Jakarta - Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Mahdudz Siddiq yakin Amerika Serikat memiliki kepentingan politik militer di kawasan Asia-Pasifik dengan menghibahkan pesawat F-16 dan penjualan persenjataannya kepada Indonesia. Karena itu, DPR mengingatkan kepada pemerintah agar tidak mudah didikte.
Terlebih lagi, hibah pesawat F-16 tersebut tetap mengharuskan Indonesia untuk membayar biaya perbaikan, suku cadang, dan pengiriman. "Semua hibah sistem persenjataan tidak boleh ada kondisionalitas politik yang mengikat. Apalagi Indonesia tetap harus membayar mahal karena sumber dananya pinjaman luar negeri," kata Mahfudz kepada detik kemarin.
Seperti diketahui, setelah Amerika menghibahkan 24 pesawat F-16 pada tahun lalu, pemerintah Barack Obama kembali mengusulkan kepada konggres untuk menjual peluru kendali (Rudal) kepada Indonesia senilai US$ 25 juta.
Usul itu disampaikan dalam surat pemberitahuan bertanggal 22 Agustus 2012. Indonesia disebutkan ingin membeli 18 rudal AGM-65 Macerick All-Up-Round, 36 rudal pelatihan udara, tiga rudal pelatihan untuk pemeliharaan, ditambah suiku cadang, peralatan uji, dan pelatihan personel.
Hal senada disampaikan Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanudin. Tubagus yakin setiap pemberi hibah pasti memiliki kepentingan politik, Karena itu, ujar dia, Komisi Pertahanan akan terus mengontrol proses pemberian hibah tersebut. "DPR sudah mewanti-wanti, Indonesia tak akan mengikuti keinginan negara pemberi hibah", ujarnya.
Sumber : DETIK PAGI
Tuesday, August 28, 2012
Monday, August 27, 2012
496 pemuda ikut "Sail Morotai" bersama KRI Surabaya
Selasa, 28 Agustus 2012 00:46 WIB | 1252 Views
Sejumlah pengunjung mengamati monumen Jenderal
Douglas Mc Arthur di pulau Zum Zum, Morotai, Maluku Utara, Rabu (6/6).
Monumen tersebut dibangun sebagai napak tilas keberadaan panglima perang
sekutu, Jenderal Douglas Mc Arthur yang menjadikan pulau tersebut
sebagai tempat persembunyian pada Perang Dunia II . (ANTARA/Prasetyo
Utomo)
....Pemuda dari berbagai latar belakang bisa saling bertemu dan bertukar pikiran."
Berita Terkait
"Ini program yang luar biasa. Pemuda dari berbagai latar belakang bisa saling bertemu dan bertukar pikiran," kata Menpora Andi Malarangeng, saat memberikan pembekalan di atas KRI Surabaya, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin malam.
Pemuda yang mengikuti pelayaran tersebut berasal dari berbagai komponen seperti pramuka, organisasi karya kepemudaan, mahasiswa pemuda peduli keluarga berencanaan dan juga perwakilan pemuda dari seluruh provonsi.
Menurut rencana pada 4-5 September mereka akan singgah di Ambon (Maluku), 7-8 September di Sorong (Papua Barat), 11-13 September di Raja Ampat, 11-12 September di Ternate, dan 13-15 September di Morotai (Maluku Utara) untuk mengikuti Sail Morotai.
Dalam perjalanan pulang mereka akan singgah di Makassar. Diharapkan pada 24 September mereka sudah tiba di Jakarta.
Selama perjalan mereka juga akan mengikuti berbagai kegiatan antara lain untuk meningkatkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Selain itu juga meningkatkan jiwa kepemimpinan serta juga kewirausahaan. Kegiatan antara lain melalui pelatihan-pelatihan, diskusi dan lainnya.
Pada saat itu, Menpora juga mengharapkan agar para pemuda mengembangkan potensi kebaharian.
Ia mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara bahari sehingga pemudanya harus mampu menguasai masalah kebaharian.
Jika tidak, katanya, maka potensi bahari Indonesia bisa diambil oleh negara lain.
Pemerintah telah menyelenggarakan kegiatan "Sail" sejak tahun 2009, dimulai dengan Sail Bunaken 2009, Sail Banda 2010, dan Sail Wakatobi - Belitong 2011.
Pulau Morotai yang seringkali disebut sebagai "East Indonesia Paradise", merupakan pesona kecantikan timur Indonesia dengan daya tarik wisata alam bahari yang sangat mempesona serta keragaman dan keunikan biota laut.
Selain itu Morotai sering juga disebut sebagai Morotai The Memory Island (Morotai Pulau Kenangan), karena pada saat Perang Pasifik (Perang Dunia II), Morotai dua kali mengalami pendudukan tentara asing. Jepang pada 1942 di bawah pimpinan Jenderal Kawashima, serta tentara Sekutu pada 1944 di bawah komando Jenderal Douglas McArthur. (U002/Z002)
sumber : Antara
Mabes TNI Akui Membutuhkan Rudal Maverick
Rudal AGM-65 Maverick. (Foto: U.S. Air Force /Staff Sgt. Jocelyn Rich)
27 Agustus 2012, Jakarta: Markas Besar TNI mengklaim rudal AGM-65K2 "Maverick All-Up-Round" sebagai bagian dari kebutuhannya. "Itu salah satu kelengkapan pesawat yang dibutuhkan oleh TNI," kata Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul kepada wartawan, Senin, 27 Agustus 2012.
Namun Iskandar mengatakan akan menyerahkan rencana pembelian rudal itu pada Kementerian Pertahanan. "Tentu semuanya harus disesuaikan dengan anggaran yang ada, urusan itu biar Kemhan yang memutuskan," kata Iskandar.
Iskandar memastikan TNI memerlukan 18 paket peluru kendali pabrikan Raytheon Co ini. "Kalau punya pesawatnya, tentu harus dilengkapi dengan sistem persenjataan yang memadai," ujar dia.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan persetujuannya untuk menjual perangkat rudal F-16 ke Indonesia. Berdasarkan nota yang dikirim pada Rabu pekan lalu itu, Indonesia disebut-sebut meminta paket 18 rudal jenis AGM-65K2 "Maverick All-Up-Round", 36 rudal untuk latihan para pilot, tiga rudal latihan "perawatan" beserta suku cadangnya, perlengkapan pengujian, serta latihan personal.
Rudal AGM-65 buatan Raytheon Co itu dirancang untuk menyerang target jarak jauh, termasuk kendaraan lapis baja, pertahanan udara, transportasi darat, dan fasilitas penyimpanan. "Penjualan ini akan menjadikan Indonesia mitra regional yang berharga di sebuah wilayah penting di dunia," kata Pentagon, seperti dikutip dari laman Business Recorder, Ahad 26 Agustus 2012.
Sumber: TEMPO
27 Agustus 2012, Jakarta: Markas Besar TNI mengklaim rudal AGM-65K2 "Maverick All-Up-Round" sebagai bagian dari kebutuhannya. "Itu salah satu kelengkapan pesawat yang dibutuhkan oleh TNI," kata Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul kepada wartawan, Senin, 27 Agustus 2012.
Namun Iskandar mengatakan akan menyerahkan rencana pembelian rudal itu pada Kementerian Pertahanan. "Tentu semuanya harus disesuaikan dengan anggaran yang ada, urusan itu biar Kemhan yang memutuskan," kata Iskandar.
Iskandar memastikan TNI memerlukan 18 paket peluru kendali pabrikan Raytheon Co ini. "Kalau punya pesawatnya, tentu harus dilengkapi dengan sistem persenjataan yang memadai," ujar dia.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan persetujuannya untuk menjual perangkat rudal F-16 ke Indonesia. Berdasarkan nota yang dikirim pada Rabu pekan lalu itu, Indonesia disebut-sebut meminta paket 18 rudal jenis AGM-65K2 "Maverick All-Up-Round", 36 rudal untuk latihan para pilot, tiga rudal latihan "perawatan" beserta suku cadangnya, perlengkapan pengujian, serta latihan personal.
Rudal AGM-65 buatan Raytheon Co itu dirancang untuk menyerang target jarak jauh, termasuk kendaraan lapis baja, pertahanan udara, transportasi darat, dan fasilitas penyimpanan. "Penjualan ini akan menjadikan Indonesia mitra regional yang berharga di sebuah wilayah penting di dunia," kata Pentagon, seperti dikutip dari laman Business Recorder, Ahad 26 Agustus 2012.
Sumber: TEMPO
Warships, Fighter Jets, S-400 to 'Protect Russia APEC Summit'
Su-30
Warships, warplanes as well as S-400 missile defense systems will be deployed to protect the leaders of the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) forum during a summit in Russia's Far East next month, an official said on Friday.
The summit will be held in the port city of Vladivostok on September 2-9.
"The security of the summit will be provided by engineering units of the Eastern Military District, and anti-aircraft units, which include an S-400 system, the [Sukhoi] Su-27SM, Su-30 and MiG-31 jets, as well as by Pacifit Fleet warships and submarines," said Igor Korotchenko, a miltary journalist and chairman of the Defense Ministry's Public Council.
The meeting of the 21-member group is expected to be dominated by economic and trade issues.
Warships, warplanes as well as S-400 missile defense systems will be deployed to protect the leaders of the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) forum during a summit in Russia's Far East next month, an official said on Friday.
The summit will be held in the port city of Vladivostok on September 2-9.
"The security of the summit will be provided by engineering units of the Eastern Military District, and anti-aircraft units, which include an S-400 system, the [Sukhoi] Su-27SM, Su-30 and MiG-31 jets, as well as by Pacifit Fleet warships and submarines," said Igor Korotchenko, a miltary journalist and chairman of the Defense Ministry's Public Council.
The meeting of the 21-member group is expected to be dominated by economic and trade issues.
B-52s bring persistent airpower to Exercise Pitch Black 12
The 69th Expeditionary Bomb Squadron, Minot Air Force
Base, N.D., took to the skies of Australia’s Northern Territory Aug. 2
to 18 as the lone U.S. Air Force unit flying in Exercise Pitch Black 12.
With more than 2,200 personnel and up to 100 participating military aircraft, Exercise Pitch Black 12 is the Royal Australian Air Force’s largest and most complex air exercise.
From
July 27 to Aug. 17, the U.S. Marine Corps, U.S. Air Force, Australian
Defense Force, Royal Thai Armed Forces, Singapore Armed Forces, New
Zealand Defense Force, Malaysian Armed Forces, French Armed Forces,
British Armed Forces, Indonesian National Armed Forces and a component
operating under the North Atlantic Treaty Organization participated in
the exercise.
The 69th EBSs’ participation in Pitch Black 12 is
critical to satisfying their mission objectives in support of Pacific
Air Forces’ continuous bomber presence.
As part of the mission,
bombers participate in exercises while deployed in order to showcase
both U.S. offensive and defensive capabilities, engage with the citizens
of regional partners and ultimately contribute toward interoperability
with other countries.
“In traversing the Pacific Ocean for
large-scale exercises such as Rim of the Pacific and Pitch Black 12, our
crews hone their skills, as well as assure our allies of the United
States’ commitment to the region,” said Capt. Timothy May, 69th EBS
weapons and tactics flight commander and bomber liaison officer
representing the squadron for planning and briefings in Australia for
Pitch Black 12.
“It shows that the United States maintains a credible strike capability in the region at all times,” he said.
For more than 20 years, the RAAF has conducted the biennial Pitch Black Exercises as major training
activities, providing participating nations the opportunity to obtain
useful military training and the chance to strengthen ties with regional
partners.
Captain May said that integrating into Pacific Command
joint and coalition exercises, operations and training provided aircrews
unique training opportunities in support of the continuous bomber
presence..
“This exercise afforded my colleagues and I a
tremendous opportunity to learn and expand our skills as aviators,” said
Captain May. “Communicating and planning with our Pacific allies
provided a unique learning opportunity that bolsters cultural and
professional relationships among regional partners.”
During the
exercise, the B-52 displayed unique capabilities that make it a
commodity in such large-scale air exercises. Along with its ordnance
capacity, the B-52 brings a long-endurance capability, which translates
directly to persistent airpower.
“The B-52 brings a volume of
ordnance that smaller, tactical assets cannot match,” said Captain May.
“In multiple cases during the exercise, a single B-52 covered nearly 50
percent of its team’s targets in given scenarios.”
The exercise
required participants to conduct offensive counter air and defensive
counter air missions launched from RAAF Bases Darwin and Tindal.
Pitch
Black 12 utilized massive training areas that featured realistic threat
simulations and targets. These training areas accommodated larger
aircraft formations and provided a formidable obstacle course for the
aircraft and crews of participating nations.
“During the exercise
we integrated into flying formations with the other nations,” said Maj.
Christopher Morris, 69th EBS mission planning cell team chief. “On a
training day, we can have Indonesian or Taiwanese aircraft escort us to
the target and protect us from the opposing targets. Such formations
promote good integration with our regional partners’ air forces.”
Captain
May said that the exercise gave participants opportunities to practice
operating in high threat environments against very capable adversaries.
“With
six nations participating we receive different perspectives from
regional air forces, from mission planning to execution to debrief,”
said Captain May. “The collective efforts of all six nations bring an
impressive array of aircraft and skills to the fight.”
The 69th
EBS participation in Pitch Black 12 is only one among multiple exercises
where in the B-52 has represented the U.S. Air Force and its air-strike
capability.
“We are grateful for the opportunity to integrate
with our allies through participation in Pitch Black 12,” said Lt. Col.
Doug Gosney, 69th EBS commander. “Our B-52 bomber force and aircrew
maintain a high level of readiness across all mission sets.
Participation in these types of exercises allow us to hone our skills
even further while simultaneously forging and strengthening
relationships with our friends and allies.”
Along with experiences
gained and reinforced international ties, the 69th EBS continues to
support the CBP mission and take part in exercises that develop greater
interoperability, strengthen regional peace, and promote stability and
prosperity within the Asia-Pacific Region.
“I am extremely proud
of our bombers and crew force for their accomplishments and
participation in regional activities in the Pacific,” said Gosney.
“Their service and dedication bring unique capabilities to these
coalition and joint exercises as part of the continuous bomber presence
mission and is a testament to the fact that the Air Force stands ready
for the call and can successfully accomplish all assigned missions.”
Pengamat: Pesawat Jet Tempur Tanpa Rudal Jarak Jauh Tak Ada Gunanya
Connie Rahakundini Bakrie
Memperkuat persenjataan pada pesawat jet tempur F-16, adalah hal yang niscaya karena pesawat jet tempur tanpa dipersenjatai rudal terpandu jarak jauh, tidak ada gunanya .
Hal ini dikatakan oleh pengamat militer, Connie Rahakundini Bakrie, menyusul berita yang dilansir kantor berita Reuters dari Washington DC, Amerika Serikat pada Jumat (24/8), yang melaporkan pemerintah Presiden Barack Obama, telah mengusulkan untuk menjual rudal terpandu jarak jauh dan peralatan terkait senilai 25 juta dollar Amerika, untuk melengkapi armada pesawat jet tempur F-16 yang dimiliki Indonesia.
“Pesawat jet tempur memang harus bisa menembak, tapi harus diperhatikan apakah hal ini memang sesuai dengan kebutuhan TNI Angkatan Udara sebagai penggunanya,” ujar Connie ketika dihubungi, Minggu (26/8).
Indonesia disebutnya harus bisa memainkan posisi tawar, yang lebih baik dalam negosiasii pengadaan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) dengan Amerika Serikat, mengingat Amerika Serikat memandang posisi strategis Indonesia, dan dianggap sebagai kekuatan pengimbang terhadap China di kawasan Asia.
Dalam hal ini dan dengan konteks sengketa di kawasan Laut China Selatan antara China, Taiwan dan empat negara anggota ASEAN, Connie mengatakan Indonesia dapat menggunakan posisi tawarnya, untuk meminta Amerika agar mendukung penguatan kekuatan militer Indonesia di laut dan tidak hanya di udara.
"Kesempatan ini harus dimanfaatkan untuk mendapatkan perjanjian kerjasama yang lebih baik untuk membangun armada laut baru, seperti Armada Pasifik dan Armada Lautan Hindia, sehingga melengkapi Armada Barat dan Armada Timur yang sudah ada,” ujar Connie.
Namun Connie mengatakan bahwa kebijakan politik luar negeri Indonesia bebas aktif, dengan semboyan one thousand friends zero enemy dapat menimbulkan kebingungan, untuk menentukan aliansi yang kuat dengan salah satu kekuatan besar di dunia, walau hal ini juga dapat digunakan untuk menjalin kerjasama yang lebih erat dengan Amerika dan China.
Connie memberikan contoh bahwa Indonesia dapat membagi kerjasama militernya dengan kedua negara tersebut, dalam membangun dan memperkuat armada laut, misalnya membangun Armada Barat dan Samudera Hindia dengan China, sementara Armada Timur dan Pasifik dengan Amerika.
“Ini akan membuat Indonesia sebagai negara dengan kekuatan pengimbang yang sebenarnya. Menurut saya, ini adalah gerakan non blok abad ke-21,” ujar Connie.
SUMBER :BERITA SATU
TNI Gelar Latihan PPRC 2012 di Natuna
Kasum TNI Marsekal Madya TNI Daryatmo memeriksa jajaran pasukan TNI saat
upacara pembukaan latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di
Markas Komando Divisi Infanteri-1/Kostrad Cilodong, Depok, Jabar, Senin
(27/8). Latihan gabungan yang melibatkan seluruh unsur TNI yaitu TNI AD,
TNI AL dan TNI AU itu diikuti 2.500 prajurit yangt akan dilaksanakan
pada 31 Agustus sampai 9 September 2012 di Natuna, Kepulauan Riau. FOTO
ANTARA/Jafkhairi/Koz/Spt/12)
Panglima Divisi I/Kostrad, Mayjen. TNI. Daniel Ambat didampingi Komandan Lanud Halim Perdanakusuma, Marsma. TNI. A. Adang Supriyadi, SE., mengecek kesiapan Satuan Pelaksana Operasi Udara (Satlakopsud) di Taxy-way Echo Lanud Halim Perdanakusuma, pada Jumat (24/8/12), dalam rangka menghadapi latihan PPRC TNI tahun 2012 ini.
Mayjen. TNI. Daniel Ambat melihat langsung dari dekat bagaimana pemeliharaan kesiagaan operasional unsur udara yang terlibat dalam latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI yang rencananya akan diadakan di Pulau Natuna. Selain itu, Panglima juga melakukan tanya jawab langsung dengan para penerbang dan kru pendukung serta memeriksa ke dalam badan pesawat CN-235.
Kegiatan inspeksi ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk terus melatih kesiapan prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Apalagi, PPRC sendiri merupakan latihan rutin tahunan yang biasa digelar TNI. Menurut jadwal akan dilaksanakan mulai Agustus sampai September 2012. Diawali dengan Gladi Posko di Cilodong dan Gladi Lapangan di Natuna.
Latihan di Natuna akan melibatkan 2500 personel, gabungan TNI AD, TNI AL dan TNI Angkatan Udara. Dengan mengerahkan pesawat unsur intai C-121; pesawat Hercules C-130 dan CN-235; unsur Pasukan Khas TNI AU serta seluruh pangkalan TNI AU di Indonesia.
Dalam kesempatan ini pula, Komandan Skadron Udara 31, Letkol. Pnb. Eko Sudjatmiko melaporkan kesiapan Satlakopsud serta berbagai kemungkinan kendala yang ada. Sebagai bahan masukan bagi Komandan PPRC TNI dalam menentukan kebijakan selanjutnya bagi penyempurnaan hasil latihan kelak.
“Moto kami: tegar, ikhlas dan tuntas menyukseskan misi apapun yang diemban”, tandas penerbang yang mengakui adanya berbagai latihan yang akan digelar di akhir tahun 2012.
Setelah melihat gelar kesiapan, rombongan mengunjungi Marsailing Area (MA) yang akan digunakan sebagai titik kumpul pasukan. Turut serta dalam kegiatan penting ini adalah Asops Divisi I/ Kostrad Kolonel Inf Joko Sudiono; serta Asintel Divisi I/ Kostrad Letkol Inf Asep Jauhari.
Sumber: Pentak Lanud Halim Perdanakusuma
Panglima Divisi I/Kostrad, Mayjen. TNI. Daniel Ambat didampingi Komandan Lanud Halim Perdanakusuma, Marsma. TNI. A. Adang Supriyadi, SE., mengecek kesiapan Satuan Pelaksana Operasi Udara (Satlakopsud) di Taxy-way Echo Lanud Halim Perdanakusuma, pada Jumat (24/8/12), dalam rangka menghadapi latihan PPRC TNI tahun 2012 ini.
Mayjen. TNI. Daniel Ambat melihat langsung dari dekat bagaimana pemeliharaan kesiagaan operasional unsur udara yang terlibat dalam latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI yang rencananya akan diadakan di Pulau Natuna. Selain itu, Panglima juga melakukan tanya jawab langsung dengan para penerbang dan kru pendukung serta memeriksa ke dalam badan pesawat CN-235.
Kegiatan inspeksi ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk terus melatih kesiapan prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Apalagi, PPRC sendiri merupakan latihan rutin tahunan yang biasa digelar TNI. Menurut jadwal akan dilaksanakan mulai Agustus sampai September 2012. Diawali dengan Gladi Posko di Cilodong dan Gladi Lapangan di Natuna.
Latihan di Natuna akan melibatkan 2500 personel, gabungan TNI AD, TNI AL dan TNI Angkatan Udara. Dengan mengerahkan pesawat unsur intai C-121; pesawat Hercules C-130 dan CN-235; unsur Pasukan Khas TNI AU serta seluruh pangkalan TNI AU di Indonesia.
Dalam kesempatan ini pula, Komandan Skadron Udara 31, Letkol. Pnb. Eko Sudjatmiko melaporkan kesiapan Satlakopsud serta berbagai kemungkinan kendala yang ada. Sebagai bahan masukan bagi Komandan PPRC TNI dalam menentukan kebijakan selanjutnya bagi penyempurnaan hasil latihan kelak.
“Moto kami: tegar, ikhlas dan tuntas menyukseskan misi apapun yang diemban”, tandas penerbang yang mengakui adanya berbagai latihan yang akan digelar di akhir tahun 2012.
Setelah melihat gelar kesiapan, rombongan mengunjungi Marsailing Area (MA) yang akan digunakan sebagai titik kumpul pasukan. Turut serta dalam kegiatan penting ini adalah Asops Divisi I/ Kostrad Kolonel Inf Joko Sudiono; serta Asintel Divisi I/ Kostrad Letkol Inf Asep Jauhari.
Sumber: Pentak Lanud Halim Perdanakusuma
Brigif 9 Kostrad Merebut kembali Wilayah Sumatera yang Dikuasai Negasor
27 Agustus 2012, Medan: Brigif 9 Divif-2 Kostrad yang berkedudukan di Jawa Timur bergerak menuju wilayah Baturaja Sumatera Selatan yang saat ini dikuasai pasukan negasor. Musuh atau negasor dari wilayah Utara Laut Cina Selatan, telah berhasil memasuki wilayah NKRI khususnya di Pulau Sumatera dan menempatkan pasukannya di beberapa wilayah mulai dari Lampung, Palembang dan Baturaja. Kekuatan musuh yang berada di Baturaja di perkirakan 1 Batalyon Plus.
Brigif 9 melaksanakan Serpas(pergeseran pasukan) dengan menggunakan beberapa KRI Angkatan Laut dari Tanjung Perak Surabaya menuju ke pelabuhan Teluk Panjang, antara lain KRI Teluk Parigi 539, KRI Teluk Lampung 540, KRI Tanjung Kambani 971, KRI Banjarmasin 592, KRI Teluk Ambonia 503, dan KRI Teluk Menado 537. Selain gerakan pasukan melalui laut dan darat, Brigif 9 juga diperkuat oleh Batalyon Linud 501/18/2 yang akan diterjunkan untuk melakukan infiltrasi ke daerah musuh.
Setelah mendarat di Teluk Panjang pasukan bergerak dengan farmasi kolone taktis menggunakan jalur darat menuju lokasi yang sudah diduduki musuh. Selama perjalanan pasukan mendapat gangguan baik serangan maupun ranjau dari pihak musuh. Serangan dapat diatasi oleh pasukan Brigif 9 dan terus bergerak menuju lokasi musuh. Sedangkan gangguan ranjau dapat diatasi oleh Zeni Tempur (Zipur)-10/2 Kostrad.
Setelah mendekat ke daerah sasaran Pasukan infanteri terus bergerak dilindungi oleh Batalyon Armed 12/1/2 Kostrad dengan melakukan tembakan penyokong menggunakan Meriam 105 mm ke arah musuh.
Demikian juga Kavaleri 8/2 Kostrad, Arhanud (Pertahanan Artileri Udara) -2/2 Kostrad, dan Penerbad (Penerbangan Angkatan Darat) melakukan bantuan tembakan dari darat dan udara.
Dengan adanya serangan yang melihatkan kecabangan yang ada di TNI AD, musuh dapat dihancurkan. Setelah sasaran dapat direbut, dilanjutkan dengan Operasi Mobil Udara dengan menggunakan sejumlah helikopter untuk melakukan pengejaran terhadap musuh yang melarikan diri.
Demikian skenario Latihan Antar Kecabangan TNI AD 2012 di daerah Baturaja Sumatera. Pada tahun ini TNI Angkatan Darat akan mengadakan latihan Antar Kecabangan Tingkat Brigade TNI AD. Latihan akan dilaksanakan 26 Agustus sampai dengan 4 September di Pusat Latihan Tempur Kodiklat TNI AD Baturaja Sumatera Selatan.
Latihan terbesar TNI AD selama 20 tahun terakhir ini mengambil tema “Brigade Tim Pertempuran melaksanakan operasi Militer untuk perang dalam rangka menjaga keutuhan wilayah NKRI”. Prajurit yang akan dilibatkan dalam kegiatan latihan sebanyak 6000 personel dengan menggunakan Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) yang akan dicoba dalam medan yang sesungguhnnya.
Satuan yang terlibat dalam latihan Brigif 9 Kostrad terdiri atas: Kompi Mekanis- A Yonif 201/Damjaya, Yonkav-8/2K, Yonarmed-12/I/2/ Kostrad, Yonarhanudri-2/2/K, Yonzipur-9/2/K, Ki Pernika Yonhub/2/K, Kibekang Yonbekang 2/2/K, Kikes-A Yonkes 2/2/K, Tonpom Kipom Div 2/K, Kipal Divif-2/K, Detasemen Penerbangan TNI Angkatan Darat, Satuan tugas penerangan Dispenad, Direktorat hukum Angkatan Darat.
Adapun tujuan latihan meningkatkan kemampuan tempur perorangan menuju terciptanya kerjasama antar kecabangan dalam Brigade Tim Pertempuran (BTP) serta menyelenggarakan Operasi tempur yang didukung operasi Sandi Yudha Intelijen dan Teritorial.
Sumber: Dispenad
Subscribe to:
Posts (Atom)
BERITA POLULER
-
Rusia Jamin Indonesia Bebas Embargo Militer TEMPO.CO , Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pem...
-
Rencana kedatangan alutsista TNI 2010-2014 dengan anggaran pembelian US$ 15 Milyar : Renstra TNI 2010-2014 memberikan nuansa pelangi terhad...
-
T-90S Rusia (Main Battle Tank Russia) Kavaleri Peroleh 178 Unit Kendaraan Tempur Kaveleri TNI Angkatan Darat (AD) akan mendapatkan tambah...
BACA JUGA:
-
▼
2024
(85)
-
▼
November
(7)
- Indonesia Sudah Tandatangani MoU Setahun Lalu Tapi...
- Kasau mengunjungi Airshow China 2024 di Zhuhai, du...
- Pejabat Korsel Menyebut Indonesia Negara Penting T...
- TNI AL dan Angkatan Laut Rusia rampungkan fase lau...
- Kemenhan dan PT DI bahas kemajuan program jet temp...
- TNI AL dan Angkatan Laut China Bahas Latihan Bersa...
- Bakamla: Kooperatif, "coast guard" China tak lagi ...
-
▼
November
(7)