Selamat pagi semuanya.. Udara pagi di hari libur
ini membuat saya semangat. Semangat saya juga untuk menulis kembali
terbangkitkan. Biasanya saya menulis artikel di tengah malam, bahkan
terkadang menulis sambil menahan ngantuk sehingga yang di tulis
terkadang sedikit ‘ngelantur’. Tapi kali ini dengan udara pagi yang
begitu segar, saya siap menulis artikel dengan pikiran dan otak yang
segar.. hehee.. Mudah-mudahan hasil artikel ini juga segar.
150 Triliun untuk Modernisasi Militer Indonesia 2009-2014 HOAX?
Salah satu kebijakan pemerintah Indonesia adalah melakukan modernisasi Militer Indonesia yang dijalankan dengan program
MEF (Minimum Essential Force)
yang telah dimulai pada tahun 2009 yang lalu. Nah MEF ini sendiri
dilakukan dalam 3 tahapan rencana strategis (Renstra), yaitu Renstra I
(2009-2014), Renstra 2 (2015-2019) dan Renstra 3 (2020-2024). Nah untuk
menjalankan MEF ini tentunya diperlukan dana yang tidak sedikit. Bahkan
bisa dikatakan kebutuhan dananya sangatlah besar, bahkan belum pernah
Indonesia mengeluarkan dana modernisasi sebesar itu sejak jaman Suharto
dahulu.
Nah untuk
MEF tahap pertama (Renstra I) yang dilaksanakan dari 2009-2014 telah dianggarkan dananya sebanyak Rp 150 Triliun.
Nah banyak sekali komentar-komentar miring dari Negara lain yang tidak
yakin bahwa Indonesia memiliki dana segitu besar untuk memodernisasi
militernya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Indonesia yang menurut
mereka ‘miskin’ tentu tidak memiliki dana sebesar itu, sehingga mereka
mengatakan ini adalah HOAX. Lalu apakah dana Rp 150 Triliun untuk MEF
tahap pertama ini adalah HOAX??? Kalau hanya saya yang mengeluarkan
peryataan ini bisa jadi itu adalah HOAX. Vetapi kalau yang mengeluarkan
pernyataan adalah Menteri Pertahanan dan Pemerintah dan sebagai sudah di
realisasikan apakah itu dianggap HOAX??
Bersumber dari portal AntaraNews.com, menteri pertahanan Indonesia disebutkan mengeluarkan pernyataan
KementeFian Pertahanan (Kemhan) memiliki dana senilai Rp150 triliun untuk belanja dalam lima tahun
mendatang yang akan dialokasi untuk tiga pos penting, terutama terkait
dengan peremajaan alat utama sistem pertahanan (alutsista). Usai
membuka Rapat Pimpinan Kementerian Pertahanan, ia mengatakan, anggaran
tersebut digunakan untuk tiga hal, antara lain Rp50 triliun dana on top
untuk percepatan minimum essential force (MEF), Rp55 triliun untuk
alutsista, dan Rp45 triliun untuk pemeliharaan dan perawatan. Harap
dipahami dana ini adalah untuk percepatan MEF, yaitu pembelian alutsista
seta perawatan dan pemeliharannya. Jadi dana ini berbeda dengan dana
operasional militer seperti kesejahteraan prajurit maupun lainnya.
Bahkan dana tersebut sebagian sudah di alokasikan/direalisasikan seperti
yang akan saya sebagai admin AnalisisMiliter.com sebutkan dibawah
nantinya. Sebagian yang akan saya sebutkan dibawah adalah yang masuk
dalam prioritas pembelian di tahun 2011. Namun setelah adanya kontrak
2011, di tahun 2012 juga pemerintah Indonesia juga memiliki prioritas
pembelian dari anggaran Rp 150 Triliun tersebut. Nah dari dana tersebut,
prioritas pembelian alutsista Indonesia pada tahun 2012 adalah sebagai berikut :
1. TNI Angkatan Darat (TNI AD):
Main Battle Tank, senjata anti altileri berupa roket, multiple launcher
rocket system, dan meriam armed dengan fokus meriam kaliber 150 mm. TNI
AD juga berencana membeli senjata artileri pertahanan udara yang
difokuskan pada peluru kendali dan helikopter yang difokuskan pada
helikopter serbu dan serang, serta Panser yang akan dibuat oleh PT
Pindad.
2. TNI Angkatan Udara (TNI AU):
Senjata anti pesawat udara, pesawat tempur F16, helikopter Cougar 735
sejenis Super Puma, dan Hercules sebanyak empat unit dari Australia.
3. TNI Angkatan Laut (TNI AL):
Sea Rider, Fastboat Patrol, Kapal Perusak, Hidro Oceanic, Kapal Latih
untuk pengganti KRI dewarutji. Selain itu, ada juga kapal-kapal
administrasi, seperti kapal angkutan tank dan minyak, serta kapal selam.
Nah dari berbagai prioritas yang telah disusun oleh pemerintah Indonesia
mengenai alokasi anggaran Rp 150 Triliun ini, sebagian sudah
direalisasikan yang ditandai dengan penanda tanganan kontrak pembelian
alutsista-alutsita yang di prioritaskan tersebut. Sebagian dalam list
dibawah ini adalah realisasi dari prioritas pembelian tahun 2011 dan
sebagian lagi dari prioritas pembelian di Tahun 2012. Berikut detailnya :
Kontrak Pembelian Super Tucano dari Brazil
Soper Tucano adalah pesawat COIN yang bisa digunakan sebagai pesawat
bantuan serangan udara, anti geriliawan dan sejenisnya. Pesawat ini
dimaksudkan sebagai pengganti pesawat OV-10 Bronco yang telah pension.
Indonesia dan Brazil telah menandatangani pembelian 16 Super Tucano dari Brazil senilai
260 juta dolar.
Pembelian ini agaknya bertahap, dimana 8 unit dibeli dengan angaran
tahun 2010, dan 8 unit dibeli dengan anggaran 2011 (CMIIW). Diharapkan
di tahun 2012 ini, ke
16 pesawat Super Tucano ini sudah tiba di Indonesia. Penanda tanganan kontrak ini dilakukan pada bulam Desember 2010 yang lalu.
Kontrak Pembelian T-50 LIFT dari Korea Selatan
Kontrak pembelian selanjutnya yang dilakukan Indonesia sebagai bagian dari anggaran Rp 150 Triliun tadi adalah
pembelian 16 T-50 dari Korea Selatan.
Pesawat T-50 adalah pesawat LIFT (Lead In Fighter Trainer) yaitu
pesawat yang digunakan sebagai pesawat atih tingkat lanjut sebelum
seorang pilot mengawaki pesawat Fighter sungguhan seperti F-16,
Su-27/30, dan F-5 E/F. Pesawat ini diharapkan akan menjadi andalan TNI
AU untuk menghasilkan pilot-pilot handal. Nilai kontrak pembelian ini
adalah sekitar
400 juta dolar. Kontrak dilakukan pada bulan Mei 2011 yang lalu.
Kontrak Pembelian 3 Kapal Selam ChangBogo Class
Selanjutnya kontrak lainnya yang masih bagian dari realisasi anggaran Rp 150 Triliun ini adalah
pembelian 3 Kapal Selam Changbogo Class dari Korea Selatan.
Kapal selam ini 2 akan di kerjakan di Korea Selatan dan 1 di Indonesia.
Nilai kontrak ini bisa dikatakan cukup fantastis yaitu sekitar
1,1 Miliar Dolar.
Kapal selam ini nantinya akan menemani 2 U-209 yang telah dimiliki
Indonesia. Kontrak di tanda tangani pada 20 Desember 2011 yang lalu.
Kontrak Pembelian 9 Pesawat C-295 dari Spanyol
Kontrak selanjutnya adalah
pembelian 9 C-295 dari Spanyol.
Pesawat C-295 adalah pesawat angkut yang merupakan pengembangan dari
pesawat CN-235. Dan sekilas, kedua pesawat ini memang mirip namun C-295
lebih panjang body-nya. Pesawat ini diharapkan akan menggantikan peranan
Fokker-27 TNI AU yang telah tua. Kontrak pembelian ini dilakukan pada
tanggal 15 Februari 2012 lalu dengan nilai kontrak sekitar 325 Juta
dolar (Rp 2,9 Triliun)
Hibah dan Upgrade 24 F-16 dari Amerika
Bagian dari modernisasi TNI AU yang sangat memerlukan pesawat work horse seperti F-16 dalam jumlah yang banyak,
pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika telah menyetujui hibah 24 F-16 C/D Block 25
yang akan di upgrad menjadi setara block 52. Hibah pesawat ini sendiri
adalah gratis, namun karena Indonesia ingin mengupgrade ke 24 pesawat
tersebut dan 10 F-16 exsisting TNI AU, maka pemerintah Indonesia
menganggarkan dana upgrade sebanyak
750 juta dolar
Saat ini proses upgrade ke 24 pesawat hibah tersebut sedang berlangsung, dan diharapkan pada tahun 2014,
ke 24 pesawat tersebut sudah dating secara bertahap ke Indonesia.
selanjutnya 10 F-16 TNI AU existing juga akan di upgrade supaya
memiliki standar yang sama. Sehingga nantinya Indonesia akan memiliki 34
F-16 setara Block 52.
Kontrak Pembelian 6 Su-30 MK2 dari Rusia
Kontrak lainnya yang dilakukan untuk TNI AU adalah
kontrak pembelian 6 Su-30MK2
yang dimaksudkan melengkapi satu Skuadron Su-27/30 di angkatan udara
Indonesia. Saat ini, Sukhoi Indonesia jumlahnya masih 10 pesawat.
Pembelian 6 Su-30 MK2 ini memakai anggaran sebesar
470 Juta dolar. Kontrak ini ditandatangani pemerintah Indonesia dan Rusia pada tanggal 29 Desember 2011 yang lalu.
Kontrak Pembelian 37 Amphibi Tank BMP-3F Batch 2 dari Rusia
Kontrak lainya untuk Marinir Indonesia adalah penambahan tank amphibi
TNI AL yaitu BMP-3F. Sebelumnya Marinir telah mengoperasian 17 BMP-3F.
Pada pembelian batch ke dua ini,
Indonesia membeli 37 BMP-3F dari Rusia dengan nilai kontrak
114 juta dolar.
Harga ini sudah termasuk amunisi, spare part dan biaya pengiriman.
Kontrak ini di tanda tangani pada tanggal 11 Mei 2012 yang lalu.
Selain itu ada beberapa kontrak lama yang sedang di kerjakan saat ini,
terutama yang dipesan dari Negara Indonesia sendiri yaitu :