RI AKAN MEMPRODUKSI PESAWAT INI KERJASAMA DENGAN KORSEL
Bertemu kembali dengan saya admin
AnalisisMiliter.com, setelah beberapa hari tidak memposting tulisan.
Saya pun menyadari bahwa dua tulisan terakhir saya kurang memuaskan,
karena saya sedikit terburu-buru mengerjakannya dikarenakan kesibukan
yang begitu banyak. Pada kesempatan kali ini saya akan membuat sebuah
tulisan yang mudah-mudahan di sukai semua pembaca blog ini.
Tulisan kali ini akan saya fokuskan kepada analisa mengenai Join
Development Jet Tempur KFX/IFX antara Korea Selatan dan Indonesia.
Sebenarnya topic ini bukanlah topic yang baru, namun sudah topic lama
yang sudah sering di bahas di banyak blog. Tetapi saya belum menemukan
analisis mendalam tentang project KFX ini. Kebanyakan informasi di
blog-blog militer yang saya jumpai hanya berupa
Copy + Paste
dari situs berita nasional. Sehingga kita tidak mendapat analisa yang
dalam dari tulisan tersebut. Nah pada tulisan ini saya akan mencoba
membuat sebuah analisa versi saya (versi anak kuliahan).
KFX dan Latar Belakang Kemunculannya
KFX adalah sebuah project prestisius Korea Selatan yang sedang gigih
meningkatkan kemampuan industry strategisnya. Setelah berhasil
mengembangkan pesawat Latih KT-1 Wongbee, pesawat latih lanjutan T/A-50
dan F/A-50, Korea Selatan masih memiliki ambisi besar untuk membuat
project jet fighter yang jauh lebih baik dari yang mereka sudah mampu
buat sebelumnya. Hal ini bisa dikatakan merupakan project Korea Selatan
untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka adalah bangsa yang maju.
Project KFX ini juga dilatarbelakangi kondisi hubungan antara Korea
Selatan dan Korea Utara yang secara teknikal masih berperang sampai
sekarang. Kita tau bahwa musuh mereka Korea Utara memiliki jumlah
pesawat yang jauh lebih banyak, walaupun dari segi kualitas pesawat
Korea Selatan jelas unggul telak. Namun Korea Selatan terus mencari cara
agar selain unggul kualitas, jumlah pesawat mereka bisa menyamai jumlah
pesawat tempur Korea Utara. Ditambah lagi kenyataan bahwa pesawat
tempur mereka sebagian sudah tua yaitu F-5 E/F dan F-4 Phantom. Kedua
jenis pesawat ini,harus secepatnya digantikan oleh Korea Selatan. Maka
dari penjelasan inilah, Korea Selatan akhirnya mengambil kebijakan
tentang Project KFX ini. Pesawat KFX ini diharapkan nantinya bisa
menggantikan peranan jet lawas F-5 dan F-4.
Selain dengan Korea Utara, pihak Korea Selatan juga memiliki tetangga
seperti Cina dan Jepang yang memungkinkan terjadinya konflik anatara
Korea Selatan dengan tetangga tersebut. Kita ketahui sendiri bahwa
angkatan udara Cina dan Jepang adalah salah satu yang terbaik di Asia.
Hal ini membuat Korea Selatan mau atau tidak mau harus mengambil langkah
cepat untuk melakukan perimbangan kekuatan di kawasan mereka.
Perimbangan kekuatan inilah yang diharapkan dengan hadirnya KFX di
Angkatan Udara Korea Selatan (tentunya berdampingan pesawat lainnya).
Namun karena keterbatasan dana dan technology, membuat pihak Korea
Selatan harus menggandeng pihak lain dalam mengerjakan project ini. Nah
dari sekian banyak Negara yang tertarik terlibat dalam mega project ini,
akhirnya Indonesia terpilih sebagi Negara mitra kerjasama dalam
pembangunan jet KFX ini. Dari total dana project, Pemerintah Korea
Selatan akan menanggung 60%, pemerintah Indonesia 20% dan pihak swasta
20%. Selain menggandeng Indonesia dari segi dana, Korea Selatan juga
menggandeng banyak perusahaan ternama bidang pengembangan jet tempur
untuk terlibat dalam project KFX ini. Diantaranya adalah Indonesia
Aerospace (PT DI), Turki Aerospace Industries, Saab, Boeing, dan
Lockheed Martin. Hal ini untuk memastikan adanya bantuan teknik dari
perusahaan-perusahan tersebut.
KFX dan Target Kualitas Pesawat yang diharapkan
Dalam membuat sebuah project besar dengan dana yang sangat besar pula,
tentu ada sebuah target yang mau di tuju oleh Negara yang melakukan
Project tersebut. Demikian juga halnya dengan project KFX ini, ada
semacam standart jet tempur yang hendak dicapai. Target yang ingin
dicapai adalah pesawat tempur KFX ini dirancang menggunakan mesin ganda
yang setara dengan mesin General Electric F144 atau SNECMA M88 yang
digunakan pada pesawat temput F/A-18 E/F Super Hornet dari Boing dan
Dassault Rafale. Dan dari segi radius serang diharapkan kemampuannya
lebih besar 50% dari kemampuan KF-16 (F-16 Block 52). Selain itu
diharapkan bahwa usia Airframe pesawat lebih awet 34% dari F-16 Block
52, memiliki system avionic yang lebih baik dan memiliki kemampuan data
link yang baik serta elektronik warfare yang lebih baik dari F-16 Block
52. Pesawat KFX ini juga diharapkan akan menggunakan radar AESA (Active
Electronically Scanned Array) yang lebih baik dari radar yang digunakan
oleh pesawat F-16 Block 52.
Selain itu Design KFX ini diharapkan memiliki tingkat RCS (tingkat
kemampuan radar mengenali sebuah benda di udara) yang jauh lebih kecil
dari F-16 Block 52, Rafale maupun Eurofighter Typhoon. Hal ini berguna
agar radar musuh tidak mudah mengetahi keberadaan jet tempur ini
nantiya. KFX ini juga diharapkan memiliki Payload yang lebih banyak dari
pada F-16 Block 52. Sehingga dengan keterangan ini bisa disebutkan
bahwa KFX adalah pesawat generasi 4.5 yang berarti memiliki fitur yang
canggih dan dilengkapi kemampuan “Semi-Stealth”. Dengan penjelasan
seperti ini dapat kita lihat bahwa pesawat ini nantinya akan lebih baik
dari F-16 Block 52 seperti yang dimiliki oleh Singapura saat ini. Dan
dari beberapa aspek seperti radar, Stealth Capibility dan lainnya,
pesawat ini juga bisa dikatakan masih lebih baik dari jet Sukhoi seperti
yang digunakan oleh Indonesia dan Malaysia, maupun F-15 SG yang
digunakan oleh Singapura.
Sedikit Koreksi Tulisan Tentang KFX di MilitaryOfMalaysia.net
Melakukan analisa mengenai KFX ini merupakan hal yang mengasyikkan
sehingga banyak sekali orang yang melakukan analisa menurut pendapatnya
tentang pesawat ini. Banyak blog-blog militer yang membahas mengenai KFX
ini, bahkan forum-forum militer seperti Kaskus dan lainnya
berlomba-lomba melakukan analisa mengenai hal ini. Namun dari sekian
banyak analisa mengenai KFX di blog militer, ada sebuah analisa yang
menurut saya cukup menarik. Saya mengetahui ini karena tulisan di blog
tersebut sudah menjadi bahan pembicaraan hangat di Kaskus Militer.
Tulisan yang saya maksud adalah tulisan admin MilitaryOfMalaysia.net yang berjudul
Analisis Pembelian KFX Oleh Indonesia.
Tulisan ini sungguh sangatlah bagus dan saya menaruh hormat kepada
admin blog ini (Syah Paskal, CMIIW) yang telah bersusah payah berjuang
melakukan riset untuk menulis artikel tersebut. Saya pribadi mengetahui
bagaimana susahnya menulis sebuah artikel yang bagus seperti itu. Dalam
hal ini saya sangat salut dengan admin blog tersebut.
Namun dibeberapa bagian tulisan itu ada sedikit yang menurut saya masih
kurang tepat (setidaknya menurut saya). Nah pada tulisan saya ini, tanpa
mengurangi rasa hormat saya kepada beliau, saya ingin melakukan sedikit
koreksi atas tulisan beliau diblog tersebut. Saya sudah mengambil
Screen Shoot dari tulisan beliau beberapa waktu yang lalu. Dan pada saat
saya menulis artikel ini, isi Screen Shoot masih sama dengan di blog
aslinya. Namun kedepan saya tidak tau apakah akan dirubah atau tidak.
Saya sesungguhnya ingin melakukan koreksi ini langsung di blog tersebut,
tetapi saya tidak nyaman memberikan komentar disana karena banyaknya
komentar yang kurang sedap di pandang disana. Nah karena kebetulan saya
juga ingin menulis tulisan tentang KFX, maka koreksi ini sekailan saya
tulisakan disini.
Koreksi pertama saya adalah pada point ke 8 pada tulisan tersebut yang berbunyi :
“ 8. Dari segi kemampuan, jet KF-X mempunyai teknologi yang baik
sedikit dari F-16, umum harus diingatkan, jet F-16 merupakan pesawat
yang dibangunkan pada tahun 1976 dan 10 tahun lagi, pesawat itu akan
dimasukkan ke dalam muzium.”
Memang benar bahwa F-16 adalah pesawat yang telah dikembangakan sejak
tahun 1970-an. Pesawat F-16 ini mulai di produksi missal di awal tahun
1980-an. Namun perlu kita ingat bahwa tidak semua F-16 adalah ‘teknologi
70-an’. Seperti kita ketahui bahwa F-16 ini sendiri memiliki banyak
sekali variannya mulai dari F-16 A/B, F-16 C/D, F-16 E/F dan F-16 Viper.
F-16 A/B sendiri terdiri dari banyak block mulai dari Block 1, Block 5,
Block 10, Block 15, Block 15 OCU dan Block 20. F-16 C/D adalah varian
yang lebih baik dari varian A/B, dimana terdapat beberapa block juga
yaitu Block 25, Block 30, Block 32, Block 50 dan Block 52. Sedangkan
varian E/F adalah Block 60 seperti yang dimiliki oleh UEA.
Dari semua block diatas yang menjadi acuan pengembangan KFX adalah F-16
C/D Block 52 seperti yang digunakan oleh AU Singapura dan Pakistan. Kita
ketahui sendiri bahwa F-16 Block 52 pesanan AU Pakistan baru selesai
dikirimkan dari Amerika ke Pakistan beberapa tahun yang lalu (masih
baru), sehingga bisa dikatakan F-16 Block 52 ini termasuk dalam kategori
yang modern. Hal ini juga menjadi kenyataan bahwa tidak semua jenis
F-16 sudah harus masuk museum 10 tahun lagi seperti yang di sebutkan
dalam tulisan tersebut. Nah, KFX yang di harapkan lebih baik dari F-16
Block 52 tentunya adalah juga termasuk dalam kategori modern. Dalam
tulisan tersebut saudara admin MilitaryOfMalaysia.net mungkin tersilap
atau lupa bahwa tidak semua F-16 adalah ‘teknologi 1970-an’. Saya
pribadi bisa memaklumi itu karena saya sendiri sering tersilap atau lupa
dalam menulis suatu artikel.
Koreksi kedua yang ingin saya lakukan adalah pada tulisan point ke 19 :
” 19.Perlu diingatkan, jet pejuang KF-X direka untuk menandingi
jet-jet pejuang yang dipakai oleh Korea Utara Korea Selatan secara
teknikal masih berperang dengan Korea Utara. Sekarang sudah 2010, Korea
Utara masih lagi menggunakan jet-jet pejuang yang ketinggalan zaman
seperti Chengdu F-7B, Shenyang F-5, Shenyang F-6, MIG-21, MIG-23 dan
MIG-29.”
Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa selain dengan Korea
Utara, Korea Selatan juga memiliki potensial konflik dengan tetangganya
yaitu Cina dan Jepang. Menurut saya Korea Selatan tidak hanya melihat
Korea Utara sebagai ancaman, tetapi juga CIna dan Jepang, sehingga
menggerakkan mereka mengembangkan KFX. Kalau tujuan pengembangan KFX
hanya untuk menandingi jet-jet tempur tua Korea Utara, saya rasa jet
buatan Korea Selatan yaitu F/A-50 sudah cukup mumpuni melawannya.
Tinggal diperbanyak saja jumlahnya, karena dari segi teknologi, dari
semua type pesawat Korea Utara masih bisa di hadapi dengan F/A-50
kecuali Mig-29. Tetapi kita harus ingat, selain F/A-50, Korea Selatan
juga memiliki ratusan F-5 E/F, F-4 Phantom, KF-16 dan F-15 Slam Eagle.
Jadi menurut saya, Korea Selatan pasti memiliki pandangan yang lebih
jauh dari sekedar memandang Korea Utara.
KFX dimaksudkan oleh Korea Selatan sebagai pengganti F-5 E/F dan F-4
Phantom yang sudah tua. KFX ini nantinya diharapkan sebagai Fighter
pendamping dari Fighter utama yaitu F-15 dan KF-16. Seperti kita ketahui
bersama bahwa selain project KFX, Korea Selatan juga tertarik membeli
F-35 sebagai pengganti armada F-15 dan F-16 mereka nantinya. Jadi
kedepan korea selatan akan dilengkapi dengan KFX (Semi Stealth) dan F-35
Stealth sebagai jet tempur angkatan udara mereka. Jadi jelas sekali
project KFX ini bukan sekedar menandingi Korea Utara, tetapi juga
menandingi kekuatan udara Cina dan Jepang.
Masa Depan KFX di Angkatan Udara Indonesia
Sama seperti angkatan udara Korea Selatan, KFX juga memiliki peranan
penting dalam angakatan udara Indonesia kedepan. KFX ini memang di
proyeksikan sebagai pengganti F-16 TNI AU di masa yang akan datang.
Namun banyak sekali blogger yang salah mengartikan kehadiran KFX ini di
TNI AU seolah-olah dimasa yang akan datang TNI AU hanya akan menggunakan
KFX saja. Padahal dari awal sudah di rencanakan bahwa KFX hanya akan
menggantikan peranan F-16 sebagai ‘Second Fighter’ di Indonesia.
Sedangkan ‘First Fighter’ TNI AU akan tetap dipegang oleh Sukhoi dan
penggantinya nanti.
SUKHOI 35 BM yang diminati TNI AU
Saat ini Indonesia memiliki 3 jenis Fighter, yaitu F-5 E/F (yang akan
diganti pada tahun 2015 dengan kandidat Su-35 BM), F-16 (yang akan
diganti pada tahun 2025 oleh KFX) dan Sukhoi 27/30 (yang akan digantikan
sekitar 2030-2035 dengan kandidat Sukhoi FAKPA). Dimasa yang akan
datang, KFX akan didampingi keluarga Sukhoi yaitu Sukhoi 35 BM dan
Sukhoi FAKPA. Namun kemungkinan ini adalah sebuah prediksi yang bisa
saja berubah, tergantung kebijakan pemerintah dan perubahan hubungan
tatanan antar Negara di dunia ini.
KFX dan Kemandirian Alutsista Indonesia
Saat ini Indonesia sedang serius melakukan modernisasi militernya,
termasuk angkatan udara. Salah satu langkah yang cukup harus didukung
adalah langkah pemerintah yang mulai bergerak kearah kemandirian
alutsista. Kemandirian ini akan membuat Indonesia tidak lagi sepenuhnya
bergantung kepada luar negeri, walaupun mungkin dalam beberapa teknologi
masih akan tetap mengandalkan Negara lain. Salah satunya adalah project
KFX/IFX ini yang diharapkan akan menambah pengalaman ahli-ahli design
Jet Tempur dari Indonesia dan juga menambah pengalaman Industri
Dirgantara Indonesia. Sehingga diharapkan suatu saat nanti pengalaman
ini bisa digunakan untuk membuat hal-hal baru di dalam Industri
Strategis Indonesia.
KFX/IFX ini masih dalam tahap perancangan design awal, mungkin 10 tahun
lagi baru masuk masa produksi. Indonesia juga sudah mengutus puluhan
ahli-ahli dari Indonesia untuk bergabung dengan project KFX ini di Korea
Selatan. KFX ini sejatinya masihlah sebuah pesawat tempur diatas kertas
alias belum nyata. Project ini bisa saja gagal (tentu kita tidak
menginginkan ini terjadi), namun bisa saja berjalan dengan lancar.
Keberanian menanggung resiko dalam membuat sebuah keputusan adalah
langkah maju dari suatu Negara. Indonesia sudah melakukannya, dan mari
kita segenap Bangsa Indonesia mendukung project ini seraya berdoa agar
semuanya berjalan dengan lancar.
Sekian dulu tulisan saya kali ini, sudah cukup letih saya menulisnya dan
saya persembahkan tulisan ini kepada segenap bangsa Indonesia dan
pembaca sekalian. Salam KFX, Salam Kemandirian Alutsista Indonesia.
Admin AnalisisMiliter.com