilakukan setelah dua kapal selam selesai dibangun di Korea. Karena seluruh komponen dan teknologi yang dijalankan di Korea akan diwujudkan di Indonesia.

"Karyawan kami tidak membangun on table, tetapi langsung praktek merakit kapal selam. Dari hasil praktek itu akan diimplementasikan saat membangun di Surabaya," jelasnya.

sumut : Viva News

Selamat Datang Tank Leopard


(Foto: Berita HanKam)

4 November 2012, Jakarta: Indonesia resmi menerima kedatangan dua unit main battle tank Leopard asal Jerman. “Keduanya tiba di Jakarta siang ini,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Bambang Hartawan, ketika dihubungi oleh Tempo, Ahad, 4 November 2012.

Menurut Bambang, dua Leopard yang tiba melalui Pelabuhan Tanjung Priok ini adalah jenis Revolution atau yang disingkat Ri. “Didatangkan sebagai model untuk pameran Indodefense tanggal 8 November nanti,” kata dia.

Leopard Ri buatan pabrik Rheinmettal ini diproduksi khusus untuk Indonesia. “Hingga kini proses produksi masih berlangsung di sana,” kata Bambang. Untuk itu, tank berat ini akan dikirim secara bertahap sesuai dengan jumlah pesanan pemerintah Indonesia.

Harga Leopard Ri tersebut dibanderol US$ 1,7 juta per unit. Indonesia sendiri memesan 61 tank Leopard Ri dan 42 Leopard 2A4 seharga US$ 700 ribu per unit.

Sebelumnya, pembelian Leopard ini sempat menuai kecaman dari DPR. Tank berat ini dinilai tidak cocok dengan kondisi geografis Indonesia. Rencana pembelian Leopard ke Belanda pun gagal akibat penolakan parlemen setempat. Tim negosiasi pembelian alutsista ini kemudian mengalihkan pembelian ke Jerman sebagai produsen tank dengan bobot 63 ton ini.

Sumber: TEMPO

Saturday, November 3, 2012

Indonesia dan Inggris Sepakati Pembelian Sejumlah Peralatan Pertahanan


03 November 2012

Starstreak - rudal mobile berpenuntun laser (photo : Militaryphotos)

Indonesia Akan Beli Peralatan Militer dari Inggris
TEMPO.CO, Jakarta - Inggris sepakat menjual alat-alat pertahanan kepada Tentara Nasional Indonesia. Hal tersebut tertuang dalam nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertahanan Inggris Phillip Hammond M.P. di White Room, Downing Street 10, pada Kamis siang, 1 November 2012.
Peralatan militer Inggris yang akan dijual ke Indonesia, di antaranya peluru kendali starstreak, senapan sniper, kapal perang frigat ringan multiguna (Multi Roles Light Frigate–MLRF), serta suku cadang untuk pesawat tempur Hawk 109/209.
Inggris juga akan membantu meningkatkan kapasitas Tentara Nasional Indonesia di Pusat Studi Perdamaian dan Keamanan. Bantuan itu dalam bentuk peralatan audio visual untuk pelatihan bahasa, juga menyediakan kursus-kursus dan seminar bagi anggota pasukan perdamaian.
Nota kesepahaman itu ditandatangani setelah pertemuan bilateral antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Inggris David Cameron di tempat tinggal resmi sekaligus kantor Cameron itu.
Tiga kapal multirole light frigate ex Nakhoda Ragam class (photo : English Gyt) 

Ada tiga nota kesepahaman yang kemarin ditandatangani oleh kedua belah pihak. Dua MoU lainnya adalah kerja sama bidang ekonomi kreatif dan pendidikan. Penandatanganan MoU bidang ekonomi kreatif dilakukan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Marie Pangestu dan Menteri Kebudayaan Komunikasi dan Industri Kreatif Inggris Ed Vaizey.
“Kesepakatan ini sangat penting karena Inggris merupakan salah satu rujukan bagi pengembangan industri kreatif di Indonesia. Terlebih lagi tingkat komitmen politik terhadap pengembangan industri kreatif, juga sama, dikelola pada tingkat kementerian," tutur Marie Pangestu.
MoU bidang pendidikan ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhammad Nuh dan Menteri Negara Universitas dan Sains Inggris David Willets. “Melalui kerja sama ini, kita ingin mengembangkan studi mengenai Indonesia di universitas-universitas di Inggris, seperti di Exeter, SOAS, dan Oxford, agar para ahli Indonesia asal Inggris akan lebih banyak lagi," ujar Muhammad Nuh kepada Tempo.
Selain itu, kata dia, ada beasiswa yang diberikan kepada sekitar 150 mahasiwa Indonesia per tahun sebagai pelengkap beasiswa dari Ditjen Pendidikan Tinggi untuk belajar di Inggris.


Brunei and Singapore Begin Joint Air Defence Drill in Exercise Air Guard

02 November 2012

The exercise will ended with a simulated air attack  (photo : Brunei MoD)

Exercise Air Guard in full swing at Rimba Air Force Base

THE Royal Brunei Air Force (RBAirF) and Republic of Singapore Air Force (RSAF) began its annual bilateral exercise, codenamed 'Exercise Air Guard', at the Rimba Air Force Base yesterday.
Officiated by the Commanding Officer of the RBAirF Air Regiment, Lieutenant Colonel (U) Abd Rahman Hj Durahman, the opening ceremony commenced with a parade performed by the exercise participants and ended with a simulated air attack.
Exercise Air Guard will take place between members of the RBAirF Air Regiment and the RSAF 18th Defence Artillery Battalion (18 DA BN) until November 14.
Singapore's contingent comprise of 28 members from the 18 DA BN and headed by Major Tan Ban Huat. The participating members consist of officers, specialists and Air Defence operators, who arrived in Brunei on October 31.
Over the two-week long exercise, the air forces will partake in air defence theory, practical lessons, leadership as well as sports activities and a three-day field trip.
Among the aims of Exercise Air Guard is to strengthen defence relations between the participating air forces as well as provide realistic air defence training for Ground Based Air Defence (BGAD) operators.
This year marks the 18th Exercise Air Guard that has been conducted, whereby the previous exercise was held in Singapore on November 2011.
Since its inauguration in 1994, Exercise Air Guard has expanded its scope with the introduction of the Mistral Air Defence System and has been conducted between Brunei and Singapore on an annual basis, with the two air forces alternating as hosts.

Hanggar Skuadron Pesawat Tanpa Awak Sudah Siap

02 November 2012
Beberapa UAV produk asing telah diuji coba, termasuk diantaranya Orbiter buatan Aeronautics (photo : Kaskus Militer)

JAKARTA - TNI AU sudah menyiapkan hanggar untuk skuadron pesawat tanpa awak. Rencananya skuadron ini akan ditempatkan di Pontianak. Pengadaan skuadron ini sudah direncanakan jauh-jauh hari oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan). "Hanggar sudah selesai. Tinggal menunggu kedatangan pesawatnya," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Azman Yunus, saat dihubungi Koran Jakarta, Kamis (1/11).
Azman mengatakan skuadron pesawat tanpa awak ini akan difokuskan untuk memantau perbatasan. Itu alasan mengapa pesawat tersebut akan ditempatkan di Pontianak karena dekat dengan sejumlah perbatasan. Nantinya, pesawat juga akan dilengkapi peralatan berupa pengintaian hingga radar untuk memantau cuaca.
Pesawat yang sedang ditunggu kedatangannya itu dipastikan bukan pesawat buatan Indonesia. "Ya, pesawat dari luar (negeri). Pesawat dalam negeri belum memenuhi kebutuhan operasi yang kami ajukan," kata Azman. Dia menambahkan alasan lain memilih produk luar negeri karena daya jelajahnya yang tinggi.
"Kami membutuhkan pesawat tanpa awak yang memiliki daya jelajah hingga 400 kilometer. Dan industri di dalam negeri belum ada yang bisa membuatnya," tambah dia. Dia juga mengatakan belum menghitung berapa pesawat yang akan didatangkan untuk memenuhi skuadron tersebut, termasuk TNI AU juga belum menentukan siapa yang nanti dipercaya mengomandani skuadron itu.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan keberadaan skuadron pesawat tanpa awak perlu untuk mengefektifkan pengamanan perbatasan. "Sementara ini, skuadron yang akan kita bangun memang untuk pengintaian dan pengamatan wilayah," kata Purnomo.
Kepala Staf TNI AU, Marsekal Imam Sufaat, mengatakan TNI AU menginginkan pesawat tanpa awak yang memiliki daya jelajah dan daya tahan yang lama. Dan pilihan itu jatuh pada pesawat tanpa awak asal Filipina yang teknologinya dari Israel. Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, saat rapat dengan Komisi I, mengatakan akan membeli 4 pesawat intai tak berawak dengan anggaran 16 juta dollar AS.

Friday, November 2, 2012

Pidato di Sekolah Militer Inggris, SBY Pamer Kekuatan Militer RI

 
Jakarta - Dalam rangkaian kunjungannya ke London, Inggris, Presiden SBY sempat berpidato di Royal College for Defence Studies (RCDS). Dalam kesempatan itu, SBY menyampaikan soal kekuatan militer dan alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia yang kini semakin modern dan canggih.

"Saat ini, angkatan bersenjata Indonesia menjadi kebanggaan bangsa. Dan meskipun Indonesia memiliki kekuatan militer terbesar di Asia Tenggara, anggaran militer Indonesia sebagai bagian dari pengeluaran pemerintah adalah yang terendah sekitar 3,77%," ujar SBY dalam pidatonya, Jumat (2/11/2012). RCDS adalah sekolah bagi para perwira militer dan sipil dari berbagai negara.

SBY mengatakan Indonesia saat ini berusaha untuk memodernisasi alutsista TNI. Untuk memenuhi hal itu, pemerintah terus meningkatkan anggaran untuk meningkatkan kapasitas TNI. Pada 2005, anggaran pertahanan Indonesia sebesar 2,5 miliar dolar AS. Kemudian telah ditingkatkan pada 2011 menjadi 7,5 miliar dolar AS.

"Saya senang bahwa Inggris telah menjadi mitra yang baik dan dapat diandalkan dalam upaya modernisasi kami," ungkapnya.

Indonesia secara progresif terus meningkatkan kapasitas prajurit TNI melalui pelatihan dan pendidikan. Salah satunya adalah dengan mendirikan Universitas Pertahanan Indonesia sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para prajurit TNI.

"Kami juga telah mendirikan Perdamaian Indonesia dan PBB yang memberikan pelatihan terpadu pasukan penjaga perdamaian untuk, kontraterorisme, dan respon bencana dan operasi bantuan," imbuhnya.

Selain itu SBY juga menjelaskan bahwa pemerintah telah berfokus pada peningkatan kesejahteraan anggota TNI, dengan meningkatkan gaji prajurit dan memenuhi kebutuhan dasar mereka. Kami terus mengembangkan senyawa perumahan baru dan fasilitas lainnya bagi tentara aktif bertugas, pensiunan dan veteran.

"Dengan demikian, kita tidak hanya meningkatkan semangat mereka tetapi juga mengembangkan kondisi yang akan meningkatkan setiap prajurit dan pendekatan petugas untuk menjadi militer profesional," lanjutnya.

Pasukan TNI, lanjut SBY, adalah garis pertahanan pertama untuk 17.000 pulau yang dihuni oleh penduduk Indonesia. Oleh karena itu, jika diamati, maka modernisasi senjata bukanlah ditujukkan untuk unjuk kekuatan dengan negara-negara lainnya.

"Itulah sebabnya kami telah sangat aktif dalam mempromosikan pembangunan kepercayaan dan kepercayaan antara militer negara ASEAN. Ada latihan gabungan militer antara negara ASEAN, baik secara bilateral, trilateral, dan juga regional," tutupnya.
(mpr/mpr)

sumber : Detik

Wednesday, October 31, 2012

Dua Unit Leopard Dipamerkan di Indo Defence 2012


Model tank Leopard yang akan dimiliki TNI AD, dipamerkan di pameran alutsista TNI AD di Monas pada Oktober 2012. (Foto: Berita HanKam)

30 Oktober 2012, Jakarta: Dua unit tank tempur utama Leopard dipastikan datang pada pekan ini. Tank yang didatangkan dari Jerman itu masing-masing terdiri atas satu unit jenis Leopard 2A4 dan satu unit jenis Leopard 2 Revolution.

"Dua tank ini akan datang pada 3 November ini dan rencananya dipamerkan di Indo Defence Expo pada 7-10 November mendatang," kata Pos Hutabarat, Direktur Jenderal Potensi Pertahanan, di Kantor Kementerian Pertahanan, Selasa, 30 Oktober 2012.

Kedatangan Leopard, menurut Pos, akan menutup kedatangan alat utama sistem persenjataan yang sudah memasuki penghujung 2012. "Kemarin Tucano sudah datang, sepertinya setelah ini tidak ada lagi senjata yang akan datang," kata dia.

Wakil Menteri Pertahanan Shafrie Syamsudin menyatakan semua tank yang datang sudah bisa dipakai oleh militer Indonesia. "Semuanya baru, tinggal pakai, tidak perlu lagi upgrade, tidak perlu lagi refurbishment," kata dia.

Dua unit tank Leopard ini merupakan penyerahan tahap pertama. Dengan dana sekitar US$ 287 juta, Indonesia membeli 40 unit Leopard 2A4, 63 unit Leopard 2 Revolution, dan 10 unit tank pendukung Leopard 2, 50 unit medium tank Marder 1A3. "Proses politik sudah selesai, administrasi sudah, tinggal mengecek skema produksi dan pembiayaan," ujar Sjafrie.

Sumber: TEMPO

BERITA POLULER