Pages

Monday, May 28, 2012

Masalah RUU Industri Pertahanan Dikelompokkan Jadi Tujuh Klaster


Pembangunan kapal perang jenis LPD di PT. PAL. (Foto: mastekhi)

28 Mei 2012, Senayan:Komisi I DPR bersama pemerintah yang diwakili sejumlah dirjen dan kementerian berhasil menyusun tujuh klaster (pokok masalah) dalam pembahasan RUU Industri Pertahanan.

Pembagian klaster ini dilakukan guna mempercepat penyelesaian RUU ini menjadi UU, selambatnya pekan kedua Juli mendatang. Dirjen Potensi Pertahanan (Potham) Kementerian Pertahanan RI Pos M Hutabarat atas nama pemerintah mengatakan, tujuh klaster tersebut antara lain; kelembagaan, Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), penyertaan modal negara, pengelolaan, pembiayaan, dan pengawasan.

"RUU Industri Pertahanan itu sendiri terdiri dari 418 DIM (Daftar Inventarisasi Masalah)," ujar Pos M Hutabarat usai menghadiri RDP dengan Panja RUU Industri Pertahanan Komisi I DPR RI, Senin (28/5).

Menurut dia, di antara 400-an bahasan penting, tujuh klaster itu adalah yang terpenting. Boleh disebut, itulah rohnya UU Industri Pertahanan. UU ini intinya memberi jaminan kepada industri pertahanan dalam negeri agar memiliki kepastian dalam memasok peralatan kepada pengguna: TNI/Polri dan lembaga lain semisal Kementerian Kelautan yang membutuhkan perangkat patroli.

UU ini juga akan menjamin adanya transfer pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya, melalui UU Industri Pertahanan ini akan jelas pula siapa yang akan duduk sebagai ketua Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP).

Selama ini dalam struktur KKIP, disepakati bahwa lembaga ini dikepalai langsung oleh presiden. Menteri Pertahanan bertindak sebagai ketua harian. Sementara Menteri Luar Negeri juga masuk dalam struktur.

"Menlu dimasukkan di struktur KKIP supaya dapat menjembatani negara lain yang ingin membeli alutsista produksi Indonesia," jelasnya.

Sumber: Jurnal Parlemen

Kedatangan Kapal Perang Amerika Serikat Tertunda

Frigate USS Vandegrift (FFG 48). (Foto: U.S. Navy/Mass Communication Specialist 2nd Class Chantel M. Clayton)

29 Mei 2012, Surabaya: Kedatangan kapal perang Amerika Serikat tertunda beberapa jam dari jadwal karena alasan teknis di Dermaga Jamrud Utara hingga di luar jadwal yang ditentukan semula. Humas PT Pelindo III (Persero), Edi Priyanto, menjelaskan, kedatangan kapal perang AS yaitu "US Ship Vandergrift" dan "USGC Waesche" yang semula dijadwalkan sandar pada 29 Mei 2012 pukul 10.00 WIB menjadi pukul 16.00 WIB. "Sedangkan satu kapal yakni `US Ship Germantown` diperkirakan sandar pada tanggal 30 Mei 2012," katanya di Surabaya, Senin malam.

Menurut dia, pada hari ini sudah masuk sejumlah kapal yang mengangkut beragam pembekalannya, antara lain kapal BG Glenn Horizon, BG Glenn Cangi, dan MT Glenn Energi. "Kapal tersebut membawa berbagai peralatan pendukung seperti fender/karet, tangga akomodasi, drum untuk `barrier`, satu unit truk sampah," ujarnya.

Selain itu, hari ini juga telah dilakukan upaya sterilisasi lokasi. Apalagi ketiga kapal tersebut rencananya menempati posisi di Dermaga Jamrud Utara dengan total panjang hingga 353 meter. "Total panjang di Dermaga Jamrud Utara sendiri mencapai 1,2 kilometer," tukas dia.

Edi menambahkan, dari ukuran panjang tersebut, alokasi untuk kapal penumpang sepanjang 500 meter. Kemudian angka itu dikurangi dengan adanya perbaikan untuk penguatan dermaga sepanjang 120 meter. "Oleh karena itu, hanya ada 235 meter di sepanjang Dermaga Jamrud Utara yang bisa digunakan untuk bersandar kapal komersial," katanya.

Di sisi lain, ia mengemukakan, kedatangan tiga kapal perang AS tersebut memberikan kekhawatiran tersendiri bagi pelaku ekonomi di Jawa Timur karena ada 15 unit kapal yang terdampak dan harus antre untuk sandar di Dermaga Jamrud Utara.

"15 unit kapal itu antara lain KM Aya, MV Team Progress, MV Han Splendor, MV Lan Ha, MV Golden Princess, MV Fareast Glory, MV Thigayu, MV Acacia, MV Taikli, BG Luna Mulia, MV Pos Ametrin, Zeus, MV Ocean Friends, MV Woohyun Haemil, dan MV Bao Ying," tuturnya.

Untuk menjaga keamanan di Dermaga Jamrud Utara, lanjut dia, selama kedatangan tiga kapal AS tersebut seluruh pihak yang terkait diharapkan dapat mengkondisikannya hal tersebut termasuk pandu, tunda, tambat dan "Port Security".

Sumber: ANTARA News

Monday, May 28, 2012

Wamenhan RI Kunjungi Pulau Nipa di Batam

(Foto: djkn.depkeu.go.id)

28 Mei 2012, Jakarta: Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin berkunjung ke Pulau Nipa di Provinsi Kepulauan Riau, Senin, untuk mengetahui infrastruktur yang telah dikembangkan, khususnya dalam kebijakan pertahanan mendukung ekonomi (defence supporting economy).

Kepala Pusat Komunikasi dan Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin ketika dihubungi di Jakarta Senin mengatakan, kunjungan ke Pulau Nipa kali ini merupakan rangkaian kunjungan kerja Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin selama dua hari ke Batam dan Surabaya.

Selain kunjungan ke Pulau Nipa, kata dia, selama di Batam Wamenhan dan rombongan juga menyempatkan diri melakukan peninjauan ke perusahaan galangan kapal di Batam yaitu PT Palindo Marine Shipyard dan di Surabaya Wamenhan dijadwalkan akan mengunjungi PT PAL Indonesia (Persero), pada Selasa (29/5).

Kunjungan Wamenhan ke Pulau Nipa, kata Kapuskom Publik Kemhan, merupakan rangkaian kegiatan observasi untuk mengetahui sejauhmana infrastruktur yang telah dikembangkan maupun pembangunan Pulau Nipa sebagai bagian dari kebijakan pemerintah khususnya kebijakan pertahanan mendukung ekonomi.

"Hal ini mengingat pemerintah telah menetapkan kebijakan bahwa pembangunan Pulau Nipa menjadi prototipe atau model untuk pulau-pulau terluar lainnya yang memiliki potensi. Ini tidak hanya untuk kepentingan kedaulatan pertahanan dan keamanan negara tetapi juga untuk menunjukan kedaulatan ekonomi nasional," kata Hartind.

Terlebih, lanjut dia, pemerintah melalui Kemhan sudah menargetkan dalam dua tahun ke depan, bahwa Pulau Nipa sudah menjadi kawasan yang melambangkan "defence supporting economy".

Oleh karena itu, Kemhan berkepentingan untuk segera memformulasikan suatu rujukan dalam bentuk prototipe model bagaimana mengelola pulau-pulau terluar ini agar dapat mendukung pertahanan serta diharapkan pada tahun 2014 Pulau Nipa sudah hijau dan infrastruktur pertahanan maupun ekonomi sudah terbangun.

Sedangkan kunjungan di PT Palindo Marine Shipyard dan PT PAL Indonesia (Persero), tambah Hartind, lebih difokuskan pada pengawasan produksi sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang tengah dibangun di kedua perusahaan galangan kapal tersebut sebagai salah satu program modernisasi alutsista.

Dalam kunjungannya itu, Wamenhan didampingi oleh Irjen Kemhan Laksdya TNI Sumartono, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksdya TNI Marsetio dan Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo serta sejumlah pejabat Kemhan, Mabes TNI dan Angkatan.

Sumber: ANTARA News

Sunday, May 27, 2012

PERBATASAN

Korem di Daerah Perbatasan Dipimpin Jjenderal

(Foto: media indonesia)

27 Mei 2012, Denpasar: Komando Daerah Militer IX/Udayana meningkatkan kapasitas Korem yang berada di daerah perbatasan dengan menempatkan posisi jenderal ditampuk pimpinan satuan tersebut.

"Untuk wilayah di bawah kami ada satu Korem yang ditingkatkan dengan dipimpin oleh jenderal bintang satu atau brigadir jenderal," kata Kepala Penerangan Kodam IX/Udayana Kolonel Wing Handoko, di sela-sela lomba sepeda santai rangkai peringatan HUT satuan tersebut ke-55, di Denpasar, Minggu.

Ia menjelaskan satuan yang ditingkatkan itu adalah Korem 161/Wirasakti, Kupang, yang dipimpin Brigjen TNI F Setiawan yang menggantikan Kolonel Inf Edison Napitupulu. Surat penetapannya, tambah Handoko, sudah disampaikan melalui Skep Pati No.Kep 294 sejak awal bulan ini dan saat ini tinggal menunggu serah terima jabatan saja.

"Tujuan dari peningkatan satuan itu guna lebih mengoptimalkan kemampuan korem tersebut dalam menghadapi berbagai persoalan terkait perbatasan yang banyak dinamikanya," ujarnya. Handoko mengatakan, beban satuan yang berada di wilayah perbatasan negara sangatlah berat sehingga membutuhkan pimpinan cakap dalam menghadapi persoalan dan mengkoordinasikan situasi keamanan di daerah tersebut.

"Selain di Korem Kupang, sejumlah korem lainnya di luar wilayah Kodam IX/Udayana yang letaknya di daerah perbatasan juga dipimpin oleh jenderal, di antaranya Kepulauan Riau dan Kalimatan Timur serta Barat," ucapnya.

Sumber: ANTARA News

Satgas Marinir Ambalat Akan Bangun Tugu Perbatasan


27 Mei 2012, Nunukan: Satuan tugas Marinir Ambalat XIV yang saat ini bertugas di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur akan membangun Monumen Tugu "Garuda Perkasa" di perbatasan Indonesia-Malaysia. Tugu ini dimaksudkan untuk mempererat dan memperkokoh nilai-nilai nasionlaisme dan patriotisme bagi masyarakat di Pulau Sebatik sebagai wilayah perbatasan antar dua negara, kata Komandan Satgas Marinir Ambalat XIV Pulau Sebatik, Kapten Marinir Suherman di Sebatik, Sabtu.

Monumen tersebut direncanakan akan dibangun bersama dengan masyarakat wilayah perbatasan Pulau Sebatik yang dimotori oleh prajurit Marinir TNI Angkatan Laut (AL). Menurut Suherman untuk sementara ini lokasi pembangunannya direncanakan berdekatan dengan kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Desa Seberang Kecamatan Sebatik Utara Kabupaten Nunukan."Ada dua alternatif untuk menjadi lokasi pembangunan," ucapnya.

Mengenai penentuan terakhir lokasi pembangunan tugu ini, akan dirapatkan kembali dengan para unsur musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) pada kedua kecamatan tersebut. Masalah perencanaan ini, lanjut Suherman, telah dikoordinasikan pula dengan para tokoh masyarakat, pengusaha di Pulau Sebatik ini berkaitan dengan pendanaannya.

Pembangunan tugu ini merupakan monumental bagi masyarakat wilayah perbatasan di Pulau Sebatik agar lebih mencintai tanah airnya. Ia mengakui selama bertugas menjaga wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik, ternyata ketergantungan masyarakat Sebatik ke Tawau Malaysia sangat tinggi.

"Kami ingin menanamkan rasa cinta tanah air kepada seluruh masyarakat Pulau Sebatik. Karena saya lihat akibat ketergantungan ekonomi dengan Malaysia sangat tinggi sehingga dimungkinkan melunturnya rasa nasionalismenya," katanya.

Sumber: ANTARA News Kaltim

TNI AD dan Pemprov Kaltim Bangun Tiga Bandara di Perbatasan

25 Mei 2012, Balikpapan:  Dengan dibangunnya tiga bandara dan sarana pendukungnya diantaranya Bandara Long Bawan, Long Apung dan Data Dawai di wilayah perbatasan diharapkan akan mempercepat pembangunan di wilayah tersebut karena sangat strategis untuk membangun infrastruktur baik fisik maupun non fisik yang outputnya agar tetap terjaganya wawasan kebangsaan yang meliputi diantaranya keutuhan dan kehormatan negara Republik Indonesia, hal tersebut disampaikan oleh Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Ir. Drs. Subekti, M.Sc., M.PA. saat membuka acara penandatanganan program MOU pembangunan tiga bandara dan sarana pendukungnya antara Dirziad Brigjen TNI Zainal Arifin, S.IP dan Kadishub Kaltim Ir. Zairin Zain, M.Si. yang berlangsung di ruang Yudha Kodam VI/Mulawarman Balikpapan Jum’at (25/05).

Kegiatan penandatanganan perjanjian kerjasama antara TNI-AD dengan Pemprov Kaltim meliputi pembangunan tiga bandara dan sarana pendukungnya di wilayah perbatasan yang nantinya merupakan salah satu langkah berpikir bagi pemerintah pusat ini adalah salah satu langkah yang implementatif atau riil yang bisa dilaksanakan, bukan hanya konsep-konsep yg dikatakan sebagai konsep strategis tetapi hanya teoritis namun konsep yang strategis itulah yang harus kita jabarkan bersama hal ini disampaikan Pangdam VI/Mulawarman.

Pangdam VI/Mulawarman berharap kepada para pihak, dengan ditanda tanganinya Memorandum of Understanding (MoU) agar mempunyai tanggung jawab serta keterikatan sesuai bidang masing-masing dan mempertanggungjawabkan bersama-sama khususnya diantara kita semua dan masyarakat Kaltim pada umumnya yang memberikan anggaran dalam rangka melaksanakan program tersebut.

Sehingga kegiatan ini dapat dijadikan referensi pemerintah pusat dan pemerintah daerah Kaltim yang telah mampu berbuat sesuatu untuk membuka daerah yang selama ini terisolir, baik secara cepat maupun lambat dan secara bertahap sehingga ketergantungan kita terhadap negara lain bisa kita kurangi.

Diakhir sambutannya Pangdam mengajak semua pihak antara satu dengan yang lain dapat bekerjasama secara optimal untuk memajukan kesejahteraan masyakat sehingga kedepan negara kita bisa dihormati oleh negara lain dan sejajar dengan negara lain.

Hal senanda juga disampaikan Gubernur Kaltim Dr. H. Awang Faroek Ishak dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Staf Ahli Gubenur Bidang Polhukam Kolonel Armed Yudha Pratama bahwa penandatanganan naskah perjanjian kerjasama ini merupakan tindak lanjut penandatangan MoU antara TNI-AD yang ditanda tangani Kasad dengan Gubernur Kaltim Dr. H. Awang Faroek Ishak pada tanggal 8 Maret 2012.

Gubernur berharap dengan dilaksanakannya percepatan pembangunan di wilayah pedalaman dan perbatasan agar sejajar dengan negara tetangga Malaysia. Karena pembangunan di kawasan perbatasan baik darat maupun laut sangat penting untuk pertahanan dan kedaulatan negara. Semoga dengan dukungan TNI khususnya melalui kegiatan Operasi Bhakti Kartika Jaya, ketiga bandara dan sarana pendukungnya yaitu Bandara Long Bawan, Long Apung dan Data Dawai tersebut dapat segera terbangun seperti yang diharapkan oleh warga setempat.

Utamanya untuk mempermudah akses transportasi udara, pengangkutan orang dan barang sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan persatuan dan kesatuan serta kokohnya NKRI, demikian penyampaian Gubernur.

Kegiatan ini diakhiri dengan penandatanganan kerjasama MOU pembangunan tiga bandara dan sarana pendukungnya diantaranya Bandara Long Bawan, Long Apung dan Data Dawai antara Dirziad dengan Kadishub Kaltim dengan disaksikan oleh Pangdam VI/Mulawarman dan Staf Ahli Pangdam. Turut hadir dalam acara tersebut Kadishub Kaltim, Dirziad, Danrem 091/Aji Surya Natakesuma, SKPD Pemprov Kaltim, staf Ahli Pangdam, para Asisten dan para Kabalak jajaran Kodam VI/Mulawarman.

Sumber: Penerangan Kodam VI/Mlw

Kehidupan di Pulau Terluar Indonesia, Bayar Rupiah Kembali Ringgit


 
Kehiduapan warga P.Sebatik, Kaltim
Sebatik, Kehidupan di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, sungguh unik. Bagaimana tidak, di Pulau dengan total penduduk sekitar 35 ribu jiwa ini, berlaku sistem dua mata uang.

Adapun dua mata uang yang berlaku ialah Ringgit Malaysia dan Rupiah. Sistem kursnya pun menggunakan hitungan kasar, tidak seperti sistem kurs yang berubah setiap harinya. 1 Ringgit dihargai Rp 3.000.

Hal unik itu ditemukan ketika detikcom berkunjung ke Pulau Sebatik, pada Minggu (27/5/2012), bersama rombongan Kemenkokesra.

Kala itu, salah seorang anggota rombongan ingin membeli sebuah minuman kemasan dengan harga Rp 5.000. Sang pegawai Kemenkokesra pun membayar dengan uang Rp 10.000.

Secara logika, kita akan berpikir uang kembaliannya berjumlah Rp 5.000. Namun yang mengejutkan, pegawai tersebut hanya dikembalikan 1 lembar uang Rp 2.000 dan selembar 1 Ringgit.

"Di sini sistemnya seperti ini, bisa pakai Rupiah dan Ringgit. 1 Ringgit dihargai Rp 3.000," ucap pemilik toko.

Kehidupan unik lainnya ialah sisi nasionalisme warga Sebatik yang tergolong tinggi. Jika di kota-kota lainnya kita hanya melihat kibaran bendera merah putih di pemukiman jelang hari Kemerdekaan. Akan tetapi di sini berbeda, setiap harinya bendera merah putih berkibar di halaman depan rumah warga.

sumber : DETIK

Friday, May 25, 2012

Menyongsong Latgab 2013



Ada pertanyaan, mengapa harus tahun 2013, jawabnya karena itu berarti 5 tahun dari tahun 2008 saat diadakan Latgab TNI skala besar.  Ini sebagaimana yang diinstruksikan Panglima Tertinggi TNI yang juga Presiden RI agar 5 tahun sekali TNI melakukan Latgab skala besar.  Namun yang lebih membanggakan tentu karena pada tahun 2013 Latgab TNI dilakukan bersamaan dengan musim panen raya alutsista berbagai jenis yang sudah berdatangan sejak pertengahan 2012 ini.
Skenarionya tentu tidak jauh dari suasana adrenalin militer kita yang selalu ingin mempertahankan teritorinya secara jelas dan jantan. Oleh karena itu boleh jadi prediksi hotspot area latihan tempur gabungan itu akan berpusat di selat Malaka (pertempuran laut dan pendaratan amfibi), Kalimantan (pertempuran darat dan udara) dan Ambalat (perang laut dan pendaratan amfibi).  Tiga titik panas ini sangat dinantikan dalam latihan perang TNI untuk menguji kualitas alutsista yang dimiliki, integrasi sistem komunikasi, spirit tempur prajurit TNI di tiga wilayah tempur sekaligus.
Sekedar catatan di Riau Kepulauan saat ini sedang dibangun kekuatan baru satuan tempur Marinir TNI AL, sementara Marinir telah menempatkan satuan tempurnya di Pangkalan Brandan, Lhok Seumawe dan Piyabung Lampung.  Ini diluar dari kekuatan Pasmar I dan II Marinir yang berbasis di Jawa dan 1 brigade Marinir yang disiapkan di Papua.  Sementara di Kalimantan juga sedang dibangun satuan-satuan tempur TNI AD yaitu batalyon infantri, batalyon artileri, batalyon kavaleri untuk menambah kekuatan eksisting yang sudah ada.
Tank amfibi TNI AL dalam serial latihan 
Yang menarik tentu saja kekuatan alutsista TNI pada saat digelarnya latgab 2013 itu akan banyak diisi dengan alutsista baru.  Paling tidak sudah tersedia puluhan MBT anyar Leopard.  Dengan begitu sudah bisa dilakukan kombinasi pertempuran tank dengan payung heli serang, UAV, batalyon roket, batalyon artileri, satuan rudal anti tank yang sudah tersedia di Kalimantan.  Demikian juga dengan sebaran rudal darat ke darat.  Oleh sebab itu skenario perang darat di kalimantan diharapkan tidak lagi menguji lagu lama yang sudah usang yaitu biarkan musuh masuk lebih dulu baru digebuk. 
Lagu itu harus diganti dengan lagu baru berirama rock berjudul pre emptive strike dengan menembakkan rudal darat ke darat ke sasaran yang disimulasikan sebagai instalasi militer dan komunikasi pihak lawan. Ruang udara di Kalimantan juga dihirukpikukkan dengan pertempuran udara antara Sukhoi TNI AU dengan jet tempur pihak lawan.  Dengan dukungan jet tempur Sukhoi, Hawk, Heli serang, dan UAV pola latihan perang darat dan udara di Kalimantan akan menjadi ukuran kemenangan kampanye militer RI atau puncak dari Latgab tersebut.
Di Selat Malaka disimulasikan terjadi pertempuran laut karena pihak lawan melanggar teritori RI. Tahap awal satuan kapal cepat RI yang memang sudah terbentuk di kawasan itu melakukan pengejaran dan menembakkan rudal C705 ke arah beberapa kapal perang lawan.  Satuan Marinir dari Sumut dan Lampung disiagakan dan dikirim untuk lakukan pendaratan amfibi di salah satu pulau yang disimulasikan sebagai basis pertahanan pihak lawan.  Skuadron F16 yang bermarkas di Pekan baru bersama skuadron Hawk200 melakukan kawal udara dan serangan udara langsung ke beberapa kapal perang lawan yang mencoba melakukan serangan balik.   Lalu konvoy kapal perang armada barat berkekuatan 30 KRI berbagai jenis muncul dari balik pulau Bintan dan menuju Karimun tempat terjadinya hotspot.
KRI Nanggala  diuji kemampuan tempurnya di Latgab 2013
Di kawasan Ambalat, pasukan Marinir berkekuatan 1 brigade melakukan pendaratan pasukan di Nunukan dan Sebatik.  Dipilihmya 2 pulau terdepan ini agar gaung kampanye militer RI terdengar keras di telinga tetangga sebelah. Namun sebelumnya telah terjadi pertempuran laut yang melibatkan 25 KRI dan 10 kapal lawan. TNI AL melakukan penembakan rudal yakhont oleh KRI berkualifikasi Fregat dan langsung menenggelamkan 2 kapal musuh.  Payung untuk pertempuran laut dikawal oleh 8 Sukhoi dari Makasar, 2 UAV dan 4 heli anti kapal selam.
Skenario latgab khususnya perang darat di Kalimantan tidak lagi mengandalkan kekuatan pasukan dari pulau Jawa.  Cukup hanya bantuan 1 brigade Kostrad dari Sulawesi yang secara geografi lebih dekat dengan Kalimantan.  Dua Kodam di Kalimantan sudah tersedia berbagai arsenal mulai dari MBT, MLRS, Artileri, Rudal Anti Tank, Rudal Darat ke Darat, Roket, UAV, Heli Serang.  Jadi pola latihannya tidak lagi menunggu diserang tapi langsung melakukan serangan ofensif berskala besar sehingga pihak lawan tak mampu kumpulkan kekuatan.  Pangkalan udara pihak lawan diserang oleh satuan rudal darat ke darat, demikian juga dengan satuan radar dan pusat komunikasi harus segera dilumpuhkan pada hari pertama Latgab. 
Pada hari kedua pihak lawan mencoba melakukan konsolidasi termasuk melakukan serangan udara.  Namun serangan udara itu dapat dipatahkan Sukhoi TNI AU yang bersiaga di Balikpapan.  Karena hampir semua pangkalan udara pihak lawan sudah dilumpuhkan maka bantuan Sukhoi pihak lawan dari seberang laut yang jauh menjadi tidak efisien karena Sukhoi TNI AU lebih tahan beradu karena masih punya stok BBM.  Setelah gangguan Sukhoi lawan berhasil dipatahkan, Sukhoi TNI AU melakukan serangan udara udara langsung dan memastikan 2/3 pangkalan militer lawan sudah hancur. 
Pasukan TNI AL bersiap menuju medan operasi
Pada hari ketiga satuan MBT, satuan roket dan satuan rudal anti tank dengan dukungan Heli serang dan Super Tucano melakukan perang tank dengan pihak lawan.  Dengan dukungan UAV yang mensuplai informasi keberadaan MBT lawan, Heli serang melakukan penembakan terhadap MBT lawan yang bersembunyi di perkebunan kelapa sawit.  Satuan roket dan artileri menghujani kota-kota sepanjang perbatasan dan satuan MBT bergerak masuk sejauh 30 mil dari perbasan.  Namun penjelajahan satuan MBT ini hanya 1 hari saja karena RI memang tidak punya ambisi teritori, sekedar menghajar lawan agar tahu diri.
Serangan serentak di tiga titik panas ini dimaksudkan agar pihak lawan terpecah konsentrasinya sehingga distribusi kekuatan militernya harus dibagi di tiga front itu.  Skenario dadakan dan serang lebih dulu dalam Latgab TNI 2013 merupakan episode baru yang sangat mungkin ditampilkan dalam Latgab itu karena kemampuan alutsista kita sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Latgab TNI tahun 2013 diprediksi diikuti 35.000 pasukan TNI, 80 KRI berbagai kelas, 40 jet tempur berbagai jenis, 50 heli tempur dan angkut,  40 MBT, 30 BMP3F, 50 Scorpion, 40 BTR-50, 10 BTR80, 10 RM Grad, 5 MLRS, 2 kapal selam dan berbagai alutsista baru lainnya.
*******
Jagvane / 23 Mei 2012

sumber Alisis alutsista

Serial Alutsista (2): TNI AL Menuju Kekuatan Tiga Armada Tempur


Korvet Parchim Class  In Action
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sudah selayaknya dan harus memiliki kekuatan pengawal di lautan yang berfungsi sebagai penghubung, pemersatu, dan perekat negara kepulauan. Semboyan jalesveva jayamahe bisa diterjemahkan sebagai postur kekuatan TNI AL yang kuat, besar dan profesional. Embrionya mulai menampakkan tunas dan semakin membentuk patron itu, TNI AL sedang dan akan menuju tahapan strategis, menuju kekuatan tiga armada tempur.

Ketika saat itu akan segera tiba, kepulauan jamrud khatulistiwa Indonesia diniscayakan dikawal oleh kekuatan tiga armada tempur yang tangguh dan modern yang mampu memberikan kekuatan penangkal yang terukur, besar dan disegani. Saat ini TNI AL memiliki kekuatan dua armada tempur yaitu armada barat dan timur dengan alutsista utama 154 KRI dan 209 KAL, 2 divisi Marinir dan sebaran pangkalan yang merata.
Prediksi kekuatan tiga armada itu adalah :

Armada Barat
Pangkalann utama di Tanjung Pinang dan Belawan, pangkalan pendukung Dumai, Batam, Natuna, Lhok Seumawe, Sabang, Padang, Mempawah.  Jumlah KRI berkisar 80-85 KRI dari berbagai jenis (Fregat, Korvet, KCR, LPD, LST).  Wilayah pengawasan Armada barat adalah Selat Malaka, Selat Singapura, Laut Natuna, Selat Karimata dan Pantai Barat Sumatera diperkuat dengan 3 Brigade Marinir.

Armada Tengah
Pangkalan utama di Surabaya dan Jakarta, pangkalan pendukung Makassar, Balikpapan, Tarakan, Bitung, Cilacap, Teluk Lampung dan Benoa.  Armada Tengah diperkuat dengan 85-90 KRI dari berbagai jenis termasuk satuan kapal selam, kapal rumah sakit.  Wilayah pengawasannya adalah Selat Sunda, Laut Jawa, Pantai Selatan Jawa, Selat Bali, Selat Lombok, Selat Makassar dan Laut Sulawesi.  Armada Tengah diperkuat dengan 4 Brigade Marinir.

Armada Timur
Pangkalan utama  di Ambon dan Kupang, pangkalan pendukung di Merauke, Jayapura, Sorong dan Ternate.  Sebaran KRI berkisar antara 82-85 KRI dari berbagai jenis (Fregat, Korvet, Kapal Selam).  Wilayah pengawasan adalah Laut Timor, Laut Arafuru, Laut Banda, Laut Maluku, Pantai Utara Papua.  Mengingat kontur laut di wiayah ini adalah laut dalam maka KRI yang beroperasi adalah dari jenis Fregat dan Korvet.  Armada Timur diperkuat dengan 3 Brigade Marinir.

Jumlah seluruh KRI yang dimiliki 3 armada tempur itu berkisar 250 KRI. Ini adalah jumlah minimal yang akan mengisi ketiga armada tersebut, sementara dalam Buku Putih Kemhan jumlah kekuatan KRI yang harus dipunyai oleh TNI AL adalah 274 KRI. Dari jumlah KRI sebanyak itu, persentase jenis FPB (Fast Patrol Boat) adalah yang terbesar, yaitu minimal ada 100 FPB yang mengisi arsenal TNI AL, semuanya dilengkapi peluru kendali dari jenis C-802.

Untuk pemenuhan KRI kelas FPB, secara teknis tidak mengalami hambatan karena TNI AL punya 4 Fasharkan yang sudah berpengalaman memproduksi FPB. Artinya alutsista ini dapat dipenuhi dengan memaksimalkan seluruh potensi  galangan kapal dalam negeri. Secara maksimal PT PAL dan Fasharkan dapat memproduksi 12-15 FPB 57/FPB 60 per tahun. Ini merupakan kebanggaan tersendiri karena sejatinya kita sudah mampu membuat kapal perang sampai setingkat LPD, bahkan saat ini sudah memproses pembuatan kapal perang jenis light fregat bekerjasama dengan Schelde Belanda.

Untuk menuju kekuatan tiga armada itu TN AL sudah melebarkan sayapnya dengan membentuk pangkalan-pangkalan baru yaitu Teluk Bayur, Kupang, Merauke, Tarakan. Sesuai skenario sebaran KRI maka setiap pangkalan pendukung ditempatkan secara permanen satuan KRI minimal ada 3 korvet/Fregat dan 5 FPB untuk mengawasi perairan di sekitarnya. Di pangkalan pendukung itu akan ditempatkan 1 batalyon pasukan marinir pertahanan pangkalan. Sementara di pangkalan utama ada barisan Korvet, Fregat, FPB, LPD, Kapal Selam dan lain-lain yang dikawal satuan Marinir setingkat brigade lengkap dengan persenjataannya (Tank Amphibi, Panser Amphibi, Rudal, Howitzer).

Starting point dari semua rencana strategis ini dimulai pada tahun 2011. Persiapan kearah starting point itu selama dua tahun terakhir ini sudah dipersiapkan dengan berbagai fasilitas dan perkuatan alutsista TNI AL. Sampai dengan tahun 2011 kita sudah dan akan menerima senjata strategis Marinir berupa 50 Tank Amphibi BMP-3F, 1200 Rudal QW3, 20 RM Grad, 60 Howitzer. Marinir juga akan melakukan retrofit pada sejumlah Tank Amphibi yang dimilikinya agar menjadi alat pukul yang memiliki power strike. TNI AL diprediksi akan menerima 4 Kapal Selam baru.  Jumlah kapal selam ini akan terus ditambah sampai mencapai jumlah 12 unit. Proyek Korvet Nasional sudah dimulai tahun 2010 dengan pembuatan 2-3 korvet setiap tahun di PT PAL. TNI AL juga memesan 8 kapal jenis trimaran buatan dalam negeri, 11 LST buatan PAL dan 27 Kapal Cepat Rudal. 

Dengan semua rencana strategis itu diharapkan pada tahun 2014 kekuatan TNI AL yang kuat, besar dan profesional akan mulai terlihat bentuknya dan akan semakin sempurna pada lima tahun berikutnya. Kita sangat berharap rencana strategis yang dibutuhkan untuk pengawal lautan ini dapat diwujudkan dengan mengutamakan pemberdayaaan indutri Hankam dalam negeri yang secara defacto kita sudah mampu mengorbitkannya. Tinggal bagaimana para decision maker di jajaran TNI AL dan petinggi Kemhan mampu mengoptimalkan PT PAL, PT DI dan Pindad sebagai industri hankam strategis untuk perkuatan alutsista. Jayalah TNI AL, jalesveva jayamahe.
*****
Jagvane
sumber : Analisis Alutsista

Thursday, May 24, 2012

Tipe Radar Beda di Kohannudnas, Akibatkan Komunikasi tak Optimal


Indonesia dan Northrop Grumman akan bekerjasama membuat TPS-78 Solid State Radar. (Foto: Northrop Grumman)

24 Mei 2012, Jakarta: Perbedaan tipe radar yang ada di Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) akan berdampak pada perbedaan keluaran sistem data. Hal ini akan mengakibatkan pengoperasian komunikasi data radar tidak optimal. Pangkohanudnas Marsekal Muda TNI JFP Sitompul, melalui siaran persnya, di Jakarta, Kamis (24/5), mengungkapkan soal ini.

Dikatakannya, sistem yang diterapkan pada pertahanan udara nasional saat ini mengintegrasikan radar-radar yang terhubung dengan Sektor Operation Center (SOC) yang berada di Kosekhanudnas. "SOC yang ada di Kosekhanudnas tersebut terintegrasi dengan beberapa tipe radar yang berbeda, sehingga terjadi perbedaan output data. Dengan adanya perbedaan output data maka komunikasi data tidak optimal," katanya.

Adanya suatu penelitian dan pembuatan Protokol Komunikasi Data Radar yang dilaksanakan oleh Dislitbangau, maka Kohanudnas menyambut optimistis karena hingga kini, jajaran Kohanudnas belum memiliki standarisasi Protokol Komunikasi Data Radar.

Padahal, Protokol Komunikasi Data Radar itu bisa menjadi solusi atas persoalan ini. Oleh karena itu, pihaknya mendukung langkah Dislitbangau agar dikembangkan protokol ini guna lebih mendukung tugas-tugas Kohanudnas di masa mendatang, kata Pangkohanudnas.

Kohanudnas sendiri telah berupaya untuk mencari solusi terkait masalah tersebut, salah satunya dengan dengan menggelar diskusi di Makohanudnas pada Rabu (23/5). Upaya itu dilakukan bersama Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Udara (Dislitbangau), Dinas Komonikasi dan Elektronika TNI Angkatan Udara (Diskomlekau), Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, dan BPPT Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material.

Kapen Kohanudnas Letkol Sus Maylina Saragih, mengatakan, diskusi itu untuk mencari dan menentukan Protokol Komunikasi Data Radar yang terbaik bagi seluruh alutsista yang ada di jajaran Kohanudnas, sehingga proses komunikasi data dapat terlaksana dengan baik dan optimal dalam mendukung tugas-tugas Kohanudnas.

Sumber: Republika

Menhan Terima Commissioner of DAPA Korea Selatan



24 Mei 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro, Kamis (24/5), menerima kunjungan Commissioner of the Defense Acquisition Program Administration (DAPA) dari Korea Selatan oleh Mr Noh Dae-Lae bersama dengan Delegasi Defense Industry Cooperation Committee (DICC) Korea di Kantor Kemhan, Jakarta.

Dalam kesempatan tersebut, Menhan Purnomo Yusgiantoro didampingi Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsdya TNI Eris Herryanto. Kunjungannya menemui Menhan ini merupakan kegiatan penutup dalam rangkaian pertemuan DICC Ke-1 usai mengunjungi BUMN Industri Strategis di Bandung pada pagi hari ini dan pertemuan dengan Industri Pertahanan,

Kementerian Pertahanan, dan Instansi pemerintah terkait yang diadakan dari tanggal 21 dan 22 Mei 2012 lalu. Pertemuan DICC yang berlangsung selama dua hari dan dilanjutkan kunjungan ke beberapa industri pertahanan ini sebagai tindak lanjut dari penandatanganan kerjasama MoU mengenai DICC antara Kementerian Pertahanan RI dan Kementerian Pertahanan Republik Korea pada tanggal 9 September 2011 lalu yang dimaksudkan untuk meningkatkan kerjasama bilateral pertahanan kedua negara.

Dari MoU tersebut disepakati diadakannya pertemuan secara bergantian di Indonesia dan Korea untuk mengkaji ulang dan memfasilitasi pelaksanaan MoU ini. Kerjasama industri pertahanan antara Kemhan RI dan Kemhan Korea ini dimaksudkan untuk mendorong pemanfaatan peluang terlibat secara aktif dalam kerjasama produksi dan alih teknologi Alutsista untuk mendukung pertahanan negara.

Kerjasama industri pertahanan ini juga diharapkan dapat meningkatkan teknologi industri pertahanan dibarengi dengan nilai ekonominya. Kegiatan kerjasama industri pertahanan tersebut antara lain: pengembangan dan produksi bersama serta proyek bersama pada peralatan pertahanan dan suku cadang, pertukaran dan peralihan informasi dan ilmu pengetahuan dan teknologi pertahanan nasional, dan pemasaran bersama produk pertahanan sebagai barang dagangan internasional.

Di MoU juga menyebutkan mengenai kemungkinan diadakannya penelitian dan pengembangan serta identifikasi peluang kerjasama lain di bidang industri pertahanan.

Dalam pertemuan DICC pertama ini dibahas mengenai review MoU DICC dan kebijakan Indonesia dalam melokalisasi industri pertahanan, finalisasi kerjasama pesawat latih T-50 dan Kapal Selam 209 class. Dibahas pula mengenai joint development medium tank dan radio set cooperation project serta hellicopter joint production project. Selain itu, turut dibahas cooperation armor vehicle and propellant project serta Marine Patrol Ship project.

Sumber: DMC

BERITA POLULER