Pages

Saturday, July 7, 2012

Simulasi: Operasi pertolongan KRI Cakra yang tenggelam

VIVAnews - Kapal Selam KRI Cakra bernomor lambung 401 tenggelam di Perairan Pasir Putih Situbondo, Jawa Timur, sekitar pukul 09.30 WIB, hari ini Sabtu, 7 Juli 2012. Sejumlah pejabat tinggi TNI-AL dan ABK dikabarkan terperangkap di dalamnya. Untuk melakukan pertolongan sejumlah satuan TNI-AL dari Armada Timur diterjunkan. Di antaranya: satu kapal selam, 3 kapal atas air, 2 tim dari Satuan Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair), 1 unit Ponton Lumba-Lumba, 1 tim Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) dan 2 tim kesehatan dari Lakesla dan RSAL dr. Ramelan Surabaya, dan pesawat Cassa serta 1 helokopter BO-105. Sebelumnya, kapal selam mengalami keadaan darurat sehingga tidak dapat mumbul ke permukaan dan perlu dilakukan operasi penyelamatan. "Saat itu kapal-kapal yang ada di sekitar lokasi kejadian mendekat, melakukan pencarian. Dengan metode penyapuan daerah sekitar tempat kejadian," kata Kadispen Armatim Letkol Laut (KH) Yayan Sugiana, Sabtu, 7 Juli 2012. Setelah posisi tenggelamnya kapal selam diketahui dengan pasti, sejumlah penyelam dari Dislambair menyebar melakukan tugas penyelamatan. "Penyelamatan dilakukan selain kepada personel kapal selam yang tenggelam, juga material kapal yang masih dapat diselamatkan," ucapnya. Namun, jangan kaget dulu, ini ternyata hanyalah simulasi operasi penyelamatan yang digelar Armada Timur TNI AL. Selain melacak lokasi kapal selam, simulasi juga dilakukan untuk lakukan evakuasi korban yang terjebak di kapal selam. © VIVAnews

Thursday, July 5, 2012

Kemhan RI Pastikan Beli Tank Jerman

02 Juli 2012

Rencana pembelian MBT Leopard dari Belanda dihentikan dan telah beralih ke Jerman sepenuhnya (photo : Sonaz)

Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pertahanan Indonesia memastikan membeli tank berat (Main Battle Tank) Leopard dari Jerman sebanyak 100 unit dalam rangka modernisasi alutsista TNI Angkatan Darat. Rencana semula tank berat Leopard akan dibeli dari Belanda.

"Khusus TNI AD, kita telah putuskan membeli tank berat leopard dari Jerman dengan pertimbangan memperoleh kepastian waktu dan target dari volume peralatan militer yang kita perlukan," kata Wamenhan Sjafrie Syamsuddin kepada wartawan di Jakarta, Senin (2/7).

Menurut Wamenhan, rencana pembelian MBT Leopard dari Belanda dihentikan sehingga fokus pembelian tank yang berasal dari Jerman tersebut berjalan lancar.

Dijelaskan Sjafrie, alokasi anggaran sebesar 280juta dolar AS, yang diperlukan diproses berdasarkan alokasi pinjaman luar negeri, dimana prosesnya melalui grend book maupun blue book baik dari Bapennas maupun Kementerian Keuangan.

"Saat ini proses dilakukan secara akselerasi, dan pararel sehingga dalam waktu satu minggu kita akan segera memperoleh kepastian-kepastian dari aspek pengadaan dan pembiayaan dan tentu saja diikuti oleh aspek pengawasan yang dilaksanakan oleh tim pencegahan dan penyimpangan pengadaan barang dan jasa dengan melibatkan BPKP, LKTP dan Itjen Kemhan serta Mabes TNI dan angkatan," ungkapnya.

"Jumlah yang diinginkan dalam pengadaan tank ini kurang lebih 100 unit, dari jumlah tersebut, kita inginkan 15 unit sudah berada di Indonesia pada Oktober 2012," terangnya.

Dia menambahkan pertimbangan pembelian Main Battle Tank Leopard dari Belanda tidak diteruskan karena faktor kepastian waktu dan kepastian proses yang diperlukan tidak satupun ditanggapi pihak Belanda.

Terkait keinginan Kemhan agar 15 unit tank berat Jerman itu sudah berada di Indonesia Oktober 2012, penempatannya menurut Sjafrie sepenuhnya kewenangan Mabes TNI Angkatan Darat.(rm)

EADS dan Albatross Aviation Jajaki Kerjasama dengan PT DI


04 Juli 2012

Komponen sayap pesawat (IOFLE) yang dipesan untuk pesawat AIRBUS A380 seri terbaru di PT Dirgantara Indonesia (photo : Antara)

Konsorsium Eropa Jajak Kerja Sama dengan PT DI

Bandung, (ANTARA) - PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan konsorsium industri dirgantara Eropa, EADS, sedang menjajaki peningkatan kerja sama untuk menjadikan industri dirgantara kebanggaan bangsa ini sebagai pemasok komponen skala besar.

"Kami melihat itu sebagai tantangan, peluang bisnis besar yang harus diambil," kata Asisten Dirut PTDI Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan yang merangkap Pembina Komunikasi Perusahaan, Sonny Saleh Ibrahim, di Bandung, Rabu.

EADS (European Aeronautic Defence and Space Company) adalah perusahaan industri dirgantara Eropa hasil penggabungan dari Arospatiale-Matra (Perancis), Dornier GmbH dan DaimlerChrysler Aerospace AG (DASA) dari Jerman, dan Construcciones Aeronuticas SA (CASA) dari Spanyol.

Sonny mengatakan EADS saat ini sedang melaksanakan program regionalisasi industrinya dengan sasaran sampai 50 persen pembuatan komponen-komponen produknya dilakukan langsung di kawasan pemasaran. Untuk Asia-Pasifik, EADS mempertimbangkan PTDI.

EADS sudah yakin akan kompetensi kami karena jalinan kerjasama yang sudah berjalan 35 tahun terakhir, kata Sonny dengan menambahkan saat ini saja PTDI sudah sibuk melakukan pengiriman komponen-komponen kebutuhan Airbus setiap minggunya.

Mengenai rencana peningkatan kerja sama itu, Sonny menambahkan EADS pada Senin 11 Juni lalu mengutus dua petingginya ke PTDI, Philippe Advani (Vice President Global Sourcing Network) dan Pierre Guillet (Deputy President Director for Marketing Survey).

Advani dan Pierre Guillet disertai 20 kepala perwakilan EADS dari berbagai negara. "Ini menunjukkan EADS serius untuk meningkatkan kerjasamanya dengan PTDI," kata Sonny yang mengungkapkan kini PTDI sudah membuat lebih 20 jenis komponen dan berusaha meningkatkannya menjadi 60 komponen.

Rombongan diterima Andi Alisjahbana, Direktur Aerostructures, Budiman Saleh, Direktur Aircraft Integration dan Dita Ardonni Jafri, Direktur Teknologi dan Pengembangan. Mereka diajak melihat fasilitas dan kapabilitas PTDI mengerjakan pembuatan komponen pesawat CN235 dan berbagai komponen pesanan Airbus.

Dengan pihak EADS, PTDI saat ini mengerjakan komponen-komponen pesawat-pesawat unggulannya. Dalam proyek A-380, PTDI sebagai pemasok tunggal untuk komponen pentingnya Inboard Outer Fixed Leading Edge (IOFLE) yang merupakan bagian akar dari sayapnya, dan A-380 tidak akan bisa terbang tanpa komponen buatan PTDI ini.

Komponen IOFLE ini dikerjakan PTDI sesuai dengan kontrak yang telah dibuat antara PTDI pada tahun 2002 untuk 300 pengiriman. Saat ini, PTDI telah mengapalkan 125 kiriman setara dengan 36 persen dari jumlah kontrak. Target rencana pengiriman 36 set per tahun.

Dalam proyek A-320/A-321, PTDI bahkan selain membuat (manufacturing) juga perakitan (assembling) untuk D-Nose, Pylon dan Leading Edge yang telah dilakukan kontrak kerjasamanya pada tahun 2005 dan berakhir pada tahun 2015 dengan pengiriman komponen sebanyak 365 set per tahun.

Dalam proyek pesawat penumpang masa depan A-350, PTDI mengerjakan komponen untuk Root End Fillet Fairing (REFF) untuk pemesanan sebanyak 805 total pengiriman dengan perencanaan pengiriman 51 set per tahunnya. Kontrak kerjasama telah dilakukan PTDI dengan Spirit AeroSystem , Inggris, sejak tahun 2010.

Khusus untuk Airbus A350, PTDI juga sudah mendapatkan pekerjaan rancang bangun (engineering-designing).

Albatross Aviation Swiss

Pengalaman yang dipunyai oleh Albatross Aviation yang dapat diaplikasikan di Indonesia adalah perawatan helikopter Bell 412, Mi-2, Mi-17, Mi-24/Mi-35, dan Enstrom)

Pada hari yang sama, perusahaan Albatros Aviation (Swiss) mengunjungi PTDI dan disambut Budi Wuraskito (Direktur Aerocraft Services). Albatros menjajaki PTDI sebagai mitra perawatan pesawat terbang dan mesin pesawat terbang, khususnya helikopter untuk kawasan Amerika Latin, Afrika dan Asia.

"Mereka sempat terkagum-kagum ketika meninjau fasilitas dan kapabilitas PTDI, karena kemampuan dan permesinan yang kita miliki tidak seperti yang pernah terbayangkan sebelumnya akan sebesar yang mereka saksikan sendiri," kata Sonny.

CN-295 Pertama untuk TNI-AU Jalani Test Flight

05 Juli 2012

Pesawat C-295M untuk Indonesia sesuai kesepakatan dengan Airbus Military diberi nama dengan CN-295 (photo : Muniz Zaragueta)

Pesawat CN-295 pertama pesanan Kementrian Pertahanan Indonesia untuk TNI AU yang dibuat oleh Airbus Military Spanyol saat ini telah selesai dan menjalani proses test flight. Pesawat CN-295 pertama ini diberi kode A-9501.

Kontrak senilai 325 juta US Dollar untuk pengadaan sembilan pesawat CN-295 ditandatangani pada 15 Februari 2012 dalam acara Singapore Air Show, didalamnya juga mencakup penyediaan suku cadang dan pelatihan.

Pesawat CN-295 rencananya akan dioperasikan oleh TNI Angkatan Udara untuk menggantikan peran pesawat Fokker-27 yang sudah menua dan di-grounded setelah jatuhnya satu pesawat tersebut pada bulan lalu. Pesawat ini akan ditugaskan dalam berbagai misi seperti operasi militer, dropping logistik, bantuan kemanusiaan, maupun misi evakuasi medis.

Pengiriman pertama pesawat ini diperkirakan akan berlangsung bulan September atau Oktober 2012, dan sisanya berlanjut sampai pada semester kedua 2014.

Sesuai kesepakatan dengan pihak Airbus Military, dari pesanan 9 pesawat tersebut 2 pesawat akan dikerjakan sepenuhnya di Airbus Military Spanyol, sedangkan 7 lainnya perakitan akhirnya akan dilakukan di PT DI Bandung.

(Defense Studies)

Parlemen Dukung Pembelian Leopard dari Jerman

 



Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) RI Safrie Sjamsoeddin didampingi Irjen Kemhan Laksdya TNI Sumartono dan Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo serta sejumlah pejabat Kemhan lainnya, Rabu (4/7), melakukan Rapat Kerja dengan Komisi I DPR-RI, di Jakarta, yang membahas agenda pencabutan tanda bintang. (Foto: DMC)

5 Juli 2012, Jakarta: Meski Kementerian Pertahanan telah memutuskan untuk membeli langsung Tank Leopard dari negera produsennya, hingga kini Komisi I DPR belum mengambil sikap.

Pasalnya, Kemenhan memang belum menyampaikan secara resmi ke Komisi I. "Komisi I sejauh ini belum memutuskan mendukung pengadaan tank Leopard dari Jerman," ujar Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq kepada Jurnalparlemen.com di DPR, Rabu (4/7).

Meski demikian, kata Mahfudz, Komisi I menyambut baik keputusan Kemhan yang akan membeli langsung tank tersebut dari Jerman dan batal membeli Tank Leopard bekas Belanda. "Itu merupakan keputusan tepat. Kalau membeli tank bekas, pasti akan menambah anggaran untuk biaya perawatan, onderdil dan sebagainya," katanya.

Soal pembiayaan untuk pembelian Tank Leopard dari Jerman untuk TNI AD sudah dimasukkan ke dalam skema pembiayaan jangka menengah periode 2010-2014.

"Jadi tinggal dibahas secara detil dan teknisnya saja. Tapi, tetap diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari Komisi I DPR," ucap Mahfudz.

Sebelumnya Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, Senin (2/6) menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia memutuskan untuk membeli 100 unit tank tempur utama Leopard dari Jerman senilai US$ 280 juta yang dibiayai dari alokasi pinjaman luar negeri

Wamenhan Optimis Parlemen Dukung Pembelian Leopard

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan optimistis Komisi I DPR RI akan mendukung dan menyetujui pembelian 100 unit tank tempur utama Leopard dari Jerman.

Sebab dalam pembicaraan sebelumnya atas rencana pengadaan tank Leopard, banyak di antara anggota Komisi I yang mendorong pembelian langsung dari negara produsennya, Jerman ketimbang membeli tank bekas dari Belanda.

"Semua tahu bahwa modernisasi Alutsista TNI merupakan tuntutan kepentingan nasional. DPR sebagai lembaga representasi dari bangsa ini, akan pasti akan setuju. Sepanjang kita lakukan secara transparan dan akuntabel," ujar Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di sela-sela menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi I di DPR, Rabu (4/7).

Rapat kerja Komisi I dengan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin ini sendiri berlangsung secara tertutup dengan sejumlah agenda. Di antaranya pembahasan anggaran Kemenhan dan pencabutan tanda bintang dalam program tertentu.

Sjafrie Sjamsoeddin memastikan bahwa dalam dalam rapat kerja kali ini pihaknya secara formal akan menyampaikan secara resmi rencana pengadaan 100 tank Leopard dari Jerman. "Walaupun sebenarnya sudah ada komunikasi," ujarnya.

Sumber: Jurnal Parlemen

Presiden: Tidak Ada Kerjasama Militer Antara Indonesia, AS dan Australia

 

Upacara penyambutan kontingen pertama USMC di Darwin. (Foto: RAN)

4 Juli 2012, Darwin: Presiden Susilo Yudhoyono menegaskan tidak ada kerjasama militer tiga negara antara Indonesia, Amerika Serikat, dan Amerika Serikat. Penempatan satu brigade infantri mekanis Marinir Amerika Serikat di Darwin masih menyita fokus geopolitik kawasan Pasisik Barat.

"Sikap Indonesia dalam hal ini telah jelas, tegas dan konsisten, tidak akan menjadikan kawasan menjadi ajang konflik," kata Yudhoyono, dalam konferensi pers, di Darwin, Rabu. Jika tidak memahami konteksnya, hal ini bisa disalahartikan bahwa diwacanakan dibentuk pakta pertahanan di kawasan itu.

Yudhoyono berpendapat, latihan penanggulangan bencana di antara militer itu sebaiknya melibatkan Indonesia, Australia, negara-negara ASEAN, Jepang, India, Korea serta Amerika Serikat, dan China; sehingga akan membangun kepercayaan di kawasan.

"Itu saya usulkan dan saya harapkan. Jelas tidak ada pertahanan segitiga, trilateral, Indonesia, Amerika Serikat, dan Australia. Tapi Indonesia setuju kerjasama di kawasan ini melibatkan semua untuk menghadapi yang disebut dengan operasi penanganan bencana, itu yang perlu saya jelaskan," katanya.

Sejak pertengahan 2011 potensi ketegangan keamanan dan pertahanan di Pasifik Barat bisa mengkristal. Terdapat konflik saling klaim antara China, Filipina, Viet Nahm, Brunei Darussalam, atas Laut Filipina Barat atau Laut China Selatan.


Di sisi lain penguatan profil militer China yang bisa menjadi hegemoni di kawasan juga memantik kewaspadaan negara-negara di kawasan itu, termasuk Amerika Serikat, yang memastikan kehadiran 2.500 personel Korps Marinir-nya di Darwin, Teritori Utara Australia.

Indonesia persis berada di tengah-tengah teater itu.

Untuk itu, Yudhoyono tidak ingin latihan militer untuk penanggulangan bencana di antara militer itu hanya diikuti oleh tiga negara, Indonesia, Australia, dan Amerika Serikat. Sebab hal itu dapat menimbulkan salah persepsi dan ketegangan di kawasan.

"Ketika saya mendengar pemikiran yang menjadi sponsor, meskipun ini baru semacam gladi posko, table top exercise, seolah-olah Indonesia, Australia dan Amerika Serikat, saya mengatakan jelas dan tegas kepada semua, itu bisa menimbulkan salah pengertian kalau yang bekerjasama hanya tiga negara," katanya.

Presiden juga menyayangkan pemberitaan yang mengesankan kerjasama latihan operasi militer menanggulangi bencana dengan Australia seolah kerjasama pertahanan.

Apalagi penempatan Korps Marinir Amerika Serikay untuk penanggulangan bencana di Darwin dijadikan penambah kesan tersebut.

Yudhoyono menjelaskan, kerjasama operasi militer penanggulangan bencana merupakan inisiatif bersama Indonesia dan Australia, yang kemudian dituangkan dalam joint paper, yaitu kerjasama di Kawasan Asia Timur yang disampaikan dalam East Asia Summit di Bali tahun lalu.

Kerjasama ini untuk menghadapi bencana alam, utamanya tanggap darurat menghadapi bencana alam. "Idenya adalah kita harus selalu bekerjasama mengingat besarnya kemungkinan adanya bencana di kawasan ini," katanya.

Kerjasama ini memiliki tiga pilar yaitu berbagi informasi, menghilangkan sumbatan ketika akan memberikan bantuan ke daerah bencana dan saling ketersediaan.

Yudhoyono mengatakan, sejak pertemuan EAS dan juga pertemuan tahunan antarpimpinan Indonesia-Australia pertama di Bali, November 2011, Indonesia selalu meminta agar melibatkan semua pihak.

Hal itu juga disampaikan Yudhoyono kepada Perdana Menteri Australia, Julia Gillard, saat keduanya bertemu di Darwin, 3 Juli 2012 kemarin dalam pertemuan tahunan antarpimpinan Indonesia - Australia kedua.

Sumber: ANTARA News

Tuesday, July 3, 2012

Indonesia beli leo dari jerman sebanyak 100 unit

3 Juli 2012, Senayan: Pemerintah Indonesia akhirnya memutuskan akan membeli 100 unit tank Leopard langsung dari Jerman. Pemerintah membatalkan rencana pembelian Leopard bekas dari Belanda. Rencananya, pada Oktober mendatang 15 unit tank tersebut akan tiba di Indonesia. Namun, hingga kini kalangan dewan mengaku belum tahu alasan di balik keputusan pemerintah ini. "Saya sampai saat ini belum tahu kelanjutan rencana pembelian tank Leopard langsung dari Jerman tersebut," kata Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin di sela menghadiri sidang Paripurna DPR, Selasa (3/7). Hasanuddin berharap Kemenhan segera menyampaikan penjelasan tentang keputusan tersebut ke DPR. Sebab, hingga kini Komisi I DPR belum memutuskan persetujuan terhadap Kemenhan itu. Umumnya anggota Komisi butuh penjelasan tentang pertimbangan yang digunakan pemerintah dalam pengambilan keputusan tersebut. Komisi I juga perlu diberi laporan tentang spesifikasi tank yang dibeli. Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dalam jumpa pers, Senin (2/6) kemarin menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia memutuskan untuk membeli 100 unit tank tempur utama Leopard dari Jerman. Keputusan ini diambil setelah Belanda menyatakan tidak bisa memberikan kepastian yang sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh Indonesia. Keputusan membeli tank itu langsung dari pabrikannya di Jerman, ujar Sjafrie, dengan pertimbangan bahwa Jerman dapat memberikan Indonesia kepastian waktu dan kepastian target dari volume peralatan militer yang diperlukan untuk modernasi alutsista dan rencana strategis Indonesia 2010-2014. Sjafrie mengatakan, alokasi anggaran yang diperlukan untuk membeli peralatan militer tank tempur utama atau Main Battle Tank (MBT) itu adalah 280 juta dollar AS dari alokasi pinjaman luar negeri, yang prosesnya akan diselaraskan di Bappenas maupun Kementerian Keuangan. Sumber: Jurnal Parlemen

BERITA POLULER