Pages

Wednesday, September 28, 2011

PENGEMBANGAN UAV LAPAN



  • Pengembangan Teknologi UAV yang mampu mendukung program penanggulangan pasca bencana, rekonstruksi dan rehabilitasi daerah bencana baik secara nasional maupun lokal
  • Dukungan teknologi UAV yang berkemampuan untuk melakukan monitoring  daerah bencana secara lebih detil, mampu mensubstitusi serta melengkapi data daerah bencana bersama data satelit dan sistem monitoring lainnya
uav_lpn
uav_lpn
 
 
roadmap_uav_lpn
roadmap uav-lpn

ROKET Indonesia Getarkan Australia, Singapura, Malaysia


Momentum ini harus dijaga terus dan ditingkatkan sebagai kebanggaan atas kemampuan teknologi sendiri. Jangan sampai karya insinyur Indonesia ini dijegal justru oleh orang Indonesia sendiri (biasa) para ekonom-ekonom Pemerintah yang sering menganggap karya bangsa sendiri sebagai terlalu mahal dan hanya buang-buang uang saja untuk riset ....! Inilah musuh yang sebenarnya. Waspadailah kawan-kawan insinyur Indonesia.

Meski sudah berlangsung 2 pekan yang lalu, peluncuran roket RX-420 Lapan ternyata masih jadi buah bibir. Anehnya bukan jadi buah bibir di Indonesia yang lebih senang ceritera Pilpres, tetapi di Australia, Singapura dan tentu saja di negara tetangga yang suka siksa TKI dan muter-muterin Ambalat yakni Malaysia.


Seperti diketahui roket RX-420 ini menggunakan propelan yang dapat memberikan daya dorong lebih besar sehingga mencapai 4 kali kecepatan suara. Hal itu membuat daya jelajahnya mencapai 100 km. Bahkan bisa mencapai 190 km bila struktur roket bisa dibuat lebih ringan. Yang punya nilai tambah tinggi ini adalah 100% hasil karya anak bangsa, para insinyur Indonesia. Begitu pula semua komponen roket-roket balistik dan kendali dikembangkan sendiri di dalam negeri, termasuk software. Hanya komponen subsistem mikroprosesor yang masih diimpor. Anggaran yang dikeluarkan untuk peluncurannya pun “cuma” Rp 1 milyar. Kalah jauh dengan yang dikorupsi para anggota DPR untuk traveller checks pemenangan Miranda Gultom sebagai Deputi Senior Gubernur BI yang lebih dari Rp. 50 milyar. Apalagi kalau dibandingkan dengan korupsi BLBI yang lebih dari Rp. 700 trilyun.
Mengapa malah menjadi buah bibir di Australia, Singapura dan Malaysia? Karena keberhasilan peluncuran roket Indonesia ini ke depan akan membawa Indonesia mampu mendorong dan mengantarkan satelit Indonesia bernama Nano Satellite sejauh 3.600 km ke angkasa. Satelit Indonesia ini nanti akan berada pada ketinggian 300 km dan kecepatan 7,8 km per ******* Bila ini terlaksana Indonesia akan menjadi negara yang bisa menerbangkan satelit sendiri dengan produk buatan sendiri. Indonesia dengan demikian akan masuk member "Asian Satellite Club" bersama Cina, Korea Utara, India dan Iran.

Nah kekhawatiran Australia, Singapura dan Malaysia ini masuk akal, bukan? Kalau saja Indonesia mampu mendorong satelit sampai 3.600 km untuk keperluan damai atau keperluan macam-macam tergantung kesepakatan rakyat Indonesia. Maka otomatis pekerjaan ecek-ecek bagi Indonesia untuk mampu meluncurkan roket sejauh 190 km untuk keperluan militer bakal sangat mengancam mereka sekarang ini pun juga!!! Kalau tempat peluncurannya ditempatkan di Batam atau Bintan, maka Singapura dan Malaysia Barat sudah gemetaran bakal kena roket Indonesia. Dan kalau ditempatkan di sepanjang perbatasan Kalimantan Indonesia dengan Malaysia Timur, maka si OKB Malaysia tak akan pernah berpikir ngerampok Ambalat. Akan hal Australia, mereka ada rasa takutnya juga. Bahwa mitos ada musuh dari utara yakni Indonesia itu memang bukan sekedar mitos tetapi sungguh ancaman nyata di masa depan dekat.

CN 235 Versi Militer
Rupanya Australia, Singapura dan Malaysia sudah lama “nyaho” kehebatan insinyur-insinyur Indonesia. Buktinya? Tidak hanya gentar dengan roket RX-420 Lapan tetapi mereka sekarang sedang mencermati pengembangan lebih jauh dari CN235 versi Militer buatan PT. DI. Juga mencermati perkembangan PT. PAL yang sudah siap dan mampu membuat kapal selam asal dapat kepercayaan penuh dan dukungan dana dari pemerintah.

Kalau para ekonom Indonesia antek-antek World Bank dan IMF menyebut pesawat-pesawat buatan PT. DI ini terlalu mahal dan menyedot investasi terlalu banyak (“cuma” Rp. 30 trilun untuk infrastruktur total, SDM dan lain-lain) dan hanya jadi mainannya BJ Habibie. Tetapi mengapa Korea Selatan dan Turki mengaguminya setengah mati? Turki dan Korsel adalah pemakai setia CN 235 terutama versi militer sebagai yang terbaik di kelasnya. Inovasi 40 insinyur-insinyur Indonesia pada CN 235 versi militer ini adalah penambahan persenjataan lengkap seperti rudal dan teknologi radar yang dapat mendeteksi dan melumpuhkan kapal selam. Jadi kalau mengawal Ambalat cukup ditambah satu saja CN235 versi militer (disamping armada TNI AL dan pasukan Marinir yang ada) untuk mengusir kapal selam dan kapal perang Malaysia lainnya.

Nah, jadi musuh yang sebenarnya ada di Indonesia sendiri. Yakni watak orang Indonesia yang tidak mau melihat orang Indonesia sendiri berhasil. Karya insinyur-insinyur Indonesia yang hebat dalam membuat alutsista dibilangin orang Indonesia sendiri terutama para ekonom pro Amerika Serikat dan Eropa: “Mending beli langsung dari Amerika Serikat dan Eropa karena harganya lebih murah”. Mereka tidak berpikir jauh ke depan bagaimana Indonesia akan terus tergantung di bidang teknologi, Indonesia hanya akan menjadi konsumen teknologi dengan membayarnya sangat mahal terus menerus sampai kiamat tiba.

Kalau ada kekurangan yang terjadi dengan industri karya bangsa sendiri, harus dinilai lebih fair dan segera diperbaiki bersama-sama. Misalnya para ahli pemasaran atau sarjana-sarjana ekonomi harus diikutsertakan dalam team work. Sehingga insinyur-insinyur itu tidak hanya pinter produksi sebuah pesawat tetapi setidaknya tahu bagaimana menjual sebuah pesawat itu berbeda dengan menjual sebuah Honda Jazz. Kalau ada kendala dalam pengadaan Kredit Ekspor sebagai salah satu bentuk pembayaran, tolong dipecahkan dan didukung oleh dunia perbankan, agar jualan produk sendiri bisa optimal karena akan menarik bagi calon pembeli asing yang tak bisa bayar cash.

LAPAN

Mozambik Pelajari Pembangunan Lembaga Antariksa di Lapan




 
 
Jakarta, Lapan.go.id, Keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan riset di bidang iptek dirgantara menarik minat negara berkembang untuk belajar dari bangsa ini. Kamis, (15/9), Menteri Riset dan Teknologi Mozambik, Vanancio Massinggue, mengunjungi kantor Lapan di Rawamangun dan Rancabungur.
                                               
Di kantor pusat Lapan di Rawamangun, Massinggue, Duta Besar Mozambik untuk Indonesia Carlos Agostinho do Rosario, dan anggota parlemen Mozambik Dr. Francisco Muchanheia bertemu dengan Kepala Lapan, Drs. Bambang Tejasukmana, Dipl. Ing., serta Sekretaris Utama dan para Deputi Lapan.

Kunjungan ini bertujuan untuk menjalin kerja sama antara Indonesia dan Mozambik di bidang riset teknologi dirgantara. Negara ini ingin membangun lembaga antariksa dengan asistensi Lapan.
“Negara kami sudah menjadi negara yang demokrasi dan melaksanakan pemilihan umum. Pertumbuhan ekonomi di Mozambik juga sangat baik. Untuk itu, ini saatnya Mozambik memikirkan untuk memiliki lembaga penelitian di bidang antariksa seperti Lapan,” ujarnya saat bertemu Kepala Lapan.
Dalam pertemuan itu, para Deputi Lapan menjelaskan berbagai penelitian dan keberhasilan Indonesia di bidang iptek dirgantara. Lapan memiliki tiga bidang penelitian utama yaitu penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer, serta teknologi dirgantara.
Pertemuan tersebut menyepakati bahwa Mozambik akan mengirimkan peneliti-penelitinya ke Indonesia. Para peneliti tersebut nantinya akan belajar di Lapan mengenai seluk-beluk perencanaan pembangunan lembaga antariksa.
Delegasi Mozambik sangat tertarik dengan pengembangan satelit mikro di Indonesia. Ketertarikan mereka disebabkan oleh keberhasilan Lapan membangun satelit Lapan-Tubsat yang telah berhasil mengorbit melebihi masa perkiraan usianya.
Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan, Prof. Dr. Soewarto Hardhienata, mengatakan bahwa delegasi Mozambik tertarik untuk membangun stasiun bumi Lapan-Tubsat di negaranya. “Pemerintah Mozambik sedang menggalang dukungan. Mereka akan menggalang dukungan melalui edukasi pemanfaatan satelit,” ujarnya.
Selain bertemu dengan Kepala, Sekretaris Utama, dan para Deputi Lapan, delegasi Mozambik juga mengunjungi Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur, Bogor. Di sana, mereka melihat pengembangan satelit Lapan A2 dan Lapan A3.
 

Lapan A2 akan mengemban misi mitigasi bencana. selain itu, satelit ini nantinya akan memiliki kemampuan untuk mengamati kapal laut. Satelit ini rencananya diluncurkan pada 2012. Sementara itu, Lapan A3 akan mendukung ketahanan pangan karena memiliki muatan imageryang berfungsi untuk penginderaan jauh.
Sebelum berkunjung ke Lapan, Rabu (14/9), Menteri Riset dan Teknologi Indonesia dan Mozambik menandatangani kerja sama iptek kedua negara di Gedung BPPT II, Jakarta. Kerja sama tersebut antara lain mencakup bidang teknologi dirgantara dan ruang angkasa.
Sumber: Humas lapan



Eurofighter Typhoon Ready for Japan


Eurofighter Typhoon Ready for JapanBAE Systems, with the full support of the UK Government, the Eurofighter partner companies and nations together with the Sumitomo Corporation, has today submitted a response to Japan’s requirement for a new fighter aircraft to the Japanese Ministry of Defence in Tokyo.
Nigel Whitehead, BAE Systems Group Managing Director - Programmes and Support said: “This cost effective proposal offers Eurofighter Typhoon, the world’s most advanced multi-role combat aircraft, as Japan’s best option to meet the requirement for its F-X programme and the most capable deterrent to regional threats. The aircraft already has operationally proven multi-role capabilities and through our ability to offer licensed production, maintenance and technology transfer, Japan can have sovereign control of manufacture, support and upgrade of Typhoon aircraft in Japan by Japanese industry. We are also able to offer software source codes and other data, giving Japan the ability to develop the aircraft itself to meet its own unique needs, now and in the future”.
The UK Ambassador to Japan David Warren also commented: “I am delighted that BAE Systems has been able to submit such a compelling solution to Japan’s F-X requirement. Typhoon will deliver world-class capability for many years to come. It also offers our two nations an opportunity to significantly strengthen our defence and security relationship and an opportunity for ground breaking industrial cooperation which will contribute substantially to Japan’s defence and aerospace industries future. The Proposal has HM Government’s fullest support”
Eurofighter Jagdflugzeug GmbH manages the Typhoon programme on behalf of the Eurofighter Partner Companies: Alenia Aeronautica, BAE Systems and Cassidian in Spain and Germany, Europe’s foremost aerospace companies.
Over 290 aircraft have been delivered to the air forces of the four partner nations and to customers, with 115,000 flying hours achieved between them.
In the UK, the Royal Air Force working with BAE Systems’ support, ensures Typhoon is available for full operational duty, protecting and defending the national air space 24 hours a day, seven days a week. The role of the aircraft includes air defence and air interception.
The Royal Air Force operate Typhoon from RAF Coningsby in Lincolnshire, RAF Leuchars in Scotland, and Mount Pleasant in the Falkland Islands and most recently have been performing operational tasks in Libya.
Eurofighter Typhoon is the world's most advanced new generation real multi-role/swing-role combat aircraft available on the market and has been ordered by six nations (Germany, Italy, Spain, United Kingdom, Austria and the Kingdom of Saudi Arabia). With 707 aircraft under contract, it is Europe’s largest military collaborative programme and delivers leading-edge technology, strengthening Europe’s aerospace industry in the global competition.
More than 100,000 jobs in 400 companies are secured by the programme. Eurofighter Jagdflugzeug GmbH manages the programme on behalf of the Eurofighter Partner Companies: Alenia Aeronautica/Finmeccanica, BAE Systems, EADS CASA and EADS Deutschland, Europe’s foremost aerospace companies with a total turnover of approx. EUR 120 billion (2010).













Russia to deploy 2nd Yars ballistic missile regiment by yearend



Yars
20:52 26/09/2011
MOSCOW, September 26 (RIA Novosti)


A second regiment equipped with Yars mobile ballistic missile systems will be put on combat duty in central Russia by the end of 2011, Strategic Missile Forces (SMF) commander Lt. Gen. Sergei Karakayev said on Monday.
The Yars missile system is armed with the RS-24 intercontinental ballistic missile that has considerably better combat and operational capabilities than the Topol-M (SS-27 Stalin). Russia fully deployed the first Yars regiment consisting of three battalions in August 2011.
"The second regiment equipped with Yars mobile systems will be put on combat duty with the Teikovo missile division [in the Ivanovo region] by the end of 2011," Karakayev said.
The SMF said in August that the Topol-M and RS-24 missiles would be the mainstay of the ground-based component of Russia's nuclear triad and would account for no less than 80% of the SMF's arsenal by 2016.
The RS-24 is a new-generation intercontinental ballistic missile capable of carrying multiple warheads, while Topol-M is a single-warhead missile.
As of August 2011, the SMF operated at least 50 silo-based and 18 road-mobile Topol-M missile systems, and nine RS-24 systems.
SUMBER : IRIB

Produksi Massal Rudal Cruise Baru Iran Membuat Media Barat Cemburu


Produksi massal rudal cruise laut Qader dan penyerahannya kepada Angkatan Laut Pasdaran dan militer Iran, diresmikan hari ini (Rabu, 28/9) di hari terakhir peringatan Pekan Pertahanan Suci. Acara itu dihadiri oleh Menteri Pertahanan dan Dukungan Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Ahmad Vahidi.
Kantor berita IRNA mengutip keterangan kantor penerangan Kementerian Pertahanan Iran, peresmian produksi massal rudal cruise itu juga dihadiri oleh Panglima Angkatan Laut Militer Iran, Habibullah Sayyari, dan Panglima Angkatan Laut Pasdaran, Ali Fadavi.
Pada kesempatan itu, Kementerian Pertahanan Iran juga menyerahkan rudal-rudal Qader kepada Angkatan Laut Pasdaran dan milter Iran.
Di sela-sela acara tersebut, Vahidi mengatakan, "Rudal cruise Qader, diproduksi secara massal dalam waktu yang sangat singkat."
"Hari ini kami telah menyerahkan rudal cruise dalam jumlah besar kepada Pasdaran dan Militer Iran," tegas Vahidi. Ditambahkannya, "Pasca pameran rudal itu, sejumlah media massa Barat mengklaim bahwa rudal-rudal tersebut adalah tipe rudal buatan luar negeri yang sebelumnya Iran hanya memiliki satu unit."
Menurut Vahidi, dengan klaim itu, mereka [media Barat] menyepelekan keberhasilan besar yang telah dicapai Iran.
"Saat ini, para ahli unggul di lembaga industri penerbangan dan antariksa, dengan memproduksi dan menyerahkan rudal cruise Qader tersebut, selain menunjukkan kemampuan tinggi mereka dalam menyuplai rudal yang diperlukan angkatan bersenjata, juga mematahkan klaim-klaim bohong media massa Barat," tutur Vahidi.
Adapun mengenai kriteria rudal cruise Qader, Vahidi mengatakan, "Rudal Qader berdaya tempuh 200 kilometer dan dapat dengan cepat dipersiapkan dan digunakan untuk menghantam target laut termasuk perahu dan kapal-kapal perang, serta target-target di pantai."
Selain itu, "Rudal Qader terbang rendah dan memiliki tingkat destruksi tinggi, ringan, dan sangat akurat."
Keistimewaan lain rudal tersebut adalah kemudahannya ditembakkan dari pantai dan dapat dipasang di berbagai jenis armada laut Iran.
Bergabungnya rudal cruise Qader itu menurut Vahidi mampu meningkatkan kekuatan defensif Angkatan Laut Pasdaran dan militer Iran. 

BERITA POLULER