Pages

Wednesday, June 13, 2012

Russia’s Eastern Military District Gets S-400 Missiles

S-400 Triumph air defense missile systems
Russia currently has four S-400 regiments - two in the Moscow region, one in the Baltic Fleet and one in the Eastern Military District.
By 2020, Russia is to have 28 S-400 regiments, each comprised of two battalions, mainly in maritime and border areas.
The S-400 Triumph long- to medium-range surface-to-air missile system can effectively engage any aerial target, including aircraft, unmanned aerial vehicles, and cruise and ballistic missiles at up to 400 kilometers and an altitude of up to 30 kilometers.
The Russian Defense Ministry has said there are no plans so far to export the S-400, which will be produced only for the Russian Armed Forces.

Russia to Showcase T-90S Tank at Paris Arms Show

MOSCOW, June 7 (RIA Novosti)
Russia will exhibit for the first time its modernized T-90S main battle tank along with a score of other new weapons at the EUROSATORY 2012 arms exhibition in Paris, Russia’s state arms exporter Rosoboronexport said on Thursday.
The EUROSATORY 2012 defense expo will take place at the Parc d’Expositions north of Paris on June 11-15. It will host over 400 defense companies from 47 countries, including 14 Russian companies.
Russia will showcase a record number of models of armored vehicles, including the fully upgraded T-90S main battle tank, BMPT tank support fighting vehicle, Kornet-EM anti-tank missile system mounted on a Tigr armored vehicle and a new Ural armored truck.
“It is the first time that we are exhibiting such a wide range of real life models at this show,” Rosoboronexport deputy general director Igor Sevastyanov said.
The T-90S tank will be the star of the Russian exhibit, he added.
T-90S redesigned turret features a modernized 125-mm gun, new fire control, navigation and communications systems, and a remote controlled mounted 7.62-mm machine gun.
The modified T-90S is fitted withran increased power multi-fuel 1,130-h.p. diesel engine with gas turbine injection, which allows the vehicle to attain a top speed of over 60 km/h on the road^a.d up to 45 km/h on rough terrain.
Driving is simplified with a steering wheel and automatic transmission.
In addition to armored vehicles and air defense systems, Russia will also exhibit a variety of combat and military transport helicopters.

SUMBER : RIA NOVOSTI

Tuesday, June 12, 2012

KRI Sultan Hasanuddin-366 Tiba di Lebanon



11 Juni 2012, Indonesia kembali mengirim sebuah kapal perangnya ke perairan Lebanon guna memperkuat misi perdamaian internasional UNIFIL di kawasan yang masih dalam status perang dengan Israel tersebut. Kali ini, Pemerintah RI mengirimkan Kapal Republik Indonesia (KRI) Sultan Hasanuddin-366 yang tiba di Pelabuhan Beirut pada Sabtu tengah hari waktu Lebanon (09/06).

Kapal perang dengan panjang keseluruhan mencapai lebih dari 90 meter ini diperkuat oleh 105 personil yang dipimpin Letnan Kolonel (P) Dato Rusman SN. Menurut rencana, KRI Sultan Hasanuddin akan melaksanakan tugas di perairan Lebanon selama enam bulan hingga Desember 2012.

Dubes RI untuk Lebanon, Dimas Samodra Rum, Komandan Kontingen Garuda, Atase Pertahanan RI, staf KBRI Beirut dan sejumlah anggota Kontingen Garuda di Lebanon menyambut kedatangan kapal canggih yang dimiliki Indonesia ini.

Kepada seluruh anggota kapal, Dubes RI menyambut gembira dan bangga dengan kehadiran misi perdamaian laut Indonesia di UNIFIL. Dubes juga mengharapkan KRI Sultan Hasanuddin dapat kembali mempertahankan prestasi cemerlang bangsa Indonesia di mata internasional seperti prestasi yang diraih oleh misi-misi kapal Indonesia sebelumnya.

“Partisipasi KRI Sultan Hasanuddin dalam misi perdamaian UNIFIL ini merupakan bentuk nyata komitmen Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan Resolusi PBB nomor 1702 tentang perdamaian antara Lebanon dan Israel,” jelas Dubes RI.

“Saya juga mengharapkan agar nama baik Indonesia yang telah menjalankan misi dengan sukses sebelumnya dapat kembali dipertahankan oleh misi laut KRI Sultan Hasanuddin,” tekan Dubes Dimas Samodra Rum.

Lebih lanjut Dubes RI juga menyatakan kesiapan Kedutaan Besar RI di Lebanon untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas KRI.

KRI Sultan Hasanuddin adalah sejenis kapal korvet di kelas Sigma (Ship Integrity Geometrical Modular Approach) yang dibuat pada tahun 2004 di Belanda dengan disain modern. Kapal ini mampu melaksanakan perang anti kapal selam,surveillance dan operasi anti kapal permukaan untuk mencegah infiltrasi dan agresi musuh.

Dari tahun 2008, Indonesia telah mengirimkan secara bergantian beberapa kapal perang di kelas yang sama (Sigma) untuk bertugas menjadi bagian dari Kontingen Garuda TNI di Lebanon. Kapal-kapal sebelumnya yang bertugas adalah KRI Diponegoro, KRI Frans Kaisiepo dan KRI Sultan Iskandar Muda.

Kapal Indonesia bersama dengan negara-negara lain seperti Jerman (3 kapal), Brazil (1 kapal), Bangladesh (2 kapal), Yunani (1 kapal) dan Turki (1 kapal) akan menjadi bagian dari MTF (Maritime Task Force) – UNIFIL.

Selain di wilayah perairan, Kontingen Garuda TNI yang saat ini memiliki hampir 1.500 personil juga mejadi kekuatan utama dalam misi perdamaian PBB yang berjumlah lebih kurang 13 ribu personil di wilayah perbatasan darat antara Lebanon dan Israel.

Sumber: KBRI Beirut


(Foto: Istimewa)

12 Juni 2012, Bogor: TNI membuka latihan penyiapan Satgas Yonif Mekanis (Yonmek) TNI untuk stand by force misi PBB rotasi TNI tahun 2012. Latihan ini dibuka secara resmi oleh Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI, Mayjen TNI Hambali Hanafiah, di Komplek Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI Sentul Bogor.

"Operasi pemeliharaan dunia saat ini menjadi ujung tombak bagi TNI untuk menunjukkan eksistensinya di mata dunia internasional. Para prajurit harus merasa bangga, karena selama ini Kontingen Garuda dimanapun bertugas selalu memperoleh apresiasi serta pengakuan yang positif dari PBB maupun dari negara lain,"kata Hambali hanafiah di Bogor, Selasa (12/6).

Karenanya, dia meminta para prajurit agar sungguh-sungguh dalam latihan penyiapan, karena semua materi yang akan dipelajari sudah dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat menjawab tuntutan tugas di daerah operasi.

Sebagai pasukan penjaga perdamaian, lanjut Hambali, para prajurit harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang konflik yang terjadi dan bagaimana menyikapinya. Para prajurit harus mampu menjadi penengah antara pihak-pihak yang bertikai secara imparsial, sehingga tidak dianggap memihak pada salah satu kelompok yang bertikai.

Dia pun meminta para prajurit agar terus meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, melaksanakan latihan dengan penuh rasa kesungguhan, memahami makna latihan dengan memelihara realisme latihan berdasarkan situasi daerah operasi yang dihadapi serta memanfaatkan latihan untuk meningkatkan profesionalisme baik secara perorangan, maupun kelompok.

Selain itu, hambali menekankan agar prajurit peserta latihan ini memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan selama pelaksanaan latihan dan meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dan komputer serta mempelajari budaya masyarakat dimana prajurit ditugaskan.

Latihan Penyiapan Satgas Yonmek tersebut akan berlangsung selama 1 bulan mulai 12 Juni-11 Juli 2012. Pesera yang mengikuti latihan berjumlah 850 prajurit, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta latihan agar memiliki sikap, prilaku, pengetahuan dan ketrampilan tehnis dan taktis untuk bertugas sebagai personel Satgas Yonmek dalam misi perdamaian dibawah bendera PBB.

Sumber: Jurnas


12 Juni 2012, Senayan: Komisi I DPR meminta kontrak pengadaan Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR)-10514 dengan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS), Belanda, yang telah dilaksanakan pada 5 Juni 2012, dievaluasi dan ditinjau ulang.

Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin pengadaan kapal tersebut mahal, namun jauh dari kondisi sebuah kapal tempur yang ideal di kelasnya. Karena kapal itu tidak disertai dengan radar militer, peluru kendali, dan tidak ada perangkat perang lainnya. "Masalah ini dalam raker dengan Kemhan berikutnya akan dipertanyakan Komisi I. Sebab rencana pembelian PKR-10514 dari Belanda itu, sangat jauh dari harapan dalam modernisasi alutsista TNI yang canggih," ujar Hasanuddin di Gedung DPR, Selasa (12/6).

Hasanuddin mengatakan, memang Komisi I sebelumnya telah menyetujui rencana Kementerian Pertahanan (Kemhan) untuk membeli kapal kawal rudal tersebut. Namun soal teknis pelaksanaannya hal itu serahkan pada Kemhan.

Komisi I hanya menginginkan pembelian kapal tempur dari luar negeri, namun pengerjaannya di dalam negeri. Dengan catatan, kapal tersebut canggih dan modern dengan dilengkapi peralatan tempur yang memadai.

Lanjut Hasanuddin, dalam rencana pengadaan kapal dengan nilai 220 juta dolar AS itu, kapal dikerjakan di Belanda dan PT PAL hanya mendapat pekerjaan sebesar 7 juta dolar AS saja atau kurang dari 3 persennya. Sementara untuk alih teknologinya pihak Indonesia masih dibebankan biaya 1,5 juta dolar AS lagi.

"Sehingga ini juga tidak sesuai yang ditekankan DPR, untuk memanfaatkan industri pertahanan dalam negeri untuk modernisasi alutsista TNI," ujarnya.

Hasanuddin mengatakan, semestinya Kemhan mencari galangan kapal yang mampu memenuhi persyaratan-persyaratan teknis seperti murah, memiliki sistem alutsista yang lengkap, serta proses TOT yang jelas. Misalnya, Orrizonte Sistemi Navali (OSN) yang juga telah mengajukan proposal lebih baik dalam pembuatan kapal sejenis.

"OSN sanggup membangun seratus persen pembuatan PKR-10514 di Indonesia dengan bekerja sama dengan PT PAL. Mereka juga sanggup mengerjakannya untuk kapal pertama dalam waktu 34 bulan. Dengan dilengkapi persenjataan yang modern seperti surface to surface missile, torpedo launcher system, radar 3D, dan sonar," tegasnya.

Seperti diketahui, kontrak pengadaan PKR-10514 dengan DSNS ditandatangani oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan (Baranahan) Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo yang mewakili Kemhan RI dengan Director Naval Sale of DSNS Evert van den Broek yang dalam hal ini mewakili pihak DSNS, Selasa (5/6) di Kantor Kemhan, Jakarta.

Pengadaan Kapal PKR 10514 ini dalam rangka untuk memperkuat Alutsista di jajaran TNI AL guna mendukung tugas menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI. Selain digunakan untuk tugas–tugas tempur, Kapal PKR 10514 ini juga diperlukan untuk memberikan deterrent effect (efek gentar) terhadap pihak manapun yang akan mencoba mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.

Kepala Baranahan Kemhan RI mengatakan, dalam pembangunan Kapal PKR 10514 ini, DSNS melakukan joint production (kerja sama produksi) dengan PT PAL Indonesia (Persero) selaku industri pertahanan dalam negeri. DSNS telah memutuskan untuk memberikan Transfer of Technology (ToT) dalam konstruksi desain dan pembangunan Kapal PKR 10514 kepada PT PAL Indonesia (Persero).

Sumber: Jurnal Parlemen

Monday, June 11, 2012

Third Sigma Frigate for Morocco Concludes Sea Trials


Third Sigma Frigate for Morocco Concludes Sea Trials

The 98 meters long SIGMA class frigate, the third frigate built by Damen Schelde Naval Shipbuilding for the Royal Moroccan Navy, left Vlissingen on the 22nd of May for her sea acceptance trials (SAT) in the North Sea, right on schedule as agreed in the contract.
During the SAT, an intensive program was carried out in which the platform as well as the sensor weapons and communications suite were extensively tested, to the full satisfaction of the Royal Moroccan Navy.
The tests were performed by representatives of the yard in close cooperation with representatives of the subcontractors, the Royal Moroccan Navy and the Royal Netherlands Navy.
The first SIGMA frigate was transferred to the Royal Moroccan Navy on 10 September 2011, the second on 10 March 2012. The third frigate is scheduled to be transferred in September 2012.
SIGMA:
The three SIGMA-class frigates for the Royal Moroccan Navy have been designed according to Schelde Naval Shipbuilding’s revolutionary SIGMA-approach and are a further development of the SIGMA-corvettes for the Indonesian Navy. The SIGMA approach applies modularity in many areas.
The Moroccan SIGMA Class frigates are equipped to conduct the traditional naval tasks as well as maritime security operations. The vessels are also suited to support humanitarian aid operations.
The Damen Shipyards Group offers a complete range of naval and patrol vessels ranging from 7 to over 200 meters. Part of this portfolio are the Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) naval combatants and auxiliaries, embodied by the SIGMA and ENFORCER series.
Damen Shipyards Group (est. 1927) is a globally operating company with 39 owned shipyards and numerous partner yards. Damen employs over 6,000 people, has built over 5,000 vessels worldwide and delivers up to 150 vessels annually. Based on its unique, standardized ship-design concept and short delivery times, Damen is able to guarantee constant quality.

sumber : DEFENCETALK

TNI AD dan US Army Gelar Latma Garuda Shield 2012


(Foto: USARPAC)

11 Juni 2012, Malang: Sebanyak 456 prajurit TNI Angkatan Darat menggelar latihan bersama dengan 104 prajurit Amerika Serikat yang bertugas di kawasan Pasifik atau United States Army Pacific (USARPAC).

Kegiatan latihan bersama ini bernama Garuda Shield 6/2012. Acara pembukaan latihan bersama tentara kedua negara berlangsung di Markas Divisi Infanteri 2 Kostrad di Singosari, Malang, Jawa Timur, Senin pagi, 11 Juni 2012. Kegiatan Garuda Shield 6/2012 berakhir pada Jumat, 22 Juni 2012, mendatang.

Acara pembukaan dipimpin Panglima Kostrad Letnan Jenderal TNI Muhamad Munir. “Tujuannya untuk mencapai kemampuan teknik dan proses operasi sebagai pasukan multinasional, pasukan perdamaian, dalam proses pengambilan keputusan, dan operasi militer selain perang," kata Muhamad Munir dalam jumpa pers seusai upacara pembukaan.

Ia melanjutkan kegiatan ini juga merupakan karya bakti dengan tetap menjunjung tinggi hukum HAM dan humaniter.

Dalam acara jumpa pers Munir didampingi Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad Mayor Jenderal TNI Ridwan. Selain itu hadir pula Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Kristen F. Bauer, serta Brigadir Jenderal Gary Hara, Komandan Tentara Garda Nasional Hawaii (Commander of Hawaii Army National Guard), yang mewakili Letnan Komandan USAPAC Letnan Jenderal Francis J. Wiercinski.

Garuda Shield merupakan salah satu bentuk kerja sama militer antara kedua negara berupa pertukaran wawasan dan ilmu pengetahuan, dengan target kemampuan dan keterampilan peserta latihan meningkat sesuai dengan modul latihan yang telah disesuaikan dengan standar umum Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Standard Generic Training Module (SGTM).

Sebelum dengan tentara Amerika Serikat, sejak 2007 TNI Angkatan Darat sudah menggelar Garuda Shield dengan tentara India, Nepal, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Brunei.

Sumber: TEMPO

KRI Nanggala Akan Uji Coba Penembakan Torpedo


11 Juni 2012, Surabaya: Satuan Kapal Selam (Satsel) Koarmatim akan menggelar Uji Coba (Ucob) senjata strategis di sekitar perairan Laut Jawa dalam waktu dekat. Rencana tersebut kini dimatangkan pembahasanya dalam Tactical Floor Game (TFG) bertempat di ruang rapat Satsel Koararmatim Ujung Surabaya, Senin (11/06).

Dalam rapat pematangan rencana itu dipimpin langsung oleh Komandan Satsel Koarmatim Kolonel Laut (P) Jefry Staley Sangel. SH., dengan dihadiri oleh Komandan KRI Nanggala-402 Letkol Laut (P) Purwanto, KRI Hiu-804 Letkol Laut (P) Bagus. H, Komandan KRI Soputan-921 Mayor Laut (P) Herby serta para tim pendukung yang terlibat dalam kegiatan itu.

Uji coba persenjataan strategis berupa Torpedo SUT DM264 Mod 0 rencananya akan dilaksanakan oleh KRI Nanggala yang baru selesai melaksanakan perbaikan total (overhaul) di Korea Selatan beberapa bulan yang lalu.

Senjata Torpedo yang akan ditembakkan merupakan jenis kepala latihan.

Dalam uji coba penembakan itu bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan integrasi antara Combat Management Sistem (CMS) type Multi Sensor Integrited (MSI) 90U MK2 dengan Torpedo SUT DM264 Mod 0 buatan Kongsberg Defence and Aerospace Norwegia.

Dimana sistem CMS MSI tersebut merupakan pengganti sistem lama yaitu CMS jenis Sinbads.

Penembakan ini sekaligus untuk menguji alat pengganti tersebut apakah dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.

Unsur yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Penembakan Torpedo SUT Kepala Latihan tahun 2012, terdiri dari KRI Sultan Iskandar Muda-367, KRI Hiu-804, KRI Soputan-921, 2 unit Sea Rider, 2 unit Perahu Karet (PK), 1 Tim Komando Pasukan Katak (Kopaska) Koarmatim, 1 Tim Penyelam dari Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) Koarmatim, Laboratorium Induk Elektronika (Labinlek) Mabesal dan Arsenal serta Diskes koarmatim.

Sumber: Dispenarmatim

Friday, June 8, 2012

Geliat Roket Pertahan 122 ( R-Han 122)


7 Juni 2012, Yogyakarta: Kementerian Riset dan Teknologi akan mengembangkan sekitar 1.000 roket untuk melengkapi alat utama sistem persenjataan Tentara Nasional Indonesia sebagai pertahanan negara.


Kalau kita lihat di media eletronik ( Internet ) Indonesia Akan memproduksi 1000 unit Roket Pertahanan  kali ber 122( R-han 122) made In Indonesia hasil karya anak bangsa.  Tentunya kita sebagai anak bangsa turut berbangga hati karena kita bangsa Indonesia sudah mampu membuat Roket Pertahanan sendiri tanpa harus bergantung lagi oleh pihak luar negeri.
slv-1 lapan

Dengan munculnya Indonesia dikancah Internasional sebagai negara yang sedang mengembangkan Roket tentunya akan menambah produsen Roket yang telah ada (Beberapa negara yang telah memiliki program pengembangan roket diantaranya Rusia, Amerika, Perancis, China, India, Jepang Korea Utara, Iran dan Pakistan.). dan Indonesia akan sangat diperhitungkan di kawasan.
.

RX-520




Tidak hanya itu Indonesia Lewat Lapan sedang membuat program SLV-LAPAN rencana akan diluncurkan di tahun 2014 tepatnya di pulau enggano, Kalau lah sukses SLV Satellite Launch Vehicle ini hmm gak bisa dibayangkan kalau Roket tersebut di beri Warhead ( hulu ledak ) , R-han 122 memiliki jangkau 15-20 Km nah kalau SLV? anda sendiri yang menjawabnya.

Kemandirian Indonesia dalam membuat roket sontak membuat negara tetangga ingin mengamati perkembangannya bahkan ada yang berkunjung ke LAPAN dengan dalih kejasama dengan harapan mereka mendapat Ilmunya.

R-han 122 nantinya akan di pakai oleh TNI AL dan di pasang di kapal-kapal Perang Indonesia, Kita berharap SLV-LAPAN itu sebagai embrio dari S-300, S-400, S-500 bahkan tidak menutup kemungkinan kita bisa buat Rudal setara Rudal Balistik Iskander. 
. slv 1-lapan
Harapan Admin Geliat R-Han 122 ini mempunyai efek deterance dan menaikkan harga diri bangsa Indonesia , Kenapa Cina mau TOT Rudal C705? karena mereka tau Indonesia punya Ahli - Ahli Roket Yang mumpuni, Kita dukung terus peroketan Indonesia , Bravo LAPAN dan Industri Pertahanan lainya.
RX-420

 Kalau kita lihat Foto-Foto ROKET LAPAN diatas. Iskander,s300,s400.s500 dah di pelupuk mata kita, tinggal pemerintah melalui kemenhannya mau tidak?

By Indra wijaya
@Indonesia Defenece 2012

Analisa Join Development KFX/IFX Indonesia dengan Korea Selatan





F-33 (KFX 201) STEALTH
RI AKAN MEMPRODUKSI PESAWAT INI KERJASAMA DENGAN KORSEL

Bertemu kembali dengan saya admin AnalisisMiliter.com, setelah beberapa hari tidak memposting tulisan. Saya pun menyadari bahwa dua tulisan terakhir saya kurang memuaskan, karena saya sedikit terburu-buru mengerjakannya dikarenakan kesibukan yang begitu banyak. Pada kesempatan kali ini saya akan membuat sebuah tulisan yang mudah-mudahan di sukai semua pembaca blog ini.


Tulisan kali ini akan saya fokuskan kepada analisa mengenai Join Development Jet Tempur KFX/IFX antara Korea Selatan dan Indonesia. Sebenarnya topic ini bukanlah topic yang baru, namun sudah topic lama yang sudah sering di bahas di banyak blog. Tetapi saya belum menemukan analisis mendalam tentang project KFX ini. Kebanyakan informasi di blog-blog militer yang saya jumpai hanya berupa Copy + Paste dari situs berita nasional. Sehingga kita tidak mendapat analisa yang dalam dari tulisan tersebut. Nah pada tulisan ini saya akan mencoba membuat sebuah analisa versi saya (versi anak kuliahan).


KFX dan Latar Belakang Kemunculannya


KFX adalah sebuah project prestisius Korea Selatan yang sedang gigih meningkatkan kemampuan industry strategisnya. Setelah berhasil mengembangkan pesawat Latih KT-1 Wongbee, pesawat latih lanjutan T/A-50 dan F/A-50, Korea Selatan masih memiliki ambisi besar untuk membuat project jet fighter yang jauh lebih baik dari yang mereka sudah mampu buat sebelumnya. Hal ini bisa dikatakan merupakan project Korea Selatan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka adalah bangsa yang maju.


Project KFX ini juga dilatarbelakangi kondisi hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara yang secara teknikal masih berperang sampai sekarang. Kita tau bahwa musuh mereka Korea Utara memiliki jumlah pesawat yang jauh lebih banyak, walaupun dari segi kualitas pesawat Korea Selatan jelas unggul telak. Namun Korea Selatan terus mencari cara agar selain unggul kualitas, jumlah pesawat mereka bisa menyamai jumlah pesawat tempur Korea Utara. Ditambah lagi kenyataan bahwa pesawat tempur mereka sebagian sudah tua yaitu F-5 E/F dan F-4 Phantom. Kedua jenis pesawat ini,harus secepatnya digantikan oleh Korea Selatan. Maka dari penjelasan inilah, Korea Selatan akhirnya mengambil kebijakan tentang Project KFX ini. Pesawat KFX ini diharapkan nantinya bisa menggantikan peranan jet lawas F-5 dan F-4.


Selain dengan Korea Utara, pihak Korea Selatan juga memiliki tetangga seperti Cina dan Jepang yang memungkinkan terjadinya konflik anatara Korea Selatan dengan tetangga tersebut. Kita ketahui sendiri bahwa angkatan udara Cina dan Jepang adalah salah satu yang terbaik di Asia. Hal ini membuat Korea Selatan mau atau tidak mau harus mengambil langkah cepat untuk melakukan perimbangan kekuatan di kawasan mereka. Perimbangan kekuatan inilah yang diharapkan dengan hadirnya KFX di Angkatan Udara Korea Selatan (tentunya berdampingan pesawat lainnya).


Namun karena keterbatasan dana dan technology, membuat pihak Korea Selatan harus menggandeng pihak lain dalam mengerjakan project ini. Nah dari sekian banyak Negara yang tertarik terlibat dalam mega project ini, akhirnya Indonesia terpilih sebagi Negara mitra kerjasama dalam pembangunan jet KFX ini. Dari total dana project, Pemerintah Korea Selatan akan menanggung 60%, pemerintah Indonesia 20% dan pihak swasta 20%. Selain menggandeng Indonesia dari segi dana, Korea Selatan juga menggandeng banyak perusahaan ternama bidang pengembangan jet tempur untuk terlibat dalam project KFX ini. Diantaranya adalah Indonesia Aerospace (PT DI), Turki Aerospace Industries, Saab, Boeing, dan Lockheed Martin. Hal ini untuk memastikan adanya bantuan teknik dari perusahaan-perusahan tersebut.


KFX dan Target Kualitas Pesawat yang diharapkan


Dalam membuat sebuah project besar dengan dana yang sangat besar pula, tentu ada sebuah target yang mau di tuju oleh Negara yang melakukan Project tersebut. Demikian juga halnya dengan project KFX ini, ada semacam standart jet tempur yang hendak dicapai. Target yang ingin dicapai adalah pesawat tempur KFX ini dirancang menggunakan mesin ganda yang setara dengan mesin General Electric F144 atau SNECMA M88 yang digunakan pada pesawat temput F/A-18 E/F Super Hornet dari Boing dan Dassault Rafale. Dan dari segi radius serang diharapkan kemampuannya lebih besar 50% dari kemampuan KF-16 (F-16 Block 52). Selain itu diharapkan bahwa usia Airframe pesawat lebih awet 34% dari F-16 Block 52, memiliki system avionic yang lebih baik dan memiliki kemampuan data link yang baik serta elektronik warfare yang lebih baik dari F-16 Block 52. Pesawat KFX ini juga diharapkan akan menggunakan radar AESA (Active Electronically Scanned Array) yang lebih baik dari radar yang digunakan oleh pesawat F-16 Block 52.


KFX Pesawat Tempur yang dikembangakn Korea Selatan dan Indonesia


Selain itu Design KFX ini diharapkan memiliki tingkat RCS (tingkat kemampuan radar mengenali sebuah benda di udara) yang jauh lebih kecil dari F-16 Block 52, Rafale maupun Eurofighter Typhoon. Hal ini berguna agar radar musuh tidak mudah mengetahi keberadaan jet tempur ini nantiya. KFX ini juga diharapkan memiliki Payload yang lebih banyak dari pada F-16 Block 52. Sehingga dengan keterangan ini bisa disebutkan bahwa KFX adalah pesawat generasi 4.5 yang berarti memiliki fitur yang canggih dan dilengkapi kemampuan “Semi-Stealth”. Dengan penjelasan seperti ini dapat kita lihat bahwa pesawat ini nantinya akan lebih baik dari F-16 Block 52 seperti yang dimiliki oleh Singapura saat ini. Dan dari beberapa aspek seperti radar, Stealth Capibility dan lainnya, pesawat ini juga bisa dikatakan masih lebih baik dari jet Sukhoi seperti yang digunakan oleh Indonesia dan Malaysia, maupun F-15 SG yang digunakan oleh Singapura.


Sedikit Koreksi Tulisan Tentang KFX di MilitaryOfMalaysia.net


Melakukan analisa mengenai KFX ini merupakan hal yang mengasyikkan sehingga banyak sekali orang yang melakukan analisa menurut pendapatnya tentang pesawat ini. Banyak blog-blog militer yang membahas mengenai KFX ini, bahkan forum-forum militer seperti Kaskus dan lainnya berlomba-lomba melakukan analisa mengenai hal ini. Namun dari sekian banyak analisa mengenai KFX di blog militer, ada sebuah analisa yang menurut saya cukup menarik. Saya mengetahui ini karena tulisan di blog tersebut sudah menjadi bahan pembicaraan hangat di Kaskus Militer.


Tulisan yang saya maksud adalah tulisan admin MilitaryOfMalaysia.net yang berjudul Analisis Pembelian KFX Oleh Indonesia. Tulisan ini sungguh sangatlah bagus dan saya menaruh hormat kepada admin blog ini (Syah Paskal, CMIIW) yang telah bersusah payah berjuang melakukan riset untuk menulis artikel tersebut. Saya pribadi mengetahui bagaimana susahnya menulis sebuah artikel yang bagus seperti itu. Dalam hal ini saya sangat salut dengan admin blog tersebut.


Namun dibeberapa bagian tulisan itu ada sedikit yang menurut saya masih kurang tepat (setidaknya menurut saya). Nah pada tulisan saya ini, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada beliau, saya ingin melakukan sedikit koreksi atas tulisan beliau diblog tersebut. Saya sudah mengambil Screen Shoot dari tulisan beliau beberapa waktu yang lalu. Dan pada saat saya menulis artikel ini, isi Screen Shoot masih sama dengan di blog aslinya. Namun kedepan saya tidak tau apakah akan dirubah atau tidak. Saya sesungguhnya ingin melakukan koreksi ini langsung di blog tersebut, tetapi saya tidak nyaman memberikan komentar disana karena banyaknya komentar yang kurang sedap di pandang disana. Nah karena kebetulan saya juga ingin menulis tulisan tentang KFX, maka koreksi ini sekailan saya tulisakan disini.


Koreksi pertama saya adalah pada point ke 8 pada tulisan tersebut yang berbunyi :


“ 8. Dari segi kemampuan, jet KF-X mempunyai teknologi yang baik sedikit dari F-16, umum harus diingatkan, jet F-16 merupakan pesawat yang dibangunkan pada tahun 1976 dan 10 tahun lagi, pesawat itu akan dimasukkan ke dalam muzium.”


Memang benar bahwa F-16 adalah pesawat yang telah dikembangakan sejak tahun 1970-an. Pesawat F-16 ini mulai di produksi missal di awal tahun 1980-an. Namun perlu kita ingat bahwa tidak semua F-16 adalah ‘teknologi 70-an’. Seperti kita ketahui bahwa F-16 ini sendiri memiliki banyak sekali variannya mulai dari F-16 A/B, F-16 C/D, F-16 E/F dan F-16 Viper. F-16 A/B sendiri terdiri dari banyak block mulai dari Block 1, Block 5, Block 10, Block 15, Block 15 OCU dan Block 20. F-16 C/D adalah varian yang lebih baik dari varian A/B, dimana terdapat beberapa block juga yaitu Block 25, Block 30, Block 32, Block 50 dan Block 52. Sedangkan varian E/F adalah Block 60 seperti yang dimiliki oleh UEA.


Dari semua block diatas yang menjadi acuan pengembangan KFX adalah F-16 C/D Block 52 seperti yang digunakan oleh AU Singapura dan Pakistan. Kita ketahui sendiri bahwa F-16 Block 52 pesanan AU Pakistan baru selesai dikirimkan dari Amerika ke Pakistan beberapa tahun yang lalu (masih baru), sehingga bisa dikatakan F-16 Block 52 ini termasuk dalam kategori yang modern. Hal ini juga menjadi kenyataan bahwa tidak semua jenis F-16 sudah harus masuk museum 10 tahun lagi seperti yang di sebutkan dalam tulisan tersebut. Nah, KFX yang di harapkan lebih baik dari F-16 Block 52 tentunya adalah juga termasuk dalam kategori modern. Dalam tulisan tersebut saudara admin MilitaryOfMalaysia.net mungkin tersilap atau lupa bahwa tidak semua F-16 adalah ‘teknologi 1970-an’. Saya pribadi bisa memaklumi itu karena saya sendiri sering tersilap atau lupa dalam menulis suatu artikel.


Koreksi kedua yang ingin saya lakukan adalah pada tulisan point ke 19 :


” 19.Perlu diingatkan, jet pejuang KF-X direka untuk menandingi jet-jet pejuang yang dipakai oleh Korea Utara Korea Selatan secara teknikal masih berperang dengan Korea Utara. Sekarang sudah 2010, Korea Utara masih lagi menggunakan jet-jet pejuang yang ketinggalan zaman seperti Chengdu F-7B, Shenyang F-5, Shenyang F-6, MIG-21, MIG-23 dan MIG-29.”


Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa selain dengan Korea Utara, Korea Selatan juga memiliki potensial konflik dengan tetangganya yaitu Cina dan Jepang. Menurut saya Korea Selatan tidak hanya melihat Korea Utara sebagai ancaman, tetapi juga CIna dan Jepang, sehingga menggerakkan mereka mengembangkan KFX. Kalau tujuan pengembangan KFX hanya untuk menandingi jet-jet tempur tua Korea Utara, saya rasa jet buatan Korea Selatan yaitu F/A-50 sudah cukup mumpuni melawannya. Tinggal diperbanyak saja jumlahnya, karena dari segi teknologi, dari semua type pesawat Korea Utara masih bisa di hadapi dengan F/A-50 kecuali Mig-29. Tetapi kita harus ingat, selain F/A-50, Korea Selatan juga memiliki ratusan F-5 E/F, F-4 Phantom, KF-16 dan F-15 Slam Eagle. Jadi menurut saya, Korea Selatan pasti memiliki pandangan yang lebih jauh dari sekedar memandang Korea Utara.


KFX dimaksudkan oleh Korea Selatan sebagai pengganti F-5 E/F dan F-4 Phantom yang sudah tua. KFX ini nantinya diharapkan sebagai Fighter pendamping dari Fighter utama yaitu F-15 dan KF-16. Seperti kita ketahui bersama bahwa selain project KFX, Korea Selatan juga tertarik membeli F-35 sebagai pengganti armada F-15 dan F-16 mereka nantinya. Jadi kedepan korea selatan akan dilengkapi dengan KFX (Semi Stealth) dan F-35 Stealth sebagai jet tempur angkatan udara mereka. Jadi jelas sekali project KFX ini bukan sekedar menandingi Korea Utara, tetapi juga menandingi kekuatan udara Cina dan Jepang.


Masa Depan KFX di Angkatan Udara Indonesia


Sama seperti angkatan udara Korea Selatan, KFX juga memiliki peranan penting dalam angakatan udara Indonesia kedepan. KFX ini memang di proyeksikan sebagai pengganti F-16 TNI AU di masa yang akan datang. Namun banyak sekali blogger yang salah mengartikan kehadiran KFX ini di TNI AU seolah-olah dimasa yang akan datang TNI AU hanya akan menggunakan KFX saja. Padahal dari awal sudah di rencanakan bahwa KFX hanya akan menggantikan peranan F-16 sebagai ‘Second Fighter’ di Indonesia. Sedangkan ‘First Fighter’ TNI AU akan tetap dipegang oleh Sukhoi dan penggantinya nanti.

SUKHOI 35 BM yang diminati TNI AU

SUKHOI 35 BM

Saat ini Indonesia memiliki 3 jenis Fighter, yaitu F-5 E/F (yang akan diganti pada tahun 2015 dengan kandidat Su-35 BM), F-16 (yang akan diganti pada tahun 2025 oleh KFX) dan Sukhoi 27/30 (yang akan digantikan sekitar 2030-2035 dengan kandidat Sukhoi FAKPA). Dimasa yang akan datang, KFX akan didampingi keluarga Sukhoi yaitu Sukhoi 35 BM dan Sukhoi FAKPA. Namun kemungkinan ini adalah sebuah prediksi yang bisa saja berubah, tergantung kebijakan pemerintah dan perubahan hubungan tatanan antar Negara di dunia ini.


KFX dan Kemandirian Alutsista Indonesia


Saat ini Indonesia sedang serius melakukan modernisasi militernya, termasuk angkatan udara. Salah satu langkah yang cukup harus didukung adalah langkah pemerintah yang mulai bergerak kearah kemandirian alutsista. Kemandirian ini akan membuat Indonesia tidak lagi sepenuhnya bergantung kepada luar negeri, walaupun mungkin dalam beberapa teknologi masih akan tetap mengandalkan Negara lain. Salah satunya adalah project KFX/IFX ini yang diharapkan akan menambah pengalaman ahli-ahli design Jet Tempur dari Indonesia dan juga menambah pengalaman Industri Dirgantara Indonesia. Sehingga diharapkan suatu saat nanti pengalaman ini bisa digunakan untuk membuat hal-hal baru di dalam Industri Strategis Indonesia.


KFX/IFX ini masih dalam tahap perancangan design awal, mungkin 10 tahun lagi baru masuk masa produksi. Indonesia juga sudah mengutus puluhan ahli-ahli dari Indonesia untuk bergabung dengan project KFX ini di Korea Selatan. KFX ini sejatinya masihlah sebuah pesawat tempur diatas kertas alias belum nyata. Project ini bisa saja gagal (tentu kita tidak menginginkan ini terjadi), namun bisa saja berjalan dengan lancar. Keberanian menanggung resiko dalam membuat sebuah keputusan adalah langkah maju dari suatu Negara. Indonesia sudah melakukannya, dan mari kita segenap Bangsa Indonesia mendukung project ini seraya berdoa agar semuanya berjalan dengan lancar.


Sekian dulu tulisan saya kali ini, sudah cukup letih saya menulisnya dan saya persembahkan tulisan ini kepada segenap bangsa Indonesia dan pembaca sekalian. Salam KFX, Salam Kemandirian Alutsista Indonesia. Admin AnalisisMiliter.com
 

BERITA POLULER