karta, 18:37 Thu, 12 Jul 2012
Jurnas.com | PERWIRA TNI dan Polri harus paham, kebijakan negara dalam menghadapi persoalan dunia adalah dengan pendekatan yang bersifat damai, tapi aktif dan kontributif di dalam menemukan solusi. Hal itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam amanatnya pada upacara pelantikan perwira TNI dan Polri Tahun 2012 di GOR Sapta Marga, Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (12/7).
Menurut Presiden SBY, sesuai amanah UUD 1945, Indonesia aktif berperan dan bekerja sama dengan negara-negara lain untuk mengatasi masalah global, termasuk menjaga keamanan dan perdamaian dunia. Untuk itu, segenap perwira TNi dan Polri, termasuk para Perwira Remaja, harus siap mengemban tugas yang penuh tantangan itu. “Saat ini dan ke depan, TNI sebagai komponen utama pertahanan negara akan menghadapi tantangan yang tidak ringan dan semakin kompleks,” kata Kepala Negara.
Presiden mengatakan, ketidakstabilan di kawasan regional tidak terlepas dari kepentingan, persaingan, dan ketegangan di antara negara-negara tertentu. Pada saat yang sama, belanja militer negara-negara di kawasan, khususnya Asia juga cenderung meningkat, yang berdampak pada perubahan konstelasi kekuatan dan kemampuan militer di kawasan.
Sumber jurnas
Namun, menurut Presiden, dinamika perkembangan seperti itu harus pula dipandang sebagai konsekuensi logis dari perekonomian Asia yang terus tumbuh. Negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, semakin mampu, membelanjakan anggaran yang lebih banyak untuk pertahanan negaranya.
Diakui Presiden, beberapa waktu yang lalu, karena keterbatasan anggaran, negara hanya mengalokasikan sedikit sumber daya bagi anggaran pertahanan. Akibatnya postur pertahanan Indonesia berada pada tingkat yang sangat minimal. “Alhamdulillah, saat ini ekonomi Indonesia tumbuh baik, menjadi negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, dan bahkan nomor 16 di dunia,” katanya.
Dengan kemampuan yang makin tinggi, kata Presiden, pemerintah dapat mengalokasikan porsi anggaran nasional yang lebih besar untuk kepentingan pertahanan dan keamanan. "Pada kurun waktu 5 tahun ini, kita melaksanakan pembangunan kekuatan dan modernisasi alutsista secara sangat signifikan, "jelasnya.
P
Saturday, July 14, 2012
Friday, July 13, 2012
Rusia siap melanjutkan kerja sama militer dengan Indonesia
akarta - Rusia menyatakan siap melanjutkan kerja sama militer dengan Indonesia. Wakil Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergey G. Tolchenov mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan perjanjian (open agreement) untuk menjadi dasar hukum melanjutkan kerjasama militer.
"Tahun ini atau tahun depan kami merencanakan pertukaran prajurit, termasuk di tingkat Kementerian Pertahanan untuk mempelajari tentang roket dan sistem navigasi," kata Tolchenov saat bertandang ke kantor Tempo, Selasa, 10 Juli 2012.
Ia mengatakan kerja sama militer dengan Indonesia sudah berlangsung sejak tahun lalu. Beberapa kapal tempur Rusia mampir di Makassar dan Surabaya untuk menggelar latihan bersama dan latihan khusus untuk menghadapi teroris. Selain itu mereka juga mengadakan latihan navigasi laut dan transmisi radio. "Kami harap kerja sama ini akan terus berlanjut karena hubungan baik sudah kita bina bahkan sejak tahun 1950," kata Sergey.
Hal tersebut diakui oleh Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Hartind Asrin. Menurut Hartind pembicaraan tersebut baru dimulai, namun belum sampai tahap penandatangan perjanjian. "Sudah ada arah pembicaraan ke sana, namun baru di tahap political will," kata Hartind saat dihubungi Rabu, 11 Juli 2012.
Kementerian Pertahanan berharap kerja sama dengan Rusia bisa dilakukan dalam bidang penerbangan, terutama di bidang navigasi dan perawatan. "Karena kita kan menggunakan pesawat Rusia (Sukhoi), jadi kerjasamanya pun harus sesuai dengan kebutuhan alutsista kita," katanya.
Sementara itu latihan bersama angkatan perang negeri di utara benua Eropa itu dipandang belum mendesak. Indonesia lebih mengutamakan latihan bersama angkatan perang negara tetangga karena terkait penjagaan keamanan regional. "Kalau dengan negara yang (jaraknya) jauh hanya untuk menjaga hubungan baik saja," kata Hartind.
Menurut dia, Rusia bukanlah satu-satunya negara yang berminat menjalin kerja sama militer dengan Indonesia. Australia, Amerika, Serikat, China, dan Kanada pun berminat pada Indonesia. "Indonesia ini ibarat gadis cantik yang sedang diperebutkan," katanya.
Pasalnya perekonomian Indonesia yang tetap berkembang di tengah krisis membuat negara asing berminat bekerja sama dengan Indonesia. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen pada semester pertama 2012 disinyalir membuat RI semakin menarik. "Ekonomi kita diperkirakan masuk peringkat sepuluh besar dunia pada 2015, jadi banyak yang mendekati," katanya. Kinerja ekonomi, kata Hartind, berdampak langsung pada hubungan militer dengan negara lain.
Sumber : TEMPO
SBY Janji Modernisasi Alutsista
Presiden SBY
REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan akan tetap melakukan pengembangan dan modernisasi alutsista. Ia berjanji pengembangannya akan dilakukan secara berkesinambungan.
"Apakah kebijakan kita untuk mengembangkan alutsista akan terus berlanjut? Ya, akan terus berlanjut," katanya, Rabu malam (11/7).
Hal tersebut disampaikannya saat memberikan pembekalan kepada para Calon Perwira Remaja di gedung A.H Nasution, Kompleks Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah.
Ia mengatakan Indonesia sudah lama tidak memodernisasi dan pembangunan kekuatan yang seharusnya dimiliki setiap negara. Menurutnya, hal tersebut bukan merupakan kesalahan masa lalu, tetapi lebih karena faktor ekonomi Indonesia yang belum mampu melakukan modernisasi.
"Bukan karena kesalahan masa lalu, tapi karena ekonomi kita belum mampu. Karena krisis membuat kita harus lebih mengutamakan kesejahteraan rakyat," katanya.
Sekarang dinilainya sebagai saat yang tepat untuk melakukan modernisasi alutsista tak lain untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI. Indonesia, lanjutnya, memerlukan minimum essensiaal force yang bisa menjalankan tugas operasional di masa damai dan perang.
Menurutnya, dalam lima tahun belakangan, sudah terjadi banyak perubahan untuk alutsista tanah air. Ia pun meminta agar jajaran pimpinan TNI-Polri dan menteri terkait tetap menjalankan program yang dirancang dengan tetap melihat batas kemampuan negara untuk itu.
"Apa kita mau tentara kita kurang modern? Bahkan dari negara tetangga saja kita kalah. Tentara kita harus kuat, bukan untuk berperang tapi menjaga keutuhan dan kedaulatan," katanya.
sumber : REPUBLIKA
Thursday, July 12, 2012
Rusia Siapkan Open Agreement dengan Indonesia
TEMPO.CO, Jakarta - Rusia menyatakan siap
melanjutkan kerja sama militer dengan Indonesia. Wakil Duta Besar Rusia untuk
Indonesia, Sergey G. Tolchenov mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan
perjanjian (open agreement) untuk menjadi dasar hukum melanjutkan kerjasama
militer.
"Tahun ini atau tahun depan kami merencanakan pertukaran prajurit, termasuk di tingkat Kementerian Pertahanan untuk mempelajari tentang roket dan sistem navigasi," kata Tolchenov saat bertandang ke kantor Tempo, Selasa, 10 Juli 2012.
Ia mengatakan kerja sama militer dengan Indonesia sudah berlangsung sejak tahun lalu. Beberapa kapal tempur Rusia mampir di Makassar dan Surabaya untuk menggelar latihan bersama dan latihan khusus untuk menghadapi teroris. Selain itu mereka juga mengadakan latihan navigasi laut dan transmisi radio. "Kami harap kerja sama ini akan terus berlanjut karena hubungan baik sudah kita bina bahkan sejak tahun 1950," kata Sergey.
Hal tersebut diakui oleh Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Hartind Asrin. Menurut Hartind pembicaraan tersebut baru dimulai, namun belum sampai tahap penandatangan perjanjian. "Sudah ada arah pembicaraan ke sana, namun baru di tahap political will," kata Hartind saat dihubungi Rabu, 11 Juli 2012.
Kementerian Pertahanan berharap kerja sama dengan Rusia bisa dilakukan dalam bidang penerbangan, terutama di bidang navigasi dan perawatan. "Karena kita kan menggunakan pesawat Rusia (Sukhoi), jadi kerjasamanya pun harus sesuai dengan kebutuhan alutsista kita," katanya.
Sementara itu latihan bersama angkatan perang negeri di utara benua Eropa itu dipandang belum mendesak. Indonesia lebih mengutamakan latihan bersama angkatan perang negara tetangga karena terkait penjagaan keamanan regional. "Kalau dengan negara yang (jaraknya) jauh hanya untuk menjaga hubungan baik saja," kata Hartind.
Menurut dia, Rusia bukanlah satu-satunya negara yang berminat menjalin kerja sama militer dengan Indonesia. Australia, Amerika, Serikat, China, dan Kanada pun berminat pada Indonesia. "Indonesia ini ibarat gadis cantik yang sedang diperebutkan," katanya.
Pasalnya perekonomian Indonesia yang tetap berkembang di tengah krisis membuat negara asing berminat bekerja sama dengan Indonesia. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen pada semester pertama 2012 disinyalir membuat RI semakin menarik. "Ekonomi kita diperkirakan masuk peringkat sepuluh besar dunia pada 2015, jadi banyak yang mendekati," katanya. Kinerja ekonomi, kata Hartind, berdampak langsung pada hubungan militer dengan negara lain.
"Tahun ini atau tahun depan kami merencanakan pertukaran prajurit, termasuk di tingkat Kementerian Pertahanan untuk mempelajari tentang roket dan sistem navigasi," kata Tolchenov saat bertandang ke kantor Tempo, Selasa, 10 Juli 2012.
Ia mengatakan kerja sama militer dengan Indonesia sudah berlangsung sejak tahun lalu. Beberapa kapal tempur Rusia mampir di Makassar dan Surabaya untuk menggelar latihan bersama dan latihan khusus untuk menghadapi teroris. Selain itu mereka juga mengadakan latihan navigasi laut dan transmisi radio. "Kami harap kerja sama ini akan terus berlanjut karena hubungan baik sudah kita bina bahkan sejak tahun 1950," kata Sergey.
Hal tersebut diakui oleh Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Hartind Asrin. Menurut Hartind pembicaraan tersebut baru dimulai, namun belum sampai tahap penandatangan perjanjian. "Sudah ada arah pembicaraan ke sana, namun baru di tahap political will," kata Hartind saat dihubungi Rabu, 11 Juli 2012.
Kementerian Pertahanan berharap kerja sama dengan Rusia bisa dilakukan dalam bidang penerbangan, terutama di bidang navigasi dan perawatan. "Karena kita kan menggunakan pesawat Rusia (Sukhoi), jadi kerjasamanya pun harus sesuai dengan kebutuhan alutsista kita," katanya.
Sementara itu latihan bersama angkatan perang negeri di utara benua Eropa itu dipandang belum mendesak. Indonesia lebih mengutamakan latihan bersama angkatan perang negara tetangga karena terkait penjagaan keamanan regional. "Kalau dengan negara yang (jaraknya) jauh hanya untuk menjaga hubungan baik saja," kata Hartind.
Menurut dia, Rusia bukanlah satu-satunya negara yang berminat menjalin kerja sama militer dengan Indonesia. Australia, Amerika, Serikat, China, dan Kanada pun berminat pada Indonesia. "Indonesia ini ibarat gadis cantik yang sedang diperebutkan," katanya.
Pasalnya perekonomian Indonesia yang tetap berkembang di tengah krisis membuat negara asing berminat bekerja sama dengan Indonesia. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen pada semester pertama 2012 disinyalir membuat RI semakin menarik. "Ekonomi kita diperkirakan masuk peringkat sepuluh besar dunia pada 2015, jadi banyak yang mendekati," katanya. Kinerja ekonomi, kata Hartind, berdampak langsung pada hubungan militer dengan negara lain.
sumber : Tempo
Kapal Perusak USS Benfold Latihan Bersama KRI Hasan Basri dan KRI Uling
Seorang kru kapal perang
Amerika USS Benfold DDG65 berjalan menuju bagian depan saat kapal berlabuh di
perairan Benoa, Bali, Kamis (12/7). Kedatangan kapal perang jenis perusak dengan
panjang 154 meter dan berat 8900 ton ini membawa sekitar 280 personil dan 35
Perwira bersandar di perairan Benoa, yang mana nantinya seluruh personil USS
Benfold akan menggelar latihan bersama dengan TNI AL dan sekaligus berlibur di
Bali selama 4-5 hari. (Foto: ANTARA/Satya Bati/Koz/12)
12 Juli 2012, Denpasar: Kapal perang milik Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Benfold, akan melakukan latihan bersama dengan dua KRI milik TNI-AL di perairan Bali.
Komandan Pangkalan TNI AL (Lanal) Denpasar, Kolonel Laut (P) I Wayan Suarjaya, mengatakan hal itu saat menerima kedatangan awak dari kapal USS Benfold yang mendarat di Pelabuhan Benoa, Kamis.
"Materi latihan bersama tersebut mencakup manuver taktis, sistem komunikasi serta prosedur penyelamatan lainnya," ujarnya.
Dia menjelaskan, dua kapal milik TNI-AL yang dilibatkan dalam latihan tersebut adalah KRI Hasan Basri dan KRI Uling berserta personelnya. Suarjaya berharap latihan itu dapat menambah pengalaman bagi para personel TNI-AL serta meningkatkan kemampuan sehingga semakin berkualitas.
Sementara itu Kapten Kapal USS Benfold Adrian Jansen mengatakan, keberadaan pihaknya di sini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan ke kawasan Asia Tenggara.
"Selama di Indonesia kami hanya menjadwalkan berkunjung ke Bali saja. Kami rencananya akan berada di sini selama empat hari," katanya.
Sumber: Antara Bali
12 Juli 2012, Denpasar: Kapal perang milik Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Benfold, akan melakukan latihan bersama dengan dua KRI milik TNI-AL di perairan Bali.
Komandan Pangkalan TNI AL (Lanal) Denpasar, Kolonel Laut (P) I Wayan Suarjaya, mengatakan hal itu saat menerima kedatangan awak dari kapal USS Benfold yang mendarat di Pelabuhan Benoa, Kamis.
"Materi latihan bersama tersebut mencakup manuver taktis, sistem komunikasi serta prosedur penyelamatan lainnya," ujarnya.
Dia menjelaskan, dua kapal milik TNI-AL yang dilibatkan dalam latihan tersebut adalah KRI Hasan Basri dan KRI Uling berserta personelnya. Suarjaya berharap latihan itu dapat menambah pengalaman bagi para personel TNI-AL serta meningkatkan kemampuan sehingga semakin berkualitas.
Sementara itu Kapten Kapal USS Benfold Adrian Jansen mengatakan, keberadaan pihaknya di sini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan ke kawasan Asia Tenggara.
"Selama di Indonesia kami hanya menjadwalkan berkunjung ke Bali saja. Kami rencananya akan berada di sini selama empat hari," katanya.
Sumber: Antara Bali
Komandan Marinir Korsel Berkunjung ke Markas Marinir
12 Juli 2012, Jakarta:
Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin (kanan) berjabat
Tangan dengan Komandan Marinir Republik Korea, Lee Ho Yeon (kiri) saat disambut
secara Militer di Bhumi Marinir Cilandak, Jakarta, Kamis (12/7). Kunjungan
tersebut dalam rangka mempererat hubungan kerjasama Marinir kedua negara,
terutama Korps Marinir TNI Angkatan laut dengan Republic Of Korea Marine yang
sudah terjalin baik selama ini. (Foto: ANTARA/Reno Esnir/Koz/nz/12)
Komandan Korps Marinir
Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin (kiri) Komandan Marinir Republik Korea, Lee
Ho Yeon (kanan) saat mencoba kendaraan tempur tank Ampibi di Bhumi Marinir
Cilandak, Jakarta, Kamis (12/7). (Foto: ANTARA/Reno Esnir/Koz/nz/12)
Super Tucanno Akan Segera Datang Ke Indonesia
11 Juli 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan Republik Indonesia sedang menunggu kedatangan pesawat tempur yang dipesan dari negeri samba Brazil, Super Tucano EMB-314, tahun ini. Rencananya usai Lebaran, pesawat tersebut tiba di Tanah Air.
"Rencananya sebelum Lebaran perwakilan pemerintah akan berangkat ke Brazil untuk mengurusi pengiriman pesawat," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Hartind Asrin, saat dihubungi Tempo.
Namun, pengiriman pesawat tersebut akan dilakukan secara bertahap. Rencananya, untuk tahun ini baru akan dikirim enam unit pesawat dari satu skuadron atau 16 unit pesawat yang dipesan Indonesia.
"Kalau urusan pengiriman itu masalah teknis saja," tambahnya.
Rencananya, pesawat Super Tucano akan dioperasikan oleh Skadron Udara 21 untuk menggantikan peran OV-10 Bronco. Pesawat itu dinyatakan grounded atau tidak lagi dioperasikan oleh Markas Besar TNI Angkatan Udara pada 2009 setelah mengalami sejumlah kecelakaan.
Selain pesawat Super Tucano EMB-314, pemerintah juga tengah menanti kedatangan 24 pesawat hibah dari Amerika Serikat, F16. Namun kedatangan pesawat bekas negeri Paman Sam ini masih membutuhkan waktu cukup lama, pasalnya pesawat tersebut masih dalam proses up-grade.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan menyatakan sedang menunggu kedatangan dua dari enam pesawat jet tempur Sukhoi SU-30 MK2 pada November mendatang. Keenam pesawat itu akan dikirim secara berangsur oleh pabrikan di Rusia sebanyak tiga kali dalam jangka waktu tiga tahun.
Pembelian enam pesawat jet tempur ini diharapkan mampu menambah kekuatan dirgantara Indonesia. Keenam pesawat tersebut rencananya akan melengkapi 10 pesawat serupa yang telah dimiliki TNI AU, hingga genap menjadi satu skuadron. Skuadron Sukhoi ini rencananya akan di tempatkan di Pangkalan Udara Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Sumber: TEMPO
KFX/IFX C100,C200 DAN PERBANDINGANNYA
Jakarta - Korea Selatan beberapa waktu lalu merilis rendering pesawat tempur dan mesin pesawat tempur KFX C100 dan KFX C200.
Gambar Pesawat Tempur KFX C100 Dan C200
Gambar Perbandingan Pesawat KFX C200, KFX C100
Gambar Payload Senjata KFX C100
Gambar Payload Senjata KFX C100
Gambar Payload Senjata KFX C200
Gambar Payload Senjata KFX C200
Gambar Mesin F414 Pesawat Tempur KFX
Subscribe to:
Posts (Atom)
BERITA POLULER
-
Rusia Jamin Indonesia Bebas Embargo Militer TEMPO.CO , Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pem...
-
Rencana kedatangan alutsista TNI 2010-2014 dengan anggaran pembelian US$ 15 Milyar : Renstra TNI 2010-2014 memberikan nuansa pelangi terhad...
-
T-90S Rusia (Main Battle Tank Russia) Kavaleri Peroleh 178 Unit Kendaraan Tempur Kaveleri TNI Angkatan Darat (AD) akan mendapatkan tambah...