Surabaya - Satuan Kapal Selam Komando Armada RI Kawasan Timur (Satsel Koarmatim) dalam waktu dekat akan menggelar latihan bersama dengan kapal selam Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy). Untuk menindaklanjuti rencana latihan tersebut, hari ini, Rabu (8/8), Commander Submarine Group 7 US Navy Rear Admiral Philip Sawyer mengadakan kunjungan ke Koarmatim.
Kedatangan Rear Admiral Philip Sawyer tersebut diterima Kepala Staf Koarmatim Laksamana Pertama TNI Darwanto. SH, M.AP dengan didampingi Komandan Guspurlatim Laksamana Pertama TNI Ari Soedewo dan beberapa pejabat teras Koarmatim di Gedung Laksamana Nala Koarmatim Ujung Surabaya.
Kapal selam Koarmatim yang akan terlibat dalam latihan ini yaitu KRI Nanggala-402, didukung dengan kapal atas air Sigma Class KRI Diponegoro-365 dan satu Helikopter BO-105. Sedangkan Kapal Selam US Navy yang terlibat adalah USS Los Angeles (SSN/688).
Latihan manuvra laut ke dua kapal selam tersebut, rencananya akan dilaksanakan disekitar Laut Jawa. Namun sebelum melaksanakan manuvra lapangan (Manlap), terlebih dahulu akan dilaksanakan pertukaran perwira dari masing-masing Kapal Selam untuk on board di ke dua Kapal Selam tersebut.
KRI Nanggala-402 adalah Kapal Selam Kelas 209/1300, merupakan salah satu senjata strategis TNI AL yang merupakan Kapal Selam Kelas Konvensional (Battery Electric) Kedua Kapal Selam berbeda jenis ini sama-sama merupakan senjata strategis bagi masing-masing Negara, baik Indonesia maupun Amerika Serikat.
Latihan Passing Exercise dengan USS Los Angeles di sekitar perairan Laut Jawa ini adalah dalam rangka menjalin kerjasama antara TNI AL dan US Navy, lebih khusus lagi untuk menjalin kerjasama antara Satuan Kapal Selam Koarmatim dengan CTF 7 (Squadron Kapal Selam), Armada ke-7 US Navy. Latihan ini juga dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan ABK KRI Nanggala-402, KRI Diponegoro-365 dan Pilot Heli BO-105 dalam mendeteksi, menganalisa dan mengenali lebih jauh tentang Kapal Selam USS Los Angeles.
Sumber : DISPENARMATIM
Friday, August 10, 2012
Thursday, August 9, 2012
Presiden: Riset Untuk Pertahana Perlu Ditingkatksn
Peningkatan alutsista dan modernisasi TNI dalam kurun waktu lima tahun yang dilakukan secara besaar-besaran mendapat reaksi dari sejumlah pihak di tingkat internasional. Meski demikian peningkatan alutsista ini tidaklah berniat untuk melakukan tindakan agresi yang menyimpang dari semangat ASEAN.
Peningkatan dan modernisasi alutsista ini karena semata-mata ingin meningkatkan kemampuan pertahanan baik dari tugas operasi perang terlebih lagi banyak sekali terdapat tugas operasi selain perang yang harus dilakukan.
Hal tersebut diungkapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memberikan keterangan pers usai rapat koordinasi dengan Menhan, bersama jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid 2 bidang Polhukkam, Panglima TNI dan Kapolri, Kamis (9/8) di Gedung Pimpinan Ruang Hening Mabes TNI, Cilangkap Jakarta.
Sementara itu, dalam peningkatan alutsista Presiden menginginkan untuk memiliki alutsista yang berkelas dunia melalui kemandirian industri pertahanan dalam negeri. Oleh karena itu pemerintah akan terus mendukung pengembangan program industri pertahanan dalam negeri dengan memberikan perhatian khusus terhadap pelaksanaan riset dan pengembangan dalam rangka menopang industri pertahanan.
" Agar tidak tergantung dari luar lagi, maka pemerintah terus meningkatkan dan mengembangkan industri pertahanan sehingga indonesia akan mandiri, namun tolong dipertimbangan juga dari sisi ekonomi dan bisnisnya, " jelas presiden SBY.
Sehubungan peningkatan Alutsista ini juga pemerintah juga memberikan dorongan dengan meningkatkan anggaran pertahanan yang cukup signifikan pada setiap tahunnya. Menurut Presiden peningkatan anggaran pertahanan ini seiring dengan kondisi ekonomi saat ini juga terus meningkat, sehingga memungkinkan untuk membangun Alutsista tersebut. Disampaikan Presiden mengenai peningkatan anggaran pertahanan ini yang dimulai dari Tahun 2004 sebesar 21,7 Triliun, Tahun 2009, 33,67 Triliiun, Tahun 2012 sebesar 72,54 Triliun dan untuk tahun 2013 bisa dialokasikan sekitar 77, Triliun Rupiah.
Presiden SBY menghimbau kepada jajaran Kemhan dan TNI untuk pengadaan alutsista ini dilakukan dengan mekanisme dan prosedur yang benar, sehingga mampu mencegah terjadinya penyimpangan dan penggelembungan anggaran pertahanan.
“ Saya berpesan kepada jajaran Kemhan dan TNI agar peningkatan anggaran yang cukup signifikan harus direncanakan dengan baik dan dikelola sebaik-baiknya, dan cegah dari penyimpangan, karena kalo terjadi penyimpangan maka akan timbul masalah” Harap Presiden SBY.
Tidak hanya dari pengelolaan anggaran, namun menurut Presiden setiap pengadaan alutsista maka harus terdapat kehandalan dari segi sistem dan teknologinya sehingga didalam penggunaannya dapat mendukung pelaksanaan operasi gabungan kearah yang lebih efektif.
Sumber : DMC
Pengadaan Alutsista diperioritaskan Produk Dalam Negeri
residen meminta jajaran Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) memprioritaskan produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari dalam negeri. Namun Presiden juga meminta produk alutsista yang dihasilkan tersebut harus berkelas dunia.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal ini dalam keterangan pers seusai rapat koordinasi membahas pembangunan di sektor pertahanan di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (9/8) sore.
"Kalau tidak bisa diproduksi di dalam negeri, baru kita beli dari negara lain dan itupun masih dalam kerangka kerja sama seperti alih teknologi dan produksi bersama, riset dan pembangunan secara bersama," kata Presiden SBY. Menurut Presiden, sejauh ini produk alutsista dalam negeri tidak kalah mutunya dengan industri pertahanan negara lain.
Dalam mengembangkan industri pertahanan, Presiden meminta dipertimbangkan aspek ekonomi dan bisnis. "Sehingga tidak terjadi karena hanya mengejar produksi tanpa memperhatikan sisi ekonomi dan bisnisnya lantas mengalami masalah. Belajar dari pengalaman masa lalu, kita pastikan semuanya dipertimbangkan dengan seksama," Presiden mengingatkan.
Insutri pertahanan akan berkembang manakala Indonesia membeli barang yang dihasilkan oleh industri dalam negeri. "Jangan sampai kita memproduksi perlengkapan militer dan alutsista, kemudian TNI dan Polri kita membeli dari negara sahabat padahal sama atau barangkali lebih bagus produksi kita," SBY menambahkan.
Dalam rakor tadi, pemerintah juga memberi perhatian khusus terhadap masalah penelitian dan pengembangan industri pertahanan. Sebagai contoh, saat ini tengah dilakukan penelitian dan pengembangan untuk kendaraan tempur dan kendaraan taktis. "Harapan saya bisa diproduksi di dalam negeri sehingga bisa lebih efisien dan bisa mendesain kendaraan tempur dan kendaran taktis yang sesuai dengan geografi, sifat ancaman, dan kekhasan Indonesia," ujar Presiden SBY.
Pada kesempatan ini Presiden juga menjelaskan bahwa pemerintah tengah merancang udang-undang untuk kekuatan non militer yang bisasanya dipergunakan untuk mobilisasi dan konsep tentara cadangan. "Dengan demikian dalam keadaan damai kita cukup memiliki yang disebut dengan minimum essentials force. Tetapi dalam keadaan perang bisa dengan cepat dibesarkan dengan cara mobilisasi," Kepala Negara menjelaskan.
"Konsep bela negara inilah yang ingin kita hadirkan, dengan demikian sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945, harus siap untuk membela negaranya," ujar Presiden SBY.
Sebelumnya, Presiden menjelaskan bahwa Indonesia terus memutahirkan kebijakan dan strategi pertahanan. Pemutakhiran ini disesuaikan dengan perkembangan geopolitik dan perkiraan lingkungan strategis. Kebijakan tersebut nantinya akan diturunkan ke dalam doktrin militer, rencana kampanye, rencana operasi, dan rencana kontigensi. "Nantinya juga akan diwujudkan dalam latihan-latihan gabungan bersekala besar," kata Presiden.
Dalam memberikan keterangan pers, Presiden SBY didampingi Wapres Boediono, Menhan Purnomo Yusgiantoro, dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono.
Sumber : PresidenRI
Anggaran Pertahanan RI meningkat dari tahun ketahun
Pemerintah memproyeksikan anggaran pertahanan untuk 2013 sebesar Rp 77 triliun, meningkat secara signifikan dibanding tahun 2012 yang mencapai Rp 72,54 triliun. Presiden meminta Kementerian Pertahanan untuk membicarakan anggaran ini dengan DPR, termasuk anggaran 2012 yang masih diberi tanda bintang oleh DPR.
"Kalau sudah kita rencanakan, uangnya ada, diperlukan segera, untuk menjaga kedulatan dan keutuhan wilayah tentu pemerintah akan senang kalau implementasinya juga lancar," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bagian lain keterangan persnya seusai rapat koordinasi di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Kamis (9/8) sore.
Pembahasan mengenai anggaran pertahanan ini dibahas secara mendalam dalam rakor yang dimulai pukul 13.30 WIB tadi. Presiden merinci kenaikan anggaran pertahanan ini dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004, anggaran pertahanan berjumlah Rp 21,7 triliun, pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp 33,67 triliun. Tahun 2012 mencapai Rp 72,54 triliun dan tahun depan diproyeksikan sekitar Rp 77 triliun.
"Ini peningkatan yang signifikan dan tentu diperlukan," ujar Presiden SBY. "Oleh karena itu saya berpesan agar kelola dengan sebaik-baiknya dan rencanakan dengan baik. Kalau ada perubahan, lakukan sepanjang itu diperlukan dan kalau mengadakan alutsista apapun harus ada kehandalan sistemnya dan keterhubungan operasi," SBY menambahkan.
Pengadaan alutsista, Presiden mengingatkan, dapat dilaksanakan dengan prosedur dan mekanisme yang benar. "Cegah penyimpangan karena kalau terjadi akan menjadi masalah," SBY menegaskan.
"Saya melihat jajaran TNI makin profesional dalam perencanaan dan pelaksanaannya makin baik, sistem makin dijalankan dengan benar sehingga jangan sampai ada masalah apapun dengan yang sudah diraih saat ini," Kepala Negara berpesan.
Terkait dengan pengadaan alutsista secarabesar-besaran selama lima tahun ini, Presiden menjelaskan bahwa tidak ada niat Indonesia untuk melakukan agresi atau tindakan yang tidak sesuai dengan semangat ASEAN. Modernisiasi alutsista dilakukan karena selama ini kita sudah lama tidak melakukannya. "Semata-mata kita meningkatkan kemampuan pertahanan ini karena tugas yang harus kami laksanakan," SBY menjelasksan.
Menyangkut sejumlah undang-undang pertahanan dan keamanan, Presiden meminta kepada Menhan Purnomo Yusgiantoro agar meneruskan pembahasannya dengan DPR. "Jelaskan kepada rakyat mengapa undang-undang itu penting karena itu juga berlaku di negara demokrasi dan berlaku bagi tentara yang profesional," kata Presiden SBY.
Kalau undang-undang tersebut disahkan, TNI dan Polri dapat melaksanakan tugas tanpa ragu karena sudah diakomodir dalam undang-undang. "Inilah contohnya undang-undang yang diperlukan di negeri kita," ujar SBY.
Presiden : 5 Tahun Lagi, Indonesia Macan Asia
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, Indonesia segera menjadi Macan Asia dalam lima tahun lagi. Selain perekonomian yang terus tumbuh positif di tengah krisis Eropa, Indonesia juga terus aktif melakukan politik luar negeri. Cita-cita dan harapan Bapak Pendiri Bangsa Soekarno agar Indonesia menjadi Macan Asia akan menjadi kenyataan.
"Kita juga terus melakukan modernisasi alat utama sistem persenjataan dan mengembangkan industri pertahanan," kata Presiden seusai memimpin rapat koordinasi bidang pertahanan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Kamis (9/8/2012).
J
Kepala Negara mengatakan, anggaran pertahanan Indonesia terus meningkat. Pada 2004, anggaran pertahanan mencapai Rp 21,07 triliun. Pada 2009 dan 2012 meningkat menjadi Rp 33,67 triliun dan Rp 72,54 triliun. "Insya Allah pada 2013 mencapai sekitar Rp 77 triliun. Ini peningkatan yang sangat signifikan," kata Presiden.
Terkait meningkatnya anggaran pertahanan Indonesia, Kepala Negara meminta pihak-pihak tertentu, termasuk negara tetangga, untuk tidak khawatir. Modernisasi anggaran semata-mata dilakukan untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan RI. "Indonesia juga telah lama tidak melakukan modernisasi. Indonesia bukan agressor," katanya.
Modernisasi juga dipandang penting mengingat meningkatkan operasi militer selain perang, seperti penanganan bencana dan pemberantasan terorisme.
Sumber : PresidenRI
Kekuatan TNI Masih Jauh Dari Standar
: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali menggelar rapat koordinasi (rakor). Kali ini di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur untuk membahas persoalan ketahanan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan kekuatan TNI masih jauh dari standard.
"Kekuatan TNI sekarang ini, terus terang masih jauh di bawah, yang disebut minimum essensial force," katanya saat membuka rakor, Kamis (9/8).
Ia mengatakan Indonesia sudah lama tidak memodernisasi dan menambah alutsista. Bukan hanya pada saat Indonesia mengalami krisis, sebelumnya pun Indonesia tidak menambah alutsista dalam jumlah yang besar.
Padahal, sekarang ini tugas TNI bukan hanya mencakup pertahanan yang disebut operasi militer untuk perang, tetapi juga banyak melaksanakan tugas-tugas operasi militer lain selain perang. Misalnya penanganan bencana, tugas memelihara perdamaian, bahkan dalam pemberantasan korupsi. Menurutnya, saat ini pemerintah sudah bisa berupaya memenuhi dan memodernisasi alutsista. Tak lain karena ekonomi Indonesia sudah memungkinkan untuk melakukan hal tersebut.
"Yang lebih penting lagi, kita bisa meningkatkan pembangunan kekuatan dan modernisasi alutsista ini karena ekonomi kita tumbuh baik. Anggaran negara agak lebih kuat dan porsi dari anggaran itu, yang tepat kita lakukan untuk membangun TNI kita," katanya.
Ia pun meminta agar sektor pertahanan bisa menggunakan anggaran yang besar itu dengan sebaik-baiknya. "Bukan hanya khas Indonesia, di negara manapun, anggaran pertahanan, defence budget relatif besar. Oleh karena itu, saya meminta agar anggaran ini dikelola dengan baik," katanya.
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) mengakui bahwa keberadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia masih rendah dan lemah. Hal ini sesuai seperti yang dinyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat berkunjung ke Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (9/8).
Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom Publik) Kemhan, Brigjen TNI Hartind Asrin, menjelaskan hal tersebut terjadi, karena Indonesia sebelum tahun 2010 belum mulai membangun alutsita. Menurut dia, baru pada rencana strategis (renstra) 2010-2014, Indonesia melalui Kementerian Pertahanan mulai membangun dan memodernisasi alutsita.
"Memang masih lemah karena belum mulai membangun. Tapi sejak 2010 kita sudah mulai membangun," ungkap Hartind, Kamis (9/8). Tak main-main, dalam penganggaran yang dilakukan, pelaksanaan pembangunan sistem persenjataan itu menelan biaya yang tidak sedikit, yakni berjumlah Rp 156 triliun.
Hingga saat ini, ungkap Hartind, belum banyak alutsita yang sudah bisa ditunjukkan ke masyarakat. Tapi memasuki akhir 2012, sejumlah alutsita sudah mulai berdatangan, seperti pesawat militer CN-295. Pesawat yang dibeli dari Airbus Military itu menelan anggaran sebesar 325 juta US Dolar.
Nantinya, pesawat yang dalam kontraknya juga mencakup penyediaan suku cadang dan pelatihan itu akan dioperasikan oleh TNI AUA untuk kepentingan militer, logistik, kemanusiaan, maupun misi evakuasi medis. "2013 ada F-16. Kapal selam kita baru masuk 2015," ungkap Hartind.
Sumber : Republika
Jangan Kuliahi Indonesia Soal HAM
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, Indonesia tidak akan membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari negara produsen yang menerapkan berbagai persyaratan, terlebih yang bersifat politik. Indonesia berkomitmen untuk tidak tergantung dengan negara asing terkait alutsista.
Kepala Negara mencontohkan, ada negara yang membatalkan pesanan alutsista Indonesia. Indonesia sempat dinilai tidak menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia.
"Jangan menguliahi Indonesia tentang HAM. Di era penjajahan, itulah puncak pelanggaran HAM. Jangan ada anasir-anasir di negara mana pun," kata Presiden seusai memimpin rapat koordinasi bidang pertahanan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Kamis (9/8/2012).
Kepala Negara kembali menegaskan, kerja sama di bidang militer perlu dilakukan atas dasar saling menguntungkan. Indonesia dan negara mitra perlu melakukan joint production dan alih teknologi.
Pada kesempatan itu, Presiden mengatakan, selalu ada pihak yang tidak puas ketika Indonesia memesan alutsista ke negara tertentu. Menurut Presiden, sepanjang pengadaan alutsista tersebut tidak merusak komitmen ASEAN, hal tersebut sah-sah saja.
Indonesia Bukan Negara Agresor
Pemerintah menganggarkan dana Rp 77 trilyun dalam RAPBN 2013 untuk pos pertahanan. Tingginya anggaran tersebut diperlukan buat percepatan program modernisasi dan menambah kekuatan alutsista TNI/Polri agar bisa sejajar dengan negara-negara tetangga.
"Sebab, mohon maaf saja, kalau alutsista kurang kurang, kita juga diremehkan," kata Presiden SBY usai rapat kabinet di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Kamis (9/8).
Sebelumnya dipaparkan, anggaran pertahanan pada 2004 besarnya Rp 21,7 trilyun. Jumlahnya lalu terus ditambah seiring dengan bertambahnya pendapatan negara dan yang kemampuan menyisihkan dana untuk modernisasi alutsista yang bahkan sejak sebelum era reformasi tidak dilakukan.
"Pesan saya kenaikan anggaran ini tolong dikelola yang baik. Cegah penyimpangan, jangan nanti malah menjadikan masalah di masa mendatang," wanti SBY.
Lebih lanjut SBY menegaskan, bila kebijakan pengadaan alutsista TNI bukan untuk perlombaan senjata. Melainkan menjaga kedaulan dan keutuhan NKRI yang menjadi hak serta kewajiban negara.
"Antara 5-10 tahun lagi kita akan kembali jadi macan Asia. Kita mau jadi negara yang kuat, tetapi yang teduh dan melindungi," sambung SBY.
Sumber : Kompas
Kemhan : Pengadaan PKR Sudah Sesuai Prosedur
9 Agustus 2012, Jakarta:
Kementerian Pertahanan
(Kemhan) menegaskan seluruh
proses pengadaan 1 Unit Kapal
Perusak Kawal Rudal (PKR) 10514
sudah sesuai prosedur dan
terhindar dari unsur korupsi.
Ketegasan ini disampaikan
Kemhan untuk menanggapi berita
dan informasi yang berkembang
di masyarakat terkait dengan
pengadaan Kapal Perusak Kawal
Rudal (PKR) 10514 yang
terindikasi korupsi.
Sebelumnya salah satu Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM)
mempermasalahkan beberapa
hal yang terkait dengan
pengadaan Kapal PKR dari
Belanda. Salah satunya terdapat
intervensi pemerintah kepada TNI
AL agar membeli kapal tersebut,
Kepala Staf TNI AL Laksmana
Soeparmo, tersirat adanya
penolakan terhadap rencana
pembelian kapal perang dari
Belanda itu dan permasalahan
perbandingan pengadaan Kapal
KPR dari Italia yang lebih dapat
mengefisiensikan anggaran.
Sehubungan dengan hal tersebut,
dapat dijelaskan bahwa
pengadaan Kapal PKR dari
Belanda kecil kemungkinan
terjadinya korupsi karena
pengadaan PKR sudah melalui
proses yang panjang (hampir 2
tahun), dari mulai tahap
perencanaan tanggal 16 Agustus
2010 sampai dengan
ditandatangani kontrak pada
tanggal 5 Juni 2012. Kontrak
pengadaan PKR dengan skema
joint production antara PT PAL
Indonesia dan DSNS Belanda
ditandatangani oleh Kepala
Badan Sarana Pertahanan
(Baranahan) Kementerian
Pertahanan (Kemhan) Mayjen TNI
Ediwan Prabowo dengan Direktur
Naval Sale of Damen Schelde
Naval Shipbuilding (DSNS), Evert
Van den Broek, di Kantor Kemhan
di Jakarta.
Selama proses pengadaan Kapal
PKR telah dibentuk Tim
Manajemen Proyek Kerjasama
Pembangunan dari TNI AL yang
bertugas menunjang keberhasilan
proyek khususnya dalam Transfer
of Technology (ToT) dan
pemberdayaan Industri
Pertahanan (PT. PAL Indonesia)
dan lokal Konten. Hal ini sudah
sangat jelas menegaskan tidak
adanya pemaksaan Pemerintah
kepada TNI AL dan adanya
penolakan dari Kasal.
Terkait pengadaan Kapal PKR
milik Italia, penawaran ToT yang
ditawarkan untuk membangun
Kapal secara keseluruhan di PT.
PAL, bukan menjadi penentu
kemenangan proses pengadaan
ini. Dukungan logistic terpadu,
sistem pemeliharaan dan
komunaliti dengan kapal yang
telah dimiliki TNI AL juga menjadi
pertimbangan yang digunakan.
Bila dibandingkan dengan
pengadaan Kapal PKR dari
Belanda tersebut sangatlah
banyak terdapat kelebihan,
diantaranya mencakup
penyediaan Program Transfer of
Technology kepada Industri
dalam negeri dalam hal ini PT.
PAL untuk pemahaman filosofi
desain dan pembangunan
konstruksi Kapal. Terdapat
perolehan Hak yang
menguntungkan, yakni pihak
Belanda dapat memberikan
lisensi untuk memproduksi dan
hak untuk mengekspor setiap
kapal PKR yang dibangun di
Indonesia. Disamping itu tanpa
adanya biaya royalti, Pemerintah
Indonesia mempunyai hak untuk
memberikan lisensi untuk
produksi dan hak untuk
mengeskpor kepada industri
Nasional Indonesia. Mengenai
program training yang disediakan
pihak Damen Schelde Naval
Shipbuilding Belanda meliputi
Familiarization, pengoperasian
Kapal dan pemeliharaan tingkat
organik untuk Anak Buah Kapal
(ABK) termasuk pemeliharaan
tingkat menengah untuk ABK ini
serta pemeliharaan tingkat depo
untuk Base Maintenance Team
(BMT).
Pada kesempatan ini, dapat
diberikan gambaran tentang Nilai
ToT yang diberikan pihak DSNS
(Damen) kepada PT. PAL
Indonesia (Persero) adalah
sebesar 7 Juta Euro. Besarnya
nilai ToT diperoleh berdasarkan
hasil negosiasi Kemhan dengan
DSNS yang mempertimbangkan
beberapa hal.
Diantaranya adalah berdasarkan
standar biaya yang diterapkan di
Eropa Timur, dan prioritas
pencapaian sasaran penggunaan
alokasi anggaran untuk 1 unit
kapal PKR yang telah disetujui
oleh user/TNI AL. Sehingga ToT
merupakan prioritas namun tetap
menjadi bahan pertimbangan
yang harus diwadahi di dalam
setiap pengadaan alutsista. Nilai
ToT yang diberikan kepada PT.
PAL Indonesia (Persero) untuk
biaya pembayaran dalam rangka
penggunaan personel dan
fasilitas PT. PAL. Indonesia
(Persero), sedangkan bahan dan
raw materiil untuk pembangunan
kapal ini didukung langsung oleh
DSNS.
Adapun rincian penggunaan dari
nilai ToT yang diberikan ini adalah
untuk biaya pembangunan empat
bagian/modul kapal sebesar 5,5
juta Euro dan untuk pelatihan
personel PT. PAL Indonesia
(Persero) di Vlissingen,
Netherland dan di Surabaya,
Indonesia sebesar 1,5 Juta Euro.
Total dari nilai ToT sebesar 7 Juta
Euro belum termasuk Intellectual
Property, materi ajar dan Tuition
fee yang jika di hitung maka
nilainya akan melebihi 7 Juta
Euro.
Kapal PKR 10514 ini dilengkapi
dengan main engine 2xdiesel
engine, 2xE Drive (CODOE). Diesel
Generator 4x715 kw, dan 2x435
kw, dan Gear Box CODOE, heavy
duty. Combat System, yaitu
persenjataan antiserangan udara,
antiserangan kapal selam, dan
antiserangan kapal atas air. Data
teknis platform, yaitu LOA 105
meter, lebar 14 meter, draft 3,7
meter, displacement 2.335 ton,
speed max/cruise/economic
28/18/14 knot, range at 14/18
knot 5.000 NM, edurance 20 hari,
sea keepinh upto sea state 5,
crews 120 orang, helipad 10 ton.
Harga kapal PKR 10514 per
unitnya sebesar 220 juta dolar
Amerika dengan waktu
penyelesaiannya selama 49 bulan.
Sumber: DMC
Subscribe to:
Posts (Atom)
BERITA POLULER
-
Rusia Jamin Indonesia Bebas Embargo Militer TEMPO.CO , Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pem...
-
Rencana kedatangan alutsista TNI 2010-2014 dengan anggaran pembelian US$ 15 Milyar : Renstra TNI 2010-2014 memberikan nuansa pelangi terhad...
-
T-90S Rusia (Main Battle Tank Russia) Kavaleri Peroleh 178 Unit Kendaraan Tempur Kaveleri TNI Angkatan Darat (AD) akan mendapatkan tambah...