Pages

Sunday, July 22, 2012

U.S. F-16 Fighter Crashes in Pacific near Kuril Islands


F-16 Falcon fighter

A U.S. F-16 Falcon fighter crashed on Sunday into the Pacific Ocean near Russia’s Kuril Islands, a spokesman for the Russian Border Guard Service in the Far East said.
“The Kamchatsky territorial naval rescue center reported at 8:30 p.m. local time [8:30 a.m. GMT] that an aircraft was in distress over the Pacific Ocean near northern Kurils,” the spokesman said.
It turned out later, he said, that the aircraft was a U.S. Air Force F-16 Falcon fighter.
“The pilot ejected before the crash and was later rescued by a Japanese vessel, the Hokko Maru,” he added.
F-16.net website reported that the jet belonged to the 35th Fighter Wing and was en route from Misawa air base in Japan to Alaska, when it crashed some 200 miles North-East of Japan’s Hokkaido.

sumber : RIA NOVOSTI

Saturday, July 21, 2012

RI Kirim Sukhoi Ke Australia

Canberra (WDN/MIK) - Indonesia akan mengirim pesawat tempur Sukhoi untuk mengambil bagian dalam latihan simulasi pertempuran udara di Australia pada bulan ini, hal ini juga menandakan era baru dalam peningkatan kerjasama pertahanan antara kedua negara tersebut. Sebelumnya TNI AU tidak memberi akses untuk melakukan latihan bersama dengan Angkatan udara Australia untuk menjajal pesawat tempur buatan Rusia tersebut, yang sengaja dibangun untuk menyaingi pesawat tempur generasi ke empat pesawat buatan AS. Empat pesawat tempur Sukhoi akan melakukan Exercise Pitch Black 2012 di Northern Australia untuk melakukan simulasi duel pertempuran udara dengan pesawat tempur F-18 milik AU Australia di wilayah udara Australia dan Indonesia. Selain itu pesawat tempur AS juga ikut berpartisipasi dalam latihan yang dimulai pada 27 Juli hingga 17 Agustus dan akan di markas angkatan udara di Darwin dan Tindal. Menurut pengamat militer John Farell mengatakan keputusan untuk mengirim pesawat tempur Sukhoi ke Australia akan mempererat kerjasama pertahanan antara ADF dan TNI AU. "Selama ini Indonesia sendiri belum siap untuk mengirim pesawat tempur utama untuk melakukan latihan di luar negeri," kata Farrel, yang menerbitkan Majalah Defender Australia dan Selandia Baru. "Pengiriman pesawat tempur menunjukkan bahwa Australia dan Indonesia telah melihat ada ancaman yang lebih besar di wilayah kedua negara tersebut,"katanya, hal ini merujuk kepada China dan India. "Pesawat tempur Su-27 merupakan aset pertahanan udara paling rahasia. Dan hal ini sekaligus membuka kepercayaan kepada Australia yang selama satu dekade hubungan militer kedua negara sempat membeku." Hal ini juga merupakan mosi percaya dalam hubungan pertahanan setelah Indonesia menyatakan keprihatinan atas penempatan marinir AS di Darwin. Juru bicara TNI AU kolonel Agung Sasongkojati membenarkan pengiriman pesawat tempur ke Australia dalam rangka Exercise Pitch Black 2012. Dia juga mengatakan pengirim pesawat tempur TNI AU juga bertujuan untuk melatih pilot dalam melakukan latihan bersama dengan negara asing. TNI AU baru-baru ini telah membeli pesawat tempur sukhoi. TNI AU juga saat ini telah mengoperasikan 10 pesawat tempur sukhoi diantaranya 6 Su-27 dan 4 Su-30MK2, selain itu TNI AU juga akan menambah enam pesawat tempur Su-30MK2. Sebuah pertemuan Joint Community yang disahkan antara Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudoyono dan Perdana Menteri Julia Gillard mengatakan bahwa kerjasama antara Australia dan Indonesia untuk melakukan kerjsama pertahanan yang didasar atas kesetaraan dan mendorong para Menteri pertahanan kedua negara untuk meninjau lagi kerjasama keamanan yang sudah dulu dibentuk. Saat ini Australia dan Indonesia sedang melakukan bernegoisasi dalam membentuk peraturan kerjasama pertahanan. Hubungan militer antara Australia dan Indonesia sempat tegang selama bertahun-tahun. Hubungan militer antar kedua negara pada titik terendah saat tahun 1999, ketika itu Austalia mengirim tentaranya ke Timor timur untuk meredam kelompok-kelompok milisi pro-Indonesia. Tetapi dalam tahun-tahun terakhir hubungan militer kedua negara mencair dengan adanya bantuan tenaga ahli ke Indonesia untuk menumpas teroris. Keputusan pesawat tempur Sukhoi sendiri diyakini sudah mendapatkan restu dari Presiden Indonesia. Sumber : Casey Weekly Rerwick

Friday, July 20, 2012

Dirjen Renhan Kemhan: Pembangunan Kekuatan TNI Dilakukan Bertahap

 

talkshow-dirjen-renhanJakarta, DMC - Pembangunan kekuatan TNI diarahkan kepada struktur ideal. Namun dihadapkan dengan keterbatasan sumber daya yang ada, maka pembangunan kekuatan TNI dilakukan secara bertahap melalui pemenuhan kekuatan pokok minimum atau Minimum Essential Force (MEF).
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan ( Dirjen Renhan Kemhan) Marsda TNI Sunaryo, Rabu Pagi (18/7) saat menjadi nara sumber dalam acara Talk Show “Sarapan Pagi” di Radio KBR 68H.
Talkshow yang disiarkan secara on air dari Sudio Mini Pusat Komuikasi Publik Kemhan ini merupakan kerjasama antara Kemhan bersama Radio KBR 68H dalam rangka memberikan informasi secara rutin kepada publik terkait kebijakan Pemerintah melalui Kemhan di bidang pertahanan negara.
Lebih lanjut Dirjen Renhan Kemhan mengatakan, dalam rangka mewujudkan MEF secara bertahap selama tiga Rencana Strategis (Renstra) yaitu Renstra 2010-2014, Renstra 2015-2019 dan Renstra 2020-2024, Pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 35 Tahun 2011 tentang Percepatan Pemenuhan Kekuatan Pokok Minimal TNI.
Untuk tahun 2012 ini, diharapkan akan terwujud sasaran pembangunan yang meliputi terwujudnya postur pertahanan sebesar 28,7 %, terbangunnya 25 Pos Pertahanan baru di wilayah perbatasan dan 6 pos di pulau terluar / terdepan beserta prajuritnya, revitalisasi industri pertahanan serta menurunnya gangguan keamanan laut atau pelanggaran hukum di laut.
Lebih lanjut Dirjen Renhan Kemhan menjelaskan, pada tahun 2012 alokasi anggaran untuk pembangunan kekuatan pertahanan negara sebesar Rp. 72, 53 T dengan alokasi Kemhan Rp.19 T, Mabes TNI Rp. 6, 02 T, Mabes AD Rp.30,30 T dan Mabes AL Rp. 9,20 T, serta AU Rp. 8,01 T. Apabila berdasarkan jenis belanja adalah 48.05 % untuk belanja pegawai dan sisanya untuk belanja barang sebesar 15, 85 % dan belanja modal sebesar 36, 1 %.
Terkait dengan kesejahteraan Prajurit TNI dan PNS Kemhan, Dirjen Renhan menjelaskan bahwa Pemerintah melalui Kemhan terus melakukan peningkatan kesejahteraan Prajurit TNI dan PNS Kemhan berupa, kenaikan gaji pokok sebanyak 10%, pemberian gaji ke 13, kenaikan uang lauk pauk, pemberian tunjangan operasi keamanan bagi TNI dan PNS yg bertugas di wilayah perbatasan dan pulau - pulau terkecil terluar dan pemberian tunjangan kinerja (IDR/SR).

sumber : DMC

PT Dirgantara Akan Produksi Ekor Sukhoi

  Sukhoi Super Jet 100

TEMPO.CO, Jakarta - PT Dirgantara Indonesia menerima pesanan untuk mengerjakan ekor pesawat Sukhoi. "Mereka minta kami membuat bagian belakang, dari vertical fin ke belakang," kata Direktur Utama Dirgantara Indonesia, Budi Santosa, di Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Budi menuturkan nilai kerja sama itu diperkirakan US$ 40-60 juta per set.

Budi mengatakan saat ini Dirgantara Indonesia masih mengajukan gambar dan penawaran kepada Sukhoi. Menurut dia, gambar tersebut ditargetkan selesai awal tahun depan. Budi menjelaskan Sukhoi tertarik untuk bekerja sama karena melihat air frame Airbus yang dikerjakan Dirgantara Indonesia. Untuk saat ini kerja sama masih sebatas tahap negosiasi.

Budi mengatakan pengerjaan peralatan produksi untuk membuat komponen pesawat memakan waktu satu hingga dua tahun. Sukhoi sendiri, kata Budi, membutuhkan 40-60 pesawat setiap tahun. Menurut Budi, pengerjaan bagian belakang pesawat Sukhoi nantinya akan ditangani ahli teknik dari Dirgantara Indonesia.

Budi menuturkan mayoritas produksi perusahaannya saat ini untuk memenuhi pesanan militer. "Pesanan untuk militer mencapai 70-80 persen," ujar Budi. Sebanyak 80 persen tersebut merupakan pesanan yang harus dipenuhi sampai dengan 2016. Budi berharap setelah 2016 porsi pesanan akan berbalik, yaitu 70-80 persen untuk keperluan penerbangan sipil dan sisanya untuk militer.

sumber : TEMPO

Sukhoi Tertarik Pesawat Buatan PT DI

Sukhoi Tertarik Pesawat Buatan PT DI
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Tamu undangan melihat dari dekat pesawat CN235 110 KCG 4 Maritime Patrol Aircraft (MPA) pesanan Badan Penjaga Pantai Korea Selatan atau Korea Coast Guard (KCG) yang akan diterbangkan ke Gimpo Korea Selatan seusai serah terima yang dihadiri Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Syamsudin bersama Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Young Sun dan Direktur Utama PTDI Budi Santoso di Hanggar Fixed Wing PT DI KP II, Kota Bandung, Jumat (9/3/2012). Pesawat ini merupakan pesawat ke empat (terakhir) yang dikirimkan PT Dirgantara Indonesia untuk diserahkan secara resmi kepada Pemerintah Korea Selatan dengan total nilai kontrak untuk empat pesawat KCG itu mencapai 94,5 juta dolar AS. Dengan penyerahan pesawat KCG keempat tersebut sekaligus melengkapi sebanyak 12 pesawat CN235 yang dibeli Pemerintah Korea Selatan dari PT DI. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) mengajukan desain pesawat untuk perusahaan penerbangan Sukhoi. Rencananya pengajuan desain tersebut telah diberikan kepada pihak Sukhoi pada awal tahun.
"Kita lagi mengajukan penawaran untuk mereka, gambara awal tahun ini, mereka melakuka test flight perkenalan karyawan kami juga ikut karena telat,"ujar Direktur Utama PT DI Budi Santoso, di Kementerian BUMN, Kamis (19/7/2012).
Menurut Budi Santoso, kalau pihak Sukhoi tertarik dengan model-model pesawat buatan Indonesia. Sukhoi mengakui kehebatan pesawat buatan Indonesia dari contoh Airbus.
"Mereka percaya Indonesia berepa jenis pesawat kita punya keunggulan. Mereka tahunya dari Airbus. Jadi kalau kita tidak mengirim ke mereka ya pesawat mereka nggak jadi,"ungkap Budi Santoso.

Budi Santoso menjelaskan, untuk membangun satu komponen pesawat pihak Sukhoi memerlukan waktu satu sampai dua pesawat bikin toolingnya. Untuk peralatannya, Budi mengatakan, produksinya perlu satu sampai dua tahun karena beda dengan bikin kapal.
"Biasanya kita buat perlu satu sampai dua tahun. Kalau sukhoi, perlu 40 sampai 60 pesawat dalam setahun, bagian belakangnya pesawat, ekornya pesawat, mudah-mudahan bisa jalan,"papar Budi Santoso. (*)

sumber : TRIBUN

Thursday, July 19, 2012

Imparsial: Mengkhawatirkan Leopard Ditempatkan di Perbatasan Kalimantan, Papua

 

Leopard 2 A6 dan Leopard 2 PSO (Peace Support Operations) (Foto: ©Bundeswehr)

18 Juli 2012, Jakarta: Buku Putih pertahanan Indonesia menyatakan 85 persen ancaman ada di dalam negeri dalam bentuk terorisme dan separatisme. Kalangan aktivis khawatir, ini memicu pelanggaran HAM.

Sebanyak 100 MBT Leopard akan ditempatkan di Kalimantan, Papua, dan daerah perbatasan lainnya. “Kami jelas mengkhawatirkan tank itu digunakan untuk pelanggaran HAM. Apalagi kasus-kasus kekerasan seperti terjadi di Papua yang dilakukan aparat keamanan meningkat,” kata Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti di Jakarta, Rabu (18/7).

Buku Putih Pertahanan juga menyebutkan kecil kemungkinan Indonesia perang dengan negara lain. “Artinya bukan ofensif, tapi defensif. Karenanya aneh jika lebih memilih membeli MBT,” ujarnya.

Imparsial memertanyakan, mengapa ingin membeli MBT. “Padahal lebih baik diprioritaskan untuk membeli yang lain,” kata Poengky. Terkait adanya penolakan dari parlemen Jerman karena persoalan pelanggaran HAM, dia menilai pemerintah harus serius menyelesaikan masalah ini.

DPR Berikan Syarat Pembelian Leopard

Penolakan parlemen Jerman terhadap rencana pembelian Main Battle Tank (MBT) jenis Leopard 2A6 harus disikapi hati-hati oleh pemerintah Indonesia maupun Jerman. Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tb Hasanuddin mengatakan, DPR tetap memberi dukungan pada pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) dalam rangka memenuhi standar Minimum Esseential Forces (MEF) termasuk pengadaan MBT Leopard. Namun begitu, Pemerintah harus memenuhi syarat pengadaan alutsista.

“Saat ini DPR dalam posisi menunggu sikap pemerintah kedua negara. Pada prinsipnya, DPR mendukung rencana pembelian alutsista dari luar negeri asalkan memenuhi syarat,” kata Hasanudin di Jakarta, Rabu (18/7).

Menurut Hasanuddin, ada lima syarat yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Pertama, pembelian alutsista harus sesuai dengan rencana strategis pertahanan.

Kedua, pembelian alutsista itu memiliki nilai tambah bagi industri strategis di dalam negeri dimana pengembangan industri pertahanan dalam negeri juga menjadi fokus pemerintah.

Ketiga, alutsista yang akan dibeli juga harus cocok dengan kondisi geografis Indonesia serta bisa digunakan untuk kepentingan-kepentingan lain. "Seperti untuk alat angkut atau dipergunakan untuk membantu saat terjadi bencana alam," kata Tubagus. Selain itu, lanjut Hasanudddin, pembelian alutsista harus memenuhi asas akuntabilitas.

Dan terakhir, pengadaannya harus dilakukan secara transparan. "Jika kelima kriteria itu dipenuhi pemerintah, apapun alustsista yang dibeli pasti kami setujui,” ujarnya.

Hasanuddin juga mengatakan, tank Leopard tidaklah cocok digunakan di Indonesia. Alih-alih tank Leopard yang merupakan MBT dengan bobot lebih dari 60 ton, dia menyarankan pemerintah membeli medium tank. "Kami berharap pemerintah membeli Leopard tipe sedang dengan bobot 40 ton agar tak bermasalah dengan kontur geografis negeri ini."

Salah satu tank Leopard yang memiliki bobot 40 ton adalah Leopard buatan Rheinmetall. Selain harganya lebih murah, tank ini juga bisa menjadi nilai tambah bagi PT Pindad sebagai industri peralatan tempur untuk mengembangkan tank serupa. "Dan kami berharap pemerintah tak membeli tank yang bekas. Harus (tank) baru agar biaya perawatannya lebih murah," ujar Hasanuddin menambahkan.

Sumber: Jurnas

Imparsial: Pembelian Leopard Tidak Urgensi

Leopard 2. (Photo: KMW)

19 Juli 2012, Jakarta: The Indonesian Human Rights Monitor (Imparsial) meminta agar pembelian 100 main battle tank (MBT) Leopard dari Jerman dibatalkan dan anggarannya dialihkan untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit.

Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti menyatakan, pemerintah dan DPR harus berhati-hati dan cermat dalam menentukan alokasi anggaran untuk pertahanan.

"Pembelian alutsista (alat utama sistem senjata) harus benar-benar didasarkan atas kebutuhan objektif pertahanan Indonesia, bukan atas dasar kebutuhan politis," kata Poengky di Jakarta, Kamis (19/7).

Menurut Poengky, tidak ada urgensi pembelian Leopard saat ini. Ia menduga, rencana pembelian Leopard ditujukan untuk mencari keuntungan segelintir kelompok dan elite pemerintahan. "Transparansi dan akuntabilitas sektor pertahanan masih patut dipertanyakan," ujar Poengky.

Kendati demikian, menurut Poengky, penguatan matra darat memang tetap harus dilakukan. Namun pemerintah harus mencermati kondisi geografis, infrastruktur, strategi dan doktrin pertahanan Indonesia. Akan lebih baik jika pemerintah menambah kekuatan kavaleri TNI dengan jenis medium dan light tank.

"Ini sejalan dengan keinginan industri pertahanan di dalam negeri yang juga akan mengembangkan pembuatan tank jenis medium dan ringan bekerja sama dengan beberapa negara lain," ungkap Poengky, merujuk pada PT Pindad sebagai kekuatan industri pertahanan nasional.

Dalam pertemuan bilateral antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyno dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, Selasa (10/7), salah satunya membahas rencana pembelian 100 MBT jenis Leopard. Presiden SBY mengatakan, selama 20 tahun Indonesia tidak pernah memodernisasi senjata dan elemen pertahanan.

Anggaran yang disiapkan untuk membeli 100 Leopard sebesar US$280 juta.

Kritik keras Imparsial terhadap rencana pembelian Leopard berbuntut panjang. Direktur Program Imparsial Al A'raf, yang selama ini menjadi dosen di Universitas Pertahanan, dilarang mengajar. Menurut Al A'raf, larangan itu diduga berkaitan dengan pemuatan tulisan di rubrik Opini salah satu media cetak nasional. Ia menuding, rencana pembelian Leopard adalah kesalahan penempatan prioritas anggaran pertahanan.

Sumber: Imparsial

Mitos mitos yang mengemuka tentang MBT Leopard dan MBT lainya


Tank Leopard ( atau MBT Lainnya ) tidak cocok di Indonesia karena bobotnya terlampau berat sehingga akan "amblas"

Nah kepada reader Indonesia defence admin akan mengetik ulang pembahasan special report yang bersumber dari majalah DEFENDER edidi 56 2012.

Ini Ulasannya :

Yang kita bicarakan adalah kendaraan tempur dengan roda rantai ( Tapak jejak / track) yang justru didesain dari awal untuk mnghindari hal ini agar mampu menyokong bobot yang berat diatas segala kondisi tanah , mulai dari lahan keras, batu cadas hingga lahan gembur bahkan lumpur sekalipun. Dalam kendaraan non militer pun menggunakan demikian , misalnya buldozer untuk buka dan perbaikan kebun kelapa sawit, exavator untuk perbaikan parit-parit dan pertambangan.

Alasannya sederhanan : Ilmu Fisika
Dengan membagi berat diatas penampang yang lebih luas , maka akan didapatkan tekanan rata-rata yang lebih rendah. Tidak perlu jauh jauh membahas tank , bayangkanlah diri anda sendiri yang bertelanjang kaki lalu turun kesawah yang berlumpur dimana hanya dalam sekejap kaki an_a.akan tenggelam hingga ke betis,... admin : Ya toooh? betul kan ?

Tapi bila anda anda melemparkan sepotong papan triplek dengan ukuran yang cukup besar ke atas permukaan sawah tersebut agar anda bisa berdiri diatasnya , maka anda tidak akan terbenam . Ini karena berat anda disebarkan oleh permukaan papan triplek yang menyentuh permukaan sawah dan tidak langsung bertumpu pada kedua kaki sebagai mana yang akan terjadi pada contoh sebelumnya.

Hal yang sama berlaku untuk kendaraan-kendaraan berat yang menggunakan roda rantai. Luas permukaan tapak jejak yang menyentuh tanah dari sebuah kendaraan beroda rantai lebih luas dibanding bila kendaraan tersebut menggunakan roda ban biasa. Dengan kata lain penggunaan roda berantai akan membuat kendaraan tersebut mampu bergerak bebas diatas kondisi lahan yang tidak akan mampu dilalui oleh kendaraan beroda ban.

Inilah yang dikenal dengan sebutan " GRound Pressure" atau tekanan permukaan dimana benda yang memiliki tekanan permukaan yang lebih kecil tidak akan amblas diatas permukaan tanah yang sama dibanding benda yang memiliki tekanan permukaan yang lebih besar.

Perhitungan yang disederhanakan berikut ini bisa memberikan ilustrasi yang lebih jelas , dimana leopard 2A6 yang berbobot 62.300 Kg di bandingkan dengan salah satu mobil keluarga yang populer di indonesia (Toyota Kijang) yang berbobot 1.650 kg. spesifikasi keduanya sbb:

LEOPARD 2A6
Berat total : 62,3 ton/62.300 kg
Lebar tapaj jejak : 63,5 cm
Panjang Tapak jejak menyentuh tanah : 494,5 cm.
Jumlah tapak jejak : 2
( sumber : www.army-guide.com/eng/product149)

TOYOTA KIJANG
Berat total : 1.650 kg
lebar permukaan ban : 13,3 cm
Panjang Permukaan ban menyentuh tanah: 13.3 cm
jumlah ban : 4
(sumber : www.miata.net/garage/ticalc.html)

RUMUS YANG DI GUNAKAN ADALAH : BERAT TOTAL DIBAGI LUAS PERMUKAAN MENYENTUH TANAH DAN HASILNYA SEBAGAI BERIKUT

LEOPARD 2A6
62.300 KG/ (494,5 X 63,5) X 2 = 0,9920114522 KG/CM PERSEGI

TOYOTA KIJANG
1.650 KG/ (13,3 X 13,3) X 4 = 2,331957714 KG/CM PERSEGI

Kesimpulannya: diatas lahan yang sama toyota kijang beresiko amblas dua kali lebih besar bila di banding MBT leopard 2A6.

Namun biarpun demikian, bukan bearti MBT sekelas Leopard 2A6 diatas sama sekali tidak bisa terjebak dalam medan yang sulit. Adakalanya tank-tank semacam itu terperosok dan terjebak, misalnya dalam kubangan dengan kedalaman dan kemiringan yang terlampau besar buat bisa dilalui ( yang tentunya juga tidak bisa dilintasi kebanyakan kendaraan - kendaraan lain termasuk kendaraaan normal/sipil/ kendaraan proyek yang lebih ringan atau berat). Tapi hal ini telah dipikirkan jauh jauh hari sebelumnya dengan adanya kendaraan yang disebut ARMORED RECOVERY VEHICLE / COMBAT ENGINEERING VEHICLE (yang biasa selalu diikutkan dalam setiap paket pembelian MBT. Selain itu pemetaan medan yang intensif dan strategi penempatan MBT yang digelar secara cermat juga bisa mengantisipasi kemungkinan stuck nya MBT-MBT dilapangan.

Jadi kesimpulannya : mitos akan amlasnya MBT berbobot puluhan ton di Indonesia hanyalah sekedar mitos , atau setidaknya SUATU KEKHAWATIRAN YANG BERLEBIHAN TANPA DASAR YANG KUAT YANG SELAMA INI DI DENGUNG DENGUNGKAN DAN DIANGGAP SEBAGAI SUATU KEBENARAN MUTLAK . Lagi pula sadarkah anda bahwa kendaraan-kendaraan dengan bobot yang jauh lebih berat dari MBT sudah bertahun tahun beroperasi dengan leluasa di bumi indonesia ini?
( Admin Indonesia Defence : Lah tronton-tronton yang lewat pantura , trailer trailer , truck-truck yang muatannya super lebih (maklum bisnis) itu berkeliaran hampir semua berkeliaran, dari sabang sampae meroke , ya kan?)

Tank Leopard ( atau MBT Lainnya ) akan merusak permukaan jalan dan tidak akan mampu melintasi jembatan jembatan di indonesia ! Katanya

Sudah sejak perang dunia II tank - tank dilengkapi rubber pad ( bantalan karet) yang pada awalnya ditunjukan untuk mengurangi kebisingan gerak maju roda rantai , tapi ternyata juga bermafaat untuk melintas di jalan beraspal tanpa merusak jalan tersebut.

Tapi tidak hanya itu , kekhawatiran akan bobot MBT yang kan merusak jalan -jalan di indonesia juga sebenarnya tidak beralasan. sesuai ulasan panglima TNI di DPR baru - baru ini , sebagian besar daerah menentukan kelas jalanan sebagai kelas I dan jalan Kelas II , Dimana Muatan Sumbu Terberat (MST) dari jalan kelas 1 diijinkan lebih dari 10 ton. kelas 2 maksimal 10 ton.

Bobot Leopard 2A6 dibagi dengan 7 sumbu roda bogiewheel yang menjejak tanah sehingga didapatkan hasil 62,3 ton dibagi 7 = 8,85 ton.

jelas sudah Leopard 2 A6 masih bisa melaju diatas jalan kelas II tanpa merusak jalan, jadi untuk pendapat bahwa MBT akan merusak jalan - jalan di Indonesia , sekali lagi adalah kekhawatiran atau opini tak berdasar. dan bila ada opini lain yang mengatakan bahwa jalan - jalan di indonesia masih banyak yang rusak sehingga kedatangan MBT malah akan memperparah keadaan , yah jangan salahkan MBT yang belum datang bila jalanan di indonesia masih banyak yang rusak.

Lalu mengenai MBT yang dicurigai tidak akan bisa melalui jembatan - jembatan di indonesia , dari presentasi yang sama juga diketahui bahwa hal ini tidak akan menjadi masalh yang ber arti.

Mengambil dasar aturan dari surat Edaran Dirjen Perancangan dan persyaratan Teknis Jembatan Rangka Baja Tahun 2007 , disitu disebutkan dua kategori jembatan yaitu :
- Jembatan kelas A, Lebar 7 Meter ditambah 1 meter untuk trotoar ( kanan dan kiri).
- Jembatan Kelas B, Lebar 6 meter ditambah 0,5 meter untuk trotoar ( Kanan dan kiri).

Dengan panjanga kedua kelas jembatan tersebut antara 40 hingga 60 meter , mengambil contoh jembatan kelas B dengan spesifikasi Lebar 6,5meter dengan panjang 40 meter dengan perhitungan beban terbagi rata ( BTR) dalam arah memanjang maka digunakan rumus dari edaran tersebut sebagai berikut :
q=8,0(0,5+15/L)k Nm2
Dimana q = Intensitas Beban Terbagi Rata (BTR)
L = Luas Jembatan
dari sini bisa didapat hasil :
a. untuk BTR jembatan q=8,0( 0,5+15) : (6,5 x 40) = 4,46k Nm2

b. Untuk BTR Tank dengan rumus : (Berat x gaya grafitasi ) : (Luas Jembatan)
q=(62x10) : (6,5 x 40) = 2,38k Nm2

Dari perhitungan dalam paparan diatas , jelas terlihat bahwa BTR sebuah MBT masih di bawah BTR jembatan kelas B sehingga masih sangat mungkin untuk melintasi jembatan tersebut.

Tetapi tidak semua jembatan -jembatan di indonesia sesuai standar kelas - kelas itu? mungkin akan timbul argumen seperti ini yang bisa di jawab dengan :
- Bila jembatan yang akan dilalui ternyata konstrucksinya lemah dan atau terlalu tua maka MBT sama sekali tidak perlu melewati jembatan karena bisa melintasi dasar sungai tersebut atau yang dikenal dengan sebuta FORDING hingga kedalaman maksimal 1,2 meter ( Tanpa persiapan) hingga 4 meter ( bila menggunakal sorkel)
- Bila kedalam sungai lebih dari 4 meter akan tetapi lebarnya kurang dari 27 meter , bisa digunakan kendaraaan bridge Layer buat memasang jembatan on site.
- Bila sunganya lebih dalam dari 4 meter dan lebih lebar lagi , bisa menggunakan rakit atau jembatan ponton.
JADI ? APA MASLAHNYA? SO WHAT GITU LO ?

MBT Boros bahan bakar , hanya akan menghabiskan stok solar dan jatah bahan bakar buat TNI hanya 10 liter per hari.

Betul..MBT dan rata-rata kendaraan tempur militer lain apapun tipenya, sangat boros bahan bakar bila dibandingkan dengan kendaraan sipil. Dalam kasus leopard 2 , dengan kapasitas penuh tangki bahan bakarnya sebesar 1200 liter, jarak tempuhnya hanya 550 km. Tapi membandingkan kendaraan tempur dengan kendaraan sipil dalam hal konsumsi bahan bakar tanpa mengindahkan perbedaan fungsi keduannya adalah sebuah "logical fallacy" dan argumen yang dibuat buat. Soal stock solar yang di takutkan akan jadi korban .
Mesin-mesin yang digunakan untuk MBT modern, rata-rata bisa mengkonsumsi mulai dari solar, bensin, avtur, minyak tanah sampai minyak goreng. Ini sudah menjadi hal yang baku dalam merancang bangun sebuah MBT di negara manapun. Jadi tidak soal bila stock solar menipis..

Memindah midahkan MBT kepulau pulau lain dan bahkan dari pangkalannya dari pelabuhan adalah hal yang sulit.

Jawabannya adalah : TANK TRANSPORTER baik itu dalam bentuk trailer yang di tarik truck atau gerbong kereta api kusus , digunakan untuk memindah mindahkan tank dari satu tempat ketempat lain secara cepat tanpa harus menjalankan tank tersebut langsung di jalan raya. Hal ini bertujuan selain untuk menghemat bahan bakar yang digunakan tank , juga memperpanjang usia pemakaian dan mengurangi keausan suku cadang tank - tank tersebut agar bisa tetap dalam kondisi prima manakala keadaan membutuhkan.

Untuk pergerakan antar pulau , TNI AL sejak beberapa tahun lalu memiliki tidak cuma satu, tetapi 4 buah kapal Landing Platform Dock (LPD) kelas makasar yang satu kapalnya bisa memuat +/- 40 kendaraan tempur sekelas Panser Anoa 6x6 atau sekitar 30 an kendaraan tempur sekelas MBT..

Tolak Pembelian MBT karean bisa dan akan dipakai menghadang demonstran


Yang berkata seperti ini itu mungkin kebanyakan menonton video clip tragedi Tiananmen tahun 1991 lalu atau peristiwa pergolakan di mesir dan negara-negara timur tengah lainya baru baru ini , dan herannya alsan yang sama sebelumnnya dikemukakan juga oleh anggota partai oposisi belanda yang menolak penjualan leopard ke indonesia ( Partai kecil , btw , bukan mayoritas parlemennya)


di KOMISI 1 juga penolakan dilontarkan oleh wakil ketua K1 TB hasanudin ( Padahal dia mantan pejabat TNI) maklumlah dah masuk paratai.


LSM-LSM entah titipan dari negara mana .. mereka menolak rame rame kedatangan MBT.


Di era orde baru ABRI atau TNI masih dwifungsi ABRI yang di emban waktu itu , tapi sekarang dengan adanya repformasi di tubuh TNI , TNI kembali ke fungsinya sejatinya sebagai kekuatan pertahanan negara.


isu isu ini dihembuskan hanya untuk menjegal modernisasi alutsista TNI.


TNI dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat masa .... menindas rakyatnya sendiri pake MBT.


terahir dari Admin indonesia defence ayoo kita dukung modernisasi alutsista TNI dan SDM nya ...

WELCOME TO INDONESIA MBT LEOPARD

sumber : Majalah Defender EDISI 56 2012( Majalah Teknologi Taktik Pengetahuan Militer)
Diketik kembali Oleh Admin Indonesia defence

BERITA POLULER