Pages

Thursday, September 27, 2012

Kunjungan duta besar inggris

25 September 2012, Jakarta: Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Sekjen Kemhan RI) Marsdya TNI Eris Herryanto, S.IP., menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Mark Canning, Selasa (25/9) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Dalam kunjungan ini, Dubes Inggris menyampaikan keingginan Pemerintah Inggris untuk meningkatkan kerjasama di bidang pertahanan dengan Indonesia. Dubes Inggris menyampaikan, kunjungannya ini dalam rangka ingin menindaklajuti pertemuan bilateral antara Presiden RI dengan Perdana Menteri Inggris pada bulan April yang lalu, yang salah satunya adalah keinginan untuk meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan antara kedua negara. Menurutnya, meski hubungan kerja sama pertahanan Indonesia-Inggris sempat terganggu saat diembargonya penjualan spare part pesawat tempur Hawk buatan Inggris ke Indonesia beberapa tahun lalu, namun saat ini Inggris berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan hubungan kerjasama tersebut. Selama dua tiga bulan ini, kerjasama pertahanan kedua negara telah mengalami peningkatan terutama kerjasama di bidang pendidikan. Dubes Inggris berharap, dalam waktu dekat diharapkan akan ada pertemuan lebih lanjut untuk membicarakan kemungkinan pembahasan MoU kerjasama pertahanan kedua negara. Melalui pembahasan ini, kedua negara dapat melihat kemungkinan seperti apa saja kerjasama yang dapat dikembangkan antara kedua negara di bidang pertahanan. Menanggapi apa yang disampaikan Dubes Inggris untuk Indonesia tersebut, Sekjen Kemhan RI menyampaikan menyambut baik atas keinginan pemerintah Inggris. Menurutnya, kerjasama pertahanan kedua negara sudah berlangsung sejak lama. Sekjen Kemhan RI juga berharap, hubungan kerjasama pertahanan kedua negara dapat ditingkatkan lagi berdasarkan hubungan saling membutuhkan dan menguntungkan bagi kedua negara. Turut mendampingi Sekjen Kemhan RI dalam kesempatan tersebut, Direktur Kerjasama Internasional Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Kemhan RI Brigjen TNI Jan Pieter Ate M.Bus. Sumber: DMC

Tuesday, September 25, 2012

Lapan Kembali Uji Roket RX-550 pada 2013


(Foto: Lapan)

26 September 2012, Garut: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) kembali menyempurnakan kemampuan roket RX-550 yang segera diluncurkan pada 2013 mendatang.

Dalam persiapannya itu, LAPAN kembali melakukan uji statik motor roket RX-550 yang akan dilakukan pada Sabtu( 29/9) di Kecamatan Pangmeungpek, Kabupaten Garut. Sejumlah alat instalasi mulai dipasang pada roket RX-550 tersebut. Kepala Balai Produksi dan Pengujian Roket LAPAN Sudihartono menyebutkan,beberapa alat tersebut terdiri dari alat untuk mengukur daya dorong, tekanan, vibrasi, tempratur, dan data visual.

Sejumlah peralatan itu, kata Sudi, akan menentukan apakah motor roket senilai Rp5 miliar ini akan layak menjalani uji terbang atau tidak di 2013 nanti. ”Roket RX-550 sendiri masih dalam tahapan penelitian dan penyempurnaan. Di 2011 lalu,kami sempat melakukan uji statik.Namun,karena tidak sempurnanya struktur material pada bagian nossel motor roket saat itu, RX-550 masih belum bisa dikatakan layak uji terbang. Sekarang, uji statik motor pendorongnya akan kita lakukan kembali,”kata dia.

Sudi mengungkapkan, belum sempurnanya struktur komponen nossel motor roket disebabkan terbatasnya kualitas material logam.Saat itu, logam pada komponen nossel motor roket hanya memiliki ketebalan 3 mm. ”Idealnya, ketebalan struktur material 6 mm. Sedangkan kondisi saat itu ketebalannya hanya 3 mm. Jadi yang seharusnya material itu bisa menahan panas sebesar 3.000 derajat celcius selama waktu pembakaran propelan sekitar 14 detik, ini malah hanya tahan dalam waktu 7 detik saja.Akibatnya, saat memasuki detik ke 8, material nossel robek dan pecah,”ungkapnya.

Seperti diketahui, nama roket RX-550 diambil dari diameter motor roket yang berdiameter 550 milimeter. Panjang motor roket setidaknya mencapai 6 meter. Sedangkan panjang keseluruhan roket bisa mencapai 9 meter lebih. Fungsi khusus roket RX-550 adalah sebagai pendorong (booster) utama yang akan membawa satelit ke luar angkasa dengan kapasitas bahan bakar jenis HTPB (hydroxyl toluen poly butadiene) sebanyak 1,8 ton.

Roket ini diprediksi memiliki jarak tempuh sejauh 150 km dengan jangkauan sepanjang 300 km. Roket RX-550 merupakan penyempurnaan beberapa roket produksi Lapan sebelumnya, yaitu RX- 420 di tahun 2009 dan RX-320 di tahun 2008. Karena belum bisa menjangkau target yang ditetapkan, kedua roket itu pada akhirnya disempurnakan kembali melalui proyek pembangunan roket RX-550.

Dana pembangunan roket RX-550 ini sebesar Rp5 miliar. Di bagian lain,Kepala Pusat Sains Antariksa LAPAN Clara Yono Yatini mengatakan, saat ini hanya ada 30 peneliti astronomi, itu pun terpusat di LAPAN. “Sebetulnya banyak, hanya saja kemungkinan penghargaan di dalam negeri terhadap mereka (peneliti antariksa) kurang,”katanya.

Sumber: SINDO

Leopard dan Marder Tiba Awal November 2012

Tank Marder 1A3. (Foto: ©Bundeswehr/Modes)

25 September 2012, Jakarta: Sebagian tank tempur utama (Main Battle Tank/MBT) Leopard dan tank tempur medium Marder dari Jerman dijadwalkan tiba di Indonesia pada awal November 2012 dengan pengiriman dilakukan melalui angkutan udara dan laut.

"Leopard akan dikirim bersama dengan Marder pada awal November 2012 nanti. Sekarang Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) sedang di sana dan akan pulang tanggal 30 September 2012," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin di Makodiv-1 Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Selasa.

Pengiriman tahap pertama ini, lanjut dia, akan datang sekitar 15 unit tank berbobot 60 ton itu, sementara untuk tank Marder belum diketahui berapa yang akan datang.

Staf Ahli Menhan bidang keamanan itu mengatakan, dipersiapkan dua unit pesawat yang akan digunakan khusus mengangkut tank-tank tersebut. "Tapi nanti kombinasi pengirimannya, ada yg melalui pesawat, ada juga melalui kapal," kata Hartind.

Pengiriman ini molor dari rencana semula pada Oktober 2012 mendatang karena terkendala administrasi. Pada November mendatang, tank-tank tersebut akan ditunjukkan kepada publik.

Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menuturkan, pemerintah membeli tank Leopard sebanyak 103 unit, tank Marder sejumlah 50 unit dan membeli 10 tank pendukung.

Finalisasi penandatanganan kontrak diharapkan bisa dilakukan akhir September 2012. "Pihak Rheinmetall (produsen) akan berada di Indonesia untuk finalisasi penandatanganan kontrak yang akan dilaksanakan pada minggu ke empat September 2012," katanya.

Sumber: ANTARA News

ada apa dengan apache?

Jakarta - Tercium bau tak sedap dari rencana pemerintah untuk mengakuisisi delapan unit helikopter serang AH-64 Apache dari Amerika Serikat (AS). Pasalnya, dengan dana US$ 1,4 miliar, India mendapatkan 22 unit helikopter yang sama. Kepada itoday, Senin (24/9), pengamat pertahanan Muradi mengatakan, rencana pembelian tersebut harus diperiksa, apakah Indonesia membeli langsung dari produsen atau menggunakan jasa broker. Sebab menurutnya, jika melalui jalur normal, maka seharusnya Indonesia mendapatkan jumlah dan kualitas yang sama dengan India. Muradi juga menekankan bahwa jalur apa yang digunakan dalam pengadaan Apache ini harus dibahas secara tersendiri. Sebab dalam konteks Indonesia, mark up dalam pengadaan sudah menjadi rahasia umum. “Apakah kita membeli dari tangan pertama? Jika benar maka seharusnya jumlah yang diterima dengan India. Ini menjadi preseden dan terjadi berulang-ulang, “ tambahnya. Menurut dosen FISIP Universitas Padjadjaran, Bandung ini, jika pengadaan Alutsista sudah menggunakan jalur G to G, tidak alasan Indonesia tidak mendapatkan spesifikasi barang yang kurang dari India beli. Muradi menduga, ada permainan di pihak Indonesia. “Dugaan yang paling gampang, adalah permainan mark up di Indonesia, bukan di AS-nya, “ tuturnya. Bukan tanpa alasan Muradi menduga ada permainan dalam pengadaan helikopter serang ini, sebab jika bicara masalah rezim persenjataan internasional, pengadaan senjata sangatlah ketat, tidak segampang membeli kacang goreng. Indonesia sendiri dikabarkan menyiapkan dana sebesar US$ 1,4 miliar untuk mendatangkan delapan unit AH-64D Apachel Block III Longbow beserta 19 mesin T-700-GE-701D, sembilan Modernized Target Acquistion and Designation Sight/Modernized Pilot Night Vision Sensor, empat AN/APG-78 Fire Control Radars, empat AN/APR-48A Radar Frequency Interferomerters, sepuluh AAR-57(V) 3/5 Common Missile Warning Systems (CMWS) yang disertai Sensor and Improved Countermeasure Dispenser, sepuluh AN/AVR-2B Laser Detecting Sets, sepuluh AN/APR-39A(V) 4 Radar Signal Detecting Sets, 24 Integrated Helmet and Display Sight Systems (IHDSS-21), 32 M299A1 HELLFIRE Missile Launchers, dan 140 rudal HELLFIRE AGM-114R3. Tidak hanya itu, paket pembelian senilai US$ 1,4 miliar itu juga meliputi alat pendeteksik kawan/lawan Identification Friend or Foe transponders, senapan mesin 30mm beserta amunisi, peralatan komunikasi, peralatan tes, paket pelatihan, simulator, generator, transportasi, kendaraan pendukung, suku cadang, peralatn pendukung, pelatihan personel, dan peralatan keperluan latihan. Sedangkan India, dengan nilai yang sama mendapatkan 22 unit AH-64D Apache Block III Longbow beserta 50 mesin T700-GE-701D, 12 AN/APG-78 Fire Control Radars, 12 AN/APR-48A Radar Frequency Interferometers, 812 rudal AGM-114L-3 HELLFIRE LONGBOW, 542 rudal AGM-114R-3 HELLFIRE II, 245 STINGER Block I-92H missiles, and 23 Modernized Target Acquisition Designation Sight/Pilot Night Vision Sensors, rockets, rudal untuk latihan dan amunisi 30 mm beserta paket pelatihan, suku cadang dan lain-lain. Sumber : Itoday

KRI Banjarmasin Ikut Operasi Penyelamatan ke Somalia


KRI Banjarmasin - 592 saat melakukan proses penggenangan (platform) untuk mengeluarkan tank amfibi di Pantai Mapalus, Bitung, Sulawesi Utara, Senin (7/2). KRI Banjarmasin - 592 berada di Bitung dalam rangka melakukan uji coba pelayaran jarak jauh ( Long Sea Trial) selama 30 hari ke wilayah timur perairan Indonesia. (Foto: ANTARA/Basrul Haq/ed/ama/11)

Jakarta Kapal perang terbesar buatan anak negeri milik TNI AL KRI Banjarmasin ternyata pernah digunakan dalam operasi penyelamatan internasional. KRI Banjarmasin dengan didampingi kapal tempur Belanda menyelamatkan KM Sinar Jaya Kudus yang dibajak di Somalia beberapa waktu lalu.

"Pernah digunakan untuk operasi pembebasan kapal Sinar Kudus di Somalia. Kita jalan bareng kapal tempur kecil Belanda, dan operasi mereka berangkat duluan, baru dari Colombo sama-sama ke Somalia," kata Nahkoda KRI Banjarmasin, Letkol Laut Stanley Lekahena, di ruang nahkoda KRI Banjarmasin, Markas Komando Lintas Laut, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (24/9/2012).

Hal ini berarti kapal buatan anak negeri telah diakui dunia internasional dengan dukungan navigasi dan kemampuan yang tidak bisa dianggap remeh. Hanya saja KRI Banjarmasin belum mendapatkan identitas internasional untuk berlayar di laut internasional.

"Kapal ini punya dua radar BR-3440, didukung peta digital, GPS, echo sounder, dan wheather text. Jadi untuk internasional kita sudah standar, tinggal transponder yang belum dipasang. Itu Automatic Identification System yang belum kita miliki," ujar Stanley.

Kapal ini sendiri akan dilengkapi persenjataan meriam boffors 40 mm dan metraliur Oerlikon 20 mm, senapan anti udara. Namun kapal ini memang tidak diperuntukan untuk perang terbuka.

"Persenjataan masih dalam proses, masih belum ada sekarang tapi akan dipasang senapan anti udara," ujar Stanley.

Kapal KRI Banjarmasin dibuat oleh PT PAL dan yang terbesar yang pernah dibuat anak negeri. KRI Banjarmasin memiliki saudara kembar yakni KRI Banda Aceh yang diparkir di Jakarta dan KRI Banjarmasin sebenarnya di parkir di Surabaya.

"Kapal ini diperuntukan di Surabaya, sedangkan KRI Banda Aceh di Jakarta," ujar Stanley.

sumber : DETIK

Monday, September 24, 2012

RMAF May Lease Gripens an Option


Swedish Gripen (photo : Militaryphotos)

PETALING JAYA : The Royal Malaysian Air Force (RMAF) is considering an offer from Sweden to lease up to 18 JAS39 Gripen fighter jets for its Multi-Role Combat Aircraft (MRCA) programme.
RMAF chief Tan Sri Rodzali Daud told theSun leasing the Gripens is a cheaper solution considering the huge capital expenditure needed for the procurement of new fighters.
"The Gripens had been leased to European air forces, so there is nothing new about such a deal.
"The aircraft also meets all of our MRCA requirements although I admit it is short on gas and range due to its small size," he said when asked to comment on claims by defence industry sources that Sweden has offered a lease-buy option for the Gripens.
Sources told theSun that offer was made after Gripen and the Sukhoi Su-30MKM were eliminated from the MRCA programme following technical evaluation by RMAF test pilots.
They said the three top contenders, namely Boeing F/A-18 Super Hornet, Dassault Rafale and Eurofighter Typhoon, would compete for the final stage of the programme, where their transfer of technology packages and off-set offers would be evaluated before the winner is selected.
Rodzali denied that Gripen and Sukhoi were no longer considered for the MRCA programme as "we are still evaluating all of the aircraft".
He also denied that RMAF had ranked the aircraft in the technical evaluation.
Instead, he said, the aircraft's strengths and weaknesses were documented for further evaluation.
According to him, one important factor for the final selection would be the lowest support cost. "If the Super Hornet is seen as the favourite, it is because we already have the Hornets (eight units) in service."
Asked how many Gripens will be leased if the offer is accepted, he said "preferably it will be 18 planes as specified in the MRCA".
He said despite budgetary constraints, the MRCA programme will go ahead as the air force has planned to retire the 10 MiG-29N Fulcrum air superiority fighters by 2015. "We may need a special budget, one that covers three Malaysian plans," he added.
Rodzali declined to confirm the budget allocation for the MRCA programme but sources told theSun the air force could only procure 12 jets if it opts for the Super Hornet, Rafale or Typhoon.
Hungary and Czech operate the Gripens under a 10-year lease-and-buy contract, for around RM398 million a year, which covers servicing and training.
Rodzali dismissed any hint of an arm race in the impending buy.
"The reason we are looking for new fighters is because of the capability gap. We need to ensure we are on par with other nations.
"Another reason is technology. Technology is moving rapidly. We cannot afford to be left behind."

Daftar Permintaan Indonesia Paket Pembelian Apache Dan Pendukungnya


Pemerintah Indonesia dengan resmi telah melakukan permintaan untuk kemungkinan pembelian 8 Heli Serang AH-64D Apache Block III Longbow beserta perlengkapan, suku cadang, pelatihan dan dukungan logistik kepada Pemerintah AS.   Permintaan tersebut telah mendapat lampu hijau dari Defense Security Cooperation Agency (DSCA) yang memberitahukan Kongres AS pada tanggal 19 September 2012.  Perkiraan biaya pembelian ke 8 Heli Serang tersebut adalah: $1,4 miliar
Daftar permintaan Pemerintah Indonesia antara lain:
  • 8 AH-64D APACHE Block III LONGBOW Attack Helicopters
  • 19 T-700-GE-701D Engines (16 installed and 3 spares),
  • 9 Modernized Target Acquisition and Designation Sight/Modernized Pilot Night Vision Sensors,
  • 4 AN/APG-78 Fire Control Radars (FCR) with Radar Electronics Units (Longbow Component),
  • 4 AN/APR-48A Radar Frequency Interferometers,
  • 10 AAR-57(V) 3/5 Common Missile Warning Systems (CMWS) with 5th Sensor and Improved Countermeasure Dispenser,
  • 10 AN/AVR-2B Laser Detecting Sets,
  • 10 AN/APR-39A(V)4 Radar Signal Detecting Sets,
  • 24 Integrated Helmet and Display Sight Systems (IHDSS-21),
  • 32 M299A1 HELLFIRE Missile Launchers, and
  • 140 HELLFIRE AGM-114R3 Missiles.
HELLFIRE AGM-114R3 Missiles
Dalam paket pembelian tersebut juga termasuk perangkat IFF (Identification Friend of Foe), Senjata dan Amunisi 30mm, perangkat komunikasi,  tool dan test equipment, perangkat latihan, simulator, generator, transportasi, kendaraan pendukung, suku cadang, pelatihan personal dan perangkat pelatihannya.
Proposal penjualan senjata ini oleh Pemerintah AS dianggap akan memberikan bantuan kepada kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS dengan meningkatkan keamanan dari negara-negara yang telah dan terus akan menjadi sahabat Pemerintah AS,yang menjadi kekuatan penting dalam stabilitas ekonomi dan politik di Asia Tenggara
Dalam proposal tersebut, Pemerintah Indonesia akan mendapatkan aset vital untuk melindungi dan menghalangi ancaman keamanan potensial baik dari dalam maupun luar.  Pemerintah Indonesia akan menggunakan Heli Serang Apache untuk pertahanan perbatasan, operasi anti terorismd dan pembajakan laut dan mengontrol kelancaran alur transportasi laut di Selat Malaka. 

 Peralatan dan Servis yang dilakukan dalam program pembelian ini akan menjadikan Indonesia menjadi sebuah kekuatan pertahanan yang lebih baik dan menjadi bagian penting dalam kerjasama pertahanan dengan pasukan AS.
DSCA menganggap penjualan Heli Serang Apache beserta perangkat dan pendukungnya dianggap tidak akan mengubah keseimbangan militer di regional Asia Tenggara.
Sumber : ARC

Rencana Pembelian Skuadron Apache di Sambut Dengan Gembira oleh Penerbad

Salah seorang komandan skadron Pusat Penerbangan TNI AD mengaku gembira jika Pemerintah Indonesia benar-benar jadi membeli helikopter serang AH-64/D Apache. Ia mengaku mengikuti terus perkembangan berita ini sejak awal. Kemungkinan pembelian makin menguat setelah Kamis, 20 September kemarin, Menlu AS Hillary Clinton mengumumkan kepastiannya untuk menawarkan delapan heli ini kepada Indonesia, melalui Menlu RI Marty Natalegawa, dalam Joint Commision Meeting di Washington, AS. Semula terdengar kabar, Kongres AS kurang menyetujui itikad Pemerintah AS untuk menawari helikopter tersebut. Namun, setelah pemerintahan Presiden AS Barack Obama menjelaskan bahwa dukungan persenjataan ini penting bagi hubungan kedua negara dan akan memperkuat keamaman di negara Muslim terbesar di dunia ini, Kongres AS akhirnya menyetujui. Dukungan dan kerjasama pertahanan ini juga digencarkan dalam rangka refocuses perhatian ke wilayah Asia-Pasifik setelah bertahun-tahun terlibat dalam konflik yang melelahkan di Irak dan Afghanistan. "Kesepakatan ini diharapkan bisa memperkuat persahabatan komprehensif kedua negara dan membantu memperkuat keamanan di wilayah Asia Pasifik," ujar Menlu Hillary Clinton, mengutip Reuters. Hillary Clinton, yang selama sebulan terakhir ini sibuk berkunjung ke sejumlah negara di wilayah Asia Pasifik, mengakui bahwa Pemerintah AS telah berusaha meningkatkan kerjasama militer dengan sejumlah sekutu tradisionalnya, seperti Filipina dan Australia. Hal ini dilakukan untuk menekan China agar mau menerima kesepakatan bersama untuk memecahkan konflik teritorial di Laut China Selatan. Di mata pers Indonesia, keinginan AS untuk menjual delapan heli Apache tentunya merupakan perkembangan menarik, mengingat belum lama ini Indonesia telah menerima tawaran 24 pesawat tempur F-16 versi upgrade. Paket F-16 ini akan ditebus dengan biaya 750 juta dollar AS, sementara untuk kedelapan Apache belum jelas benar berapa "angka" yang akan disodorkan pemerintah AS. Jika tawaran ini disetujui Pemerintah Indonesia, kedelapan heli serang buatan Boeing tersebut hampir bisa dipastikan akan digunakan untuk memperkuat Skadron Serbu, Pusat Penerbangan TNI Angkatan Darat (Puspenerbad). Sejauh ini Skadron Serbu Penerbad telah diperkuat dengan heli NBO-105 dan Mi-35P yang dipersenjatai. Sumber : Angkasa

BERITA POLULER