Pages

Tuesday, May 24, 2011

Australia left in wake of Asian fleets


  U-214 Jerman

AUSTRALIA is threatened by an explosion in the number of submarines in Asia and needs to boost its anti-submarine warfare capacity, a former intelligence analyst and military adviser to the Howard government says.
Brice Pacey says countries such as India, Indonesia and China have embarked on a race to boost their submarine fleets, and that Australia could be left exposed as a result.
In a paper for the Kokoda Foundation launched today, Mr Pacey argues that Australia should consider upgrading its Collins class submarines, speed up the building of 12 new submarines and equip small boats for anti-submarine warfare.
Mr Pacey says by 2030 there will be more submarines in the region, capable of stealthier operations, carrying more effective weapons, deployed by states ''whose long-term intentions remain, at best, unclear''.
In particular, China is expected to have 78 submarines by 2025, up from 65 last year, a number Mr Pacey says appears more than necessary for coastal defence and the maintenance of pressure on Taiwan.


SOURSCE :http://www.northernweekly.com.au/news/national/national/general/australia-left-in-wake-of-asian-fleets/2173893.aspx

Penerbang Helikopter Latihan Simulator di Singapura


Pentak Lanud Sdm - 24/05/2011
Lima perwira TNI AU yang bertugas sebagai penerbang Pesawat Helikopter di Skadron Udara 7 Lanud Suryadarma melaksanakan latihan simulator Pesawat Helikopter jenis EC 120 Colibri di eurocopter south east asia, Changi Air Base, Singapura, Senin (23/5). Latihan dilaksanakan selama lima hari hingga, Jumat (27/5) bertujuan melatih kemampuan penerbang menghadapi segala kemungkinan buruk yang terjadi ketika mengawaki Pesawat Helikopter saat di darat maupun terbang, sehingga memiliki pengetahuan untuk bertindak dengan aman ketika ada di cockpit EC 120 Colibri.
Menurut Mayor Pnb Sapuan S.Sos., ketua rombongan yang juga Kepala Dinas Pesonel Lanud Suryadarma dalam surat elektronikanya menyatakan setiap hari tiap penerbang melaksanakan dua kali latihan dengan materi-materi seperti emergency when start engine, emergency system drill, emergency during flight, emergency on area dan instument flying. Selama latihan mereka tinggal di Changi Air Base.
Ditambahkan latihan telah dilaksanakan atas kerjasama TNI AU dengan Royal Singapore Air Force (RSAF) sejak tahun 2008 untuk mempererat kerjasama kedua belah pihak. Sedangkan para penerbang yang ikut latihan tersebut selain Mayor Pnb Sapuan S.Sos adalah Mayor.Pnb.Tarmuji, Kapten Pnb.Yanwar Effendi, Kapten Pnb.Adi Buana dan Lettu Pnb Oktavianus Olga.

TNI AU

Di Amerika, Netanyahu Kembali Tolak Usulan Obama

 Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menolak permintaan Presiden AS Barack Obama supaya mundur ke perbatasan tahun 1967.
Associated Press Selsa (24/5) melaporkan, Netanyahu mengklaim bahwa setiap perundingan damai harus menjamin keamanan rezim Zionis dan bahwa "Israel tidak mungkin kembali ke perbatasan tahun 1967 yang tidak dapat dipertahankannya."
Pernyataan itu ditujukan Netanyahu kepada sidang tahunan Komite Hubungan Publik Amerika-Israel (AIPAC) di Washington Senin (23/5).
AIPAC merupakan salah satu kelompok politik penekan yang paling kuat di AS yang mengeluarkan dana dalam jumlah besar kepada anggota parlemen AS untuk memastikan dukungan tanpa syarat dan komprehensif bagi rezim Zionis.
"Setiap kesepakatan perdamaian harus memperhitungkan perubahan demografis yang terjadi sejak tahun 1967," kata Netanyahu.
Obama dalam sambutannya pekan lalu bersikeras menegaskan bahwa masalah perbatasan 1967 harus menjadi dasar untuk melakukan pembicaraan langsung antara Israel dan Otoritas Palestina yang kini membeku.
Netanyahu juga mengatakan bahwa gerakan perlawanan Palestina Hamas bukan mitra bagi perdamaian dengan Israel.
Perdana menteri Israel juga menolak permintaan Palestina mengenai status Timur al-Quds (Yerusalem) sebagai ibukota negara Palestina di masa depan.
"Yerusalem tidak boleh lagi dibagi. Yerusalem harus tetap menjadi ibukota Israel raya." Katanya.
Israel menduduki al-Quds dan Tepi Barat dalam perang tahun 1967, kemudian mencaploknya.
Sementara itu, seorang pejabat Palestina hari Selasa (24/5) menyatakan bahwa Netanyahu mempertebal hambatan menuju perdamaian.
Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengatakan kedua pihak harus memiliki dua negara "dengan batas-batas aman dan diakui berdasarkan garis-garis tahun 1967 dengan perbatasan yang disepakati bersama." (IRIB/PH)

IRIB

Kelompok Sadr Gelar Parade Militer, Pesan untuk Militer AS

 Televisi al-Arabiya mengkonfirmasikan rencana kelompok Sadr Irak menggelar parade militer besok (Rabu, 25/5).
Televisi al-Arabiya hari ini (24/5) menyebutkan, rencana parade militer itu digelar di saat sebelumnya, para anggota kelompok Sadr telah memulai program latihan secara meluas beberapa waktu lalu.
Brigade Pasukan Mahdi dalam beberapa hari terakhir bersiap-siap di sekitar ibukota Baghdad dan kota-kota besar negara ini dalam rangka menggelar parade militer.
Seorang pejabat Sadr mengatakan, "Parade militer itu akan menunjukkan kepada pasukan pendudukan Amerika Serikat bahwa jika mereka tidak segera keluar dari Irak, maka kelompok Sadr siap untuk menghadapi mereka baik dengan cara damai maupun militer."
Menurutnya, konfrontasi kelompok Sadr dengan militer Amerika Serikat itu termasuk aksi mogok dan demonstrasi, adapun konfrontasi militer akan mencakup operasi militer.
Reporter al-Arabiya dalam laporannya menyebutkan, "Ratusan orang anggota kelompok Sadr secara tertib mulai pukul lima pagi hingga 11 malam berlatih setiap hari."
Sebelumnya, Kelompok Sadr, menyatakan akan mengaktifkan kembali perlawanan bersenjata jika militer Amerika Serikat tidak keluar dari Irak pada 2012 sesuai kesepakatan. Kelompok Sadr akan mengerahkan seluruh kemampuan dan daya untuk melawan, jika Amerika Serikat menolak melaksanakan komitmennya menarik mundur pasukan dari Irak sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Riyadh Ghali, seorang anggota Sadr, menuding pasukan pendudukan berencana untuk tetap bertahan di Irak.
Ditambahkannya, bahwa perlawanan kelompok Sadr mendatang akan dapat dibandingkan dengan perlawanan anti-militer AS pada tahun 2003. Karena menurutnya, kelompok Sadr saat ini telah melakukan koordinasi menyeluruh.
(IRIB/MZ)


IRIB

Lagi, AL Iran Buat Gebrakan Baru

 Industri angkatan laut Kementerian Pertahanan Republik Islam Iran kembali melakukan gebrakan baru. Setelah berhasil swasembada di bidang industri militer, kini, departemen pertahanan Iran berhasil memperoduksi kapal pendarat, tongkang dan kapal tunda.
Pada hari Selasa (24/5), 10 kapal pendarat, kapal tongkang dan kapal tunda produksi departeen pertahanan Iran dikirim ke pelanggan, dan dua kapal pendarat diluncurkan di kota-kota pelabuhan selatan Bandar Abbas dan Khorramshahr. Demikian IRNA melaporkan.
Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi menilai terobosan baru ini sebagai realisasi dari upaya Republik Islam untuk menciptakan kesempatan kerja dan mewujudkan kemandirian.
"Kapal ini diproduksi atas pesanan dari sektor swasta dan sejalan dengan pengembangan transportasi laut dan memperkuat perekonomian daerah," kata Vahidi.
Seraya menjelaskan kemampuan kapal produksi dalam negeri, menteri pertahanan mengatakan badan kapal pendarat dan suprastruktur terbuat dari baja dan memiliki kemampuan untuk bongkar muat di daerah tanpa dermaga dan pantai pasir yang curam.
Vahidi juga mengatakan kapal tunda menggunakan mesin berkekuatan 1.200 tenaga kuda, yang memungkinkan bisa digunakan untuk kapal berbagai tow, dan melaksanakan operasi pemadam kebakaran baik di laut dan di pantai.
Tongkang produksi dalam negeri ini dilengkapi motor dan navigasi canggih serta fasilitas radio, dan mampu membawa muatan sebesar 750 ton.
Vahidi menegaskan, departemen pertahanan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan angkatan bersenjatanya sendiri, namun lebih dari itu menggunakan keahlian dan sumber dayanya untuk meningkatkan kemampuan industri kelautan Iran (IRIB/PH)

IRIB

Panglima TNI: Waspada Ancaman Militer & Non Militer

.
Foto : Poskota

Jakarta, Seruu.com - Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E. memberikan ceramah kepada peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XVII Lemhannas RI dengan judul “Kebijakan dan Strategi Tentara Nasional Indonesia Dalam Mengemban Peran dan Fungsi TNI dalam rangka Ketahanan Nasional” di Gedung Trigatra Lemhannas RI  Jl. Merdeka Barat No. 10 Jakarta, Selasa (24/5/2011). 
PPSA XVII Lemhannas RI tahun 2011 diikuti oleh 80 orang terdiri dari : TNI AD 14 orang, TNI AL 9 orang, TNI AU 10 orang, Polri 5 orang, Kementerian/Lembaga Pemerintah nonkementerian 6 orang, BPK RI  3 orang,  DPD RI  1 orang, Bank Indonesia 1 orang,  Kejaksaan Agung 1 orang, Lembaga Penyiaran 1 orang, Pemerintah Provinsi 1 orang, Perguruan Tinggi Negeri/ Kopertis 12 orang, Parpol 5 orang, Ormas 8 orang dan Tokoh Masyarakat 3 orang.  
Panglima TNI dalam ceramahnya menyampaikan bahwa TNI dalam melaksanakan tugas pokok pada dasarnya berpedoman kepada Pasal 30 UUD 1945 tentang Sistem Pertahanan Negara yaitu Sishankamrata, yang didalamnya TNI sebagai komponen utama, dibantu komponen cadangan dan komponen pendukung.  Berangkat dari Pasal 30 UUD 1945 tersebut, diturunkan UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, selanjutnya UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, dengan melaksanakan tugas pokoknya melalui Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

 Berdasarkan Kedua UU tersebut dan dalam rangka mencapai Tugas Pokok TNI, maka visi TNI ke depan adalah “ Terwujudnya Pertahanan Negara yang Tangguh”. Sedangkan misinya pada Renstra TNI 2010-2014 dan Postur TNI 2005-2024 yaitu : pertama, menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa; Kedua, mewujudkan pembangunan kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan menuju minimum essential force secara bertahap.   



Foto:detik Foto


Mencermati kecenderungan perkembangan lingkungan strategis di tingkat global, regional maupun nasional, maka tegas Panglima TNI, perkiraan ancaman yang mungkin akan terjadi pada tahun 2011 ada dua macam yaitu ancaman militer dan ancaman non militer. Ancaman militer tersebut diantaranya kemungkinan akan terjadinya aksi sabotase yang dilakukan oleh militer asing dengan menggunakan unsur-unsur dalam negeri, terhadap obyek vital nasional yang bernilai strategis, serta ancaman spionase yang dilakukan oleh Badan Intelijen Negara lain dengan menggunakan sarana satelit, pesawat intai, kapal selam dan kapal atas permukaan air.  
Sedangkan ancaman nonmiliter diantaranya adalah kemungkinan terjadinya gerakan separatis bersenjata oleh Gerakan Separatis Papua (GSP) yang mengangkat isu pelanggaran HAM, pelurusan sejarah Pepera, hak-hak dasar orang asli Papua, genocide, kegagalan otonomi khusus dan penarikan pasukan TNI dari Papua.  Selain itu juga kemungkinan akan terjadinya  aksi radikal menggunakan kedok agama, kemungkinan terjadinya aksi teroris dengan cara peledakan bom, penembakan, aksi perampokan bersenjata yang sasarannya para pejabat negara, aparat keamanan, obyek vital nasional yang bersifat strategis, fasilitas milik negara AS dan sekutunya yang ada di Indonesia.
Sebagai pendamping Panglima TNI dalam ceramah tersebut  adalah Koorsahli Panglima TNI Mayjen TNI Hotma Marbun,  Asrenum Panglima TNI Marsda TNI Amirullah Amin dan Kapuspen TNI Laksda TNI Iskandar Sitompul, S.E.

seruu.com

Jet Tempur Prancis Jatuh di Afghanistan

Selasa, 24 Mei 2011 23:17 WIB | 889 Views
Pesawat Mirage 2000 milik Angkatan Udara Prancis mendarat di Pangkalan Udara Militer Solenzara, Prancis. (ANTARA/Reuters)
Berita Terkait
 
Paris (ANTARA News/Reuters) - Jet tempur Prancis jatuh di Afghanistan barat pada Selasa akibat kerusakan mesin, tapi kedua pilotnya selamat sesudah melontarkan diri dari pesawat itu, kata juru bicara tentara Prancis.

Mirage itu jatuh sesudah mesin rusak, kata juru bicara tersebut, dengan menambahkan bahwa itu pesawat tentara pertama Prancis jatuh di Afghanistan sejak gerakan dilancarkan pada 2001.

"Kejadian itu bukan akibat tembakan musuh ... tapi mungkin kerusakan mesin," kata Thierry Burkhard.

Sekitar 4.000 tentara Prancis ditempatkan sebagai bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Iternasional (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO di Afghanistan, yang jumlahnya sekitar 150.000 orang.

Sejumlah 57 tentara Prancis tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat padfa 2001.

Angka tertinggi 711 tentara asing tewas di negara itu tercatat pada 2010, menjadikannya tahun paling mematikan bagi mereka sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat menggulingkan pemerintah garis keras Taliban pada ahir 2001.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

Presiden Prancis Nicolas Sarkozy pada tengah Juli 2010 menjanjikan tentaranya terus berjuang untuk memastikan perdamaian di Afghanistan, tempat sejumlah tentara itu tewas dalam memerangi Taliban.

"Tentara Prancis akan melakukan tugasnya dalam mengabdi perdamaian bersama sekutu dan teman kami, di mana pun kami berada," katanya pada televisi France 2, setelah menemui pasukan pada parade tahunan tentara pada hari libur kebangsaan Prancis.

Jajak pendapat diterbitkan di surat kabar sayap kiri "L`Humanite" pada September 2010 menyatakan kurang dari tiga dari 10 orang Prancis mendukung keterlibatan berkelanjutan Prancis dalam perang Afghanistan.

Sarkozy pada Januari 2011 menjelaskan bahwa negaranya tidak akan mengirimkan pasukan tempur tambahan ke Afghanistan, namun menambah petugas bukan tempur guna melatih pasukan keamanan Afghanistan.

Prancis adalah penyumbang keempat terbesar tentara dari negara Barat dalam membantu pemerintah Afghanistan memerangi perlawanan pimpinan Taliban, setelah Amerika Serikat, Inggris dan Jerman.

Prancis tidak berniat mengirim pasukan tambahan ke Afghanistan pada 2011, tapi akan memindahkan beberapa tentaranya dari wilayah yang akan diserahkan kepada pasukan keamanan Afghanistan, kata Menteri Pertahanan Prancis Alain Juppe pada Februari.

Juppe mengatakan pasukan Prancis, yang ditarik dari daerah sekitar Sarobi, akan ditempatkan di Kapisa, sebagai bagian dari rencana pada tahun ini untuk mulai menyerahkan keamanan ke pasukan Afghanistan bersama dengan penarikan tentara Amerika Serikat, yang sekarang berjumlah 97.000 orang.

"Yang kami katakan untuk Prancis adalah bahwa kami siap memulai peralihan pada 2011," kata Juppe.

"Kami akan menarik diri bila kami merasa Sarobi aman, jika pihak berwenang Afghanistan memutuskan, dan kami akan pindah ke wilayah di dekatnya, tempat masih pekerjaan dalam mengamankan Kapisa," katanya.

Kekerasan meningkat di seluruh Afghanistan pada bulan ini sejak Taliban mengumumkan pemulaian serangan musim semi, yang lama mereka nantikan.

Taliban, yang memerintah sejak 1996, melancarkan perlawanan sesudah digulingkan dari kekuasaan oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001.(*)
(B002/B012) 


Antara

BERITA POLULER