Pages

Monday, June 18, 2012

Cina Siap Bantu Radar Pengawasan Laut Indonesia

Jakarta (ANTARA News) -Pemerintah China menawarkan pemberian bantuan radar kepada Indonesia untuk pengawasan dan pengamanan alur laut kepulauan Indonesia. "Kami belum bicarakan apakah bantuan radar ini bentuknya hibah atau seperti apa. Masalah ini baru akan dibicarakan," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Kemhan) Marsekal Madya Eris Herryanto usai mendampingi Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat menerima kunjungan Anggota Komisi Militer Pusat dan Panglima Korp Artileri II (Strategic Missile Corps) CPLA Jenderal Jing Zhiyuan di Kantor Kemhan, Jakarta, Senin. Menurut dia, pengamanan di wilayah alur laut kepulauan Indonesia memerlukan pengawasan ketat guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam kunjungannya Jenderal Jing Zhiyuan itu, kata dia, juga dibicarakan tentang pengiriman sejumlah penerbang pesawat tempur Indonesia (TNI Angkatan Udara) untuk melakukan latihan dengan simulator pesawat Sukhoi di China. "China membuka diri untuk membantu kebutuhan Indonesia ini," katanya. Menurut dia, China menyediakan tempat bagi prajurit TNI yang akan mengikuti latihan ini dengan kapasitas maksimal sepuluh orang. Kerja sama ini dilakukan lantaran Indonesia belum memiliki simulator Sukhoi, namun Kemhan telah merencanakan pengadaan simulator Sukhoi untuk memudahkan latihan prajurit TNI yang akan menerbangkan pesawat tempur buatan Rusia itu. "Rencana pengadaannya pada 2012 dan sudah masuk dalam `blue book`, tinggal pelaksanaannya," kata Eris. (S037/N002) Sumber Antara

KRI Sultan Hasanuddin-366 Memulai Sebagai Peackeeper di Lebanon



15 Juni 2012, Beirut: KRI Sultan Hasanuddin-366 beserta Satgas Maritim TNI Konga XXVIII/D UNFIL 2012 memulai tugas perdananya sebagai peacekeeper di Area of Maritime Operation (AMO) laut Mediterania, kapal bertolak dari dermaga Beirut pada hari Jum’at tanggal 15 Juni 2012. Sesuai mandat United Nations Security Council Resolution 1701 tahun 2006, Satgas Maritime ini bertugas untuk melaksanakan Surveilance & Maritime Interdiction Operation (MIO) sepanjang 180 km garis pantai Lebanon untuk mencegah masuknya senjata ilegal dan bahan terkait lainnya masuk melalui perairan Lebanon serta melatih Lebanese Armed Force (LAF) Navy dalam menjaga perairannya.

Sehari sebelum berangkat ke AMO, Komandan Satgas Maritim TNI Konga XXVIII/D UNFIL Letkol Laut (P) Dato Rusman SN mendapat kehormatan menghadiri upacara serah terima jabatan dua Komandan kapal perang Banglades, yaitu Komandan BNS Osman dari Capt Syed Maksumul Hakim (ND), ncc, psc, BN kepada Capt M Abu Asharf, (TAS), ncc, psc, BN dan Komandan BNS Madhumati dari Cdr Mohammad Abdul Mukit Khan, (C) psc, BN kepada Cdr AKM Afzal Hossain, (C) psc, BN di dermaga Beirut, dengan inspektur upacara Komandan MTF Rear Admiral Wagnen Lopes de Moraes ZAMITH. Hadir dalam upacara tersebut antar lain Duta Besar Banglades di Lebanon Md Fazlal Karim, Chief of Staff MTF Kolonel Laut (P) Dwi Sulaksono serta pejabat MTF.

Setelah upacara Sertijab, Komandan MTF Rear Admiral Wagnen Lopes de Moraes ZAMITH, Komandan MTF TNI XXVIII/D Letkol Laut (P) Dato Rusman SN dan Chief fo Staff MTF Kolonel Laut (P) Dwi Sulaksono melaksanakan kunjungan kepada Kepala Staf Angkatan Laut Lebanon (Chief of Staff of Lebanon Navy). Kedatangan pejabat MTF ini diterima oleh Chief of Staff of Lebanon Navy Rear Admiral Nazih Baroudi diruang kerjanya. Dalam kunjungan ini Komandan MTF Rear Admiral ZAMITH memperkenalkan pejabat MTF TNI XXVIII/D UNIFIL dari Indonesia yang telah datang dan bergabung dengan MTF kepada Kepala Staf Angkatan Laut Lebanon tersebut. Kunjungan diakhiri dengan tukar menukar cindera mata antara Komandan MTF TNI XXVIII/D dan Commander of LAF Navy.

Sumber: Dispenarmatim

Kompi “D” BS Paskhas Latihan Praktek Pertempuran Hutan

Lingkungan Satuan Radar 241 Buraen. (Foto: Satrad 241)

18 Juni 2012, Kupang: Kompi “D” BS Paskhas Kupang (16/9) mendapat perintah langsung dari komando atas untuk segera merebut kembali Radar 241 Buraen yang telah dikuasai Gerakan Separatis Bersenjata.

Berdasarkan informasi dari intelijen, dan dengan kemampuan tempur darat dan udara yang dimiliki, Kompi “D” BS Paskhas langsung melakukan operasi dibawah Komando Komandan Kompi “D” BS Paskhas Kapten Psk Yoseph Melanius Purba dan berhasil merebut dan melumpuhkan Gerakan Separatis Bersenjata yang menduduki Radar 241 Buraen.

Kekuatan musuh dapat ditumpas habis melalui Operasi Perebutan Cepat. Demikian tahap akhir dari skenario latihan Praktek Pertempuran Hutan yang digelar beberapa hari kemarin dari Kompi “D” BS Paskhas, Kupang Nusa Tenggara Timur.

Kapten Psk Yoseph Melanius Purba selaku Komandan Kompi “D” BS Paskhas memberikan apresiasi dan penghargaan kepada seluruh anggota yang telah melaksanakan Praktek Latihan Pertempuran Hutan dengan semangat dan pantang menyerah sehingga latihan tersebut dapat berjalan lancar, aman dan sukses.

Latihan TPRAG

Hari kedua Praktek Latihan Pertempuran Hutan Kompi “D” BS Paskhas melaksanakan Taktik Pertempuran Regu Anti Gerilya yang biasa dikenal dengan istilah TPRAG, Jum'at (15/6).

Taktik Pertempuran Regu Anti Gerilya merupakan salah satu kemampuan tempur darat yang wajib dimiliki oleh setiap prajurit Para Komando dan harus selalu dilatihkan secara rutin untuk mencapai visi sebagai prajurit yang terdepan, terlatih dan terbaik.

Komandan Kompi “D” BS Paskhas, Kapten Psk Yoseph Melanius Purba dalam pernyataannya mengatakan bahwa latihan ini bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan tempur darat serta melatih naluri tempur Anggota Kompi “D” BS Paskhas untuk menunjang tugas pokok sebagai prajurit Para Komando.

Sumber: TNI AU

Jangan biarkan Malaysia klaim tarian Tor-tor


Senin, 18 Juni 2012 11:00 WIB | 2825 Views


Dalam khasanah budaya tradisional Batak, ada beragam jenis tari Tor-tor, sesuai akar rumpun subetniknya. Dalam foto "Tor Tor Sihutur Sanggul" dari subetnik Batak Toba, yang ditarikan sejumlah penari di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, beberapa waktu lalu. Kali ini Malaysia mulai melirik jenis tarian ini untuk "dimasukkan" ke dalam inventori budaya asli mereka. Upaya serupa pernah dilakukan terhadap lagu Rasa Sayange, Beragam jenis dan motif Batik, hingga Reog Ponorogo. Penyelesaian oleh pemerintah Indonesia selalu berlandas "semangat serumpun". (FOTO ANTARA/Irsan Mulyadi)
... Ini tindakan provokatif dan agresif... pasti publik Indonesia akan marah...



Jakarta (ANTARA News) - Pengamat hukum internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengatakan, tarian Tor-tor dan Paluan Gondang Sambilan dari Tanah Batak, harus dikawal benar-benar. Jangan sampai Malaysia bisa mengklaim kedua jenis tarian tradisional Batak itu sebagai milik negara federasi Malaysia. 


Awalnya bermula dari perantauan komunitas Mandailing, di Malaysia. Sebagai komunitas di perantauan, sah-sah saja jika mereka melestarikan kekayaaan tanah leluhurnya di perantauan tempat mereka mengadu nasib. Masyarakat Malaysia juga jadi sering melihat penampilan tarian Tor-tor itu.

Akibat lanjutan, Malaysia mengembangkan kedua jenis tarian itu dan ada sinyalemen negara semenanjung yang sering mengaku "saudara serumpun Indonesia" itu akan memformalkan kedua tarian itu sebagai milik mereka.

Menurut Juwana, "Memang dua tarian itu diusulkan komunitas Mandailing di Malaysia. Masyarakat yang merantau itu bisa saja mempraktekkan budaya yang mereka miliki, namun jangan sampai Malaysia sebagai negara memformalkan sebagai 'milik' negara itu."


Guru besar hukum internasional UI itu mengatakan, "Malaysia harus memperhatikan sensitivitas rakyat Indonesia sebagai pemilik kedua tarian tradisional asli itu."


"Kesalahan terbesar pemerintah Malaysia adalah memformalkan. Ini tindakan provokatif dan agresif di bidang kebudayaan terhadap Indonesia. Sensitivitas pemerintah Malaysia diperlukan karena dalam hubungan bertetangga yang mengalami pasang surut pasti publik Indonesia akan marah," ujarnya.

Tindakan pemerintah Malaysia pun --dalam konteks ini-- tidak sejalan dengan solidaritas ASEAN dan keinginan untuk membangun masyarakat ASEAN.


"Publik Indonesia akan menolak pembentukan masyarakat ASEAN karena kekhawatiran mereka akan menjadi pecundang di antara negara-negara ASEAN yang ada," ujarnya.

Dalam hal akulturasi dan penyerapan budaya antar bangsa, dia memberi contoh, " Komunitas China di Indonesia sering memeragakan tarian barongsai. Tapi tidak pernah pemerintah Indonesia memformalkan bahwa barongsai itu milik Indonesia."

SUMBER : ANTARA

Investor Bahan Baku Peledak Inginkan Kemudahan Investasi dan Perijinan


Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro (Tengah), General Manager Operation PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) Indra Prasetya (kiri), Direktur PT KNI Chrisna Deva (kiri dua) dan Direktur Utama PT KNI Antung Pandoyo (kanan dua) saat meresmikan pabrik amonium nitrat PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur, Jumat (15/6). Peresmian ini menandai mulai dioperasikannya pabrik AN terbesar di Indonesia dan memastikan kesiapan pabrik Amonium Nitrat (AN) yang memiliki kapasitas produksi Amonium Nitrat 300.000 MT/tahun untuk mendukung industri pertambangan Indonesia. Pabrik KNI yang merupakan salah satu industri strategis dibawah pengawasan Kementerian Pertahanan ini juga akan mengurangi ketergantungan akan impor Amonium Nitrat (AN) dan akan menghemat devisa negara.(Foto: inilah/andi Anwar)

16 Juni 2012, Jakarta: Pengusaha bahan baku peledak meminta sejumlah kemudahan untuk berinvestasi di sektor interview. Kementerian Pertahanan akan merivisi Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengaturan, pembinaan dan Pengembangan Badan usaha Peledak Komersial.

"Kami menerima banyak masukkan," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Bontang kepada Tempo, Jumat, 15 Juni 2012. Purnomo menerima sembilan pengusaha yang terkait bahan peledak dan lima importir. "Diantaranya kemudahan investasi dan perijinan."

Purnomo berjanji akan menindaklanjuti permintaan pengusaha ini. Pemerintah akan menyiapkan draft revisi peraturan ini. Namun Menteri Purnomo belum bisa memastikan kapan revisi ini akan dirampungkan. "Belum kami putuskan," kata dia.

Menteri Pertahanan sebelumnya mendorong badan usaha milik negara dan swasta untuk memproduksi bahan baku peledak atau ammonium nitrat. Permintaan ini disampaikan saat meresmikan PT Kaltim Nitrate Indonesia. Hingga saat ini hanya ada dua pabrik di dalam negeri yang memproduksi ammonium nitrat yaitu PT Multi Nitrotama Kimia dan PT Kaltim Nitrate Indonesia.

Saat ini Kementerian Pertahanan sedang mempelajari proposal pembangunan pabrik dari PT Batuta. Dia berharap, dengan semakin banyaknya produsen bahan baku peledak, ketergantungan impor bisa dikurangi. Dia berharap, pabrik yang beroperasi di Kalimantan Timur untuk terus memperbesar kapasitas. Menurut Purnomo, ekspansi ini perlu dilakukan karena potensi pasokan gas di wilayah ini sangat tinggi.

Sumber: TEMPO

Presiden Direktur PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) Antung Pandoyo, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, dan Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Awang Faroek Ishak, saat peresmian pabrik Amonium Nitrat (AN) terbesar di Indonesia, di kawasan Kaltim Industrial Estate, Tursina, Bontang, Jumat (15/6/2012) pagi. Peresmian ini menandai mulai dioperasikannya pabrik AN terbesar di Indonesia dan memastikan kesiapan pabrik AN yang memiliki kapasitas produksi Amonium Nitrat 300.000 MT/tahun untuk mendukung industri pertambangan Indonesia. (Foto: okezone)

16 Juni 2012, Bontang: Pemerintah menargetkan nilai investasi industri pertahanan nasional bisa mencapai sekitar Rp100 triliun dalam waktu lima tahun. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pihaknya akan terus mendorong masuknya investasi di industri pertahanan, baik oleh swasta maupun badan usaha milik negara (BUMN).

Nilai investasi industri pertahanan tersebut terdiri atas berbagai macam sektor seperti alat utama sistem senjata (alutsista), pabrik peluru kendali (rudal), dan bahan peledak berkekuatan rendah atau amonium nitrat. Peningkatan investasi juga akan menaikkan devisa negara. Menurutnya, target tersebut bisa terpenuhi tidak hanya melalui pembangunan pabrik baru, tapi juga penambahan investasi serta kapasitas produksi.

Dia mencontohkan, pabrik amonium nitrat PT KNI yang senilai Rp4 triliun. ”Saat ini kapasitas produksinya 300.000 ton per tahun, sebelumnya hanya sekitar 120.000-150.000 ton per tahun,” kata Purnomo seusai peresmian pabrik amonium nitrat PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur,kemarin. Purnomo memperkirakan, kebutuhan amonium nitrat nasional terus meningkat menjadi 800.000 ton per tahun pada 2014-2015.

Saat ini kebutuhan amonium nitrat sekitar 600.000 ton per tahun. ”Ditambah produksi MNK (PT Multi Nitrotama Kimia) di Cikampek, Karawang, Jawa Barat, produksi dalam negeri menjadi lebih besar,”ucapnya. Saat ini hanya ada dua pabrik amonium nitrat di dalam negeri yakni PT KNI dan PT MNK.Sebenarnya ada satu lagi perusahaan BUMN di Bontang yakni PT Dahana, namun hingga kini masih belum diketahui secara jelas soal investasinya.

Lebih lanjut Purnomo menjelaskan, saat ini investor lainnya yakni PT Batuta tengah menjajaki investasi pembangunan pabrik amonium nitrat di Bontang.Dia mengaku sudah menerima proposal rencana investasi PT Batuta. Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak menambahkan, pihaknya mendukung investor di Bontang dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif, keamanan berinvestasi, menjamin kepastian hukum, serta mempermudah perizinan.

Awang mengungkapkan, Bontang menempati urutan kelima dari 33 provinsi terkait penanaman modal asing (PMA), nomor tiga untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN), dan masuk dalam 10 besar regional champion investasi. Dia menyebutkan, realisasi investasi di Bontang tahun lalu mencapai Rp38 triliun, melampaui target awal Rp32 triliun.” Tahun ini kami targetkan Rp42 triliun.Termasuk industri batubara. Dua blok migas sedang dikembangkan,”ucapnya.

Direktur Utama PT KNI Antung Pandoyo optimistis, perusahaan yang dia pimpin bakal menjadi produsen amonium nitrat terbesar di Indonesia, bahkan mungkin Asia Tenggara. PT KNI akan berperan penting sebagai aset nasional untuk melayani industri pertambangan di dalam negeri. Pembangunan pabrik tersebut juga akan menghemat devisa negara hingga USD150 juta. ”USD150 juta asumsinya harga USD500 per ton. Itu dikali 300.000 ton. Kalau harga USD600, akan lebih besar,”tandasnya.

Sumber: SINDO

Sunday, June 17, 2012

KRI Nanggala Tembakkan Torpedo SUT Kepala Latihan






Bawean, 14 Juni 2012
KRI Nanggala-402 berhasil meluncurkan Torpedo SUT Kepala Latihan, dalam uji coba penembakkan di sekitar perairan Pulau Bawean Gresik, Kamis (14/06). Penembakan Torpedo oleh KRI Nanggala dilaksanakan pada dini hari sekitar pukul 04.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), pada posisi 06 03 335 S – 112 38 18 T sebelah Selatan Pulau Bawean, dengan jarak kurang lebih 3 Nautical Mile menuju sOsaran.

Target senjata pamungka _apal selam itu merupakan sebuah simulator yang dapat menimbulkan suara menyerupai baling-baling kapal (Propeler) berupa Noise Maker. Torpedo Kepala Latihan, berhasil meluncur  dari KRI Nanggala hingga kurang lebih berjarak 1 Nautical Mile. Peluru Kendali (Rudal) bawah air itu melesat dari tabung Torpedo KRI Nanggala dengan kecepatan Medium 23 Knot, selanjutnya mencari tracking sasaran hingga beberapa saat kemudian Torpedo itu berhenti dan mengapung diatas permukaan air.

Sebuah kendaraan air cepat berupa Sea Rider milik Satuan Komando Pasukan Katak yang bertugas mengikuti jejak Torpedo tersebut langsung memburu isyarat lampu yang menandakan keberadaan senjata setelah berhasil ditembakkan. Satu tim Kopaska yang berada di Sea Rider mengikuti luncuran Torpedo Kepala Latihan itu hingga beberapa saat hingga berhenti dan mengapung diatas air.

Uji coba ini merupakan pertama kalinya setelah KRI Nanggala mengalami perbaikan total (Overhoul) selama kurang lebih dua tahun di Korea Selatan beberapa bulan yang lalu. Setelah Overhoul KRI Nanggala mengalami perbaikan dan moderenisasi beberapa sistim dan persenjataan, diantaranya adalah sistim kontrol penembakan (Fire Control) Combat Management Sistem (CMS) type Multi Sensor Integrited (MSI) 90U MK2, menggantikan CMS lama tipe Sinbads.

Tujuan uji coba ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan kerja dan sinkronisasi antara sistem CMS MSI yang baru terpasang dengan senjata Torpedo SUT buatan Kongsberg Defence and Aerospace Norwegia tersebut. “Dengan berhasilnya penembakan Torpedo SUT kepala latihan ini menandakan bahwa sistem kendali senjata yang baru CMS MSI 90U MK2 yang terpasang di KRI Nanggala dapat bekerja secara optimal”, kata Dansatsel Koarmatim Kolonel Laut (P) Jefry Stanley Sangel. SH.

Selesai uji coba penembakan, Torpedo Kepala Latihan di evakuasi menggunakan dua buah perahu karet (PK) oleh tim Penyelam TNI AL dari Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) Koarmatim. Selanjutnya Torpedo SUT yang berhasil ditembakkan itu dinaikkan ke atas geladak KRI Soputan-923 untuk selanjutnya dibawa kembali ke gudang senjata TNI AL (ARSENAL) Batu Poron, Bangkalan, Madura.

Satuan Tugas (Satgas) penembakan Torpedo Kepala Latihan ini melibatkan beberapa unsur pedukung sebagai pengamanan area latihan yaitu KRI Sultan Iskandar Muda-367, KRI Hiu-804, 2 Sea Rider, 2 (PK). Sedangkan personel yang terlibat adalah 1 tim Kopaska Koarmatim, Dislambair Koarmatim, Laboratorium Induk Elektronika (Labinlek) Mabesal, Arsenal serta Diskes Koarmatim. (Dispenarmatim)

SUMBER : KOARMATIM

Thursday, June 14, 2012

F-16 Hibah AS Ditempatkan di Madiun



12 Juni 2012, Makassar: Komando Operasi Angkatan Udara wilayah II (Koopsau-II) akan menambah pesawat tempur tipe F-16 sebanyak 24 buah dari Amerika, dan tambahan berupa pesawat Super Tucano dari Brazil sebanyak 2 unit.

Kedua tipe pesawat tempur tersebut adalah bantuan dari Kementerian Pertahanan RI. Marsekal Pertama Agus Supriana, yang akan dilantik sebagai Panglima Koopsau II mengantikan Marsekal Muda TNI Ismono Wijayanto, Selasa (12/6), di Makassar, mengatakan bantuan unit pesawat tempur dari Kementerian Pertahanan sangat membatu dalam penjagaan batas negara kesatuan Republik Indonesia.

“Nantinya ke-24 pesawat F-16 tersebut, akan bermarkas di Madiun dan pesawat Super Tucano akan bermarkas di Jawa timur. Rencananya pesawat yang didatangkan akhir tahun ini, akan berkeliling ke seluruh wilayah Koopsau II yang berjumlah 21 pangkalan udara,” kata Agus.

Sumber: Infopublik

Kemhan Jajaki Kerjasama Produksi Alutsista dengan Belarusia


2 Juni 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, Senin (12/6) menerima Menteri Luar Negeri Republik Belarus, Sergei Martynov di Kantor Kementerian Pertahanan RI. Maksud dari kunjungan Menlu Belarus adalah selain untuk meningkatkan hubungan diplomatik kedua negara dan membuka peluang kerjasama strategis di bidang pertahanan. Kerjasama pertahanan ini lebih mengarah kepada produksi bersama Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) dengan dasar Transfer of Technology (ToT).

Sumber: DMC

Tiga Bell-412 Perkuat Puspenerbal

13 Juni 2012, Surabaya: Tiga helikopter baru Bell-412 EP buatan Kanada tiba di Pangkalan Udara TNI AL Juanda, Surabaya, Rabu. Mereka memperkuat Skuadron Udara 400 Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal).

Upacara penyerahan tiga unit helikopter itu dipimpin Komandan Puspenerbal, Laksamana Pertama TNI Sugianto, di Apron Shelter Skuadron Udara 400, di pangkalan udara itu.

Kedatangan tiga helikopter tersebut molor sehari dari jadwal, karena terkendala cuaca buruk di Bandung saat akan diterbangkan ke Surabaya, Selasa (12/6). Begitu selesai upacara serah-terima, ketiga helikopter itu langsung didemonstrasikan kehandalannya.

Sebelum diserahkan kepada TNI AL, ketiga helikopter tersebut lebih dulu menjalani penyempurnaan di PT Dirgantara Indonesia Bandung, terutama disesuaikan dengan kepentingan pesawat militer dan desain khusus matra laut.

"Ketiga helikopter ini akan difungsikan sebagai pesawat angkut taktis dan dukungan logistik cepat," kata Sugianto.

Menurut ia, helikopter jenis Bell-412 EP sudah tidak asing lagi bagi penerbang TNI AL, karena sebelumnya mereka juga sudah mengoperasikan helikopter serupa dan juga jenis Bell-212.

Bell-412 series memiliki mesin lebih kuat ketimbang Bell-212 series. Secara kasat mata, lubang "knalpot" mesinnya ada dua sementara Bell-212 series cuma satu dan bilah baling-baling utamanya ada empat lembar.

Dengan begitu, bobot beban yang bisa diangkut bisa lebih berat dengan durasi terbang lebih lama sekaligus lebih jauh. Yang pokok juga, kemampuan manuverabilitasnya lebih baik ketimbang seri sebelumnya, termasuk lepas-landas dan mendarat di pijakan bergerak dan sempit seumpama di dek kapal perang.

Setelah upacara penyerahan, ketiga helikopter baru itu langsung digunakan untuk latihan pendaratan pasukan di Lanudal Juanda.

Sumber: ANTARA News

Wednesday, June 13, 2012

Anggota DPR Mengkritisi Kontrak Kapal PKR 10514


13 Juni 2012


Kapal PKR-10514 rancangan Damen Schelde (image : Damen Schelde)
Kontrak di Kemenhan Perlu Ditinjau Ulang
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus (TB) Hasanudin mengungkapkan, kontrak Kemenhan dengan Director Naval Sale of Damen Schelde Naval Shipbuilding Evert Van Den Broek tentang pengadaan kapal perusak kawal rudal (PKR-10514), telah dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2012, namun dengan rincian detail kontrak yang banyak dipertanyakan. 

Kontrak yang dimaksud antara lain; Kapal PKR 10514 ternyata, akan dibangun di galangan kapal Belanda DAMEN dan bukan di PT PAL seperti yang telah direncanakan semula
"Dari nilai kontrak sebesar US$ 220 juta dollar (untuk harga sebuah PKR), Indonesia (PT PAL) hanya mendapat pekerjaan sebesar US$ 7 juta dollar saja (kurang dari 3 persen). Indonesia juga masih harus membayar biaya transfer of technology (TOT) sebesar US$ 1,5 juta dollar lagi," ungkap Tubagus, Rabu (13/6/2012).
Kapal PKR dan spesifikasinya rancangan Orrizonte Sistem Navali (image : PAL/Defense Studies)


"Kemudian, Combat System yang meliputi radar yang semula 3D (3 dimensi) menjadi 2D (2 dimensi) saja (standar sipil). Sementara Alutsista yang terpasang tidak lengkap. Tanpa peluru kendali, dan lainnya."
"Peralatan radio tidak menggunakan teknologi standar militer," tegasnya.
Dalam hal yang sama, kata Tubagus lagi, TNI AL ternyata juga telah ditawari kapal sejenis dari Itali , yang lebih lengkap , lebih murah dan memiliki nilai tambah terhadap kemajuan industri pertahanan dalam negri, khususnya PT PAL.
Misalnya, Orrizonte Sistem Navali (OSN) dari Italia yang juga telah mengajukan proposal lebih baik kepada TNI AL.


"Antara lain, OSN sanggup membangun seratus persen pembuatan PKR 10514 di Indonesia, bekerjasama dengan PT. PAL dengan local content minimal 30 persen dan siap melibatkan PT DI, P&ndad dan Karakatau steel," katanya.
"Harga per unit,  katanya sudah termasuk ToT dan lain-lain. Jadi, tak perlu ada biaya tambahan, dan kapal pertama akan selesai dalam 34 bulan." katanya lagi.
Kapal PKR juga akan dilengkapi dengan persenjataan yang lebih lengkap dan modern, antara lain: Surface to surface missile,Torpedo Launcher System,Radar 3D, serta Sonar.
"Oleh karena itu, dalam masalah ini DPR akan mempertanyakan kontrak tersebut pada kesempatan pertama," ujar Tubagus Hasanuddin.

BERITA POLULER