Pages

Monday, August 30, 2010

Respons Sikap Malaysia, PAN Minta Anggaran Pertahanan Ditambah


digg
Sebagian Alutsista TNI

TEMPO Interaktif, Jakarta - Partai Amanat Nasional menilai pernyataan yang dilontarkan PM Malaysia M. Najib pada Indonesia dianggap sudah kurang ajar. "Dia bisa kurang ajar karena dia yakin pertahanannya lebih kuat dari Indonesia," kata Ketua Fraksi PAN Tjatur Sapto Edi, Selasa (31/8), di DPR, Jakarta.

Karena itulah PAN mendorong pemerintah dan DPR untuk melipatgandakan anggaran pertahanan. Untuk 2011, kata Tjatur, anggaran pertahanan harus bisa Rp 100 triliun.

Dia menambahkan, saat ini anggaran pertahanan mencapai Rp 45 triliun. "Kita beli pesawat tempur dan senjata perang baru supaya kita lebih percaya diri menjaga kedaulatan," kata dia.

Langkah ini juga ditempuh untuk memperkuat diplomasi luar negeri Indonesia. Menurut Tjatur, selama ini diplomasi lemah karena kekuatan pertahanan lemah. "Diplomasi kuat kalau disokong pertahanan yang kuat," ujarnya.

Sumber: TEMPO

AL Rusia Terima Kapal Cepat Rudal Baru Project 21631

(Foto: Dutchintell)

31 Agustus 2010 -- Angkatan Laut Rusia menerima kapal cepat rudal baru yang diberi nama Grad Sviyazhsk.

Kapal dibangun di Zelenodolsk Shipbuilding Plant. Setelah menyingkirkan lima pesaing dalam tender pembuatan lima kapal perang Project 21631.

Bobot kapal 949 ton, dipersenjatai rudal dan kanon, serta perangkat elektronik canggih.

Project 21631 merupakan versi rudal dari Project 21630 Buyan kapal meriam.



(Foto: Dutchintell)

APA/Berita HanKam

Mari Bandingkan Kekuatan Militer Indonesia vs Malaysia


0diggsdigg

TRIBUNNEWS.COM- Hubungan negeri serumpun antara Indonesia dengan Malaysia kian memanas. Hal itu tersulut oleh ulah Malaysia yang menangkap 3 petugas DKP Kepri di Tanjung Berakit wilayah resmi Indonesia.

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso akhir pekan lalu di Jambi, menegaskan siap menjaga kedaulatan negara, integritas, dan keutuhan wilayah NKRI serta menjaga keselamatan bangsa.

Beberapa hari kemudian, PM Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak mengaku tidak takut dan memperingatkan Indonesia agar aksi demonstrasi terhadap Malaysia akan menimbulkan kemarahan dan reaksi negatif dari rakyat Malaysia.

Situasi kian memanas. Di dunia maya beredar kesiapan perang Malaysia dengan Indonesia seperti misalnya yang ditampilkan di situs http://www.topix.com/forum/world/malaysia.

Bahkan ajakan perang itu beredar di kalangan pengguna Blackberry Massenger di Batam, Provinsi Kepulauan Riau, yang berbatasan laut dengan Malaysia.

Nah, bagaimana sebenarnya kekuatan tempur termasuk alat utama sistem persenjataan (alutsista) serta personel tentara kedua negara.

Tribunnews.com merujuk pada buku berjudul "Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal" karya pengamat militer Universitas Indonesia, Connie Rakahundi Bakrie.

Buku ini diluncurkan istri Mantan Pangkostrad Letjen TNI (Purn) Djaja Suparman pada 2007 lalu di gedung DPR RI, memuat antara lain perbandingan alutsista TNI dengan negara dunia dan utamanya di Asia Tenggara.

Perbandingan Persenjataan:

- Alutsista jenis tank, Indonesia hanya memiliki 350 unit kalah dari Singapura 450 unit meski luas wilayah Indonesia hampir 3.000 kali lebih besar dari Singapura.

Di Asia Tenggara, jumlah tank yang dimiliki TNI AD hanya berada di posisi keempat setelah Vietnam 1.935 unit, Thailand 848 unit, Singapura 450 unit, dan Indonesia 350 unit.

Untuk Malaysia tidak disebutkan jumlah kepemilikan tank- nya namun yang jelas di bawah Indonesia. Untuk kemampuan dukung tank terhadap personel AD-nya, Singapura masih teratas sedangkan Indonesia di posisi keenam.

- Untuk kekuataan artileri yang dimiliki TNI AD jauh lebih banyak dari Singapura dengan jumlah mencapai 1.060 unit artileri yang digolongkan menjadi dua kategori jenis T dan Mortir. Keunggulan artileri Singapura adalah karena terdiri dari berbagai ragam artileri.

Di Asia Pasifik, dengan jumlah artileri sebanyak itu Indonesia hanya di posisi ke-13. Di negara Asia Tenggara, Indonesia di urutan ketiga setelah Vietnam (3.040 artileri) dan Thailand 2.473 artileri.

Dengan demikian kemampuan dan jumlah artileri yang dimiliki Malaysia berada di bawah ketiga negara ini.

- Di Asia Tenggara hanya ada tiga negara yang memiliki kapal selam yaitu Indonesia (2 unit SSK), Singapura (3 unit SSK), dan Vietnam (2 unit SSI). Malaysia tidak disebutkan memiliki kapal selam.

SSK adalah kapal yang dimiliki Indonesia dan Singapura yang dapat dikategorikan tactical submarine berjenis SSK (patrol submarine) dilengkapi anti submarine warfare (ASW). Sementara SSI adalah kapal selam tenaga diesel.

- Untuk kapal perang jenis PSC, di Asia Tenggara Indonesia teratas dengan jumlah PSC 29 unit disusul Thailand, Vietnam dengan 11 PSC, Malaysia 11 unit PSC, dan Singapura 6 unit PSC.

Namun untuk kapal perang jenis PCC, Malaysia berad di peringkat atas dengan 185 unit disusul Thailand 110 unit sementara Indonesia hanya 23 unit yang terdiri dari 11 buah bertipe kapal patroli biasa dilengkapi senjata kaliber 20 mm, 4 unit lainnya diklasifikasikan dalam kapal patroli cepat dilengkapi SSM, 4 unit kapal patroli dilengkapi torpedo anti-submarine, dan sisanya 4 unit kapal patroli biasa.

- Secara umum untuk total pesawat tempur TNI-AU berjumlah 247 unit, RSAF (Angkatan Udara) Singapura 153 unit. Meski lebih banyak namun 53 persen pesawat tempur TNI-AU itu dikategorikan fighter dibandingkan milik Singapura. Di Asia Tenggara, Indonesia terbanyak dimana posisi kedua Vietnam 204 unit pesawat fighter dan Thailand (posisi keempat) 87 unit pesawat.

Malaysia tidak disebutkan namun yang jelas di bawah dari keempat negara yang disebutkan di atas. Jenis pesawat fighter TNI-AU terdiri atas F-5, F-16, Sukhoi, Su-30, dan 2 unit Su-27, F-5, dan berbagai jenis lainnya.

- Untuk helikopter yang dimiliki TNI-AU hanya 38 unit terdiri atas dua jenis Assault dan Transport (tipe NAS-332L Super Puma serta NAS-330 Puma). Di Asia Tenggara, jumlah terbanyak helikopter dimiliki Singapura 110 unit, lalu AU Filipina 80 unit. Indonesia berada di peringkat ketujuh dari 10 negara Asia Tenggara. Malaysia tidak disebutkan apakah dibawah Indonesia atau diatasnya.

Sumber: TRIBUN

Kekuatan Pertahanan Negeri Maritim


0diggsdigg
Kapal Perang TNI AL

Indonesia berdasarkan tinjuan sejarah sebenarnya adalah negara yang berwatak maritim. Namun watak kemaritiman tersebut saat ini sudah menghilang bersama waktu.

Beberapa kalangan berkesimpulan agar dapat kembali menjadi bangsa yang kuat dan disegani di mata internasional, Indonesia harus kembali berwawasan maritim.Fakta ini melahirkan pertanyaan, jika visi maritim merupakan visi pertahanan politik, ekonomi, dan militer yang terbaik di era Sriwijaya dan Majapahit, lalu mengapa sejarah kerajaan-kerajaan ini tidak mampu menghadapi gelombang kolonialisasi Eropa? Jawabannya adalah–– mungkin seperti apa yang terjadi pada hari ini––banyak elite pemerintahan yang kurang memiliki visi jauh ke depan,mudah diadu domba, dan secara bersamaan rajin “bermain mata” melindungi kepentingan asing (Kunio,1990).

Terjadinya pergeseran watak kemaritiman kita juga dikarenakan tidak dipenuhinya prakondisi menuju visi maritim.Patut diingat bahwa tidak ada kedaulatan negara di dunia ini yang dibangun di atas lautan. Hancurnya kekuatan maritim bangsa ini pada dasarnya disebabkan tidak memiliki basis pertahanan matra darat. Jelaslah visi kekuatan maritim tidak akan efektif jika tidak didasarkan pada konsepsi mengenai pertahanan negara yang menyeluruh dan terintegrasi.

Merujuk Amerika Serikat, kekuatan angkatan lautnya yang besar dan terbagi dalam lima teritori kekuatan yang terbentang membelah dunia dan sudah terbukti mampu menyerang dari laut, udara, dan darat, secara serentak, sesungguhnya terwujud karena tetap dibangun atas dasar pertahanan negara yang kuat secara menyeluruh.

Mengapa? Karena ketika sebuah negara bertekad membangun dan memperkuat angkatan lautnya, apalagi bertujuan menjadi outward looking military dengan terpenuhinya naval capabilities, maka negara tersebut harus memiliki pertahanan darat dan udara yang terintegrasi dengan pertahanan laut. Integrasi itu berikut sistem intelijen, pemimpin, dan pemerintahan yang kuat dengan dasar strategi politik internasional yang tangguh dalam menjaga kedaulatan negaranya.

National Interest

Kekuatan negara dalam memperjuangkan kepentingan nasional adalah prioritas utama. Indonesia dapat belajar banyak dari negeri kecil, Israel (luasnya sekitar 1% luas Indonesia), yang mampu membangun kekuatan negara dan mengamankan kepentingan nasionalnya. Di Israel sistem organisasi militer merupakan ruang eksklusif yang hanya dimiliki militer dan posisinya tetap di luar sistem sipil.

Dengan demikian, sipil bukan menjadi pengambil keputusan atas anggaran atau besaran persentase GDP yang dialokasikan untuk militer. Berbeda dengan Indonesia, mulai dari masalah jabatan militer strategis, alokasi anggaran sampai pembelian alutsista elite sipil sering kali “memaksa” untuk ikut menentukan.

Di Israel terbangun kesadaran pada publik sekaligus elite sipilnya bahwa mereka tidak memiliki alat analisis yang tepat untuk menghitung kebutuhan militer dan karenanya mereka memilih tidak ikut “bertanggung jawab” jika terjadi kesalahan dalam konteks militer dan pertahanan. Di Indonesia,khususnya pascareformasi sektor keamanan,justru elite sipillah yang menentukan anggaran militer yang akhirnya berimbas pada pembangunan TNI menjadi seperti sekarang ini.Sipil bahkan memiliki hak ‘’bebas masuk’’ ke wilayah militer sehingga TNI tidak memiliki ruang eksklusif seperti halnya Israel.

Terbukti, hingga 12 tahun reformasi berjalan, sulit bagi kita mencari solusi atas persoalan pembangunan kekuatan pertahanan, bahkan mentransformasi militer dan alutsistanya. Untuk masalah politik luar negeri, solusi umum yang sering digunakan adalah diplomasi dan sejarah pun mencatat sering kali politisi sipil kita kecolongan ketika berhadapan dengan Mahkamah Internasional seperti dalam kasus Sipadan dan Ligitan atau Timor Timur atau bahkan kasus terakhir kita dengan Malaysia yang berakhir pada “barter”15 nelayan Malaysia dengan 3 petugas DKP.

Mengingat Indonesia adalah kepulauan, maka wajar jika laut bermakna penting. Secara politis, laut melahirkan konsepsi tentang persatuan tidak hanya ke dalam, melainkan juga ke luar seperti telah diakui oleh UNCLOS/l982.Laut juga menjadi media perhubungan dan perdagangan yang vital. Kecenderungan ke depan dengan meningkat hingga 150% jumlah kapal yang akan melalui Selat Malaka telah menunjukkan betapa strategisnya Indonesia bagi jalur perhubungan dan perdagangan laut.

Dengan demikian, perumusan kebijakan pertahanan maupun kepentingan nasional yang harus dilindungi, terutama di perairan Indonesia, yaitu keamanan ALKI, keamanan sumber alam laut, perlindungan ekosistem laut.Tak lupa stabilitas kawasan strategis perbatasan dengan negara tetangga patut mendapat antisipasi dengan prioritas tinggi bagi munculnya segera konflik di masa mendatang, yaitu dengan Australia 26 pulau,

Malaysia 21 pulau,Filipina 12 pulau, India 11 pulau,Palau 7 pulau, Timor Leste 5 pulau, Singapura 4 pulau,Vietnam 2 pulau,dan PNG 1 pulau. Perlu juga diperhatikan antisipasi dan kemampuan pengamanan seluruh ZEE serta peningkatan kemampuan industri pertahanan maritim yang harus dicapai bersama kedua matra lain menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.

Postur TNI AL

Kekuatan angkatan laut secara prinsip berbasis pada alutsista bukan kekuatan personel sepertiAD. Artinya,kekuatanAL bertumpu pada senjata yang diawaki. Armada laut yang kuat didukung skuadron penerbang maupun divisi marinir dengan persenjataan udara dan darat yang modern.Perumusan postur TNI AL ideal harus diawali dengan penghitungan alutsista yang diperlukan sesuai dengan karakteristiknya geografisnya.

Dalam membangun TNI dengan visi negeri maritim,kebutuhan kapal selam yang ideal misalnya dapat ditentukan dengan beberapa pertimbangan strategis. Pertama, mengingat wilayah laut Indonesia yang luas dan strategis sebagai perairan internasional yang dilalui oleh berbagai kapal dari seluruh dunia yang sarat kepentingan, sangat berpotensi terjadi konflik.

Dengan adanya kapal selam modern, minimal aspek psikologi musuh dapat dipengaruhi.Kedua, mengingat strategisnya perairan laut di sekitar Indonesia,terutama Selat Malaka dan Laut China Selatan yang berpotensi memicu konflik inter-state, TNI AL harus dilengkapi dengan kapal selam yang modern untuk mampu berjagajaga atau bahkan mengantisipasi terjadinya konflik.

Ketiga, memahami serta melihat fakta perkembangan teknologi kapal selam dan perimbangan kekuatan di Asia Pasifik, maka TNI AL idealnya harus dilengkapi dengan 2 unit SSK, tetapi perlu di-up grade menjadi SSN (tactical submarine) dan membeli 12 submarine lagi, 8 unit bertipe SSN dan 4 unit lagi bertipe SSBN (strategic submarine). Untuk kapal perang, berdasarkan data IISS, Indonesia memiliki 29 unit (13 frigate dan 16 corvette). Frigate TNI AL dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tipe FFG (guided missile frigate) yang dilengkapi SAM, SSM, dan senjata berkaliber 76- 120 mm serta torpedo anti-submarine.

Semantara 16 corvetteTNI AL m e r u p a k a n patrol combat c o r v e t t e (PCC). Jika dilihat dari perbandingan jumlah kapal di kawasan Asia Pasifik, bahkan dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara sekalipun, jumlah kapal TNI AL masih jauh di bawah rata-rata. Di kawasan Asia Tenggara, jumlah PCC Malaysia berada di peringkat teratas dengan 185 unit.

Bahkan Malaysia berada di urutan kelima berdasarkan jumlah di Asia Pasifik setelah Jepang, Korea Utara, China,dan Rusia. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan sebagai negeri bervisi maritim. Pertama, merumuskan jumlah principle surface combatant (PSC) yang ideal yang disesuaikan dengan kebutuhan skuadron tempur laut di setiap Kowilhan dan penambahan kategori kapal.Kedua, dalam merumuskan PCC didasarkan pada perimbangan jumlah, komposisi maupun spesifikasi berbasis perbandingan di Asia Pasifik.

Bagi Indonesia, untuk perumusan jumlah PCC ideal dapat didasarkan pada besaran rata-rata jumlah PCC di Asia Pasifik. Jadi, jumlah PCC TNI AL ideal adalah 98 corvette. Untuk perumusan PSC ideal guna membangun postur TNI AL yang kuat dan berwibawa, perlu menambah destroyer dan cruiser, masing-masing 14 unit, 9 aircraft carrier (CV), 4 nuclear powered aircraft carrier (CVN),dan 1 helicopter carrier (CVH).

PSC tersebut harus digelar untuk mendukung kekuatan TNI AL di perairan Indonesia di mana 1 unit CVH secara khusus diposisikan di Selat Malaka.Semua kekuatan tersebut tergabung dalam 14 flotila di mana setiap flotila menaungi 1 skuadron kapal perang (1 cruiser,1 destroyer,2 frigate,dan 7 corvette), 1 skuadron kapal support (KRI), 3 skuadron terbang (KAL), dan 1 skuadron supportKAL dalam 1 CV. Dengan demikian, skuadron terbang TNI AL juga harus diperkuat.

Dengan perhitungan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata biaya operasional alutsista TNI AL untuk memenuhi hitungan ideal membutuhkan anggaran tambahan sebesar 70% per unit. Jika dihitung jumlah anggaran sebesar ini, termasuk biaya pengadaan alutsista baru yang harus disediakan, maka total anggaran per tahun rata rata sekitar USD11,78 miliar (sekitar Rp100 triliun).

Jelaslah, pandangan yang menyatakan bahwa arah kebijakan pemerintah untuk membangun Indonesia menjadi negara yang disegani dan berwibawa berlandaskan pada visi maritim dengan fokus pembangunan TNI berdasarkan kekuatan AL patut disadari akan mengubah secara fundamental sistem pertahanan dan politik negara yang sudah ada pada saat ini.

Pertanyaan mendasar yang harus diajukan adalah sejauh mana konsepsi kemaritiman ini dapat dijalankan berdasarkan sistem yang telah ada dan terbangun saat ini? Lalu siapkah kita semua dan para pemimpin kita untuk sungguh-sungguh membangun kembali kekuatan militer Indonesia sebagai negara yang dahulu berdaulat, terhormat, dan berwawasan maritim?(*)

Connie Rahakundini Bakrie
Institute Maritim Indonesia,
Research Fellow INSS Israel

Sumber: SEPUTAR INDONESIA

Lockheed Martin’s New Multi-Purpose HELLFIRE II Missile

The HELLFIRE II missile’s multi-purpose warhead can be set to neutralize hard, soft, or enclosed targets—it’s one missile for many missions. (Photo: Lockheed Martin)

30 August 2010, ORLANDO, FL -- Lockheed Martin’s [NYSE: LMT] multi-purpose AGM 114R HELLFIRE II missile struck and destroyed a stationary tank target in its third proof-of-principle flight test, a ground-launch test configured to simulate launch from an unmanned aerial system (UAS). The R model, or “Romeo” missile, features a multi-purpose warhead that enables a single HELLFIRE missile to cover all of the target sets of the currently fielded laser-guided variants.

A team consisting of personnel from Lockheed Martin and the U.S. Army Joint Attack Munitions Systems program office located in Huntsville, AL, conducted the test at Eglin Air Force Base, FL. The missile, armed with a live warhead, was fired at a stationary M60 tank located 6.4 kilometers downrange. Immediately before launch, test equipment emulating an airborne UAS launch platform sent targeting data and warhead delay selection commands for an armored target to the missile.

The missile was launched in lock-on-after-launch mode with a high trajectory to simulate launch from a UAS. It used its inertial measurement unit and targeting data to fly to the approximate location of the target before beginning its search for the laser signal generated by the ground-based targeting laser. The missile acquired the laser spot and struck the target within inches of the laser aimpoint.

“One of the most noticeable operational enhancements in the AGM-114R missile is that the pilot can now select the type of lethality effects while on the move and without having to have a pre-set mission load prior to departure, ” said U.S. Army Lt. Col. Mike Brown, HELLFIRE Systems product manager. “This is a big deal in insurgency warfare, as witnessed in Afghanistan where the Taliban are fighting in the open and simultaneously planning their next attacks in amongst the local populace using fixed structure facilities to screen their presence. The AGM-114R is currently that ‘one missile’ that can service all targets.”

“The success of this flight test demonstrates that the HELLFIRE Romeo can defeat HELLFIRE’s toughest target; a heavily armored vehicle,” said Ken Musculus, director of Air-to-Ground Missile System programs at Lockheed Martin Missiles and Fire Control. “It can fly to an area before acquiring a target, which enables a high-altitude platform to strike targets behind it without additional maneuvering, and defeat a tank when it gets there. We’ve worked closely with our customer to develop a next-generation all-in-one HELLFIRE, and we’re pleased that we’re that much closer to getting it into the hands of the Warfighter.”

Lockheed Martin performs all work on behalf of the HELLFIRE Systems Limited Liability Company, and will produce the missiles at its manufacturing facilities in Troy, AL, and Ocala, FL.

Headquartered in Bethesda, Md., Lockheed Martin is a global security company that employs about 136,000 people worldwide and is principally engaged in the research, design, development, manufacture, integration and sustainment of advanced technology systems, products and services. The Corporation’s 2009 sales from continuing operations were $44.5 billion.

Lockheed Martin
berita hankam

TNI dan Tentara Brunei Darussalam Makin Erat

INILAH.COM, Jakarta - Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso, menyambut secara resmi kedatangan Panglima Angkatan Bersenjata Pemerintah Diraja Brunei, Yang Mulia Mejar Jeneral Haji Aminuddin Ihsan Bin Pehin Orang Kaya Saiful Mulok Dato Seri Paduka Haji Abidin di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Senin (30/8).

Kedatangan Panglima ABDB diawali dengan jajar kehormatan dan dilanjutkan kunjungan ke Ruang Tamu Panglima TNI. Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI menyampaikan terima kasih atas kunjungan Panglima ABDB yang merupakan kehormatan bagi pemerintah RI khususnya TNI.

Ia berharap kerjasama antara kedua Angkatan Bersenjata yang selama ini telah terjalin dengan baik dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang.

Panglima TNI juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Brunei dan Angkatan Bersenjatanya, atas partisipasi dalam pertemuan Panglima Angkatan Bersenjata se-Asia Pasifik (CHOD) di Bali dan kegiatan Sail Bunaken di Manado. Serta bantuan dalam penanggulangan bencana alam di Indonesia seperti di Aceh, Sumatera Barat dan Yogyakarta, termasuk kepercayaan pemerintah dan Angkatan Bersenjata Brunei yang telah memilih peralatan senjatanya dari produk Industri Strategis Indonesia.

Sementara itu, Panglima ABDB menyampaikan ucapan terima kasih atas sambutan serta kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini. Terutama di bidang peningkatan sumber daya manusia Angkatan Bersenjata Brunei melalui pendidikan dan berharap hubungan kerjasama tersebut dapat ditingkatkan di masa mendatang dalam rangka menjalin kerjasama dan persahabatan antar angkatan bersenjata kedua negara.

Dalam kunjungan tersebut, Panglima ABDB didampingi Duta Besar Brunei untuk Indonesia, Athan Brunei Darussalam di Jakarta dan Asisten Intelijen (Pengarah Perisikan). Sedangkan Panglima TNI didampingi Kasau, Kasal, Wakasad, Asintel Panglima TNI, Askomlek Panglima TNI, Kapuspen TNI dan Staf Khusus Panglima TNI.

Selesai kunjungan ke Mabes TNI, Panglima ABDB beserta rombongan menuju ke Kementerian Pertahanan untuk melakukan kunjungan kepada Menteri Pertahanan RI.

Sumber: INILAH

DEMO ANTI MALAYSIA

Galeri Foto



Demo Malaysia
Demo Malaysia
Puluhan aktivis organisasi masyarakat (ormas) dari berbagai elemen membentangkan poster unjukrasa terhadap Malaysia di bundaran GBN Slawi, Tegal, Jateng, Senin (30/8). Unjuk rasa gabungan puluhan organisasi seperti, HMI, PMII, KAMMI, Pemuda Pancasila, komunitas motor, IPNU dan BEM UPS Tegal tersebut, menuntut pemutusan hubungan diplomatik, memboikot produk - produk Malaysia, penghentian tayangan budaya berbau Malaysia. (FOTO ANTARA/Oky Lukmansyah)Disiarkan: Senin, 30 Agustus 2010 22:06 WIB
 
ANTARA FOTO

BERITA POLULER